Program Supervisi-1
Program Supervisi-1
Pendidikan terkait erat dengan dunia masa depan. Nasib bangsa Indonesia di masa
depan bisa diukur dari kualitas lebaga pendidikannya, baik formal, nonforal, informal.
Ketertinggalan bangsa ini dari Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan bahkan Malaysia salah
satunya disebabkan oleh kemunduran kualitas lembaga pendidikan sehingga tidak bisa
melahirkan kader yang mampu memenangkan persaingan global. Menurut Prof. Dr. Dedy
Mulyasana, M.Pd, sesuai Pasal 1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
tahun 2003, ditegaskan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dala rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan adalah sebagai penuntun,
pembimbing, dan petunjuk arah bagi para peserta didik agar konsep mereka dapat tumbuh
dewasa sesuai dengan potensi dan konsep diri yang sebenarnya. Sehingga, mereka dapat
tumbuh, bersaing, dan mempertahankan kehidupannya di masa depan yang penuh tantangan
dan perubahan. Sedangkan fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Salah satu elemen pendidikan yang mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan
agung pendidikan tersebut ialah supervisi. Tujuan pendidikan ideal adalah mempersiapkan
guru-guru yang berkualitas sebagai syarat mutlak bagi lahirnya kader-kader muda masa depan
bangsa yang berkualitas dalam hal moral, intelektual, sosial, dan spiritual. Guru memang
harus terdiri atas sosok yang ideal sehingga bisa mendidik dengan kreatif. Menurut Pirdata,
sebagaimana dikutip Maryono, mendidik adalah upaya menciptakan situasi yang membuat
peserta didik mau dan dapat belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat,
pribadi, dan potensi-potensi lainnya secara optimal ke arah yang positif. Oleh sebab itu,
menurut Hasbullah, guru harus mempunyai kematangan diri dan sosial yang stabil, serta
kematangan profesional. Faktanya, banyak guru yang belum memenuhi kriteria ideal tersebut.
Oleh sebab itu, supervisi sangat dibutuhkan untuk encapai standar ideal seorang guru
sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai dengan maksimal.
Oleh karena itu, semua elemen pendidikan harus mempelajari supervisi pendidikan,
khususnya para pemimpin pendidikan, agar bisa mmelaksanakan tanggung jawab pendidikan
secara akuntabel, efektif, dan produktif. Memahami supervisi pendidikan adalah langkah awal
sebelum aplikasinya di lapangan.
A. Pengertian Supervisi
Secara etimologi, supervisi berasal dari kata super dan visi, yang artinya
melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas, yang dilakukan oleh
pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan. Secara istilah, dalam
Carter Good’s Dictionary Education, dinyatakan bahwa supervisi adalah segala usaha
pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk
mmemperbaiki pengajaran. Termasuk didalamnya adalah menstimulasi, menyeleksi
pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan-
tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar, serta
mengevaluasi pengajaran.
Menurut H. Mukhtar dan Iskandar, supervisi adalah mengamati, mengawasi,
atau membimbing, dan memberikan stimulus kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
orang lain dengan maksud mengadakan perbaikan. Konsep supervisi didasarkan pada
keyakinan bahwa perbaikan merupakan suatu usaha yang kooperatif dari semua orang
yang berpartisipasi dan supervisor sebagai pemimpin, yang bertindak sebagai
stimulator, pembimbing, dan konsultan bagi para bawahannya dalam rangka perbaikan
tersebut. Supervisi pendidikan adalah usaha mengoordinasi dan membimbing
pertummbuhan guru-guru di sekolah secara kontinu, baik secara individu maupun
kelompok. Bantuan apa pun ditujukan demi terwujudnya perbaikan dan pembinaan
aspek pengajaran.
Menurut Ary H. Gunawan (2002), supervisi diadopsi dari bahasa Inggris,
supervision, yang berarti pengawasan. Orang yang melaksanakan supervisi disebut
supervisor. Sedangkan definisinya adalah bantuan dalam pengembangan situasi
belajar-mengajar yang lebih baik (Kimball Wiles); pelayanan/layanan khusus di
bidang pengajaran dan perbaikannya mengenai proses belajar-mengajar, termasuk
segala faktor dalam situasinya (Harodl P. Adams dan franks G. Dickey); usaha
sistematis dan terus menerus untuk mendorong dan mengarahkan pertumbuhan diri
guru yang berkembang secara lebih efektif dalam embantu tercapainya tujuan
pendidikan dengan murid-murid di bawah tanggung jawabnya (Thomas H. Briggs dan
Josep Justman); pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan (termasuk
pengajaran) pada umumnya dan peningkatan mutu pada khususnya (N.A.
Ametembun); dan lain-lain
Menurut Moh. Badrus Sholeh, secara semantik, supervisi pendidikan adalah
pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan
pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.
Good Carter memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas
sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki
pengajaran, termasuk memberikan stimulus, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan
perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan
pengajaran, sewrta metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
Boardman menyebutkan bahwa supervisi adalah salah satu usaha memberikan
stimulus, melakukan koordinasi, dan membimbing secara kontinu terhadap
pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individual maupun kolektif, agar lebih
mengerti dan efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian,
mereka dapat memberikan stimulus dan membimbing pertumbuhan tiap-tiap murid
secara kontinu, serta mapu dan lebih cakap berpartisipasi dala mmasyarakat demokrasi
modern.
Wilem Mantja (2007) mengatakan bahwa supervisi diartikan sebagai kegiatan
supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar
(PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh supervisi, yaitu
perbaikan (guru dan murid) dan peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Kimball Wiles (1967), konsep supervisi modern dirumuskan sebagai
berikut, “Supervision is assistance in the development of a better teaching learning
situation” Menurut Purwanto (1987), supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan
pekerjaan sacara efektif.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil beberapa catatan penting
dalam kegiatan supervisi. Pertama, ada perhatian yang lebih dari atasan untuk
embangkitkan kualitas dunia pendidikan dengan meningkatkan kualitas aktor paling
penting yang langsung berinteraksi dengan anak didik, yaitu guru. Perhatian ini
melahirkan usaha yang dilakukan secara sisteatis, kontinu, dan konsisten. Kedua,
adanya kerja sama aktif antara supervisor dengan guru untuk mengembangkan dunia
pendidikan, tidak sepihak secara otoriter, sentralistik, dan diskriminatif.
2) Faktor Eksternal
a) Peluang, meliputi:
adanya ruang gerak yang terbuka bagi lembaga pendidikan untuk
mengembangkan diri secara maksimal;
dukungan Dinas Pendidikan, baik berupa kebijakan maupun finansial
yang semakin baik;
apresiasi masyarakat terhadap sekolah semakin meningkat; serta
terbuka kesempatan lulusan sekolah melanjutkan, baik ke jenjang yang
lebih tinggi.
b) Ancaman, meliputi:
bermunculan sekolah unggul sebagai kompetitor;
lingkungan di luar sekolah yang kurang edukatif;
kebijakan publik yang belum menempatkan pendidikan sebagai prioritas
dalam pembangunan;
sekolah belum menjadi pilihan utama bagi sebagian masyarakat; dan
inkonsistensi kebijakan peerintah dala bidang pendidikan.
b. Alternatfif Pemecahan Masalah
a) Program Strategis
a) Pengembangan Kurikulum Tingkat Struan Pendidikan, meliputi:
pengembangan KI/KD,
pengembangan silabus,
pengembangan RPP,
pengembangan sistrem penilaian,
pengembangan kurikulum muatan lokal, dan
pengembangan kegiatan pengembangan diri.
b) Pengembangan proses pembelajaran, meliputi:
Metodologi
sistem penilaian
Remidial / pengayaan
pemanfaatan laboratorium
c) Peningkatan tingkat kelulusan siswa
d) Pengembangan kemampuan guru, meliputi:
pengembangan keampuan pedagogik, dan
pengembangan kemampuan teknologi informasi
e) Pembinaan olipiade sainsPebinaan ekstrakurikuler
f) Pengembangan kerja sama
g) Strategi Pelaksanaan/ Pencapaian
h) Pengebangan Kurikulum Tingkat Saatuan Pendidikan, meliputi:
pelaksanaan work shop,
in house training,
supervisi klinis, dan
MGMP sekolah.
i) Pengembangan proses pebelajaran, meliputi:
work shop,
peningkatan kesejahteraan guru, dan
supervisi kelas,
j) Peningkatan tingkat kelulusan siswa, meliputi:
menjalin kerja sama dengan komite sekolah,
menjalin kerja sama dengan lembaga lain,
supervisi kelas,
try out Ujian Nasional,
belajar tambahan siang/sore.
k) Pengembangan kemampuan guru, meliputi:
work shop dan
pelatihan komputer.
l) Pembinaan olimpiade sains
pembentukan tim olimpiade sains, dan
pelatihan peserta.
m) Pembinaan ekstrakurikuler
pembentukan kelompok ekstrakurikuler,
pelaksanaan latihan terjadwal, dan
pelaksanaan uji coba.
n) Pengembangan sarana dan prasarana
inventarisasi sarana dan prasarana,
pemenuhan standar minimal sarana dan prasarana, serta
pemeliharaan sarana dan prasarana.
o) Pengebangan kerja sama, meliputi:
kerja sama dengan komite sekolah serta
kerja sama dengan lembaga lain.
3). Hasil yang diharapkan
a) Terpenuhinya kurikulum sekolah sesuai SNP tentang:
pemetaan KI/KD,
silabus seluruh mata pelajaran untuk semua tingkat,
RPP seluruh mata pelajaran untuk semua tingkat,
dokumen sistem penilaian seluruh mata pelajaran untuk semua
tingkat,
KI/KD kurikulum muatan lokal seluruh tingkat, dan
program pengembangan diri yang mengakoodasi bakat/minat siswa.
b) Tingkat kelulusan meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun,dan
perolehan nilai meningkat.
c) Guru profesional dalam melaksanakan tugas, yang ditandai dengan:
memiliki perencanaa mengajar,
memiliki dokumen penilaian,
melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian,
melaporkan hasil kegiatan penilaian, dan
terampil mengoperasikan komputer serta mengaplikasikannya dalam
proses pembelajaran.
b) Pada tahun 2017 salah Satu Guru produktif mendapatkan penghargaan
sebagai juaran 1 guru berprestasi dan berdeikasi Tingakat nasional
c) Berprestasi dalam bidang ekstrakurikuler pada tingkat kabupaten
d) Terpenuhi standar minimal sarana dan prasarana pendidikan sesuai SNP
pada tahun 2019.
e) Terbentuk kerja sama dengan lembaga horizontal dan vertikal yang dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
B. Tujuan Supervisi
Supervisi pendidikan mempunyai tujuan dan manfaat yang penting. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Membangkitkan dan mendorong semangat guru dan pegawai administrasi sekolah
lainnya untuk Menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
2) Agar guru dan pegawai administrasi lainnya berusaha melengkapi kekurangan-
kekurangan mereka dalam penyelenggaraan pendidikan, termasuk bermacam-
macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses
belajar dan mengajar yang baik.
3) Bersama-sama berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-
metode baru demi kemajuan proses belajar dan mengajar yang baik.
4) Membina kerja sama yang harmonis antara guru, murid, dan pegawai sekolah.
Misalnya, dengan mengadakan seminar, work shop, in-service, maupun training.
Pada dasarnya, tidak ada supervisor yang secara mutlak menggunakan salah satu
dari tipe-tipe tersebut. Tetapi, sesuai dengan situasi dan kondisi atau permasalahan
yang dihadapi, maka seorang supervisor cenderung berbaur. Misalnya, dalam
upacara bendera, supervisi yang digunakan adalah tipe otoriter. Sedangkan dalam
memimpin piknik, supervisor menggunakan tipe laissez-faire. Fleksibilitas sangat
penting diterapkan supaya organisasi berjalan dengan baik, kolektif, dan penuh
kekeluargaan. Fleksibilitas ini merupakan indikator bahwa supervisor benar-benar
memahami masalah yang ada di lapangan. Sehingga, pendekatan yang digunakan
menjadi relevan dan konstektual karena mampu menyelesaikan masalah dan
membawa perubahan besar dalam dinamika organisasi sekolah.
F. Proses Supervisi Pendidikan
Dalam pelaksanaan atau proses supervisi pendidikan, terlibat adanya berbagai
ragam/corak. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Supervisi yang Preventif
Supervisor senantiasa berusaha mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan. Ia harus berusaha memberikan nasihat dan sran untuk menghindari
terjadinya kesalahan-kesalahan serta berbagai kesulitan/gangguan yang mungkin
bisa terjadi.
2. Supervisi yang Korektif
Supervisor ini lebih bersifat mencari kesalahan keslahan bawahannya. Hal
tersebut baik keslahan prinsipil, teknis, maupun dalam melaksanakan instruksi-
instruksi instrumen. Atau, kesalahan dalam sejumlah ketentuan yang diberikan
oleh pihak supervisor.
3. Supervisi yang Konstruktif
Supervisor senantiasa berusaha membangkitkan semangat membangun dan
mengebangkan potensi bawahannya demik peningkatan prestasi serta
produktivitas. Kritik yang bersifat membangun adalah ciri dari proses supervisi
ini. Dalam kependidikan, supervisi semaca ini cenderung mengikuti asas tut wuri
handayani.
4. Supervisi yang Kreatif
Supervisor senantiasa memperhatikan inisiatif, daya cipta, penelitian,
kepemimpinan, dan hasil-hasil penemuan, bawahannya. Perhatian ini dapat
dilakukan dalam bentuk memberikan penghargaan, piagam, atau predikat-predikat
keteladanan lainnya.
5. Supervisi yang Kooperatif
Supervisor ini selalu mengutamakan kerja sama, partisipasi, usyawarah, dan
toleransi dengan bawahannya. Hal ini dilakukan demi pengebangan dan kemajuan
pendidikan. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi selalu
mengikutsertakan bawahannya dengan seluas-luasnya. Keberanian mengkritik dan
siap dikritik secara sportif dan konstruktif merupakan kebiasaan/budaya yang
mendarah daging antara supervisor dengan orang-orang yang disupervisi.
G. Prinsip Supervisi
Prinsip-prinsip yang dijadikan pegangan oleh supervisor adalah sebagai
berikut:
1. Prinsip dasar/fundamental ( fundamental/basic principle). Setiap pemikiran, sikap,
dan tindakan seorang supervisor harus berdasarkan pada sesuatu yang kokoh, seperti
Pancasila sebagai dasar falsafah negara kita. Konsistensi supervisor dalam
mengamalkan Pancasila sangat penting.
2. Prinsip praktis. Selain prinsip pundamental, dalam pelaksanaan sehari-hari, seorang
supervisor berpijak pada prinsip praktis yang meliputi prinsip positif dan negatif.
3. Prinsip positif, yaitu pedoman yang harus dijalankan oleh supervisor agar pembinaan
yang dilakukan berjalan sukses. Pedoman ini eliputi beberapa hal, di antaranya
adalah sebagai berikut:
a. Supervisi harus konstruktif dan kreatif.
b. Supervisi dilakukan secara profesional.
c. Supervisi dilakukan secara progresif, tekun dan sabar.
d. Supervisi seyogyanya mampu mengembangkan potensi, bakat, dan kesanggupan
dalam mencapai kemajuan.
e. Supervisi hendaklah memperhatikan kesejahteraan dan hubungan yang baik dan
dinamis.
f. Supervisi hendaklah bertolak dari keadaan yang nyata (das sein) menuju sesuatu
yang dicita-citakan (das sollen).
g. Supervisi dilakukan secara jujur, obyektif dan siap meng evaluasi diri sendiri dei
kemajuan.
4. Prinsip negatif tidak boleh dilakukan oleh seorang supervisor. Prinsip negatif
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Supervisi tidak boleh memaksakan kemauannya (otoriter) kepada orang yang
disupervisi. Argumentasi rasional yang berkaitan dengan tindakan dan instruksi
harus dikembangkan agar tidak menghambat kreativitas bawahannya.
b. Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan, hubungan pribadi, keluarga,
pertemanan, dan lain sebagainya.
c. Supervisi tidak enutup kemungkinan terjadinya perkembangan dan hasrat untuk
maju bagi bawahannya dengan alasan apapun. Supervisi tidak boleh terlalu cepat
mendapatkan hasil, mendesak, dan memperkuda bawahan.
d. Supervisi tidak boleh mengekploitasi bawahan.
e. Supervisi tidak boleh menuntut prestasi diluar kemampuan bawahannya/cita-cita
muluk yang hampa.
f. Supervisi tidak boleh egois, tidak jujur, dan enutup diri terhadap kritik dan sran dari
bawahannya.
Prinsip-prinsip supervisi tersebut memudahkan supervisor dalam melakukan tugas dan
tanggungjawabnya. Ia bisa disenangi dan kehadirannya selalu ditunggu oleh
bawahannya karena sifatnya yang demokratis, konstruktif, dan produktif. Kehadirannya,
walaupun sebentar, bisa mengubah situasi dan suasana. Ia menghindar sifat negatif-
destruktif, seperti menekan, memaksa, dan mendikte. Semua gagasan berkembang
dengan baik secara elaboratif dan komunikatif. Para anggota bisa menyampaikan
pikirannya secara terbuka dan bertanggungjawab. Kesimpulan dan rekomendasi yang
diteluyrkan diterima dan didukung oleh semua pihak, baik mampu menggugah
kesadaran dan memompa semangat untuk maju secara progresif dan masif.
Supervisi pendidikan adalah salah satu elemen krusial dalam pendidikan yang
mendorong perbaikan demi perbaikan untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita bersama. Cita-
cita yang diimpikan oleh seluruh elemen, baik negara, lembaga pendidikan, siswa, wali murid,
maupun masyarakat secara umum. Perbaikan ini dilakukan secara individual maupun
berkelompok.
Objek utama supervisi adalah para guru yang mempunyai peran vital dalam
membentuk karakter anak. Selain guru, objek supervisi pendidikan tentu semua elemen yang
terlibat didalamnya, seperti sektor manajemen, tata usaha, pembiayaan, hubungan masyarakat,
sarana dan prasarana, kurikulum, serta kesiswaan.
Supervisi pendidikan bertujuan menumbuhkan kesadaran dari dalam. Sehingga, timbul
keinginan untuk melakukan perbaikan demi perbaikan supaya pendidikan mengalami
peningkatan kualitas, terhindar dari kemorosotan, keterbelakangan, dan kemunduran.
Supervisi juga bertujuan membangun kebersamaan dan kekompakan dalam melangkah sesuai
target yang ditentukan.
A. Pedoman Pelaksanaan Supervisi
Diperlukan pedoman khusus agar dapat meraih cita-cita besar dalam supervisi. Pedoman
supervisi sangat penting supaya efektif dan produktif dalam pelaksanaannya. Pedoman
supervisi adalah sebagai berikut:
1. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum dengan segala sarana dan
prasarananya.
2. Membantu dan membina guru/kepala sekolah dengan cara memberikan petunjuk,
penerangan, dan pelatihan agar mereka dapat meningkatkan keterampilan dan
kemampuan dala mengajar.
3. Membantu kepala sekolah/guru untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah.
Tiga pedoman tersebut mengisyaratkan bahwa tata kerja yang harus dilakukan dala
melaksanakan supervisi pendidikan adalah berkaitan dengan hal-hal berikut:
1. Supervisi adalah pelayanan atas seluruh kegiatan pembelajaran dan tertib
administrasinya secara akademik.
2. Penelitian terhadap semua aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan keadaan
sarana dan prasarana belajar, keadaan siswa. Selain itu, juga berkenaan dengan
permasalahan yang dihadapi sekolah dan seluruh aktivitasnya, pencarian solusi atas
sebuah masalah, serta penerapan dan pelaksanaan model baru untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang lebih baik.
3. Pengawasan akademik dan administrasinya.
4. Evaluasi terhadap semua yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu guru dan
kinerjanya, kurikulum, anak didik, alat-alat pendidikan, sistem eval;uasi, dan
kelembagaan lainnya.
5. Penertiban kesesuaian antara jabatan dan tugas para karyawan, staf, para guru, dan
seluruh pihak yang terkait. Caranya, dengan menerapkan proposionalitas guru dan
keahliannya dalam mata pelajaran yang dijarkannya. Hal ini dimaksudkan agar para
siswa meneria pebelajaran yang efektif dan efisien. Cara lainnya adalah mengutaakan
keahlian para guru untuk mengebangkan kretivitas siswa dalam pebelajaran di
sekolah dan luar sekolah.
Melihat pada konteks supervisi yaitu pada aspek situasi belajar mengajar di sekolah,
maka aspek tersebut dapat diperbaiki bila supervisor atau pemimpin pendidikan atau
kepala sekolah mampu menerjemahkan profesionalitasnya dengan beberapa
kompetensi, meliputi:
a. Mengoordinasi semua usaha sekolah,
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah,
c. Memperluas pengalaan guru-guru,
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif,
e. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus,
f. Menganalisis situasi belajar mengajar,
g. Meberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf, serta
h. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam mewruuskan tujuan-
tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
Jadi lancar tidaknya suatu sekolah dan tinggi rendahnya mutu sekolah tidak
hanya ditentukan oleh jumlah guru dan kecakapannya, tetapi lebih banyak
ditentukan oleh cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan di sekolahnya.
Begitu pula untuk melaksanakan supervisi, ditentukan oleh kesanggupan guru-
gurunya dan bagaimana kepala sekolah dapat mengikutsertakan semua potensi yang
ada dalam kelompoknya semaksimal mungkin. Mengikutsertakan dan
memanfaatkan anggota-anggota kelompoknya itu, tidak dapat dengan cara dominasi
yang otoriter. Sebab, dengan cara yang otoriter, seorang pemimpin akan mempunyai
sikap “lebih” sehingga tidak dapat menimbulkan rasa tanggung jawab yang sebaik-
baiknya.
D. Jadwal Supervisi Tahun Pelajaran 2019-2020
PROGRAM SUPERVISI SMK AL-MADANIYAH
REKAPITULASI PELAKSANAAN SUPERVISI KELAS
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
PERENCANAAN
Desember
September Oktober November Ketera
Kela minggu
NO Nama Guru Mapel Minggu ke… minggu ke… minggu ke… ngan
s ke…
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Nurhayati, S.Pd. Fisika X V
Neni Suryani,
2 S.Pd. Matematika X V
Febby Herawan,
3 S.Pd. PJOK XI V
Bahasa
Ita Rospita, S.Pd.
4 Indonesia X V
Mamah
5 Suhamah, S.Pd. Seni Budaya X V
Ujang
6 Ruhimat,S.Ag PKN XI V
Diki Dzulfikri Sejarah
7 ,S.P. Indonesia X V
8 Muksin,S.PdI PAI XII V
Sunsun
9 Gunawan,S.P Produktif X V
Simulasi
Elis Sopia,S.P.
10 Digital X V
Siti hanifah,
11 S.P.Gr. Produktif XII V
12 Nurhayati, S.Pd. PKK XI V
Kepala Sekolah Ketua Program Keahlian
Handoko. 2013. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: FE-UGM.
Megginson. 2010. Pengembangan Sumber Daya Manusia Jakarta: Alex Media Komputindo.
Randal. 2011. Personil dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alumni.
Sujak. 2014. Kepemimpinan Manajer, Eksistensi dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali
Press.