Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keberlangsungan hidup manusia tidak terlepas dari pendidikan dalam
mengembangkan potensi dirinya. Usaha sadar yang dilakukan manusia
meningkatkan kualitas diri melalui dunia pendidikan tentunya ada
perencanaan agar usaha itu terealisasikan dengan baik. Perencanaan dalam
dunia pendidikan ini disebut dengan kurikulum. Dimana kurikulum
menjadi jantung dari suatu pendidikan. Adapun ilmu yang dapat
meningkatkan SDM seorang individu adalah matematika. Menilik peranan
matematika dalam kehidupan, matematika harus diterapkan disekolah.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pelajaran serta
penerapan matematika ikut mengalami perubahan dari masa ke masa yang
menyesuaikan dengan perkembangan tersebut. Dalam perjalanan sejarah
sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
dan direncanakan pada tahun 2004. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Hal ini
menunjukkan bahwa kurikulum pada pengajaran matematika bersifat
dinamis dan hendaknya dirancang dan dipersiapkan dengan matang sesuai
dengan kebutuhan tuntutan zaman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurikulum matematika?
2. Bagaimana perkembangan kurikulum pada tahun 1947-1994
khususnya pada pengajaran matematika ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum matematika.
2. Untuk mengetahui perkembangan kurikulum tahun 1947-1994 pada
pengajaran matematika.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Matematika
Menurut Soedijarto, kurikulum merupakan segala pengalaman dan
kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir siswa atau mahasiswa
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan suatu lembaga
pendidikan dibawah bimbingan sekolah.
Definisi kurikulum yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”.
Kurikulum sebagai jembatan untuk menuju tujuan pada satuan
pendidikan diuraikan atas beberapa mata pelajaran. Satu diantara mata
pelajaran tersebut adalah matematika.
Berdasarkan pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa
kurikulum matematika merupakan suatu perencanaan yang berkaitan
dengan matematika dan cara mengorganisasikan materi matematika di
sekolah.
2. Kurikulum 1952
kurikulum 1952 merupakan penyempurnaan kurikulum dari
Renjtana Pelajaran 1947. Pada tahun 1952 ini, pemerintah Indonesia
melalui Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih merinci pada
setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rencana Pelajaran Terurai
1952.
1
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013)
h.2
4
3. Kurikulum 1964
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari rencana pelajaran
1958. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar
rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok
bidang studi yakni, moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan
dan jasmani. Semua pelajaran tersebut diberikan sejak kelas I, II, dan
III. Kurikulum sekolah dasar tahun 1964 dapat dikategorikan sebagai
correlated curriculum. Kurikulum pada masa ini mengarahkan dan
membekali anak didik untuk siap terjun ke dunia kerja.3
4. Kurikulum 1968
2
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik.(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2016) h.18
3
Ibid, h. 19
5
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 untuk SD/SMP dan SMA sedangkan Kurikulum
1976 untuk Sekolah Keguruan dan SMK. Struktur program untuk SD
meliputi bidang studi Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa
Indonesia, IPS, Matematika (Pelajaran ilmu aljabar dan ilmu ukur),
IPA, Olahraga, Kesenian. Untuk SMP ditambah bidang studi Bahasa
Daerah, Bahasa Inggris, dan Pendidikan Keterampilan.
Pada tahun 1975, terjadi perubahan yang sangat besar dalam
pengajaran matematika di Indonesia yang ditandai dengan
dimasukannya matematika moderen ke dalam kurikulum 1975.
Menurut Ruseffendi (1979), matematika moderen tersebut memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu himpunan,
geometri bidang dan ruang, statistika dan probabilitas, relasi,
sistem numerasi kuno, dan penulisan lambang bilangan non
desimal.
b. Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada
hafalan ke pengajaran yang mengutamakan pengertian.
c. Soal-soal yang diberikan lebih diutamakan yang bersifat
pemecahan masalah.
d. Ada kesinambungan dalam penyajian materi antara Sekolah Dasar
dan Sekolah Lanjutan.
e. Program pengajaran pada matematika moderen lebih
memperhatikan adanya keberagaman antar siswa.
f. Ada perubahan dari pengajaran yang berpusat pada guru ke
pengajaran yang lebih berpusat pada siswa.
g. Metode mengajar yang lebih banyak digunakan adalah penemuan
dan pemecahan masalah dengan teknik diskusi.
7
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau revisi
penyempurnaan kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri
sebagai berikut4 :
a. Berorientasi pada tujuan pembelajaran,
b. Pendekatan pembelajaran berpusat pada anak didik melalui cara
belajar siswa aktif (CBSA)
c. Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.
d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
e. Materi yang disajikan berdasarkan tingkat kematangan siswa.
f. Menggunakan pendekatan keterampilan proses.
4
Op.Cit, h.9
5
Idrus Alhaddad, “PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MASA KINI,” Jurnal
Matematika Dan Pendidikan Matematika 4, no. 1 (2015).
8
7. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984
dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem
pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum
1994, di antaranya sebagai berikut:
1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
2) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang
cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu
sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
4) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan
dengan kekhasan pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa,
sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran
yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.
Dalam kurikulum 1994, kurikulum ditetapkan oleh pemerintah
untuk setiap wilayah di Indonesia, artinya kurikulum ini bersifat
sentralistis. Materi pelajaran cukup banyak yang terdiri dari: (1)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan; (2) Pendidikan agama; (3)
Bahasa Indonesia; (4) Matematika; (5) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA);
(6) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS); (7) Kerajinan Tangan dan
Kesenian; (8) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan; (9) Bahasa Inggris,
dan (10) Muatan Lokal (sejumlah mata pelajaran).6
6
Muhammad Nurhalim, “ANALISIS PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA (Sebuah
Tinjauan Desain Dan Pendekatan),” INSANIA 16, no. 3 (2011): 339–56.
9
7
Yogi Anggraena, Kurikulum Matematika 1, Sejarah Filsafat Dan Aljabar 1.(Yogyakarta:
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016) h.7-8
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA