Anda di halaman 1dari 6

SIKLUS HIDROLOGI (ALIRAN AIR DARI GUNUNG

SAMPAI LAUT)

Pengertian siklus hidrologi adalah sebuah proses sirkulasi air yang mana proses tersebut tidak
pernah berhenti. Siklus ini dimulai dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer melalui
proses tahap-tahap yang dikenal sebagai kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan juga
transpirasi.

Dalam proses ini sendiri ada beberapa proses yang harus Anda ketahui. Untuk membentuk
suatu siklus hidrologi tersebut terdapat beberapa komponen yang harus menjadi bagian dari
siklus yang tidak pernah berhenti.

 KOMPONEN SIKLUS HIDROLOGI

Dalam siklus hidrologi sendiri terdapat beberapa proses yang menjadi bagian dari keseluruhan
siklus hidrologi yang menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Beberapa komponen tersebut
prestisipasi, evaporasi, transpirasi, evatranspirasi, intersepsi, infiltrasi dan juga perkolasi.
Untuk masing-masing komponen tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya di mana
kita harus memahami bahwa siklus tersebut cukup beragam dan tidak banyak yang tahu
mengenai hal tersebut bahkan pengertian dari masing-masing komponen tersebut yang
dijelaskan secara rinci.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut untuk masing-masing komponen tersebut yang akan
menjelaskan setiap proses yang ada pada sebuah siklus hidrologi.

1. Prestisipasi
Untuk proses ini sendiri sebenarnya dapat dikatakan sebagai salah satu proses yang berada di
tengah-tengah siklus hidrologi. Kita mungkin akan lebih familiar dengan istilah hujan. Proses
inilah yang terjadi ketika awan yang juga dikenal sebagai bentuk uap dari air yang biasa kita
lihat di langit.
Proses ini terjadi ketika uap air yang terkandung dalam awan tersebut terkena suhu yang tinggi
sehingga uang air berada pada keadaan jenuh yang akhirnya berubah menjadi titik-titik air yang
jatuh ke bumi.

2. Evaporasi
Pada proses ini sendiri sebenarnya terjadi karena adanya penguapan air yang berasal dari
permukaan bumi. Air-air tersebut bisa berasal dari laut, danau, sungai, sawah, sungai dan
berbagai tempat yang terdapat air.
Air yang menguap karena panas matahari tersebut akan naik dan nantinya akan menjadi awan.
Pada dasarnya, semakin tinggi suhu matahari terutama pada musim kemarau maka semakin
banyak juga air yang menjadi uap.

3. Kondensasi
Tahap kondensasi yang mana air yang telah menguap berubah menjadi partikel es. Partikel es
yang dihasilkan sangat kecil dan terjadi karena suhu dingin pada ketinggian yang ada di
atmosfer bagian atas. Lalu partikel es tersebut akan berubah menjadi awan dan semakin banyak
partikel es, awan semakin berwarna hitam.

4. Adveksi
Adveksi adalah tahap yang hanya berada di siklus hidrologi panjang atau dengan kata lain tidak
terjadi di siklus hidrologi pendek. Pada tahap ini yang terjadi ialah perpindahan awan dari satu
titik ke titik lainnya atau dikatakan awan di langit menyebar. Perpindahan awan ini terjadi
karena adanya angin dan akan berpindah dari lautan ke daratan begitu pula sebaliknya.
5. Intersepsi
Pada proses ini memang jarang disebutkan dalam sebuah siklus hidrologi karena pada
prosesnya proses intersepsi ini terjadi karena adanya peran tanaman yang menyebabkan proses
presipitasi tidak langsung membuat air jatuh ke tanah, namun terlebih dahulu jatuh atau
diintersepsi oleh tanaman yang pada akhirnya membuat air hujan dari proses presipitasi tidak
langsung jatuh ke tanah.

6. Infiltrasi/Perkolasi
Selain itu ada juga proses yang disebut dengan istilah infiltrasi di mana pada proses ini sendiri
air hujan atau siklus air setelah presipitasi tidak kembali lagi ke permukaan tanah atau laut atau
permukaan di bumi lainnya yang bisa langsung kembali ikut dalam siklus hidrologi yaitu
evaporasi.
Sebagian kecil air juga masuk meresap ke pori-pori tanah dan akan menjadi air tanah sebelum
akhirnya kembali lagi ke laut untuk kembali mengalami siklus hidrologi yaitu evaporasi.
Hal ini juga sebenarnya cukup serupa dengan proses perkolasi namun dengan penjelasan yang
cukup berbeda di mana perkolasi sendiri merupakan suatu proses di mana air mengalir ke
bawah yang disebabkan oleh gravitasi yang bergerak semakin ke bawah lapisan demi lapisan
sampai ke titik jenuh dimana air berkumpul di bawah tanah.

MACAM-MACAM SIKLUS HIDROLOGI

1. Siklus Hidrologi Pendek


Dalam siklus hidrologi terdapat beberapa jenis siklus yang berbeda yang dibedakan
berdasarkan panjangnya siklus hidrologi yaitu siklus pendek, sedang dan juga panjang.
Untuk siklus pendek dimulai dari air laut yang menguap menjadi gas yang disebabkan oleh
panas matahari. Selanjutnya gas tersebut mengalami kondensasi dan membentuk awan. Untuk
siklus pendek ini diakhiri dengan terjadinya hujan ke atas permukaan laut.

2. Siklus Hidrologi Sedang


Jenis siklus hidrologi yang kedua yaitu siklus hidrologi sedang, siklus ini merupakan siklus
yang paling umum di Indonesia. Pada siklus hidrologi sedang, tahap atau proses adveksi tetap
ada dan berjalan, berbeda dengan siklus pendek. Siklus hidrologi sedang menghasilkan hujan
yang akan turun di daerah daratan yang kemudian air hujan akan kembali ke badan air.
Siklus hidrologi sedang tahapan yang pertama yaitu tahap evaporasi atau penguapan dari
berbagai air yang ada di badan air. Lalu air akan berubah menjadi molekul gas atau uap dan
terangkat ke atmosfer bagian atas karena pengaruh sinar matahari. Kemudian uap tersebut
bergerak karena pengaruh tahap adveksi sehingga uap berjalan ke arah daratan.
Setelah sampai pada atmosfer daratan, uap air akan berubah menjadi awan yang mana setelah
itu hujan akan turun ke bumi. Tahap selanjutnya yaitu air hujan yang telah turun atau sampai
ke daratan akan mengalami tahap limpasan atau run off. Air hujan akan mengalami pergerakan
melalui berbagai saluran hingga pada akhirnya kembali ke laut.

3. Siklus Hidrologi Panjang


Hampir sama dengan siklus sedang, untuk siklus panjang ini juga diawali dengan proses
penguapan air laut menjadi gas yang disebabkan oleh matahari. Selanjutnya uap tersebut
mengalami proses sublimasi. Dari proses tersebut, terbentuklah awan yang di dalamnya
mengandung kristal es.
Selanjutnya awan tersebut akan bergerak ke darat karena tiupan angin. Proses yang terjadi
selanjutnya adalah awan tersebut akan mengalami presipitasi dan awan tersebut akan turun
sebagai salju. Untuk selanjutnya salju tersebut menjadi gletser karena akumulasi yang pada
akhir gletser itu nantinya akan mencari dan menjadi aliran sungai yang akan mengalir kembali
ke laut.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKLUS HIDROLOGI

Selain beberapa hal di atas, ada juga beberapa faktor yang akan mempengaruhi siklus hidrologi.
Terkadang mungkin sebuah area atau lokasi terlihat tidak mengalami siklus hidrologi yang
sempurna.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti salah satunya adalah jarak dari sumber air yang
juga akan mempengaruhi bagaimana di sebuah tempat mungkin tidak turun hujan untuk waktu
yang lama.
Hal ini misalnya dipengaruhi oleh jarak dari sumber air. Misalnya jarak daratan seperti di
Afrika cukup jauh dari laut yang menyebabkan daerah tersebut sering mengalami kekeringan
karena selama perjalanan awan yang tertiup angin tersebut, air akan menguap dan tidak tersisa
untuk terjadinya presipitasi.
Faktor lainnya juga disebabkan oleh adanya deretan pegunungan menyebabkan awan tidak
dapat melewati daerah tersebut karena harus terus naik agar bisa melewati pegunungan
tersebut. Hal ini sangat penting untuk diketahui dan juga dapat menjelaskan mengapa di
beberapa daerah siklus hidrologi tampaknya tidak terjadi dengan sempurna.

SIKLUS AIR LAUT

Laut merupakan bagian dari siklus air, yaitu ketika air menguap dari samudra, bergerak
melalui atmosfer dalam bentuk uap, mengalami kondensasi, lalu turun ke bumi (biasanya
dalam bentuk hujan atau salju), dan akhirnya kembali ke laut. Bahkan di Gurun
Atacama (sebuah kawasan yang sangat jarang dituruni hujan), awan-awan kabut padat yang
dikenal dengan sebutan camanchaca datang dari laut dan menjadi sumber air bagi tumbuhan-
tumbuhan di kawasan lomas.

Di wilayah daratan yang luas, terdapat kenampakan-kenampakan geologi yang dapat


membentuk wilayah cekungan endoreik. Cekungan-cekungan ini terkadang menghasilkan
danau garam permanen karena air yang mengalir masuk menguap sementara mineralnya
terakumulasi.

PASANG SURUT AIR LAUT

Pasang laut adalah naik dan turunnya permukaan air di laut yang disebabkan oleh
pengaruh gravitasi Bulan dan Matahari serta rotasi Bumi. Setiap kali terjadi pasang laut,
permukaan laut akan mencapai ketinggian maksimum yang dikenal dengan sebutan "pasang
naik", dan lalu kembali ke ketinggian minimum yang disebut "pasang surut". Saat air sedang
surut, akan ada semakin banyak wilayah yang berada di atas air, yang juga dikenal dengan
istilah mintakat pasang surut. Perbedaan ketinggian antara pasang naik dengan pasang surut
disebut tunggang pasang surut.

Kebanyakan tempat mengalami dua pasang naik setiap harinya dengan selang waktu sekitar 12
jam 25 menit, atau setengah dari jangka waktu yang diperlukan oleh Bumi untuk melakukan
perputaran penuh dan mengembalikan Bulan ke posisi semula relatif terhadap pengamatnya.
Massa Bulan tercatat sekitar 27 juta kali lebih kecil ketimbang Matahari, tetapi jaraknya 400
kali lebih dekat dengan Bumi. Gaya pasang surut akan semakin rendah jika jarak semakin jauh,
sehingga pengaruh Bulan terhadap pasang laut dua kali lebih besar ketimbang
Matahari. Sebuah tonjolan akan terbentuk di samudra, tepatnya di tempat ketika Bumi berada
di titik paling dekat dengan Bulan, karena ini juga merupakan tempat yang paling terkena
pengaruh gravitasi Bulan. Sementara itu, di sisi yang berlawanan dengan tempat tersebut di
Bumi, gaya dari bulan ada pada titik terlemahnya, sehingga tonjolan lain juga ikut terbentuk.
Bulan berputar mengelilingi Bumi, sehingga tonjolan samudra ini juga ikut bergerak di
sekitaran Bumi. Gaya gravitasi Matahari juga berdampak terhadap laut, tetapi tidak sekuat
Bulan. Ketika Matahari, Bulan, dan Bumi saling sejajar, akan dihasilkan "pasang laut
purnama". Di sisi lain, jika Matahari berada di sudut 90° dari Bulan saat dilihat dari Bumi
(membentuk sudut tegak lurus), pengaruh gravitasi gabungan dari keduanya terhadap pasang
laut menjadi lebih rendah, sehingga terjadilah "pasang laut perbani".

Pasang laut menghadapi resistensi dari inersia air dan dapat dipengaruhi oleh daratan. Di
tempat-tempat seperti Teluk Meksiko, daratan membatasi pergerakan tonjolan, sehingga hanya
satu pasang laut yang terjadi setiap harinya. Sementara itu, di dekat pantai suatu pulau bisa
terjadi empat pasang naik dalam sehari. Selat di dekat Halkis, Euboea, bahkan menghadapi
arus pasang surut yang kuat yang dapat secara mendadak berganti arah, biasanya empat kali
per hari tetapi bisa mencapai dua belas kali per hari saat Bulan dan Matahari membentuk sudut
tegak lurus.[50] Apabila terdapat teluk atau muara yang berbentuk seperti corong, tunggang
pasang surut dapat membesar. Contohnya adalah Teluk Fundy yang dapat mengalami pasang
laut purnama dengan ketinggian 15 m. Walaupun pasang laut terjadi sekala berkala dan dapat
diprediksi, ketinggian pasang naik dapat diturunkan oleh angin di lepas pantai dan dinaikkan
oleh angin di darat. Tekanan tinggi di pusat sebuah antisiklon mendorong air ke bawah dan
terkait dengan pasang surut yang abnormal, sementara kawasan bertekanan rendah dapat
mengakibatkan pasang naik yang ekstrem.[47] Pusuan ribut dapat terjadi ketika angin kencang
mengakibatkan akumulasi air di kawasan pesisir yang dangkal, dan pusuan ribut jika diiringi
dengan sistem bertekanan rendah dapat meningkatkan permukaan laut secara signifikan selama
peristiwa pasang naik. Pada tahun 1900, Galveston, Texas, mengalami pusuan ribut setinggi
15 kaki (5 m) selama peristiwa angin ribut yang menewaskan lebih dari 3.500 orang dan
menghancurkan 3.636 rumah.

Anda mungkin juga menyukai