Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
S
DENGAN MASALAH UTAMA GANGGUAN PROSES PIKIR :
WAHAM KEBESARAN DI RUANG DAHLIA BAWAH
RS BHAYANGKARA TK.1 R. SAID SUKANTO JAKARTA
Disusun Oleh:
Utami Karolina 195140010
Yani Nuryani Afifadila 195140015
Nita Nurmalasari 195140018
Selly Mustika Sari 195140019
Yola Amelia Putri 195140020
Segala puji dan syukur kehadiart Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan laporan asuhan keperawatan
jiwa ini. Tak lupa Shalawat serta salam penulis panjatkan kehadirat nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa manusia menuju jalan yang di ridhoi Allah
SWT. Alhamdulillah penulis akhirnya dapat menyelesaikan laporan asuhan
keperawatan gerontik ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan
Masalah Utama Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran Di Rs Bhayangkara Tk.1
R. Said Sukanto Ruang Dahlia Bawah”.
Penyusunan laporan asuhan keperawatan gerontik ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan kelulusan pada Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Respati Indonesia. Penyusunan dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dari
banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. DR. Tri Budi Wahyuni, drg, MS, MPH. Selaku rektor Universitas Respati
Indonesia.
2. Dr Hadi Siswanto, SKM, MPH. Selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Indonesia.
3. Ns. Erlin Ifadah, M.Kep, Sp.Kep. M.B. selaku ketua Program Studi Profesi Ners
Universitas Respati Indonesia.
4. Ns. Thika Marliana, M.Kep, Sp. Kep. J Selaku dosen pembimbing Keperawatan
jiwa.
5. Teman-teman seperjuangan ners angkatan 11 tercinta yang selalu memberikan
motivasi dan dukungan serta doa.
6. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi
penelitian ini.
Walaupun demikian, dalam laporan asuhan keperawatan gerontil ini, penulis menyadari
masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
i
membangun demi kesempurnaan laporan asuhan keperawatan gerontik ini dan asuhan
keperawatan selanjutnya. Namun demikian adanya, semoga laporan asuhan
keperawatan gerontik ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut penulis selanjutnya dan
bermanfaat bagi kita semua terutama bagi ilmu keperawatan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER DEPAN
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................2
1. Tujuan Umum...................................................................................3
2. Tujuan Khusus..................................................................................3
a. Masalah Utama.............................................................................5
A. Pengkajian.........................................................................................12
1. Identitas Klien..............................................................................12
2. Alasan Masuk...............................................................................12
3. Faktor Predisposisi.......................................................................12
5. Fisik..............................................................................................12
6. Psikososial....................................................................................13
B. Analisa Data........................................................................................18
iii
C. Diagnosa Keperawatan........................................................................20
D. Intervensi Keperawatan.......................................................................22
E. Implementasi Keperawatan.................................................................39
A. Pembahasan.........................................................................................43
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................49
B. Saran....................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut World Health Organization adalah suatu keadaan bahagia
yang dirasakan individu dalam mencapai kemampuan yang dimiliki, dapat
mengatasi stres dalam hidupnya dengan baik, dapat bekerja secara produktif
sehingga menjadi sukses, dan sanggup membuat konstribusi untuk masyarakat.
Kesehatan jiwa akan diperoleh seseorang manakala dalam diri seseorang tertanam
nilai-nilai konsistensi dan realitas dalam kehidupannya dalam menghadapi stressor
yang ada (Nasir & Muhit, 2011). Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari
gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu yang dibutuhkan oleh semua orang,
mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati, dkk, 2009). Jadi, kesehatan jiwa
adalah suatu kemampuan mengatasi stress, mampu menghadapi tantangan hidup,
dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Stressor yang terdapat dalam setiap kehidupan manusia dapat teratasi jika individu
memiliki koping untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Individu yang
memliki koping adaptif dapat menyelesaikan masalahnya dan terhindar dari resiko
terkena gangguan jiwa. Namun sebaliknya, apabila individu tersebut tidak mampu
melakukan koping adaptif, maka individu tersebut akan beresiko mengalami
gangguan jiwa (Kusumawati & Hartono, 2010).
1
Tenggara pernah mengalami gangguan neuropsikiatri (Yosep, 2009). Menurut
National Institute of Mental Health America (2011) gangguan jiwa mencapai 13%
dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25%
di tahun 2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevalensi
gangguan jiwa dari tahun ke tahun di berbagai negara.
Waham memiliki beberapa jenis antara lain: waham kebesaran, waham agama,
waham somatic, waham nihilistic, waham curiga. Tanda dan gejala waham pada
umumnya adalah menolak untuk makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri,
ekspresi wajah sedih, gembira, ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah
tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai, tidak bisa membedakan kenyataan dan
bukan kenyataan, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan
kegiatan agama secara berlebihan. Waham dapat berakibat risiko perilaku
kekerasan dan risiko mencederai diri sendiri, lingkungan dan orang lain.
Prevalensi jumlah gangguan jiwa diruang Dahlia Bawah pada bulan desember 2019
adalah pasien waham sebanyak 2 kasus, resiko perilaku kekerasan sebanyak 2
kasus, resiko bunuh diri sebanyak 1 kasus, isolasi sosial sebanyak 1 kasus, harga
diri rendah sebanyak 1 kasus dan halusinasi sebanyak 5 kasus. Berdasarkan hal
tersebut kami tertarik untuk mengangkat kasus gangguan proses pikir : waham
kebesaran pada Ny. S diruang Dahlia Bawah di RS Bhayangkara Tk.1 R. Said
Sukanto.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2
Mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan klien dengan gangguan proses
pikir : waham kebesaran dan membandingkan asuhan keperawatan secara teori
dan kenyataan khususnya diruang Dahlia Bawah di RS Bhayangkara Tk.1 R.
Said Sukanto.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian keperawatan tentang kasus
b. Mengetahui tindakan keperawatan yang akan dilakukan
c. Mengetahui impelementasi keperawatan yang akan dilakukan
d. Mengetahui evaluasi keperawatan
Data objektif yang didapatkan bahwa klien terlihat banyak berbicara (logorrhoe),
ekspresi muka kadang merenung kadang bahagia (labil). Ketika dipotong
pembicaraan wahamnya ekspresi muka klien menjadi tegang. Klien tampak rapi
dan bersih, dengan rambut pendek serta alis tebal.
3
Dari data yang didapat kami mengadakan diskusi kelompok dengan pembimbing
lahan untuk menentukan kasus yang ingin diangkat. Hasilnya adalah kasus Ny. S
diangkat menjadi kasus untuk diseminarkan. Proses penyusunan makalah ini
dilakukan dari hari selasa, 10 desember 2019, sampai hari rabu tanggal 11
desember 2019. Kemudian makalah dikonsulkan kepada pembimbing hari rabu
tanggal 11 desember 2019 untuk diseminarkan jumat, 13 desember 2019.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2) Rentang respon
Adaptif Maladaptif
3) Faktor Pedisposisi
a) Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana
abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologis yang
maladaptif yang baru mulai dipahami, ini termasuk hal-hal
berikut :
Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan
keterlibatan otak yang luas dan dalam perkermbangan
skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal dan limbik
paling berhubungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
- Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
- Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter
lain
- Masalah-masalah pada sistem respon dopamine
Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak
yang diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasikan
penyebab genetik pada skizofrenia.
Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara
terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia
dari pada pasangan saudara kandung yang tidak identik penelitian
genetik terakhir memfokuskan pada pemotongan gen dalam
keluarga dimana terdapat angka kejadian skizofrenia yang tinggi.
b) Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori
6
psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab
gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya
(keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional).
c) Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan
skizofrenia dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai
penyebab utama gangguan. Seseorang yang merasa diasingkan
dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham (Direja,
2011).
4) Faktor Presipitasi
a) Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang
maladaptif termasuk:
- Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
proses informasi
- Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
b) Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
c) Pemicu gejala
Pemicu meruibuan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa
terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan
dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu
(Direja, 2011).
7
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, kadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
Data Objektif
Klien tampak curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain,
lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan/ realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung,
inkoheren, banyak kata.
7) Penatalaksanaan Medis
8
a) Farmakologi
Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada
penatalaksanaan skizofrenia secara umum Towsend (2014),
antara lain :
1. Anti psikotik
Jenis-jenis obat antipsikotik antara lain :
Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premedikasi dalam anatesi,
dan merngurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa,
dosis awal 3 x 25mg, kemudian dapat ditingkatkan
supaya optimal, dengan dosis tinggi 1000 mg per hari
secara oral.
Trifluoterazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan
psikotik menarik diri, dosis awal 3 x 1 mg, dan bertahap
dinaikkan sampai 50 mg per hari.
Halopreidol
Untuk ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis, dan
mania, dosis awal 3 x 0,5 mg sampai 3 mg.
2. Anti parkinson
Trihexyphenidyl
Untuk semua bentuk parkinsonisme dan untuk
menghilangkan reaksi ekstra piramidal akibat obat. Dosis
yang digunakan 1 – 15 mg per hari.
Diphenhidramine
Dosis yang diberikan 10 – 400 mg per hari.
3. Anti depresan
Amitripthilyn
Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas dan
keluhan somatik. Dosis 75 mg – 300 mg per hari.
Imipramin
9
Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan
depresi neurotik. Dosis awal 25 mg per hari, dosis
pemeliharaan 50 – 75 mg per hari
4. Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengontrol ansietas,
kelainan somatroform, keluhan disosiatif, kelainan kejang,
dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia
dan ansietas. Obat-obat yang termasuk antiansietas antara
lain :
Fenobarbital 16 – 320 mg/ hari
Meprobamat 200 – 2400 mg / hari
Chlordiazepoksida 15 – 100 mg/ hari
b) Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan
hubungan saling percaya. Terapi individu lebih efektif daripada
terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung atau
menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus
membicarakan tentang wahamnya. Terapi harus teapt waktu,
jujur, dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang
dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya
dengan klien. Terapis perlu menyatakan kepada klien bahwa
keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka
sendiri dan menganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai
ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes
realistis.
10
timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan
memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah
ditegakkan dan aktivitas terapeutik dapat dilakukan.
c) Terapi keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga
klien, sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan
memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan
membantu perawatan klien.
11
12
BAB III
GAMBARAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Klien Ny. S usia 42 tahun dirawat di Ruang Dahlia Bawah sejak tanggal
28 November 2019. Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 Desember 2019.
Data pengkajian diperoleh dari hasil wawancara dan observasi klien, data
sekunder dari rekam medis dan rekan sejawat yang pernah merawat klien.
2. ALASAN MASUK
Alasan klien masuk Rumah sakit dibawa oleh keluarganya karena sudah
bebarapa hari klien terlihat sering berbicara sendiri.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
Data sekunder didapatkan dari rekam medis klien, data yang didapatkan
antara lain yaitu klien memiliki riwayat gangguan jiwa pada tahun 1999
dan dirawat di RS. Bhayangkara Tk.1 R. Said Sukanto. Pengkajian poin 1,
klien pernah dirawat pada tahun 1999, 2003 dan 2005 dan akhirnya
sekarang di rawat kembali. Pengkajian poin 2, klien mengatakan jika klien
hanya batuk padahal obat yang dikonsumsi klien adalah olanzapine (obat
gangguan jiwa). Pengkajian poin 3 klien mengeluh keluarga tidak mau
mendengarkan ceritanya, dan sejak kecil klien di asuh oleh kakek dan
neneknya.
Masalah keperawatan:
Gangguan Proses Pikir : Waham
12
13
: Perempuan
: Laki- laki
: Pasien
Klien adalah anak ketiga dari 8 bersaudara. Klien tinggal serumah dengan
kakek dan neneknya . Pola komunikasi belum dapat terkaji. Pola asuh dalam
keluarga klien, klien tidak diasuh orang tuanya sejak kecil. Pengambilan
keputusan dalam keluarga lebih dominan ibu.
Masalah keperawatan : Tidak ada
2. Konsep diri
1. Gambaran diri
13
14
c. Hubungan sosial
Klien mengatakan tidak ada orang yang berarti dalam hidupnya. Hasil
observasi kelompok terhadap sosialisasi Ny. S di lingkungan Ruang
Dahlia Bawah didapatkan data bahwa Ny. S adalah orang yang mau
menerima kehadiran orang lain, namun sering kali Ny. S ditinggalkan
oleh teman karena Ny. S bicara inkoheren.
Masalah keperawatan: Masalah Tidak ada
d. Spiritual
Data pengkajian yang di dapatkan, agama yang dianut yaitu agama
islam. Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai
dengan norma budaya belum dapat terkaji pada saat ini. Klien
mengatakan sholat saat sedang ingin saja.
Masalah Keperawatan: Masalah Tidak ada
STATUS MENTAL
a. Penampilan
Hasil observasi menunjukkan penampilan klien tidak seperti biasanya.
Penampilan klien tampak rapi, rambut pendek, klien selalu menyeka
14
15
15
16
16
17
17
18
8. KOPING
Koping klien tidak efektif, klien cenderung bereaksi berlebihan bila
menghadapi masalah.
Masalah keperawatan : Masalah tidak ada
9. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Tidak ada Masalah dengan psikososial dengan lingkungan
10. PENGETAHUAN
Klien belum mengetahui bahwa dirinya sakit dan tidak mengetahui tentang
penyakitnya.
B. ANALISA DATA
No. Data Masalah
Keperawatan
1. Data Subjektif: Gangguan Proses
Klien mengatakan bahwa dirinya menjadi Pikir : Waham
konsultan di Amerika Kebesaran
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah
kembaran Nike Ardila dan lagu-lagunya
dirinyalah yang menciptakan.
Data Objektif:
Klien terlihat banyak bicara (logorrhoe)
Ekspresi muka klien kadang gembira kadang
merenung (labil)
Klien berbicara inkoheren
2. Data Subjektif: Gangguan Proses
Klien mengatakan keluarganya menolak Pikir : Waham
mendengarkan ceritanya Curiga
Klien mengatakan teman dan saudara tidak
percaya kepadanya karena semua orang iri
kepadanya
18
19
ASPEK MEDIK
Diagnosa medis : Schizophrenia
19
20
Terapi medis :
Olanzapine 1 x 10 mg (tablet) malam
Depacote 1 x 250 mg (tabel) malam
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
20
21
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
21
22
22
23
23
24
2. Klien dapat 2.1. Klien dapat menyebutkan Beri pujian pada Meningkatkan harga diri
mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki penampilan dan sehingga merasamemiliki
kemampuanyang kemampuan kemampuan yang dapat
dimiliki yangrealistis diandalkan
Meruibuan modal utama untuk
menutupi ketidakberdayaanklien
Diskusikan dengan
klien kemampuan
yang dimiliki pada Untuk membiasakanmelakukan
waktu lalu dan saat ini aktivitas secara rutin sehingga
yangrealistis mencegah munculnyawaham
Tanyakan apa yang biasa
dilakukan (kaitkan
dengan aktivitas sehari-
hari dan perawatan diri)
kemudian anjurkan
untukmelakukannya
saatini
Jika klien selalu bicara
24
25
tentang wahamnya,
dengarkan sampai
kebutuhan tidak ada. Untuk menentukan intervensi
3. Klien dapat 3.1. Klien dapat menyebutkan
Perawat perlu selanjutnya
mengidentifikasi kenutuhan yang tidak
memperhatikan bahwa Untuk mengetahui stressor dari
kebutuhan yangtidak terpenuhi
klien penting. timbulnya waham sehingga
terpenuhi
memudahkan intervensi
25
26
26
27
27
28
Mengendalikan danmemotivasi
Diskusikan klien untuk minum obat secara
Klien teratur dengan klien dan teratur
dalamminum obat keluarga tentang Meningkatkan harga diriklien
obat, dosis,
akibatpenghentian Deteksi dini terhadap hal-hal
Diskusikan yang mungkin terjadi
perasaanklien
setelah
minumobat
Berikan obat
dengan prinsip 5
benar
Bantu klien
untukmemastikan bahwa
klien mau minum obat
secarateratur
Beri reinforcement
positif atas kejasama
klien dalam minum obat
Observasi tanda dangejala
yang terkait efek samping obat
28
29
6. Klien dapat dukungan Keluarga dapat Lakukan kunjungan Hubungan saling percaya dapat
keluarga membina rumah atau saat keluarga terbina jika perawat dapat
hubungan saling berkunjung perkenalkan menerima keluarga dan
percaya dengan diri perawat dalam sebaliknya sehingga timbulrasa
perawat sebuah interaksi yang aman
(keluarga dapat hangat Penjelasan maksud dan tujuan
menerima Jelaskan maksud menurunkan kecurigaan keluarga
kehadiran dantujuan interaksi terhadap perawat sehingga
perawat, hubungan dapat terjadi secara
keluarga mau optimal
menjawab
pertanyaan Pemahaman tentang peran dan
6.2.1. Jelaskan peran dan tanggung
perawat) tanggung jawab sangat berguna
jawab keluarga sehinggadapat
untuk mengkaji persepsikeluarga
membantu klien mengatasi
terhadap masalah yang pada
masalahnya
akhirnya dapat membantuklien
Keluarga dapat
menjelaskan peran Diskusikan dengan keluarga
Menambah pengatahuan keluarga
dan tanggung tentang waham, gejala,
sehinggakooperatif
jawabnya (keluarga cara merawat,
mau menjenguk lingkungankeluarga, follow
klien, keluarga up, danobat
Meningkatkan perankeluarga
maumenerima klien Beri motivasi keluarga untuk
dalam merawatklien
kembali dirawat di melaksankannya
Meningkatkan harga diri dan
rumah)
29
30
30
31
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
31
32
- Dorong dan berikesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya
- Jangan mendukung dan
membantah waham klien
- Beri pujian pada penampilan dan
kemampuan yang realistis
- Diskusikan dengan klien
kemampuan yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini yang
realistis
- Masukkan ke dalam kegaiatan
harian
RTL :
- Evaluasi SP I
- Diskusikan kemampuan yang
dimiliki
- Bantu klien memenuhi ADL
32
33
Do : - Banyak kata (logorrhoe)
- Bicara inkoheren
- Banyak kata (logorrhoe) A:
- Masalah Gangguan proses pikir :
Kemampuan : waham masih ada
- Klien bisa berkenalan dengan
perawat P:
- Klien mampu menyebutkan - Klien mampu menyebutkan nama
kemampuan yang dimiliki perawat dan nama teman-temannya
- Klien mampu melakukan - Klien menyebutkan kemampuan
kemampuan yang dimiliki yang dimilikinya
Diagnosis :
Gangguan proses pikir : waham curiga
Tindakan :
- Bina hubungan saling pecaya
(salam terapeutik,perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas, tepati waktu)
- Dorong dan berikesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya
- Jangan mendukung dan
membantah waham klien
- Beri pujian pada penampilan dan
kemampuan yang realistis
- Masukkan ke dalam kegaiatan
harian
RTL :
- Evaluasi SP 1,
- Membantu orientasi realita
- Diskusikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
33
34
- Membantu memnuhu kebutuhan
yang tidak terpenuhi
Diagnosis :
Gangguan proses pikir : waham kebesaran
34
35
Tindakan :
- Bina hubungan saling pecaya
(salam terapeutik,perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas, tepati waktu)
- Dorong dan berikesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya
- Jangan mendukung dan
membantah waham klien
- Beri pujian pada penampilan dan
kemampuan yang realistis
- Maskukan ke dalam kegaiatan
harian
RTL :
- Evaluasi SP 1
- Membantu orientasi realita
- Diskusikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
- Membantu memnuhu kebutuhan
yang tidak terpenuhi
35
36
- Klien mengatakan bahwa dirinya O :
sudah pernah meninggal dan - Banyak kata (logorrhoe)
sekarang hidup lagi (reinkarnasi) - Pasien bicara dengan ekspresi
Do : tegang
- Banyak kata (logorrhoe)
- Pasien bicara dengan ekspresi A : Masalah Gangguan proses pikir :
tegang waham masih ada
Kemampuan : P:
- Klien bisa berkenalan dengan - Klien mampu berkenalan dengan
perawat teman dan perawat
- Klien mampu menyebutkan - Klien mampu menyebutkan
kemampuan yang dimiliki kemampuan yang dimiliki
- Klien mampu melakukan
kemampuan yang dimiliki
Diagnosis :
Gangguan proses pikir : waham Nihilistik
Tindakan :
- Bina hubungan saling pecaya
(salam terapeutik,perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas, tepati waktu)
- Dorong dan beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya
- Jangan mendukung dan
membantah waham klien
- Beri pujian pada penampilan dan
kemampuan yang realistis
- Masukkan ke dalam kegaiatan
harian
RTL :
- Evaluasi SP 1
36
37
- Membantu orientasi realita
- Diskusikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
- Membantu memenuhi kebutuhan
yang tidak terpenuhi
Kemampuan : P:
- Klien bisa berkenalan dengan - Klien mampu berkenalan dengan
perawat teman dan perawat
- Klien mampu menyebutkan - Klien mampu menyebutkan
kemampuan yang dimiliki kemampuan yang dimiliki
- Klien mampu melakukan
kemampuan yang dimiliki
37
38
Diagnosis :
Gangguan proses pikir : waham kebesaran
Tindakan :
- Bina hubungan saling pecaya
(salam terapeutik,perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas, tepati waktu)
- Dorong dan beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya
- Jangan mendukung dan
membantah waham klien
- Beri pujian pada penampilan dan
kemampuan yang realistis
- Masukkan ke dalam kegaiatan
harian
RTL :
- Evaluasi SP 1
- Membantu orientasi realita
- Diskusikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
- Membantu memenuhi kebutuhan
yang tidak terpenuhi
38
39
adalah kembaran Nike Ardila (logorrhoe)
Do : - Klien terlihat gembira dan
- Klien terlihat banyak berbicara bernnyanyi-nyanyi sendiri
(logorrhoe)
- Klien terlihat gembira dan A : Masalah Gangguan proses pikir :
bernnyanyi-nyanyi sendiri waham masih ada
Kemampuan : P:
- Klien bisa berkenalan dengan - Klien mampu berkenalan dengan
perawat teman dan perawat
- Klien mampu menyebutkan - Klien mampu menyebutkan
kemampuan yang dimiliki kemampuan yang dimiliki
- Klien mampu melakukan
kemampuan yang dimiliki
Diagnosis :
Gangguan proses pikir : waham kebesaran
Tindakan :
- Bina hubungan saling pecaya
(salam terapeutik,perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas, tepati waktu)
- Dorong dan beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya
- Jangan mendukung dan
membantah waham klien
- Beri pujian pada penampilan dan
kemampuan yang realistis
- Masukkan ke dalam kegaiatan
harian
-
RTL :
- Evaluasi SP 1
39
40
- Membantu orientasi realita
- Diskusikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
- Membantu memenuhi kebutuhan
yang tidak terpenuhi
40
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada klien Ny.S dengan
waham (kebesaran,curiga,nihilistik) di Ruang Dahlia Bawah RS Bhayangkara Tk I R Said
Sukanto Jakarta yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.
Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memperhatikan, dan mendokumentasikan
semua informasi, baik melalui wawancara maupun observasi yang diberikan oleh klien
tentang wahamnya. Pengkajian dilakukan pada tanggal 02 Desember 2019. Pada tahap
pengkajian melalui wawancara dengan klien, penulis tidak mengalami kesulitan karena
penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk
melakukan asuhan keperawatan pada klien sehingga klien dapat terbuka dan mengerti serta
kooperatif. Saat wawancara dengan klien, klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang
konsultan di Amerika,klien mengatakan bahwa dirinya adalah kembaran Nike Ardila dan
lagu-lagunya dirinyalah yang menciptakan,klien mengatakan dirinya yang sekarang bukanlah
yang dulu,klien mengatakan sudah mati dan hidup kembali,klien mengatakan semua orang iri
dengan dirinya.
Dalam tinjauan teori, alasan klien masuk atau dirawat yang perlu dikaji pada klien waham
menurut Damaiyanti dan Iskandar, (2012) adalah umumnya klien dengan gangguan orientasi
realita dibawa ke rumah sakit karena mengungkapkan kata-kata ancaman, mengatakan benci
dan kesal pada seseorang.
Klien suka berbicara sendiri,ekspresi klien kadang gembira kadang merenung (labil),raut
muka klien tampak tidak senang jika ada topik pembicaraan yang klien tidak sukai.
Klien juga mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar. Serta klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
41
42
(kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan. Biasanya klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak
(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak dapat menilai
lingkungan/realitas, ekpresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
Didalam tinjauan kasus klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, sangat waspada,
ekpresi wajah klien tegang, mudah tersinggung, serta klien meyakini sesuatu hal yang tidak
realistik. Seperti yang ditemukan pada saat pengkajian klien mengatakan dibawa oleh
keluarganya ke Rs POLRI. Klien selalu merasa kalau keluarganya tidak percaya padanya
karna iri dengannya, klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang konsultan di
Amerika,klien mengatakan bahwa dirinya adalah kembaran Nike Ardila dan lagu-lagunya
dirinyalah yang menciptakan,klien mengatakan dirinya yang sekarang bukanlah yang
dulu,klien mengatakan sudah mati dan hidup kembali. Faktor penyebab waham dikutip dari
:Nita (2010).
3. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan perkembangan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan
persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak
efektif.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda / bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan
berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
Dalam tinjauan kasus saat pengkajian klien merasa kalau keluarganya tidak percaya padanya
karna iri dengannya.
d. Faktor biologis
42
43
Waham diyakini terjadi karena adanya atrifik otak, pembesaran ventrikel di otak, atau
perubahan pada sel kortikal limbik.
Dari beberapa kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, maka dapat disimpulkan
bahwa hampir semua yang terdapat dalam tinjauan teori ada beberapa yang muncul pada
tinjauan kasus dengan sedikit dinamika yang lebih kompleks.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah pengkajian dilakukan, data subyektif dan obyektif sudah ditemukan pada klien, sesuai
dengan tinjauan teori diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:Kerusakan komunikasi
verbal,Gangguan proses pikir: waham,Harga diri rendah kronik.
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan satu diagnosis keperawatan yaitu gangguan proses
pikir: waham (kebesaran,curiga,nihilistik) ,gangguan persepsi sensori: halusinasi
penglihatan,resiko pelaku kekerasan.
Penentuan diagnosis utama sama yaitu gangguan pola pikir : waham
(kebesaran,curiga,nihilistik).
C. Rencana Keperawatan
Selanjutnya setelah ditegakkan diagnosa keperawatan, maka perawat melakukan rencana
keperawatan. Namun rencana keperawatan ini bukan hanya untuk klien, tetapi untuk keluarga
klien. Berdasarkan teori rencana keperawatan pada klien dengan masalah utama waham
adalah sebagai berikut :
43
44
3. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien secara optimal
Pada tinjauan kasus SP keluarga tidak direncanakan karena keluarga tidak pernah
mengunjungi klien selama pengkajian berlangsung.
Sedangkan pada rencana keperawatan sesuai tinjauan kasus penyusun memakai rencana
keperawatan sebagai berikut :
1. SP1:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Membantu orientasi realita
c. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
d. Membantu klien memenuhi kebutuhannya
e. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
2. SP2:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
c. Melatih kemampuan yang dimiliki
D. Tindakan Keperawatan
Setelah dilakukan rencana keperawatan maka dilakukan tindakan keperawatan sesuai teori
yaitu :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Membantu orientasi realitas
a. Tidak mendukung dan membantah waham klien
b. Meyakinkan klien berada dalam keadaan aman
c. Mengobservasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari – hari
d. Jika klien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan
dukungan atau menyangkal sampai klien berhenti membicarakannya.
e. Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas.
3. Mendiskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi karena dapat
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.
4. Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien.
5. Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki.
6. Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7. Mendiskusikan tentang obat yang diminum
8. Melatih minum obat yang benar
9. Ikut sertakan klien dalam TAK (Terapi Aktifitas Kelompok)
44
45
10. SP 1 Klien Waham:Membantu orientasi realita, Mendiskusikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi, Membantu klien memenuhi kebutuhannya, Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Dalam tinjauan kasus selama pengkajian, SP 1 dilakukan selama 6 kali pertemuan
dikarenakan klien belum mampu orientasi realitas dan memasukkan jadwal.
E. Evaluasi
Pada tinjauan kasus, evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui keadaan klien dan
masalahnya secara langsung, dilakukan setiap hari selama klien dirawat di Ruang Dahlia
Bawah. Evaluasi tersebut menggunakan SOAP sehingga terpantau respon klien terhadap
intervensi keperawatan yang telah dilakukan.
Pada SP 1 klien, dilakukan SP 1 namun klien masih belum mampu merespon dengan baik
dan cenderung acuh. Akan tetapi klien mampu menceritakan sedikit tentang permasalahan
yang dihadapi dan mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Pada hari ke-2 diulangi lagi SP 1 klien, klien mampu mengevaluasi orientasi realita, mampu
mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan mampu memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
Pada hari ke-3 dilakukan SP 1 klien, klien belum mampu mengidentifikasi kemampuan
positif yang dimiliki, dan mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Pada hari ke-4
,ke 5 diulangi lagi SP 1 klien, klien mampu mengidentifikasi kemampuan positif yang
dimiliki dan mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian, yaitu dengan
kemampuannyabernyanyi.
45
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian diperoleh data subjektif bahwa Klien mengatakan menjadi
konsultan di amerika. Data obyektif Klien mengulang-ulang percakapan.
Klien terlihat aktif dan pandangan ke satu arah. Klien berbicara seperlunya,
kontak mata klien kurang. Ekspresi labil dan terlihat gembira
2. Diagnosa keperawatan adalah penilaian kesimpulan yang diambil dari
pengkajian sedangkan diagnosa yang penulis angkat pada kasus Ny S adalah
dengan gangguan proses pikir: waham kebesaran.
3. Rencana tindakan keperawatan untuk waham dilakukan dengan melakukan
strategi pelaksanaan 1 yaitu orientasi realita, memenuhi kebutuhan pasien
yang belum terpenuhi.
4. Implementasi diatas penulis dapat memberikan yaitu SP 1, mengidentifikasi
penyebab gangguan proses pikir: waham kebesaran, berdiskusi tentang
realita, mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi, membantu pasien
memenuhi kebutuhannya, menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan.
5. Evaluasi keperawatan yang didapat adalah klien tetap mempertahankan
pendapatnya (defensif) tetntang dirinya yang menjadi seorang konsultan di
Amerika, klien berbicara melompat lompat dari satu pembicaraan ke
pembicaraan lainnya, Saat perawat melakukan interaksi dengan klien, secara
kognitif klien tidak mampu untuk memfokuskan pikirannya kepada tindakan
yang diberikan oleh perawatan. Hal ini menunjukkan bahwa diagnosa waham
belum teratasi.
46
47
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi perawat
Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan meningkatkan komunikasi
terapeutik kepada klien, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan
klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meninggalkan bimbingan klinik secara maksimal sehingga
mahasiswa mendapatkan gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan
yang benar.
3. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan pengkajian dengan penyusunan rencana kerja
melalui makalah ini.
47
48
DAFTAR PUSTAKA
Captain, C. (2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy. Jakarta: Budi
Sentosa
Damaiyanti.(2012). Asuhan keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika Aditama.
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:
Nuha Medika.
Keliat, C. (2009). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC.
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
NANDA, (2011) diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2008-2011 cetakan
2011. Jakarta : penerbit kedokteran EGC
Trimeilia.(2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial.Jakarta Timur: TIM.
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Refika Aditama, Jakarta.
48