Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sabuk Gempa Pasifik (Ring of Fire) merupakan daerah berbentuk seperti
tapal kuda yang mengelilingi Samudera Pasifik mencakup panjang 40.000 km.
Sekitar 90% gempa bumi terjadinya di daerah ini dan 81% gempa bumi terbesar
terjadi di sepanjang Cincin Api tersebut. Indonesia masuk ke dalam Sabuk Gempa
Pasifik sehingga sering terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi. Seringnya
Indonesia dilanda gempa bumi menyebabkan resiko terjadinya tsumami akan
semakin besar pula. Resiko tersebut akan semakin meningkat karena Indonesia
berada pada pertemuan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia.
Berdasarkan pengalaman historis, kejadian tsunami sangat membahayakan
bagi komunitas masyarakat di wilayah pesisir pantai, meskipun daerah tersebut
jauh dari kawasan yang rawan gempa bumi (tektonik maupun vulkanik) bawah
laut. Dampak yang dapat ditimbulkan akibat bencana tsunami sangatlah besar,
yaitu dapat berupa kematian, kehilangan harta benda, kehancuran sarana dan
prasarana khususnya didaerah pesisir pantai, menimbulkan gangguan ekonomi dan
bisnis, bahkan dapat mengganggu keadaan psikologis (traumatik) masyarakat.
Negara-negara atau kota yang rentan terhadap bencana tsunami sudah
selayaknya memiliki suatu tindakan preverentif dan mitigasi untuk menghadapi
serangan tsunami baik itu pra maupun pasca agar mengurangi resiko yang
ditimbulkan bencana tsunami, sesuai dengan Undang-undang No. 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain
dengan pembuatan dokumen mitigasi bencana, pembangunan lokasi evakuasi yang
dapat digunakan baik yang bersifat alamiah berupa bukit, maupun buatan berupa
bangunan khusus untuk penampungan masyarakat saat terjadi bencana. Selain itu,
pembuatan rambu evakuasi dan rute evakuasi serta penyuluhan kepada masyarakat
agar masyarakat menjadi terlatih dan tidak panik saat bencana tsunami benar-benar
terjadi.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian tsunami
2. Untuk mengetahui penyebab tsunami
3. Untuk mengetahui gejala tsunami
4. Untuk mengetahui proses terjadinya tsunami
1
5. Untuk mengetahui rambatan tsunami
6. Untuk mengetahui karakteristik tsunami
7. Untuk mengetahui skema terjadinya tsunami
8. Untuk mengetahui dampak tsunami
9. Untuk mengetahui system peringatan dini tsunami
10. Untuk mengetahui cara kerja
11. Untuk mengetahui mitigasi tsunami
12. Untuk mengetahui penilaian bahaya tsunami
13. Untuk mengetahui peringatan tsunami
14. Untuk mengetahui cara menanggulangi tsunami
15. Untuk mengetahui cara upaya penyelamatan tsunami
16. Untuk mengetahui cara mengahadapi tsunami
17. Tsunami di Mentawai

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Tsunami
Tsunami merupakan gerakan badan air yang disebabkan perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut dapat
disebabkan oleh gempa yang berasal dari bawah laut, letusan gunung berapi bawah
laut, longsor bawah laut, atau di laut atau meteor. Gelombang tsunami mampu
merambat ke segala arah. Energi yang terdapat dalam gelombang tsunami sangatlah
besar.
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan
kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempa bumi yang
terjadi di dasar laut.
Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut
dengan kedalaman7000 m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam.
Kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi
gelombangnya di tengah laut tidak lebihdari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang
sedang berlayar diatasnya jarang merasakan adanya tsunami. Berbeda dengan
gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya
lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya
berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk,atau
muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya
meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.
B. Penyebab Terjadinya Tsunami
1. Gempa dibawah laut
Gempa bumi yang terjadi di bawah laut merupakan penyebab paling sering
terjadinya tsunami. Gerakan vertikal pada kerak bumi (gempa) dapat
menyebabkan dasar laut naik atau turun secara mendadak, yang menyebabkan
gangguan keseimbangan air yang ada di atasnya. Kondisi ini mengakibatkan
terjadinya aliran energi laut, yang ketika tiba di pantai menjadi tsunami. Walaupun
demikian, tidak semua gempa yang terjadi di bawah laut mampu menyebabkan
tsunami. Gempa bumi bawah laut yang menyebabkan terjadinya tsunami adalah
gempa bumi yang memenuhi kriteria seperti berikut :
a) Pusat gempa kurang dari 30 kilometer dibawah permukaan laut
b) Gempa bumi yang berkekuatan minimal 6,5 SR
c) Gempa bumi yang diakibatkan pola sesar naik atau turun

3
2. Meletusnya Gunung Berapi
Gunung berapi banyak terdapat di seluruh penjuru dunia. Letusan dari gunung
berapi mampu menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa yang terjadi
karena letusan gunung berapi). Meskipun sangat jarang terjadi, tsunami yang
disebabkan letusan gunung berapi berdampak sangat dahsyat. Ditambah lagi jika
posisi gunung berapinya ada di bawah laut.
3. Longsor Bawah Laut
Longsor bawah laut umumnya terjadi akibat hantaman antara lempeng benua
dan lempeng samudera yang disebabkan gempa dan perubahan air laut. Keadaan
ini membentuk paling laut secara tiba-tiba mempengaruhi pergerakan volume air
yang mendadak. Pada skala tertentu bisa menyebabkan tsunami. Ciri-ciri tsunami
yang disebabkan oleh longsor bawah laut adalah gempa yang berskala kecil tapi
mampu mengakibatkan tsunami yang dahsyat.
4. Hantaman Meteor
Tsunami juga bisa terjadi akibat jatuhnya meteor ke lautan. Selain itu, meteor
yang jatuh ke permukaan laut juga bisa menyebabkan ketidakseimbangan lempeng
di bawah laut yang menimbulkan terjadinya gempa. Hal ini jarang terjadi, akan
tapi berakibat tejadinya tsunami yang sangat besar.
5. Ulah Manusia
Beberapa ulah manusia juga memungkinkan untuk merusak bumi. Misalnya,
untuk menguji senjata untuk perang seperti bom nuklir. Jika pengujian tersebut
dilakukan di lautan, hal ini berpotensi menimbulkan gempa di bawah laut yang
berpotensi menimbulkan tsunami.
C. Gejala Tsunami
a. Diawali dengan gempa bumi.
b. Air laut tiba-tiba surut
c. Bau garam menyengat
d. Langit tampak berwarna hitam
e. Terjadi ledakan yang dahsyat
D. Proses Terjadinya Tsunami
Tsunami bisa terjadi disebabkan gangguan yang dapat menyebabkan
perpindahan air dalam jumlah yang besar, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi,
tanah longsor atau meteorit yang jatuh menimpa permukaan bumi. Namun, 90 %
tsunami disebabkan oleh gempa yang berpusat di bawah laut.
Gerakan vertikal di kerak bumi bisa menyebabkan kenaikan dasar laut atau
menjatuhkan secara mendadak, yang mampu mengakibatkan gangguan keseimbangan
air di dalamnya. Kondisi ini mengakibatkan aliran energi air laut, yang ketika tiba di
pantai menjadi gelombang tsunami yang dihasilkan besar.

4
Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut tempat sumber
gempa terjadi, dimana kecepatannya mampu mencapai ratusan kilometer per jam.
Ketika tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi berkurang.
Di tengah, tinggi gelombang tsunami laut hanya mencapai beberapa
sentimeter sampai beberapa meter. Akan tetapi, saat mencapai pantai, tinggi
gelombang mampu mencapai puluhan meter karena ditambah jumlah air di
sebelumnya. Ketika tsunami mencapai pantai, gelombang akan menjalar menjauhi
dari garis pantai dengan jangkauan beberapa ratus meter bahkan dapat mencapai
beberapa kilometer.
E. Rambatan Tsunami
Kecepatan rambat gelombang tsunami berbeda-beda, tergantung pada
kedalaman laut. Di laut dalam, kecepatan rambat tsunami mencapai 500 – 1000km per
jam atau setara dengan kecepatan pesawat terbang namun ketinggian gelombangnya
hanya sekitar 1 meter. Ketika gelombang tsunami ini sudah mendekati pantai,
kecepatan rambatnya hanya sekitar 30 km per jam, namun ketinggian gelombangnya
bisa mencapai puluhan meter. Ini sebabnya banyak orang yang sedang berlayar di laut
dalam tak menyadari adanya tsunami. kehancuran mengerikan yang disebabkan oleh
tsunami.
F. Karakteristik Tsunami
a. Kecepatan Tsunami
Secara empiris, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan
percepatan gravitasi di tempat tersebut. Untuk di laut dalam, kecepatan tsunami
bisa setara dengan kecepatan pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin
dangkal lautnya, kecepatan tsunami semakin berkurang, yaitu berkisar antara 2 –
5 km/jam.
b. Ketinggian Tsunami
Ketinggian gelombang Tsunami berbanding terbalik dengan kecepatanya.
Artinya, jika kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya
beberapa puluh centimeter saja. Sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan
tsunaminya kecil, sedangkan ketinggian gelombangnya cukup tinggi, bisa
mencapai puluhan meter.
Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah bentuk pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :
1) Pantainya terjal
Bentuk pantai seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi
tsunami dipantulkan oleh slope (pembatas). Sehingga pemantulannya secara

5
utuh mengikuti periode tsunami, tanpa pecah. Tinggi gelombang yang
gelombang yang dihasilkan antara 1 – 2 meter.
2) Pantainya Landai
Bentuk pantai ini mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh
pantai, disini berlaku prinsip dasar energi, yakni energi selalu konstan.
Sehingga jika kecepatannya berkurang maka amplitudonya besar, panjang
gelombangnya berkurang dan mengakibatkan pecahnya gelombang. Hal inilah
yang mengakibatkan tinggi gelombang tsunami bisa mencapai puluhan meter.
G. Skema Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor
yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya
ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau
turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di
pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana
gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam.
Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam
dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi
gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai
pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan
masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis
pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi
juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke
bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga
dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa
yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-
turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya
terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh

6
dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi
megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
H. Dampak Tsunami
1. Dampak Positif
a) Tumbuhnya kerjasama untuk menolong korban bencana
b) Timbulnya rasa kemanusiaan
c) Mengetahui sampai kekuatan konstruksi bangunan yang telah ada serta
kelemahannya sehingga bisa dilakukan inovasi baru untuk kekuatan konstruksi
yang lebih baik
2. Dampak Negatif
a) Banyak terdapat kerusakan rumah dan fasilitas umum
b) Banyak menimbulkan korban jiwa
c) Muncul kekacauan ekonomi dan politik
d) Timbul penyakit
I. Sistem Peringatan Dini Di Indonesia
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah
mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami
Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG
mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan
tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini
akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem
Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik
instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-
pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan
Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk
mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat
mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa
terjadi. Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen:
1. Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko,
2. Peramalan,
3. Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut),
4. Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.
J. Cara Kerja
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja
yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional,
daerah dan bermuara di Masyarakat.

7
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf
(pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan
melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO
GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa
dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi
menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling
yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO
PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari
peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk
memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk.
Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan
tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan
Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada
masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna
ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa
tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET
(Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System)
dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun
banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat
ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada
masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga
mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat
lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk.
Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia).
Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu
tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya
kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.
K. Mitigasi Tsunami
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi
kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak
dapat dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat
didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi atau menghilangkan resiko jangka
panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap manusia dan harta-benda”

8
(FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala pihak terkait pada
tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat
diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan
menerapkan teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam
untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting
tersebut: 1) penilaian bahaya (hazard assessment), 2) peringatan (warning), dan 3)
persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi. Unsur kunci lainnya
yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat mendukung adalah penelitian
yang terkait (tsunami-related research).
L. Penilaian Bahaya (Hazard Assessment)
Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya. Untuk
setiap komunitas pesisir, penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk mengidentifikasi
populasi dan aset yang terancam, dan tingkat ancaman (level of risk). Penilaian ini
membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik sumber tsunami, probabilitas
kejadian, karakteristik tsunami dan karakteristik morfologi dasar laut dan garis pantai.
Untuk beberapa komunitas, data dari tsunami yang pernah terjadi dapat membantu
kuantifikasi faktor-faktor tersebut. Untuk komunitas yang tidak atau hanya sedikit
memiliki data dari masa lalu, model numerik tsunami dapat memberikan perkiraan.
Tahapan ini umumnya menghasilkan peta potensi bahaya tsunami, yang sangat penting
untuk memotivasi dan merancang kedua unsur mitigasi lainnya, peringatan dan
persiapan.
M. Peringatan (warning)
Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem
peringatan untuk memberi peringatan kepada komunitas pesisir tentang bahaya
tsunami yang tengah mengancam. Sistem peringatan didasarkan kepada data
gempabumi sebagai peringatan dini, dan data perubahan muka airlaut untuk
konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem peringatan juga mengandalkan berbagai
saluran komunikasi untuk menerima data seismik dan perubahan muka airlaut, dan
untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang. Pusat peringatan (warning
center) haruslah: 1) cepat – memberikan peringatan secepat mungkin setelah
pembentukan tsunami potensial terjadi, 2) tepat – menyampaikan pesan tentang
tsunami yang berbahaya seraya mengurangi peringatan yang keliru, dan 3) dipercaya –
bahwa sistem bekerja terus-menerus, dan pesan mereka disampaikan dan diterima
secara langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

9
N. Cara penanggulangan Tsunami
1. Melaksanakan evakuasi secara intensif.
2. Melaksanakan pengelolaan pengungsi.
3. Melakukan terus pencarian orang hilang, dan pengumpulan jenazah.
4. Membuka dan hidupkan jalur logistik dan lakukan resuplay serta pendistribusian
5. Logistik yang diperlukan.
6. Membuka dan memulihkan jaringan komunikasi antar daerah atau kota.
7. Melakukan pembersihan kota yang hancur dan penuh puing dan lumpur.
8. Menggunakan dana pemerintah untuk penanggulangan bencana dan gunakan pula
dengan tepat sumbangan dana baik dari dalam maupun luar negeri.
9. Menyambut dengan baik dan libatkan unsur civil society.
O. Persiapan Menghadapi Tsunami
1. Mengetahui pusat informasi bencana, seperti Posko Bencana, Palang Merah
Indonesia, Tim SAR. Kenali areal rumah, sekolah, tempat kerja, atau tempat lain
yang beresiko. Mengetahui wilayah dataran tinggi dan dataran rendah yang
beresiko terkena Tsunami.
2. Jika melakukan perjalanan ke wilayah rawan Tsunami, kenali hotel, motel, dan
carilah pusat pengungsian. Adalah penting mengetahui rute jalan keluar yang
ditunjuk setelah peringatan dikeluarkan.
3. Siapkan kotak Persediaan Pengungsian dalam suatu tempat yang mudah dibawa
(ransel punggung), di dekat pintu.
4. Siapkan peersediaan makanan dan air minum untuk pengungsian.
5. Siapkan selalu peralatan P3K lengkap.
6. Membawa barang secukupnya saja untuk keperluan pengungsian.
7. Segera mengungsi setelah ada pemberitahuan dari pihak yang berwenang atas
penyebaran informasi tentang tsunami.
8. Jika hanya ada sedikit waktu sebelum datang tsunami,segera mencari pintu dan
mencari jalan keluar dari rumah atau gedung dengan segera.
9. Carilah tempat yang tinggi dan aman dari gelombang tsunami,atau mengikuti rute
dan tempat yang suah ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
10. Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada tempat Anda
berada,bila ingin menyelamatkan harta benda carilah yang mudah dan ringan
dibawa.
11. Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat
evakuasi. Jika bisa ajaklah tetangga dekat Anda untuk pergi bersama-sama.
12. Jika tsunami terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, cepat keluar dan
cari tempat yang tinggi dan aman.
13. Memberikan bantuan kepada korban luka-luka. Berikan bantuan P3K dan panggil
bantuan. Jangan pindahkan orang yang terluka, kecuali yang luka serius.
14. Segera membangun tenda pengungsian apabila keadaan untuk kembali ke rumah
tidak memungkinkan
P. Upaya Penyelamatan diri saat terjadi Tsunami
10
1. Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat. Janganlah
ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan lautan.
2. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat
pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke
tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan
teman-teman yang lain.
3. Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar
berita daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu
ke laut.
4. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke
daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
5. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada
korban. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut
dekat pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju
ke tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan
teman-teman yang lain.
6. Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar
berita daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu
ke laut.
7. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke
daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
8. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada
korban.
Q. TSUNAMI DI MENTAWAI
Gempa Bumi Kepulauan Mentawai 2010 terjadi pada 25 Oktober 2010 dengan
7,7 Mw. Gempa bumi terjadi dilepas pantai Sumatra. Terjadi di lepas pantai Sumatra,
Indonesia. United States Geological Survey (USGS) menyatakan gempa terjadi pada
pukul 21:42 waktu lokal (14:42 UTC), sekitar 150 mil (240 km) sebelah barat
Bengkulu, dekat dengan Kepulauan Mentawai. USGS awalnya melaporkan
episentrum gempa Bumi terjadi pada kedalaman 20,5 mil (33,0 km), tetapi kemudian
melaporkan bahwa kedalaman episentrum gempa pada kedalaman 8,8 mil (14,2 km)
dan kemudian 12,8 mil (20,6 km) USGS juga awalnya memperkirakan magnitudo
gempa 7,5 skala richter sebelum merevisi menjadi 7,7 skala richter.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan
peringatan tsunami. Peringatan kemungkinan tsunami disampaikan, tetapi kemudian
dicabut setelah kemungkinan ancaman tsunami berlalu. Juru bicara BMKG
menyatakan, gempa bumi dirasakan di kota-kota terdekat, tetapi tidak ada kerusakan
11
maupun korban jiwa yang dilaporkan. BMKG menyatakan bahwa gempa Bumi terjadi
dengan kekuatan 7,2 skala richter. Namun, setelah Peringatan dari BMKG dicabut,
Tsunami terjadi setinggi 3-10 meter dan setidaknya 77 desa hancur. Berdasarkan
Pacific Tsunami Warning Center, gempa menyebabkan sebuah tsunami, yang
dilaporkan melanda Resor Selancar Macaronis di Kepulauan Mentawai, yang
menghantam dua perahu sewaan. Akibatnya 286 orang dilaporkan tewas dan 252
orang lainnya dilaporkan hilang, hal ini disebabkan terpencilnya lokasi (pulau hanya
dapat dijangkau dengan kapal laut) sehingga membuat laporan korban mengalami
keterlambatan.
Gempa susulan:
1. 5.0 - 25 Oktober, 15:21:12 UTC

2. 6.1 - 25 Oktober, 19:37:30 UTC


3. 4.9 - 25 Oktober, 22:10:03 UTC
4. 6.2 - 25 Oktober, 22:59:53 UTC

12
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tsunami merupakan gerakan badan air yang disebabkan perubahan permukaan laut
secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut dapat disebabkan oleh
gempa yang berasal dari bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah
laut, atau di laut atau meteor. Gelombang tsunami mampu merambat ke segala arah.
Energi yang terdapat dalam gelombang tsunami sangatlah besar.

Terjadinya tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkab


perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung berapi,
gempa bumi maupun meteoryang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat
gempa bumi bawah laut.

Dampak tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak menelan
korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk menghadapi tsunami.

B. Saran

Makalah ini hanyalah sebagai acuan dan bahan pembelajaran yang mungkin masih
banyak kekurangannya, maka dari itu kritik maupun saran yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Dasar. (2017). “Tsunami: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Proses”. Diakses 10 April
2018, pukul 19:24, (https://www.ilmudasar.com/2017/04/Pengertian-Dampak-Proses-Terjadi-
dan-Penyebab-Tsunami-adalah.html)

https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Kepulauan_Mentawai_2010

14

Anda mungkin juga menyukai