Laprak 2. Pembersihan, Sortasi, Dan Grading
Laprak 2. Pembersihan, Sortasi, Dan Grading
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PASCA PANEN
(Pembersihan, Sortasi, dan Grading)
Oleh:
Nama : Nahda Balqis Salma
NPM : 240110150022
Hari, Tanggal Responsi : Jumat, 24 Maret 2017
Waktu/Shift : 09.00 – 10.40 WIB/A1
Asisten : 1. Adryani Tresna W.
2. Eki Dwiyan Saputra
3. Mizanul Hakam
4. Umaya Nur Uswah
2.1 Pembersihan
Pembersihan merupakan proses yang dapat dikatakan sederhana tetapi
mampu memberikan dampak dan manfaat yang sangat besar bagi mutu dari suatu
produk bahan hasil pertanian. Pembersihan merupakan suatu proses membuang
benda asing atau bahan yang tidak sejenis dari suatu produk bahan hasil pertanian.
Dilihat dari definisinya, maka dapat disimpulkan tujuan dari proses pembersihan
ini adalah menghilangkan kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki yang
menempel atau terbawa pada hasil pertanian setelah bahan tersebut dipanen
(Amalia, 2014).
Kotoran atau benda asing yang dapat menempel di permukaan kulit suatu
produk bahan hasil pertanian dapat berupa logam (besi), mineral (tanah, minyak,
batu), tanaman (daun, biji, kulit), binatang (rambut atau bulu, tulang, darah, larva,
serangga), zat kimia (pupuk, pestisida, herbisida). Berdasarkan prosedurnya
pembersihan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Dry cleaning (cara kering)
Prosedur kering merupakan pemisahan yang dilakukan dengan
menggunakan udara, magnet, atau dilakukan secara manual (fisik). Prosedur ini
diaplikasikan pada produk bahan hasil pertanian yang berukuran kecil. Prosedur
ini meliputi:
a. Penyaringan (screening)
b. Pemungutan (hand picking)
c. Peniupan (winnowing)
Keuntungan dan kerugian dari prosedur pembersihan dengan cara kering
adalah sebagai berikut.
a. Keuntungan
Keuntungan dari prosedur pembersihan cara kering adalah sebagai berikut.
- Memiliki kekuatan mekanik yang tinggi
- Memiliki kadar air rendah pada biji-bijian dan kacang-kacangan
- Lebih murah dan mudah dibandingkan dengan wet cleaning.
b. Kerugian
Kerugian dari prosedur pembersihan cara kering adalah memerlukan biaya
tambahan untuk mencegah debu dan kontaminasi ulang
5. Derajat Sosoh
m total−(m Mengapur+ m Rusak+m b.asing+m Gabah)
Derajat Sosoh =
m total
50,0124 g−(5,1826 g + 0,009 g + 0,008 g + 0)
Derajat Sosoh =
50,0124 g
Derajat Sosoh = 0,8960 g x100% = 89,6 %
6. Rendemen
Mbenda asing +Mgabah
a) Rendemen pembersihan = x100%
Mawal
0,008 g + 0
= x 100 %
50,0124 g
= 15,9%
Mutuh +Mpatah +Mhijau/mengapur +Mrusak/kuning
b) Rendemen sortasi = x100%
Mawal
16,3101 g +5,1820 g+0,009 g
= x100%
50,0124 g
= 42,99 %
Mutuh +Mpatah
c) Rendemen Grading = ×100%
Mawal
16,3101 g + 14,1447 g
= x100%
50,0124 g
= 60,89 %
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum Teknik Pasca Panen kali ini, materi yang dibahas adalah
mengenai pembersihan, sortasi, dan grading. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, pembersihan didefinisikan sebagai suatu proses pemisahan produk
dengan kotoran, bahan asing dan atau bahan yang tidak sejenis. Sortasi
didefinisikan sebagai proses pemisahan produk yang telah dibersihan ke dalam
beberapa kategori sesuai dengan sifat fisiknya, dan grading atau pemutuan
didefinisikan sebagai proses pemisahan produk berdasarkan nilai komersialnya
dan penggunaannya.
Dalam praktikum kali ini, proses yang dilakukan adalah sortasi dan grading
saja. Hasil yang diperoleh dari proses sortasi menunjukkan bahwa beras yang
digunakan sebagai bahan praktikum memiliki butir utuh seberat 16.3101 gram
(32.61%), butir patah seberat 14.1447 gram (28.28%), butir menir seberat 15.174
gram (30.34%), butir mengapur seberat 5.1820 gram (10.362%), butir kuning
seberat 0.009 gram (0.0179%), dan benda asing seberat 0.008 gram (0.0159%).
Selama melakukan sortasi, terjadi perubahan massa beras dimana massa akhir
setelah disortasi adalah 50,8284 gram sedangkan massa awalnya adalah 50,0124
gram. Massa yang hilang tersebut sebesar – 0,816 gram. Massa yang hilang
tersebut bernilai negatif atau berarti terdapat penambahan massa karena ketika
proses sortasi berlangsung terdapat penambahan butir beras secara tidak singaja.
Selain itu, proses sortasi ini dilakukan secara manual sehingga sangat
dimungkinkan terjadi kesalahan.
Derajat sosoh dari beras yang menjadi bahan praktikum ini adalah sebesar
89.6%. Derajat sosoh ini menunjukkan jumlah persentase terkupasnya lapisan
bekatul. Berdasarkan standar yang ditetapkan untuk beras, beras standar SNI
harus memiliki derajat sosoh minimal lebih dari 95%. Namun, beras tersebut
memiliki derajat sosoh yang kurang dari 95% sehingga beras tersebut tidak
memenuhi standar SNI. Selain dilihat dari derajat sosohnya, kualitas dari beras
juga harus ditinjau dari kadar air dan butir berasnya.
Menurut standar SNI yang sudah ditentukan, beras yang memiliki kualitas
baik adalah beras yang memiliki kadar air maksimal 14 sampai 15%. Kadar air
dari beras yang menjadi bahan praktikum ini memiliki kadar air sebesar 13 %.
Berdasarkan kadar airnya, beras ini cenderung baik karena tidak melebihi
persyaratan yang ada. Beras yang memenuhi standar SNI harus memiliki butir
utuh minimal 35%, butir patah minimal 25%, butir menir maksimal 5%, butir
kuning maksimal 3%, butir mengapur maksimal 3%, gabah maksimal 2 butir, dan
benda asing maksimal 0,02%. Sedangkan, data yang didapatkan selama praktikum
menunjukkan beras bahan praktikum memiliki persentase butir utuh yang kurang
dari standar, butir patah yang melebihi standar, butir menir yang sangat melebihi
standar, butir mengapur yang melebihi standar, benda asing bisa dikatakan sesuai,
dan tidak terdapatnya gabah. Namun bukan berarti karena memenuhi dua dari
sekian banyak persyaratan, beras tersebut dapat digolongkan memenuni standar
SNI, karena beras yang sesuai adalah yang memenuhi semua syarat.
Dari hasil yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa beras yang
menjadi bahan dari praktikum ini memiliki kualitas yang kurang baik karena tidak
sesuai dengan standar yang ada. Namun hasil dari praktikum ini belum akurat
karena proses sortasi dilakukan secara manual dan kemungkinan praktikan
melakukan kesalahan pada saat menyortir beras. Kesalahan tersebut dapat
disebabkan perbedaan perspektif antar praktikan sehingga memengaruhi
perhitungan persentase hari butir beras tersebut. Kerusakan butir beras tersebut
juga dapat disebabkan oleh proses penyimpanan yang kurang baik oleh penjual
sehingga menurunkan kualitas dari beras itu sendiri.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melaksanakan praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Pembersihan adalah sebuah proses pemisahan produk dari kotoran dan bahan
yang dikehendaki atau tidak sejenis. Pembersihan dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu cara kering dan cara basah.
2. Sortasi adalah sebuah proses pemisahan suatu produk yang sebelumnya telah
dibersihkan ke dalam beberapa kategori berdasarkan karakteristik fisiknya
namun belum sampai ke penggolongan mutunya.
3. Grading atau pemutuan adalah proses pemisahan suatu produk berdasarkan
nilai komersialnya.
4. Beras yang menjadi bahan dari praktikum ini memiliki kualitas yang kurang
bagus, karena tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
5. Pengujian beras ini didasarkan pada standar SNI.
6.1 Saran
Saran yang diperoleh untuk praktikum selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Sebelum melaksanakan praktikum, sebaiknya praktikan memahami materi
yang akan dilakukan percobaan sehingga akan lebih mudah.
2. Alat yang akan digunakan praktikum agar diperhatikan kembali pada saat
mau memulai praktikum agar mengurangi kesalahan.
3. Ketersediaan alat lebih dimaksimalkan agar proses praktikum bisa optimal
dan hasilnya bisa lebih akurat.
4. Praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan dan perhitungan hasil
percobaan.
5. Lebih menjaga ketenangan dan kebersihan pada saat melaksanakan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumentasi Praktikum