Naskah diterima: 12 Oktober 2017; revisi: 27 Maret 2018; disetujui 27 Maret 2018
http://dx.doi.org/10.29123/jy.v11i1.252
Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani) | 91
Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani) | 93
Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani) | 95
Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani) | 97
Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani) | 99
Keadilan substantif adalah keadilan yang terkait dengan Keadilan prosedural adalah keadilan yang terkait dengan
isi putusan hakim dalam memeriksa, mengadili, dan perlindungan hak-hak hukum para pihak penggugat/
memutus suatu perkara yang harus dibuat berdasarkan tergugat/pihak yang berkepentingan) dalam setiap
pertimbangan rasionalitas, kejujuran, objektivitas, tahapan proses acara di pengadilan.
tidak memihak (imparsiality), tanpa diskriminasi dan
berdasarkan hati nurani (keyakinan hakim).
Jika hasil pengukuran nilainya positif, maka dianggap Jika hasil pengukuran nilainya positif, maka dianggap
memenuhi keadilan substantif, sebaliknya jika hasil terdapat keadilan prosedural, sebaliknya jika hasil
pengukuran nilainya negatif tidak ada keadilan pengukuran nilainya negatif maka tidak ada keadilan
substantif. prosedural.
Hakim merupakan pelaksana inti yang hukum normatif, yaitu penelitian yang mengkaji
secara fungsional melaksanakan kekuasaan hukum sebagai norma dalam bentuk putusan
kehakiman. Oleh karena itu, keberadaannya pengadilan dan perundang-undangan. Metode
sangat penting dan determinan dalam menegakkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
hukum dan keadilan melalui putusan-putusannya kasus dan pendekatan perundang-undangan.
(Sutiyoso, 2006: 5). Pendekatan kasus dilakukan dengan menelaah
permasalahan sengketa konsumen antara PT X
Dasar-dasar atau alasan yang dirumuskan
dengan RS dalam Putusan Nomor 184 K/PDT.
oleh hakim harus dimuat dalam pertimbangan
SUS-BPSK/2016.
atau konsideran yang mendukung putusan
sebagai pertanggungjawaban kepada masyarakat Hal pokok yang dikaji adalah pertimbangan
mengapa ia mengambil putusan demikian hukum hakim dengan mempertimbangkan
sehingga suatu putusan mempunyai nilai objektif putusan tingkat sebelumnya. Sementara itu
(Wardah & Sutiyoso, 2007: 217). Selain itu, hakim pendekatan perundang-undangan dilakukan
juga bertanggung jawab terhadap para pihak, dengan menelaah peraturan perundang-undangan
pengadilan yang lebih tinggi dan ilmu hukum yang berhubungan dengan permasalahan hukum
sehingga putusan mempunyai wibawa dan bukan yang sedang dihadapi.
karena hakim tertentu yang menjatuhkannya
Bahan-bahan hukum yang diperoleh
(Mertokusumo, 1990: 5).
dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis
ini difokuskan pada substansi hukumnya dengan
II. METODE
menelaah bahan-bahan hukum yang diperoleh
Jenis penelitian ini tergolong penelitian secara sistematis dan utuh. Hasil telaah bahan-bahan
Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani) | 101
Tabel 2. Analisis Isi Perjanjian Klausula Baku tentang Ketentuan dan Persyaratan Keanggotaan
Dikaitkan dengan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen
Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani) | 103
5. Nomor 14 menyatakan: “Untuk melindungi Ketentuan tersebut bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1)
kepentingan bisnisnya dan demi keselamatan huruf c yang menyatakan pelaku usaha dilarang: “Menyatakan
dan pertimbangan para anggota lainnya, Jasa bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali
kebugaran milik PT X berhak memutuskan uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli
keanggotaan setiap anggota. Alasan pemutusan oleh konsumen.”
dapat berupa perilaku yang dianggap tidak
pantas, termasuk juga tindakan kekerasan
terhadap anggota lain atau staf Jasa kebugaran
milik PT X. Semua uang yang telah
dibayaran tidak dapat dikembalikan.”
6. Nomor 16 menyatakan: “Anda perlu Ketentuan tersebut bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1)
menunjukkan kartu keanggotaan anda untuk huruf f dan g yang menyatakan pelaku usaha dilarang:
masuk ke Jasa kebugaran milik PT X. Jika
kartu anda hilang atau dicuri, anda wajib a. Huruf f: “Memberi hak kepada pelaku usaha untuk
menghubungi klub untuk menerbitkan kembali mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta
kartu pengganti. Anda bertanggung jawab atas kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa.”
biaya penggantian kartu, Jasa kebugaran
milik PT X berhak untuk menaikkan biaya b. Huruf g: “Menyatakan tunduknya konsumen kepada
penggantian kartu dari waktu ke waktu.” peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan
dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh
pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa
yang dibelinya.”
Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat dapat saja dengan aturan baru/tambahan tersebut
diketahui bahwa dalam kutipan klausula- mengalihkannya kepada konsumen.
klausula baku tersebut, konsumen harus tunduk
Selain itu menaikkan biaya dalam berbagai
pada aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau
fasilitas dengan sepihak memungkinkan
pengubahan lanjutan yang dibuat oleh pelaku
merugikan pihak konsumen dan mengurangi
usaha secara sepihak. Hal ini jika dikaitkan
harta kekayaan konsumen secara nyata, seperti
dengan Pasal 18 ayat (1) huruf g Undang-Undang
larangan pelaku usaha pada Pasal 18 ayat (1) huruf
Perlindungan Konsumen mengatur mengenai
f Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang
larangan pelaku usaha yang menentukan bahwa:
berbunyi: “Memberi hak kepada pelaku usaha
“Menyatakan tunduknya konsumen kepada
untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi
peraturan yang berupa aturan baru, tambahan,
harta kekayaan konsumen yang menjadi objek
lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang
jual beli jasa.”
dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa
konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya” Klausula-klausula baku di dalam perjanjian
keanggotaan nomor 1, 4, 12, 16, dan 17 telah
Ketentuan tersebut, jika dicermati kutipan
melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1) huruf
klausula baku dalam perjanjian keanggotaan
g dan huruf f Undang-Undang Perlindungan
terdapat unsur yang menjelaskan bahwa
Konsumen. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
memberikan kesempatan kepada pelaku
bahwa pada perjanjian keanggotaan nomor
usaha untuk membuat aturan baru, tambahan,
11 dan 14 terdapat klausula: “…pembayaran
lanjutan dan/atau pengubahan isi perjanjian
bulanan/uang yang telah dibayarkan tidak dapat
secara sepihak. Oleh karena itu dimungkinkan
dikembalikan …” Jika dikaitkan dengan Pasal
bahwa tindakan sepihak yang dilakukan oleh
18 ayat (1) huruf c yang berbunyi melarang
pelaku usaha menguntungkan baginya dan
pelaku usaha untuk: “Menyatakan bahwa
menghindarkan dari berbagai risiko karena
pelaku usaha berhak menolak penyerahan
Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani) | 105
Tabel 3. Analisis Isi Perjanjian Keanggotaan Tambahan tentang Pernyataan Penolakan Tanggung
Jawab dikaitkan dengan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen
Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani) | 107
Tabel 4. Hasil Pengukuran Keadilan Subtantif pada Putusan Nomor 184 K/PDT.SUS-BPSK/2016
Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani) | 109
jika dibandingkan dengan Putusan Nomor 184 maka putusan kasasi menjadi kurang bermakna
K/PDT.SUS-BPSK/2016 karena lebih banyak dilihat dari aspek perlindungan konsumen.
parameter keadilan yang terpenuhi. Majelis hakim
Putusan Nomor 184 K/PDT.SUS-BPSK/2016 IV. KESIMPULAN
dalam membuat pertimbangan hukum kurang
cermat sehingga putusan yang dihasilkan tidak Berdasarkan hasil pembahasan diperoleh
melindungi konsumen sebagai pihak yang simpulan sebagai berikut:
dirugikan dan posisinya lemah. 1. Isi klausula baku dalam perjanjian
Majelis hakim Putusan Nomor 184 K/PDT. keanggotaan jasa kebugaran milik PT X
SUS-BPSK/2016 seharusnya mempertimbangkan telah melanggar ketentuan Pasal 18 ayat
dampak yang muncul dari dibuatnya putusan (1) huruf a, c, e, f, dan g. Konsekuensinya
ini terhadap perlindungan konsumen sebagai adalah batal demi hukum. Isi perjanjian
pihak yang lemah berhadapan dengan pelaku tersebut dianggap tidak pernah ada dan tidak
usaha. Majelis hakim seharusnya tidak hanya mengikat para pihak. Majelis hakim kasasi
mempertimbangkan dari sisi formal kewenangan tidak mempertimbangkan sama sekali isi
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam gugatan tentang perjanjian klausula baku
memeriksa sengketa konsumen sebagaimana yang dimohonkan oleh penggugat untuk
diatur oleh Pasal 1 angka 8 Keputusan Menteri dibatalkan dan diseuaikan dengan Pasal 18
Perindustrian Nomor 350/MPP/Kep/12/2001, Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
sehingga putusannya menganggap bahwa sengketa Putusan kasasi justru menilai bahwa
tersebut bukan sebagai sengketa konsumen Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
yang menjadi kewenangan Badan Penyelesaian tidak berwenang memeriksa dan memutus
Sengketa Konsumen. Jika hanya sisi tersebut sengketa tersebut karena tidak memenuhi
Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani) | 111