Anda di halaman 1dari 37

PROGRAM SUPERVISI

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDDIKAN
CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH XII
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) AL-MADANIYAH
Kampung Cibuleud Desa Sundawenang Kecamatan Salawu Kabupaten
Tasikmalaya 46471
e-mail ; smkalmadaniyah@gmail.com
KATA PENGANTAR
Supervisi pendidikan adalah salah satu elemen krusial dalam pendidikan yang
mendorong perbaikan demi perbaikan untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita bersama. Cita-
cita yang diimpikan oleh seluruh elemen, baik negara, lembaga pendidikan, siswa, wali murid,
maupun masyarakat secara umum. Perbaikan ini dilakukan secara individual maupun
berkelompok. Objek utama supervisi adalah para guru yang mempunyai peran vital dalam
membentuk karakter anak. Selain guru, objek supervisi pendidikan tentu semua elemen yang
terlibat didalamnya, seperti sektor manajemen, tata usaha, pembiayaan, hubungan masyarakat,
sarana dan prasarana, kurikulum, serta kesiswaan.
Supervisi pendidikan bertujuan menumbuhkan kesadaran dari dalam. Sehingga, timbul
keinginan untuk melakukan perbaikan demi perbaikan supaya pendidikan mengalami
peningkatan kualitas, terhindar dari kemorosotan, keterbelakangan, dan kemunduran.
Supervisi juga bertujuan membangun kebersamaan dan kekompakan dalam melangkah sesuai
target yang ditentukan.
Fungsi yang sangat strategis dari supervisi ini mendorong supervisor yaitu kepala
sekolah untuk mengembangkan keahlian dan kompetensi secara luas. Sehingga mampu
melakukan supervisi secara efektif, produktif, dan kreatif. Karena tidak mudah memberikan
dorongan kepada guru, terutama guru senior, kenyang pengalaman, dan memiliki jam terbang
yang tinggi, maka dibutuhkan pendekatan psikologis-persuasif dan gradual. Di satu sisi, ini
tidak terkesan menggurui dan mengarahkan, tapi di sisi lain memberikan pengaruh secara
bertahap. Kedekatan emosional terkadang lebih efektif dalam melakukan perubahan daripada
formal-prosedural. Memang dibutuhkan ketelatenan, kesabaran, dan kegigihan karena hal
tersebut tidak bisa cepat, berjalan secara perlahan, dan mengalir seperti air.
Program supervisi SMK Al-Madaniyah Salawu tahun pelajaran 2019-2020 ini dibuat
sebagai acuan langkah kerja pelaksanaan kegiatan dan merupakan hasil revisi dari program
yang sama di tahun sebelumnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada komite sekolah, guru-guru dan staf tata usaha
atas dedikasi dan kerja kerasnya yang telah membantu sehingga Program Supervisi SMK Al-
Madaniyah Salawu dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Program ini tentu saja
belum sempurna. Oleh sebab itu, saran-saran konstruktif dari pembaca sangat dinantikan
dengan senang hati.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi upaya-upaya kita dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Aamiin
Tasikmalaya , Juli 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan terkait erat dengan dunia masa depan. Nasib bangsa Indonesia di masa
depan bisa diukur dari kualitas lebaga pendidikannya, baik formal, nonforal, informal.
Ketertinggalan bangsa ini dari Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan bahkan Malaysia salah
satunya disebabkan oleh kemunduran kualitas lembaga pendidikan sehingga tidak bisa
melahirkan kader yang mampu memenangkan persaingan global. Menurut Prof. Dr. Dedy
Mulyasana, M.Pd, sesuai Pasal 1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
tahun 2003, ditegaskan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dala rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan adalah sebagai penuntun,
pembimbing, dan petunjuk arah bagi para peserta didik agar konsep mereka dapat tumbuh
dewasa sesuai dengan potensi dan konsep diri yang sebenarnya. Sehingga, mereka dapat
tumbuh, bersaing, dan mempertahankan kehidupannya di masa depan yang penuh tantangan
dan perubahan. Sedangkan fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Salah satu elemen pendidikan yang mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan
agung pendidikan tersebut ialah supervisi. Tujuan pendidikan ideal adalah mempersiapkan
guru-guru yang berkualitas sebagai syarat mutlak bagi lahirnya kader-kader muda masa depan
bangsa yang berkualitas dalam hal moral, intelektual, sosial, dan spiritual. Guru memang
harus terdiri atas sosok yang ideal sehingga bisa mendidik dengan kreatif. Menurut Pirdata,
sebagaimana dikutip Maryono, mendidik adalah upaya menciptakan situasi yang membuat
peserta didik mau dan dapat belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat,
pribadi, dan potensi-potensi lainnya secara optimal ke arah yang positif. Oleh sebab itu,
menurut Hasbullah, guru harus mempunyai kematangan diri dan sosial yang stabil, serta
kematangan profesional. Faktanya, banyak guru yang belum memenuhi kriteria ideal tersebut.
Oleh sebab itu, supervisi sangat dibutuhkan untuk encapai standar ideal seorang guru
sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai dengan maksimal.
Oleh karena itu, semua elemen pendidikan harus mempelajari supervisi pendidikan,
khususnya para pemimpin pendidikan, agar bisa mmelaksanakan tanggung jawab pendidikan
secara akuntabel, efektif, dan produktif. Memahami supervisi pendidikan adalah langkah awal
sebelum aplikasinya di lapangan.
A. Pengertian Supervisi
Secara etimologi, supervisi berasal dari kata super dan visi, yang artinya
melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas, yang dilakukan oleh
pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan. Secara istilah, dalam
Carter Good’s Dictionary Education, dinyatakan bahwa supervisi adalah segala usaha
pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk
mmemperbaiki pengajaran. Termasuk didalamnya adalah menstimulasi, menyeleksi
pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan-
tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar, serta
mengevaluasi pengajaran.
Menurut H. Mukhtar dan Iskandar, supervisi adalah mengamati, mengawasi,
atau membimbing, dan memberikan stimulus kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
orang lain dengan maksud mengadakan perbaikan. Konsep supervisi didasarkan pada
keyakinan bahwa perbaikan merupakan suatu usaha yang kooperatif dari semua orang
yang berpartisipasi dan supervisor sebagai pemimpin, yang bertindak sebagai
stimulator, pembimbing, dan konsultan bagi para bawahannya dalam rangka perbaikan
tersebut. Supervisi pendidikan adalah usaha mengoordinasi dan membimbing
pertummbuhan guru-guru di sekolah secara kontinu, baik secara individu maupun
kelompok. Bantuan apa pun ditujukan demi terwujudnya perbaikan dan pembinaan
aspek pengajaran.
Menurut Ary H. Gunawan (2002), supervisi diadopsi dari bahasa Inggris,
supervision, yang berarti pengawasan. Orang yang melaksanakan supervisi disebut
supervisor. Sedangkan definisinya adalah bantuan dalam pengembangan situasi
belajar-mengajar yang lebih baik (Kimball Wiles); pelayanan/layanan khusus di
bidang pengajaran dan perbaikannya mengenai proses belajar-mengajar, termasuk
segala faktor dalam situasinya (Harodl P. Adams dan franks G. Dickey); usaha
sistematis dan terus menerus untuk mendorong dan mengarahkan pertumbuhan diri
guru yang berkembang secara lebih efektif dalam embantu tercapainya tujuan
pendidikan dengan murid-murid di bawah tanggung jawabnya (Thomas H. Briggs dan
Josep Justman); pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan (termasuk
pengajaran) pada umumnya dan peningkatan mutu pada khususnya (N.A.
Ametembun); dan lain-lain
Menurut Moh. Badrus Sholeh, secara semantik, supervisi pendidikan adalah
pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan
pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.
Good Carter memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas
sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki
pengajaran, termasuk memberikan stimulus, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan
perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan
pengajaran, sewrta metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
Boardman menyebutkan bahwa supervisi adalah salah satu usaha memberikan
stimulus, melakukan koordinasi, dan membimbing secara kontinu terhadap
pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individual maupun kolektif, agar lebih
mengerti dan efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian,
mereka dapat memberikan stimulus dan membimbing pertumbuhan tiap-tiap murid
secara kontinu, serta mapu dan lebih cakap berpartisipasi dala mmasyarakat demokrasi
modern.
Wilem Mantja (2007) mengatakan bahwa supervisi diartikan sebagai kegiatan
supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar
(PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh supervisi, yaitu
perbaikan (guru dan murid) dan peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Kimball Wiles (1967), konsep supervisi modern dirumuskan sebagai
berikut, “Supervision is assistance in the development of a better teaching learning
situation” Menurut Purwanto (1987), supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan
pekerjaan sacara efektif.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil beberapa catatan penting
dalam kegiatan supervisi. Pertama, ada perhatian yang lebih dari atasan untuk
embangkitkan kualitas dunia pendidikan dengan meningkatkan kualitas aktor paling
penting yang langsung berinteraksi dengan anak didik, yaitu guru. Perhatian ini
melahirkan usaha yang dilakukan secara sisteatis, kontinu, dan konsisten. Kedua,
adanya kerja sama aktif antara supervisor dengan guru untuk mengembangkan dunia
pendidikan, tidak sepihak secara otoriter, sentralistik, dan diskriminatif.

Supervisor menampilkan diri sebagai sosok yanag mengarahkan, membimbing,


dan memberdayakan, supaya guru bisa melesat dengan potensi dan gayanya sendiri.
Justru, jika supervisor melakukan tindakan yang represif, hasilnya kontraproduktif
terhadap kualitas pembelajaran. Guru menjadi apatis, bahkan bisa terjadi permusuhan
dan konflik yang berkepanjangan. Apalagi, terhadap guru-guru senior yang sudah
lama berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan segudang pengalaman lapangan,
mereka tentu membutuhkan kearifan, kesantunan, dan keramahan dalam melakukan
interaksi, tidak melakukan instruksi sepihak. Di sinilah kedewasaan dan kematangan
emosional, intelektual, sosial, dan spriritual supervisor sangat dibutuhkan dalam
melakukan tugas supervisi.

B. Pengertian Supervisi Pendidikan


Begitu plural atau banyaknya definisi supervisi pendidikan yang semestinya
dapat penyusun ketengahkan pada subbahan dalam progra ini. Namun karena
keterbatasan ruang lingkup penyusunan program ini, maka berikutnya hanya akan
dikemukakan beberapa saja yang sifatnya representatif dan pilihan.
Secara mendasar, Suharsimi Arikunto mencoba untuk mengangkat pengertian
supervisi dari sudut kata yang menyusunnya. Dia mengatakan bahwa istilah supervisi
berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata, yaitu “super” yang artinya di
atas, dan “vision” yang berarti melihat, maka secara keseluruhan supervisi diartikan
“melihat dari atas”. M. Ngalim Purwanto mendefinisikan supervisi sebagai aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Sementara, Kimball Wiles
mengatakan bahwa supervisi merupakan bantuan dalam mengembangkan situasi
belajar mengajar secara lebih baik.
Sedangkan dalam buku Manajemen Pendidikan di Sekolah (Paket Buku
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), seperti dikutip oleh B. Soryosubroto,
dijelaskan bahwa supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf
sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi
belajar-mengajar yang lebih baik. Oleh sebab itu, dalam batasan yang lebih luas
supervisi itu meliputi semua fungsi dan masalah yang ada sangkut-pautnya dengan
peningkatan prestasi kerja. Lebih jauh lagi bahwa pandangan, keterampilan, dan
dedikasi seorang supervisor itu bertanggung jawab dalam menilai dan membantu para
guru agar dapat bekerja secara efektif dengan murid-murid di bawah tanggung-
jawabnya yang kesemuanya itu menentukan kualitas program sekolah
Dalam Dictionary of Education, Carter V. Good memberikan definisi dan
batasan bahwa supervisi pendidikan merupakan usaha dari petugas-petugas sekolah
dalam upaya membebaskan guru-guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki
pengajaran, termasuk stimulasi. Seleksi, pertumbuhan jabatn, pengembangan guru-
guru, perbaikan tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode, dan
evaluasi pengajaran. Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles dalam
The Adinistration Manajemen sebagai berikut : Supervision is assistance in the
development of a better teaching learning situation
Adapun menurut hemat penyusun, supervisi adalah prosedur emberi
pengarahan atau petunjuk dan mengadakan penilaian terhadap proses pengajaran yang
dilakukan oleh tenaga pengajar dalam eningkatkan profesionalismenya sebagai tenaga
pengajar. Oleh karena itu, perlu digarisbawahi adanya beberapa pokok pikiran tentang
supervisi pendidikan, yakni bahwa supervisi pendidikan pada hakikatnya merupakan
segenap bantuan yang ditujukan pada perbaikan dan pembinaan aspek pengajaran.
Melalui kegiatan supervisi, segala faktor yang berpengaruh terhadap proses
pengajaran di analisis, dinilai (dievaluasi), dan ditentukan jalan pemecahannya
sehingga proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
Dengan demikian, supervisi merupakan bantuan dalam pengembangan situasi
pembelajaran yang lebih baik, sehingga rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan
supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique,
method, teacher, student, and environment). Situasi belajar inilah yang seharusnya
diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian,
layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan
dan pengajaran.
Maka, kemampuan memimpin dalam hal ini kepemimpinan kepala sekolah
sangat membantu bagi kelancaran program pembinaan di lingkungan sekolah,
terutama dalam membekali kemampuan para guru dan karyawan sekolah, memberikan
pengarahan, semangat, dan motivasi kepada mereka untuk meningkatkan proses
belajar mengajar pada klhususnya dan kinerja administrasi pendidikan pada umumnya.
Motivasi dapat dipandang sebagai bagian integral dari administrasi kepegawaian
dalam rangka proses pembinaan, pengembangan, dan poengarahan tenaga kerja dalam
suatu organisasi. Karena manusia merupakan unsur terpoenting dalam suatu
organisasi, aka soal-soal yang berhubungan dengan konsep motivasi patut mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh dari setiap orang yang berkepentingan dengan
keberhasilan organisasi dalam mewujudkan usaha kerja sama manusia. Motivasi
dalam organisasi merupakan salah satu prinsip yang harus ada dalam kegiatan
supervisi.
C. Komponen Supervisi Pendidikan
Siswa, guru, dan materi pelajaran merupakan unsur pokok dan utama dalam
pembelajaran. Artinya, ketiga eksistensi tersebut merupakan syarat minimal adanya
proses pembelajaran yang akan dilakukan. Maka, dengan adanya unsur tambahan
tentu hasil belajar atau prestasi belajar akan lebih baik. Oleh sebab itu, supervisi dalam
ketiga unsur tersebut erupakan suatu hal yang bersifat mutlak, dan dalam konteks ini
menurut Suharsimi Arikunto, komponen-koponen supervisi itu meliputi enam unsur
seperti di bawah ini.
a) Komponen siswa, misalnya tata tertib siswa, partisipasi siswa dalam
pembelajaran, penyelesaian tugas kokurikuler, program ekstrakurikuler,
partisipasi siswa dalam lomba, pengebangan potensi khusus, dan prestasi belajar.
b) Komponen guru dalam personel lainnya, misalnya berkenaan dengan relevansi
guru dengan tugasnya, profesionalisme guru, disiplin dan tanggung jawab,
hubungan antar personal di sekolah, serta pengembangan staf dan kesejahteraan.
c) Komponen kurikulum, antara lain menyaangkut struktur program kalender
akademis, program pembelajaran dan semesteran, penggunaan alat peraga,
pelaksanaan penilaian, daan pencaapaian target kurikulum.
d) Komponen sarana prasarana, meliputi ruang kelas dan ruang pendukung,
perabotan dan perlengkapoan kelas, media pembelajaran, laboratorium, dan
perpustakaan.
e) Komponen pengelolaan (manajemen), antara lain struktur organisasi program
kerja, manajemen, dan mekanisme pengelolaan.
f) Komponen lingkungan dan situasi umum, meliputi lingkungan fisik, lingkungan
sosial, situasi keagamaan, dan kondisi umum sekolah
Dari berbagai komponen yang disupervisi tersebut, maka akan memunculkan suatu
data untuk di analisis serta mampu untuk dijadikan dasar dalam pertimbangan bagi
penetapan jenis bantuan dan perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
penyelenggaraan sekolah, dan selanjutnya untuk meningkatkan pembelajaran di
sekolah.
BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS HASIL

A. Analisis Pendidikan (di Sekolah) oleh Supervisor


Untuk meningkatkan mutu sekolah, kepala sekolah harus berusaha agar semua
potensi yang ada di dalamnya, baik yang ada pada unsur manusia maupun yang ada
pada alat, perlengkapan, keuangan, dan sebagainya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya,
sehingga tujuan sekolah dapat tercapai dengan sebaik-baiknya pula. Dengan demikian,
kepala sekolah hendaklah selalu berpegang pada tugas dan fungsi agar situasi belajar
mengajar dapat berjalan dengan lancar, tertib, dan sukses, di mana siswa memperoleh
hasil yang mmaksimal.
Pada tataran ini, kepala sekolah berusaha untuk menganalisis segala potensi,
peluang, hambatan, dan beban sekolah dalam mebangun kegiatan pendidikan. Di bawah
ini merupakan salah satu contoh analisis pendidikan di SMPNegeri 2 Cidahu kabupaten
Tasikmlaya
a. Analisis Pendidikan : Lingkup Sekolah
1) Faktor Internal

No. Komponen Komponen saat ini


Kekuatan Kelemahan
1. Satandar isi a. Adanya komitmen untuk a. Kerangka dasar
melaksanakan kurikulum kurikulum masih
berdasarkan standar BNSP. mengunakan standar
b. Beban siswa sudah sesuai minian dari BNSP
dengan standar BNSP. (belum ada
c. Untuk meningkatkan mutu peningkatan/
lulusan yang didasarkan pengembangan)
atas UN, siswa diberi b. KKM (Kriteria
tambahan pengayaan Ketuntasan Minimal)
belajar mulai dari kelas X masing-masing mata
sampai kelas XII pelajaran belum
d. Adanya muatan lokal yang semuanya sesuai
berupa pengembangan dengan standar BNSP
Bahasa Sunda c. Rata-rata beban
e. Pengembangan diri mengajar guru belum
diberikan dalam bentuk semuanya sesuai
bimbingan konseling, klub dengan BNSP (24
mata pelajaran, serta klub Jam).
pengembangan d. Program responsi
keterampilan pramuka, , untuk materi agama
olahraga, kesenian, dan jurusan, belum
keagamaan, dll). mempunyai panduan.
f. Kalender pendidikan e. Jadwal pelajaran masih
mengacu kepada kalender sering dilakukan
pendidikan Nasional. perubahan ketika
proses pembelajaran
sudah berjalan
2. Standar Proses a. Perangkat pembelajaran a. Instrumen penilaiaan
masing-masing mata masih belum lengkap.
pelajaran sudah lengkap. b. Media pembelajaran
b. Mengadakan work shop masih belum lengkap.
setiap awal tahun pelajaran c. Belum semua siswa
untuk pengembangan dapat mengembangkan
perangkat pebelajaran diri sesuai dengan
(silabus,RPP,dan sistem bakat dan minatnya.
penilaian). d. Dimungkinkan masih
c. Fasilitas pembelajaran sudah ada guru yang belum
cukup memadai ( buku, menggunakan strategi
ruang kelas, pembelajaran yang
multimedia,perpustakaan,dll bervariasi.
d. Pemanfaatan sumber belajar e. Masih ada guru yang
bervariasi dan meningkat. belum memiliki
e. Guru telah mengalokasikan kompetensi di bidang
waktu sesuai dengan prosem. ICT.
f. Program remedi dan f. Masih ada guru yang
pengayaan sudah terlaksana belum
pada semua mata pelajaran. menginternalisasikan
g. Aturan pengawasan KBM life skill secara
sudah ada. universal dalam KBM.
h. KBM sudah relatif . g. Kurang optimalnya
i. Pelaksanaan KBM pada penggunaanmedia
hampir semua mata pelajaran pembelajaran yang
UN sudah dilaksanakan tersedia oleh guru.
secara team teaching h. Belum optimalnya
pelaksanaan program
pengembangan diri
(termasuk perekrutan
pembina).
i. Sekolah belum
mempunyai standar
proses belajar
mengajar.
j. Belum optimalnya
peran komite sekolah
dalam pengembangan
standar proses
pembelajaran.
k. Dimungkinkan
pelaksanaan penilaian
berbasis kelas belum
optimal.
l. Pelaksanaan laporan
hasil belajar siswa
setiap dua bulan sekali
belum terlaksana secara
optimal (belum tepat
waktu).
m. Pengelolaan laporan
hasil belajar siswa
belum optimal
n. Pelaksanaan aturan
pengawasan KBM
belum optimal.
o. Sosialisasi tentang
aturan pengawasan
KBM kepada siswa
kurang optimal.
p. Pengisian jurnal KBM
di kelas belum optimal.
q. Pengembangan uatan
lokal (ICT) belum
berjalan dengan baik.
r. Pemanfaatan ICT
dalam melaporkan hasil
belajar siswa belum
berjalan
s. Laporan hasil belajar
siswa belum bisa
diakses lewat internet.

3. Standar a. SKL materi ujian Sekolah a. Belum memiliki


Kompetensi (US) dibuat bersama-sama standar mutu lulusan
Lulusan tim guru mata pelajaran yang kompetitif di
(MGMP) Kabupaten kabupaten.
Tasikmlaya . b. Belum mempunyai
b. Soal US dibuat oleh guru standar mutu lulusan
mata pelajaran. yang berstandar
c. Upaya mewujudkan lulusan kabupaten.
yang kompetitif di tingkat c. Kompetensi lulusan
kabupaten. yang siap bersaing di
d. Lulusan diterima di tingkat SMA/SMK
pendidikan/jenjang lebih masih sedikit.
tinggi. d. Ada indikasi life skill
e. Adanya organisasi ikatan siswa masih rendah.
alumni.(misal: group ikatan e. Belum semua lulusan
alumni di facebook, Wa dll) memiliki akhlak mulia
sesuai ajaran Islam.
f. Identifikasi profil
alumni masih belum
optimal.
g. Daya saing lulusan
belum maksimal.
4. Standar a. Rasio Jumlah guru dan mata a. Jumlah guru GTT masih
Pendidik dan pelajaran sudah sesuai cukup banyak.
Tenaga (sebanding) b. Masih sedikit guru yang
Kependidikan b. Kualifikasi tenaga pendidik memiliki karya
sudah sesuai dengan BSNP pengembangan profesi.
(minimal S1). c. Masih sedikit guru yang
c. Semua guru telah berprestasi di bidang
menentukan tujuan akademis maupun non
pembelajaran yang akademis.
dibimbing. d. Belum ada program
d. Semua guru telah beasiswa guru yang
menghargai peserta didik melanjutkan jenjang S2
tanpa membedakan suku, dari lembaga.
adat, daerah asal, dan gender. e. Ada indikasi bahwa
e. Guru dapat berkomunikasi belum semua tanaga
secara santun dengan teman pendidik melakukan
sejawat, orang tua, dan siswa. identifikasi potensi
f. Beberapa guru sudah peserta didik
menyelesaikan pendidikan (kemampuan dan
tingkat master (S2). kesulitan dalam mata
g. Beberapa guru sudah mengisi pelajaran yang
pelatihan di tingkat sekolah, dibimbing).
kabupaten, provinsi, dan f. Belum semua guru
nasional. memahami teori belajar
h. Guru dan karyawan dan prinsip-prinsip
memiliki rasa empati pembelajaran yang
(kepekaan dan kepedulian) terkait dengan mata
yang mendalam kepada siswa pelajaran yang
dibimbing.
g. Belum semua guru
menerapkan berbagai
pendekatan, strategi,
metode, dan teknik
pembelajaran yang
mendidik secara kreratif
dalam mata pelajaran
yang dibimbing.
h. Belum semua guru
mampu memilih materi
pembelajaran sesuai
dengan pendekatan yang
dipilih dan karakteristik
peserta didik.
i. Belum semua guru
mampu menyusun
rancangan pembelajaran
yang lengkap, baik
untuk kegiatan di kelas,
di laboratorium, maupun
di luar kelas.
j. Belum semua guru
mampu
mengembangkan
instrumen penilaian
serta evaluasi proses dan
hasil belajar.
k. Belum semua guru
mampu melakukan
refleksi terhadap
pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
l. Ada indikasi bahwa
perilaku guru dan
karyawan belum dapat
diteladani secara
menyeluruh oleh peserta
didik dan anggota
masyarakat disekitarnya.
m. Ada indikasi bahwa
guru dan karyawan
belum menunjukkan
etos kerja dan
tanggungjawab yang
baik.
n. Belum semua tenaga
pendidik mengikutkan
orang tua peserta didik
dan masyarakat dalam
program pembelajaran
dan dalam mengatasi
kesulitan belajar peserta
didik.
o. Belum semua guru
menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran yang
dibimbing.
p. Belum semua tenaga
pendidik mampu
mengebangkan materi
pembelajaran yang
dibimbing secara
kreatif.
q. Ada indikasi guru dan
karyawan belum dapat
melakukan refleksi
terhadap kinerja diri
secara jujur dan
berkesinambungan.
r. Belum semua tenaga
pendidik dapat
melakukan penelitian
tindakan kelas untuk
meningkatkan kualitas
pembelajaran dalam
mata pelajaran yang
dibimbing.
s. Belum semua guru
mengikuti uji
kompetensi guru.
t. Rasa kekeluargaan di
lingkungan civitas
akademika belum
kompak secara
keseluruhan/maksimal.
u. Belum adanya indikator
yang jelas untuk
mengukur tingkat
keberhasilan guru.
v. Ada indikasi guru dan
karyawan dalam
melaksanakan tugas
masih belum optimal.
w. Belum adanya panduan
program pada masing-
masing rumpun mata
pelajaran.

5. Standar sarana a. Lokasi yang cukup strategis a. Sekolah belum


dan Prasarana untuk menjadikan sekolah mempunyai fasilitas
yang unggul dan diminati yang bagus terhadap
oleh masyarakat. pengembangan
b. Pemeliharaan fasilitas pengetahuan ICT.
bangunan secara rutin. b. Sarana kelas,
perpustakaan,
laboratorium, sanitasi,
dan ICT belum
memadai
c. Belum optimalnya
perawatan dan
pengaanan terhadap
fasilitas sekolah,
terutama alat-alat
elektronik pembelajaran.
d. Ada indikasi belum
adanya perencanaan
yang matang terhadap
pengadaan sarana dan
prasarana sekolah.
e. Belum tertibnya
administrasi fasilitas
yang dimiliki sekolah.
f. Belum tertibnya
penempatan barang-
barang inventaris
sekolah.
g. Belum optimalnya
fungsi komite dalam
pengadaan dan
pengembangan sarana
sekolah.
6. Standar a. Sekolah telah memiliki a. Pelaksanaan KTSP
Pengelolaan KTSP. masih belum berjalaaln
b. Untuk kepentingan bahan secara optimal.
ajar, disamping b. Pelaksaan remidi belum
menggunakan buku paket tersusun dengan baik.
yang tersedia di perputakaan, c. Strategi pembelajaran
juga banyak guru yang sudah yang dilakukan guru
memanfaatkan edukasi-net belum semua mengacu
dari JARDIKNAS (lewat pada pembelajaran
ICT). PAIKEM.
c. Adanya team teaching pada d. Belum terpenuhinya
mata pelajaran UN. aturan yang baku
d. Penggunaan media terhadap penilaian
pebelajaran (laboratorium, kinerja guru setiap
LCD, dan internet) dalam tahun sekali.(PK guru
PBM. dan SKP).
e. Setiap awal tahun ajaran e. Pengelolaan pada
baru, sekolah mengadakan kesiswaan perlu
penyegaran lewat work shop dioptimalkan.
pengembangan f. Kedisiplinan input nilai
pembelajaran. oleh guru masih perlu
f. Kalender pendidikan sudah dioptimalkan.
menunjukkan seluruh g. Belum semua mata
aktivitas KBM beserta pelajaran mempunyai
evaluasinya. program MGMP yang
g. Penempatan SDM sudah melakukan kegiatan
sesuai dengan kompetensi secara regular.
yang dimiliki. h. Masih kurang tertibnya
h. Penyebaran informasi timbal administrasi kegiatan
balik dari dan ke sekolah penunjang profesi
sudah cukup bagus, antara pendidik dalam rangka
lain lewat kunjungan orang mendukung proses
tua ke sekolah (dibuktikan sertifikasi.
dengan adanya buku i. Belum ada aturan
kunjungan orang tua murid). tentang sertifikat
i. Pembagian tugas diantara penghargaan bagi guru
pendidik sebagian besar dan karyawan pada
sudah merata meskipun setiap kegiatan lomba
masih perlu terus atau kejuaraan.
ditingkatkan dan evaluasi. j. Pemeliharaan fasilitas
j. Sudah adanya tata tertib sekolah masih belum
yang baik bagi siswa, guru, optimal.
dan karyawan. k. Belum ada tempat
k. Rapat koordinasi guru, staf penyimpanan dan sistem
dan karyawan sudah berjalan peminjaman alat-alat
dengan baik. inventaris sekolah
l. Pengadaan, penggunaan dan secara terpusat dan
persediaan bahan habis pakai tertib.
sudah bagus. l. Belum ada pendataan
m. Adanya dukungan sekolah ulang secara reguler
terhadap acara pelatihan terhadap sarana sekolah
guru, baik yang ada di dalam (bisa lewat wali kelas
maupun di luar sekolah. atau penanggung jawab
ruang).
m. Perlunya pengadaan
ruang penunjang lainnya
(ruang keterampilan
atau ruang aula).
n. Belum meratanya
fasilitas yang ada
dikelas.
o. Perlu adanya peninjauan
ulang pada insentif guru.
p. Gaji guru GTT dan PTT
belum memenuhi
standar UKM.
q. Masih perlunya
sosialisasio dan evaluasi
yang optimal peraturan /
tata tertib sekolah.
r. Sosialisasi KTSP belum
optimal.
s. Program konsultasi
sekolah dengan orang
tua/wali peserta didik
belum terjadwal setiap
tahun.
t. Belum ada program
rapat sekolah dengan
komite sekolah secara
reguler dan terjadwal.
u. Instrumen penjaminan
mutu sekolah belum
lengkap.
v. Sistem pengawasan,
pemantauan, supervisi,
evaluasi, dan pelaporan
belum optimal.
w. Belum ada buku
panduan yang jelas dari
masing-masing
penanggungjawab 8
(delapan) standar
nasional.
x. Kebijakan masih belum
mencerminkan bottom-
up process (masukan
dari bawah)
7. Standar a. Adanya subsidi guru bagi a. Kondisi biaya investasi
Pembiayaan siswa yang tak mampu belun tersosialisasikan
melalui dana peduli siswa. dengan baik.
b. Dana kontrak prestasi sangat b. Kondisi biaya
membantu dalam proses operasional setiap bulan
pengembangan keterampilan belum tersosialisasikan
guru. dengan baik.
c. Dukungan komite
sekolah terhadap biaya
penyelenggaraan
pendidikan di sekolah
selama kurun 3 tahun
terakhir belum optimal.
8. Standar a. Pemberlakuan rapor berkala a. Sekolah belum memiliki
Penilaian setiap 6 bulan. sistem dan prosedur
b. Adanya Sistem penilaian penilaian baku meliputi
yang terpadu dan teknik, jenis dan bentuk
berkesinambungan. penilaian sesuai dengan
standar penilaian
pendidik.
9. Standar a. Simulasi UNBK bersama, a. KKM masih belum
Kelulusan bekerja sama dengan dinas sesuai dengan standar
Pendidikan Provinsi Jawa yang ada.
Barat. b. Monitoring dan
b. Pelaksanaan sistem remidi evaluasi dari kepala
dan pengayaan oleh masing- dan wakil kepala
masing guru mata pelajaran. sekolah belum optimal.
c. Komite sekolah belum
terlibat secara optimal
dalam mengontrol
pelaksanaan standar
penilaian pendidikan.
d. Penanganan serta
pembinaan guru dan
karyawan yang
disinyalir masih
bermasalah dan belum
berjalan dengan baik.

2) Faktor Eksternal
a) Peluang, meliputi:
 adanya ruang gerak yang terbuka bagi lembaga pendidikan untuk
mengembangkan diri secara maksimal;
 dukungan Dinas Pendidikan, baik berupa kebijakan maupun finansial
yang semakin baik;
 apresiasi masyarakat terhadap sekolah semakin meningkat; serta
 terbuka kesempatan lulusan sekolah melanjutkan, baik ke jenjang yang
lebih tinggi.
b) Ancaman, meliputi:
 bermunculan sekolah unggul sebagai kompetitor;
 lingkungan di luar sekolah yang kurang edukatif;
 kebijakan publik yang belum menempatkan pendidikan sebagai prioritas
dalam pembangunan;
 sekolah belum menjadi pilihan utama bagi sebagian masyarakat; dan
 inkonsistensi kebijakan peerintah dala bidang pendidikan.
b. Alternatfif Pemecahan Masalah
a) Program Strategis
a) Pengembangan Kurikulum Tingkat Struan Pendidikan, meliputi:
 pengembangan KI/KD,
 pengembangan silabus,
 pengembangan RPP,
 pengembangan sistrem penilaian,
 pengembangan kurikulum muatan lokal, dan
 pengembangan kegiatan pengembangan diri.
b) Pengembangan proses pembelajaran, meliputi:
 Metodologi
 sistem penilaian
 Remidial / pengayaan
 pemanfaatan laboratorium
c) Peningkatan tingkat kelulusan siswa
d) Pengembangan kemampuan guru, meliputi:
 pengembangan keampuan pedagogik, dan
 pengembangan kemampuan teknologi informasi
e) Pembinaan olipiade sainsPebinaan ekstrakurikuler
f) Pengembangan kerja sama
g) Strategi Pelaksanaan/ Pencapaian
h) Pengebangan Kurikulum Tingkat Saatuan Pendidikan, meliputi:
 pelaksanaan work shop,
 in house training,
 supervisi klinis, dan
 MGMP sekolah.
i) Pengembangan proses pebelajaran, meliputi:
 work shop,
 peningkatan kesejahteraan guru, dan
 supervisi kelas,
j) Peningkatan tingkat kelulusan siswa, meliputi:
 menjalin kerja sama dengan komite sekolah,
 menjalin kerja sama dengan lembaga lain,
 supervisi kelas,
 try out Ujian Nasional,
 belajar tambahan siang/sore.
k) Pengembangan kemampuan guru, meliputi:
 work shop dan
 pelatihan komputer.
l) Pembinaan olimpiade sains
 pembentukan tim olimpiade sains, dan
 pelatihan peserta.
m) Pembinaan ekstrakurikuler
 pembentukan kelompok ekstrakurikuler,
 pelaksanaan latihan terjadwal, dan
 pelaksanaan uji coba.
n) Pengembangan sarana dan prasarana
 inventarisasi sarana dan prasarana,
 pemenuhan standar minimal sarana dan prasarana, serta
 pemeliharaan sarana dan prasarana.
o) Pengebangan kerja sama, meliputi:
 kerja sama dengan komite sekolah serta
 kerja sama dengan lembaga lain.
3). Hasil yang diharapkan
a) Terpenuhinya kurikulum sekolah sesuai SNP tentang:
 pemetaan KI/KD,
 silabus seluruh mata pelajaran untuk semua tingkat,
 RPP seluruh mata pelajaran untuk semua tingkat,
 dokumen sistem penilaian seluruh mata pelajaran untuk semua
tingkat,
 KI/KD kurikulum muatan lokal seluruh tingkat, dan
 program pengembangan diri yang mengakoodasi bakat/minat siswa.
b) Tingkat kelulusan meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun,dan
perolehan nilai meningkat.
c) Guru profesional dalam melaksanakan tugas, yang ditandai dengan:
 memiliki perencanaa mengajar,
 memiliki dokumen penilaian,
 melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian,
 melaporkan hasil kegiatan penilaian, dan
 terampil mengoperasikan komputer serta mengaplikasikannya dalam
proses pembelajaran.
b) Pada tahun 2017 salah Satu Guru produktif mendapatkan penghargaan
sebagai juaran 1 guru berprestasi dan berdeikasi Tingakat nasional
c) Berprestasi dalam bidang ekstrakurikuler pada tingkat kabupaten
d) Terpenuhi standar minimal sarana dan prasarana pendidikan sesuai SNP
pada tahun 2019.
e) Terbentuk kerja sama dengan lembaga horizontal dan vertikal yang dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
B. Tujuan Supervisi
Supervisi pendidikan mempunyai tujuan dan manfaat yang penting. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Membangkitkan dan mendorong semangat guru dan pegawai administrasi sekolah
lainnya untuk Menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
2) Agar guru dan pegawai administrasi lainnya berusaha melengkapi kekurangan-
kekurangan mereka dalam penyelenggaraan pendidikan, termasuk bermacam-
macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses
belajar dan mengajar yang baik.
3) Bersama-sama berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-
metode baru demi kemajuan proses belajar dan mengajar yang baik.
4) Membina kerja sama yang harmonis antara guru, murid, dan pegawai sekolah.
Misalnya, dengan mengadakan seminar, work shop, in-service, maupun training.

Empat tujuan supervisi tersebut menjadi target pelaksanaan supervisi. Sehingga,


tercipta budaya unggul di sekolah, budaya yang berbasis etos kerja tinggi, kompetisi
sportif, kerja sama yang harmonis, dan pelayanan yang kompetitif terhadap stake
holders lembaga pendidikan. Dengan budaya unggul itu pula, kepuasan publik dapat
terwujud.
C. Fungsi Supervisi
Fungsi supervisi menyangkut bidang kepemimpinan, hubungan kemanusiaan,
pembinaan proses kelompok, administrasi personil, dan bidang evaluasi. Pengertian
supervisi tersebut mempertegas bahwa supervisi dilakukan secara intensif kepada
guru. Hal ini secara tidak langsung berdampak pada prestasi belajar siswa. Berpijak
pada keterangan ini, maka supervisi pendidikan mempunyai tiga fungsi, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan
2. Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan unsur-unsur yang terkait
dengan pendidikan.
3. Sebagai kegiatan dalam hal meimpin dan membimbing.
Dari sinilah, supervisi pendidikan bisa mencerahkan dan memperbaiki secara
konsisten program lembaga pendidikan sehingga meraih kesuksesan. Perubahan
menjadi indikator nyata kesuksesan supervisi. Perubahan ke arah yang lebih dinamis
dan produktif yang terlihat dari guru, siswa, dan sektor manajeen menjadi pijakan
bagus dala meraih keberhasilan yang dicita-citakan bersama.

D. Peranan Supervisi Pendidikan


Peran utama supervisor adalah sebagai koordinator, konsultan, pemimpin
kelompok, dan evaluator. Sebagai koordinator, tugasnya adalah mengoordinasi
program belajar dan mengajar tugas anggota staf. Sebagai konsultan, tugasnya adalah
memberi bantuan, mengkonsultasikan masalah yang dialami oleh guru secara
individual dan kolektif. Sebagai pemimpin kelompok, tugasnya adalah memimpin
sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensi kelompok saat mengembangkan
kurikulum, ateri pelajaran, dan kebutuhan profesional guru-guru secara bersama.
Sebagai pemimpin kelompok, ia dapat mengembangkan keterampilan dan kiat-kiat
dala bekerja untuk kelompok (working for the group), bekerja dengan kelompok
(working with the group)dan bekerja melalui kelompok (working through the group.
Sedangkan sebagai evaluator, tugasnya adalah membantu guru-guru dalam menilai
hasil dan proses belajar, menilai kurikulum yang sedang dikembankang, juga belajar
menatap dirinya sendiri.
Peranan supervisi sangat tergantung pada tingginya supervisor memeran diri di
tengah komunitasnya. Mampukah ia memimpin anggotanya dengan pemikiran dan
gerakannya? Sanggupkah ia mengoordinasi kegiatan yang melibatkan banyak pihak?
Dapatkah ia membekali teori dan metode baru kepada anggotanya? Mampukah ia
mewujudkan visi dan misi lembaga yang menjadi konsensus bersama? Jawaban-
jawaban pertanyaan ini adalah medan perjuangan dan pengabdian supervisor di
sekolahnya.
E. Tipe atau Gaya Supervisi Pendidikan
Dalam melakukan supervisi, supervisor seyogianya mempelajari tipe dan gaya
supervisi. Tentu, tipe ini disesuaikan dengan lokalitas. Tipe atau gaya supervisi
dibedakan menjadi lima, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tipe autokratis
Supervisor autokratis menganggap bahwa fungsinya sebagai penentu segala
kebijakan yang harus dijalankan dan cara menjalankannya. Selanjutnya, ia
mengawasi pelaksanaan kebijakannya oleh bawahannya. Tipe ini mirip dengan
inspeksi. Otoritas mutlak ada di pihak supervisor.
2. Tipe Demokratis
Supervisor demokratis melaksanakan fungsinya secara konsekuen dengan fungsi
supervisi yang sebenarnya. Fungsi tersaebut adalah membina dalam arti semurni-
murninya. Otoritas supervisor seimbang dengan otoritas dengan pihak yang
disupervisi.
3. Tipe Pseudo/Quasi Demokratis (Demokratis Semu)
Dalam praktiknya, sering terdapat supervisor yang berbuat. Seolah-olah ia
demokratis dengan mengadakan rapat untuk memusyawarahkan sebuah problem.
Tetapi, dalam rapat, ia memaksakan rencana dan keinginannya agar diikuti oleh
bawahan dengan cara/muslihat yang halus dan licin. Atau, dapat juga bahwa yang
dilaksanakannya bukan keputusan rapat, dengan alasan yang dipaksakan.
4. Tipe Manipulasi Demokratis
Supervisor melaksanakan prinsip demokratis, seperti mengadakan
rapat/musyawarah. Tetapi, dengan kelihaiannya, ia berusaha menggiring pikiran
seluruh peserta rapat agar menyetujui kehendaknya.
5. Tipe Laissez-faire
Supervisor menginterprestasikan demokratis dengan memberikan kebebasan
seluas-luasnya kepada bawahannya. Sehingga, supervisor kehilangan otoritasnya
sama sekali. Supervisor menyerahkan/mempercayai bawahannya untuk mengabil
keputusan apa saja.

Pada dasarnya, tidak ada supervisor yang secara mutlak menggunakan salah satu
dari tipe-tipe tersebut. Tetapi, sesuai dengan situasi dan kondisi atau permasalahan
yang dihadapi, maka seorang supervisor cenderung berbaur. Misalnya, dalam
upacara bendera, supervisi yang digunakan adalah tipe otoriter. Sedangkan dalam
memimpin piknik, supervisor menggunakan tipe laissez-faire. Fleksibilitas sangat
penting diterapkan supaya organisasi berjalan dengan baik, kolektif, dan penuh
kekeluargaan. Fleksibilitas ini merupakan indikator bahwa supervisor benar-benar
memahami masalah yang ada di lapangan. Sehingga, pendekatan yang digunakan
menjadi relevan dan konstektual karena mampu menyelesaikan masalah dan
membawa perubahan besar dalam dinamika organisasi sekolah.
F. Proses Supervisi Pendidikan
Dalam pelaksanaan atau proses supervisi pendidikan, terlibat adanya berbagai
ragam/corak. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Supervisi yang Preventif
Supervisor senantiasa berusaha mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan. Ia harus berusaha memberikan nasihat dan sran untuk menghindari
terjadinya kesalahan-kesalahan serta berbagai kesulitan/gangguan yang mungkin
bisa terjadi.
2. Supervisi yang Korektif
Supervisor ini lebih bersifat mencari kesalahan keslahan bawahannya. Hal
tersebut baik keslahan prinsipil, teknis, maupun dalam melaksanakan instruksi-
instruksi instrumen. Atau, kesalahan dalam sejumlah ketentuan yang diberikan
oleh pihak supervisor.
3. Supervisi yang Konstruktif
Supervisor senantiasa berusaha membangkitkan semangat membangun dan
mengebangkan potensi bawahannya demik peningkatan prestasi serta
produktivitas. Kritik yang bersifat membangun adalah ciri dari proses supervisi
ini. Dalam kependidikan, supervisi semaca ini cenderung mengikuti asas tut wuri
handayani.
4. Supervisi yang Kreatif
Supervisor senantiasa memperhatikan inisiatif, daya cipta, penelitian,
kepemimpinan, dan hasil-hasil penemuan, bawahannya. Perhatian ini dapat
dilakukan dalam bentuk memberikan penghargaan, piagam, atau predikat-predikat
keteladanan lainnya.
5. Supervisi yang Kooperatif
Supervisor ini selalu mengutamakan kerja sama, partisipasi, usyawarah, dan
toleransi dengan bawahannya. Hal ini dilakukan demi pengebangan dan kemajuan
pendidikan. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi selalu
mengikutsertakan bawahannya dengan seluas-luasnya. Keberanian mengkritik dan
siap dikritik secara sportif dan konstruktif merupakan kebiasaan/budaya yang
mendarah daging antara supervisor dengan orang-orang yang disupervisi.

Proses supervisi tersebut seyogianya dilakukan secara holistik, dinais, dan


produktif dengan mengedepankan partisipasi, demokratisasi, dan akuntabilitas.
Jangan sampai supervisor memaksakan kehendak terhadap bawahannya karena
akan menimbulkan disharmoni sosial, dan hasilnya tidak efektif karena sifatnya
instan.

G. Prinsip Supervisi
Prinsip-prinsip yang dijadikan pegangan oleh supervisor adalah sebagai
berikut:
1. Prinsip dasar/fundamental ( fundamental/basic principle). Setiap pemikiran, sikap,
dan tindakan seorang supervisor harus berdasarkan pada sesuatu yang kokoh, seperti
Pancasila sebagai dasar falsafah negara kita. Konsistensi supervisor dalam
mengamalkan Pancasila sangat penting.
2. Prinsip praktis. Selain prinsip pundamental, dalam pelaksanaan sehari-hari, seorang
supervisor berpijak pada prinsip praktis yang meliputi prinsip positif dan negatif.
3. Prinsip positif, yaitu pedoman yang harus dijalankan oleh supervisor agar pembinaan
yang dilakukan berjalan sukses. Pedoman ini eliputi beberapa hal, di antaranya
adalah sebagai berikut:
a. Supervisi harus konstruktif dan kreatif.
b. Supervisi dilakukan secara profesional.
c. Supervisi dilakukan secara progresif, tekun dan sabar.
d. Supervisi seyogyanya mampu mengembangkan potensi, bakat, dan kesanggupan
dalam mencapai kemajuan.
e. Supervisi hendaklah memperhatikan kesejahteraan dan hubungan yang baik dan
dinamis.
f. Supervisi hendaklah bertolak dari keadaan yang nyata (das sein) menuju sesuatu
yang dicita-citakan (das sollen).
g. Supervisi dilakukan secara jujur, obyektif dan siap meng evaluasi diri sendiri dei
kemajuan.
4. Prinsip negatif tidak boleh dilakukan oleh seorang supervisor. Prinsip negatif
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Supervisi tidak boleh memaksakan kemauannya (otoriter) kepada orang yang
disupervisi. Argumentasi rasional yang berkaitan dengan tindakan dan instruksi
harus dikembangkan agar tidak menghambat kreativitas bawahannya.
b. Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan, hubungan pribadi, keluarga,
pertemanan, dan lain sebagainya.
c. Supervisi tidak enutup kemungkinan terjadinya perkembangan dan hasrat untuk
maju bagi bawahannya dengan alasan apapun. Supervisi tidak boleh terlalu cepat
mendapatkan hasil, mendesak, dan memperkuda bawahan.
d. Supervisi tidak boleh mengekploitasi bawahan.
e. Supervisi tidak boleh menuntut prestasi diluar kemampuan bawahannya/cita-cita
muluk yang hampa.
f. Supervisi tidak boleh egois, tidak jujur, dan enutup diri terhadap kritik dan sran dari
bawahannya.
Prinsip-prinsip supervisi tersebut memudahkan supervisor dalam melakukan tugas dan
tanggungjawabnya. Ia bisa disenangi dan kehadirannya selalu ditunggu oleh
bawahannya karena sifatnya yang demokratis, konstruktif, dan produktif. Kehadirannya,
walaupun sebentar, bisa mengubah situasi dan suasana. Ia menghindar sifat negatif-
destruktif, seperti menekan, memaksa, dan mendikte. Semua gagasan berkembang
dengan baik secara elaboratif dan komunikatif. Para anggota bisa menyampaikan
pikirannya secara terbuka dan bertanggungjawab. Kesimpulan dan rekomendasi yang
diteluyrkan diterima dan didukung oleh semua pihak, baik mampu menggugah
kesadaran dan memompa semangat untuk maju secara progresif dan masif.

H. Beberapa Kendala Pelaksanaan Supervisi di Sekolah


Program yang baik tidak akan luput dari kendala atau rintangan dalam aplikasinya.
Demikian juga supervisi. Dalam pelaksanaan supervisi, ternyata banyak kendala yang
dijumpai. Berikut adalah beberapa kendala tersebut:
1) Kurangnya Ghirah Keilmuan Guru
Tujuan utama supervisi adalah peningkatan kualitas guru. Namun, guru menempa
diri dsengan berbagai kegiatan ilmiah tidak serta merta meningkat kualitasnya.
Sebab, ada yang mengikutinya karena kewajiban organisasi, terkesan terpaksa,
sekadar mengikuti perintah, namun tidak mapu menyerap filosofi yang terkandung
di dalamnya. Sehingga, selesai acara, selesai sudah semuanya, tidak ada efek yang
ditimbulkan. Realitas ini menjadi pandangan umum di berbagai tempat. Guru yang
kreatif dan dinamis sehingga mampu memanfaatkan setiap acara untuk menggali
dan mengembangkan bakat, kuantitasnya masih sedikit. Kebanyakan mereka adalah
guru muda yang masih energik, tidak mempunyai banyak kesibukan keluarga, dan
kuatnya idealisme dalam dada.
Kurangnya ghirah keilmuan guru ini menjadi kendala utama pengembangan
kualitas guru. Tentu, ini adalah pekerjaan berat karena bentuknya mengubah
mindset, mental, dan kesadaran guru yang sudah terbentuk lama atau bawaan lahir.
Namun, di sinilah tantangan menarik bagi supervisor, khususnya kepala sekolah.
Keteladanan menjadi sumber inspirasi, motivasi, dan imajinasi yang secara
bertahap akan memancarkan aura keilmuan dalam membangkitkan semangat
intelektualitas guru.
Selain itu, orang Indonesia sering kali lebih enghormati orang luar daripada
orang pribumi. Dalam pemahaman yang hampir sama, orang luar daerah lebih
dihormati daripada orang daerah itu sendiri. Membalikkan realitas ini tidak mudah.
Namun dalam menggairahkan potensi guru, realitas ini bisa diamnfaatkan.
Misalkan, mendatangkan orang luar untuk mengisi acara diskusi, menjadi fasilitator
workshop, seminar, dan lain sebagainya. Para guru lebih serius mengikutinya,
mempraktikkan teorinya, dan mengembangkan wacananya. Walaupun demikian,
secara bertahap, bangsa ini harus dilatih memanfaaatkan sumber daya internal yang
lebih memahami realitas budaya sendiri dan demi berkembanya kader bangsa.
Banyak kaum profesional di Indonesia yang lebih memilih berkarier di luar
negeri. Sebab, di negara sendiri, mereka tidak mendapat apresiasi yang layak.
Justru, di negara orang lain, mereka mendapat segala yang diinginkan. Inilah
kelemahan bangsa kita yang harus diatasi secara bertahap. Kader-kader muda sudah
waktunya diberikan wahana aktualisasi secara masif untuk memimpin perubahan
secara masif dan eskalatif. Dalam konteks menggairahkan semangat belajar guru,
kader-kader muda dijadikan garda depan untuk mendorong semangat belajar guru
senior, baik sebagai dinamisator, fasilitator, inspirator, maupun komunikator.
BAB III
PROGRAM SUPERVISI
SMK AL-MADANIYAH SALAWU
TAHUN PELAJARAN 2019-2020

Supervisi pendidikan adalah salah satu elemen krusial dalam pendidikan yang
mendorong perbaikan demi perbaikan untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita bersama. Cita-
cita yang diimpikan oleh seluruh elemen, baik negara, lembaga pendidikan, siswa, wali murid,
maupun masyarakat secara umum. Perbaikan ini dilakukan secara individual maupun
berkelompok.
Objek utama supervisi adalah para guru yang mempunyai peran vital dalam
membentuk karakter anak. Selain guru, objek supervisi pendidikan tentu semua elemen yang
terlibat didalamnya, seperti sektor manajemen, tata usaha, pembiayaan, hubungan masyarakat,
sarana dan prasarana, kurikulum, serta kesiswaan.
Supervisi pendidikan bertujuan menumbuhkan kesadaran dari dalam. Sehingga, timbul
keinginan untuk melakukan perbaikan demi perbaikan supaya pendidikan mengalami
peningkatan kualitas, terhindar dari kemorosotan, keterbelakangan, dan kemunduran.
Supervisi juga bertujuan membangun kebersamaan dan kekompakan dalam melangkah sesuai
target yang ditentukan.
A. Pedoman Pelaksanaan Supervisi
Diperlukan pedoman khusus agar dapat meraih cita-cita besar dalam supervisi. Pedoman
supervisi sangat penting supaya efektif dan produktif dalam pelaksanaannya. Pedoman
supervisi adalah sebagai berikut:
1. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum dengan segala sarana dan
prasarananya.
2. Membantu dan membina guru/kepala sekolah dengan cara memberikan petunjuk,
penerangan, dan pelatihan agar mereka dapat meningkatkan keterampilan dan
kemampuan dala mengajar.
3. Membantu kepala sekolah/guru untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah.

Tiga pedoman tersebut mengisyaratkan bahwa tata kerja yang harus dilakukan dala
melaksanakan supervisi pendidikan adalah berkaitan dengan hal-hal berikut:
1. Supervisi adalah pelayanan atas seluruh kegiatan pembelajaran dan tertib
administrasinya secara akademik.
2. Penelitian terhadap semua aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan keadaan
sarana dan prasarana belajar, keadaan siswa. Selain itu, juga berkenaan dengan
permasalahan yang dihadapi sekolah dan seluruh aktivitasnya, pencarian solusi atas
sebuah masalah, serta penerapan dan pelaksanaan model baru untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang lebih baik.
3. Pengawasan akademik dan administrasinya.
4. Evaluasi terhadap semua yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu guru dan
kinerjanya, kurikulum, anak didik, alat-alat pendidikan, sistem eval;uasi, dan
kelembagaan lainnya.
5. Penertiban kesesuaian antara jabatan dan tugas para karyawan, staf, para guru, dan
seluruh pihak yang terkait. Caranya, dengan menerapkan proposionalitas guru dan
keahliannya dalam mata pelajaran yang dijarkannya. Hal ini dimaksudkan agar para
siswa meneria pebelajaran yang efektif dan efisien. Cara lainnya adalah mengutaakan
keahlian para guru untuk mengebangkan kretivitas siswa dalam pebelajaran di
sekolah dan luar sekolah.

Pedoman fungsional tersebut menjadikan supervisi memegang peranan penting


dalam meningkatkan kualitas sekolah dan pembelajarannya. Hal-hal yang berkaitan
dengan program supervisi adalah menyangkut tata cara menyususn kurikulum,
memanfaatkan sarana dan prasarana pendidikan, aktivitas pebelajaran, aktivitas para
guru, kreativitas pengebangan pendidikan dan proses belajar mengajar, penelurusan
minat dan bakat siswa, sistem evaluasi kelembagaan dan evaluasi pembelajaran,
pencarian solusi alternatif terhadap masalah yang dihadapi, serta pengembangan guru
dan siswa dalam peningkatan intelektualitas dan kemandiriannya.

Pedoman pelaksanaan supervisi tersebut mengingatkan seluruh guru untuk


menyususn rencana yang baik dalam proses pembelajarannya. Sehingga, proses
belajar dan mengajar bisa berjalan secara berkualitas, serta tidak menyalahkan dan
mengkambinghitamkan orang lain. Supervisor seyogianya melaksanakan tugasnya
dengan baik dan konstruktif, tidak apatis,, pasif, dan stagnan dengan membiarkan
lembaga pendidikan dala kondisi terbelakang.
B. Tugas Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Dalam rangka menjalankan kegiatan kinerja, kepala sekolah yang efektif tidak
akan lepas dari problematika kegiatan belajar mengajar yang merupakan tugas atau
sorotan pokok kinerja supervisi kepala sekolah. Adapun tugas kepala sekolah sebagai
supervisor adalah:
a. Merancang, mengarahkan, dan mengoordinasi semua aktivitas agar sekolah
berjalan dengan baik menuju tercapainya tujuan sekolah;
b. Membimbing para guru agar menunaikan tugasnya dengan penuh semangat dan
kegembiraan;
c. Membimbing para murid untuk belajar rajin, tertib, dan giat;
d. Menjaga suasana dalam sekolah, baik antar guru, antar murid, antar pegawai,
aupun antar kelas, sehingga tercapai suasana kekeluargaan;;
e. Melaksanakan hubungan baik dengan luar sekolah; dan
f. Menjaga adanya koordinasi antar seksi dalam organisasi sekolah.

Jadi, dalam melaksanakan supervisi, kepala sekolah harus mampu membantu


meningkatkan situasi belajar pada umumnya dan membantu guru agar ia mengajar
lebih baik, sehingga murid-urid dapat belajar lebih baik lagi dengan indikator yang
paling kentara, yaitu eningkatnya potensi akademis peserta didik.

Sementara, fungsi utama supervisi ditujukan pada perbaikan kualitas pengajaran


dalam kinerja guru dengan performa profesionalisme yang tinggi. Made Pidarta
mendeskripsikan bahwa fungsi supervisi adalah membantu sekolah menciptakan
lulusan yang baik dalam kuantitas maupun kualitas, serta membantu para guru agar
bisa dan dapat bekerja secara profesional sesuai dengan kondisi masyarakat tempat
sekolah itu berada. Dan yang paling urgen bahwa fungsi utama supervisi adalah pada
tiga ranah atau aspek, yaitu eningkatkan mutu pembelajaran, fungsi memicu unsur
yang terkait dengan pembelajaran, serta fungsi membina dan memimpin.

Nurdin Marry mengatakan lebih jauh lagi tentang fungsi supervisi. Ia


mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja,
tetapi juga untuk mengoordinasi, enstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan
guru. Hal itu juga dikemukakan oleh beberapa pakar supervisi bahwa fungsi dasar
supervisi ialah memperbaiki situasi belajar mengajar dala arti luas.
C. Kompetensi Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Melihat pada konteks supervisi yaitu pada aspek situasi belajar mengajar di sekolah,
maka aspek tersebut dapat diperbaiki bila supervisor atau pemimpin pendidikan atau
kepala sekolah mampu menerjemahkan profesionalitasnya dengan beberapa
kompetensi, meliputi:
a. Mengoordinasi semua usaha sekolah,
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah,
c. Memperluas pengalaan guru-guru,
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif,
e. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus,
f. Menganalisis situasi belajar mengajar,
g. Meberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf, serta
h. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam mewruuskan tujuan-
tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.

Jadi lancar tidaknya suatu sekolah dan tinggi rendahnya mutu sekolah tidak
hanya ditentukan oleh jumlah guru dan kecakapannya, tetapi lebih banyak
ditentukan oleh cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan di sekolahnya.
Begitu pula untuk melaksanakan supervisi, ditentukan oleh kesanggupan guru-
gurunya dan bagaimana kepala sekolah dapat mengikutsertakan semua potensi yang
ada dalam kelompoknya semaksimal mungkin. Mengikutsertakan dan
memanfaatkan anggota-anggota kelompoknya itu, tidak dapat dengan cara dominasi
yang otoriter. Sebab, dengan cara yang otoriter, seorang pemimpin akan mempunyai
sikap “lebih” sehingga tidak dapat menimbulkan rasa tanggung jawab yang sebaik-
baiknya.
D. Jadwal Supervisi Tahun Pelajaran 2019-2020
PROGRAM SUPERVISI SMK AL-MADANIYAH
REKAPITULASI PELAKSANAAN SUPERVISI KELAS
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
PERENCANAAN
Desember
September Oktober November Ketera
Kela minggu
NO Nama Guru Mapel Minggu ke… minggu ke… minggu ke… ngan
s ke…

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Nurhayati, S.Pd. Fisika X V
Neni Suryani,
2 S.Pd. Matematika X V
Febby Herawan,
3 S.Pd. PJOK XI V
Bahasa
Ita Rospita, S.Pd.
4 Indonesia X V
Mamah
5 Suhamah, S.Pd. Seni Budaya X V
Ujang
6 Ruhimat,S.Ag PKN XI V
Diki Dzulfikri Sejarah
7 ,S.P. Indonesia X V
8 Muksin,S.PdI PAI XII V
Sunsun
9 Gunawan,S.P Produktif X V
Simulasi
Elis Sopia,S.P.
10 Digital X V
Siti hanifah,
11 S.P.Gr. Produktif XII V
12 Nurhayati, S.Pd. PKK XI V
Kepala Sekolah Ketua Program Keahlian

Drs.Nanang Budiman,.M.PdI Ida Farida,M.Pd


BAB IV
PENUTUP

Supervisi pendidikan mempunyai peranan signifikan dalam mendinaisasi kualitas


pendidikan di sekolah. Guru sebagai target utama supervisi sering kali menunjukkan banyak
kelemahan, diantaranya tidak disiplin ketika mengajar, sering memakai pendekatan
kekerasan, tidak mengembangkan ilmu dan wawasan, malas mengikuti diskusi, seminar,
pelatihan, work shop, dan sejenisnya. Ia merasa sudah pintar sehingga tidak mau menerima
masukan, ide, dan gagasan orang lain. Keleahan-kelemahan guru inilah yang mendorong
supervisor untuk aktif melakukan supervisi secara cermat, gradual, dan fungsional.
Kata kunci dalam supervisi memang supervisor. Ia adalah pemegang kebijakan,
pengendali, dan pengatur irama supervisi yang berdampak besar dalam dunia pendidikan.
Supervisor harus banyak membaca buku-buku supervisi, mengikuti seminar, diskusi,
pelatihan, work shop, simposium, dan lain-lain tentang supervisi. Selain itu, ia juga harus
banyak melakukan penelitian, baik kuantitatif, kualitatif, atau campuran keduanya, banyak
menulis, berorganisasi, dan lain-lain. Dari kegiatan ini, supervisor akan mempunyai
kompetensi yang berkualitas dalam elakukan supervisi. Sehingga, pengaruhnya besar dalam
mendinamisasi kualitas lembaga pendidikan.
Berbagai macam kajian dalam program ini, mulai dari Pengertian Supervisi,
Pengertian Supervisi Pendidikan, Komponen dan Prinsip Supervisi Pendidikan, Analisis
Pendidikan (di Sekolah) oleh Supervisor, Tujuan Supervisi, Fungsi Supervisi, Peranan
Supervisi Pendidikan, Tipe atau Gaya Supervisi Pendidikan, Proses Supervisi Pendidikan,
Prinsip Supervisi, Beberapa Kendala Pelaksanaan Supervisi di Sekolah, Pedoman
Pelaksanaan Supervisi, Tugas Kepala Sekolah sebagai Supervisor, Kompetensi Kepala
Sekolah sebagai Supervisor adalah untuk rangka membantu para supervisor enjalankan
tugasnya. Visi dalam melahirkan lembaga pendidikan yang kompetitif seharusnya ada pada
jiwa supervisor. Formalitas yang lebih menekankan birokrasi-prosedural yang
menganaktirikan esensi dan substansi sudah saatnya diakhiri. Formalitas ini menghancurkan
kualitas sehingga kemajuan sekolah tersendat.
Tidak ada kata terlambat dalam melakukan percepatan kualitas. Semua kebijakan dan
langkah pasti membawa resiko. Namun, itulah tanggung jawab supervisor, khususnya kepala
sekolah. Ia harus berani mengambil keputusan pada saat yang tepat, berani menanggung
resiko atas keputusan yang diambil, kreatif mengelola konflik kepentingan, dan selalu
responsif terhadap perubahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Ametembun. 2012. Administrasi Personil Sekolah. Bandung: Suri.

Gaffar. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Rosdakarya.

Hamalik. 2013. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Sumber Ilmu.

Handoko. 2013. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: FE-UGM.

Kemendikbud. 2012. Petunjuk Peningkatan Mutu di Sekolah Dasar. Jakarta: Kemendikbud.

Megginson. 2010. Pengembangan Sumber Daya Manusia Jakarta: Alex Media Komputindo.

Mulyadi. 2013. Fungsi Personil dalam Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Musanef. 2011. Manajemen Kepegawaian Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.

Randal. 2011. Personil dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alumni.

Sudirman. 2014. Upaya Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Angkasa.

Sujak. 2014. Kepemimpinan Manajer, Eksistensi dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali
Press.

Sutisna. 2009. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Zainun. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gunung Agung


Kakbadrus 2010 (Oneline) http://www.scribd.com/doc/20777772/Perlunya-Meningkatkan-
Sdm-Guru
(http://www.khusnuridlo.net/2010/07/langkah-langkah-supervisi-akademik. html)
(http://www.khusnuridlo.net/2010/07/langkah-langkah-supervisi-akademik.htm

Anda mungkin juga menyukai