Anda di halaman 1dari 29

Akad Mudharabah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akad mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan yang disalurkan oleh

perbankan syari’ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No 21 Tahun

2008 Tentang Perbankan Syari’ah (selanjutnya disebut UUPS). Pasal 19 UUPS

menyebutkan, bahwa salah satu akad pembiayaan yang ada dalam perbankan

syari’ah adalah akad mudharabah. Selain itu bank Indonesia juga mengeluarkan

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor, 10/16/PBI/2008 Tentang Prinsip Syari’ah

Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa

Bank Syari’ah, juga menyebutkan mudharabah adalah salah satu akad pembiayaan

yang ada didalam perbankan syari’ah.

Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik modal dengan pengelola modal,

dengan ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua belah pihak sesuai dengan

kesepakatan. Didalam pembiayaan mudharabah pemilik dana (Shahibul Maal)

membiayai sepenuhnya suatu usaha tertentu. Sedangkan nasabah bertindak

sebagai pengelola usaha (Mudharib). Pada prinsipnya akad mudharabah

diperbolehkan dalam agama Islam, karena untuk saling membantu antara pemilik

modal dengan seorang yang pakar dalam mengelola uang. Dalam sejarah Islam

banyak pemilik modal yang tidak memiliki keahlian dalam mengelola uangnya.

Sementara itu banyak pula para pakar dalam perdagangan yang tidak memiliki

modal untuk berdagang. Oleh karena itu, atas dasar saling tolong menolong, Islam

memberikan kesempatan untuk saling berkerja sama antara pemilik modal dengan

orang yang terampil dalam mengelola dan memproduktifkan modal itu.


Akuntansi Syariah Page 1
Akad Mudharabah

Akad mudharabah berbeda dengan akad pembiayaan yang ada pada perbankan

pada umumnya (perbankan konvensional). Perbankan konvensional pada umumya

menawarkan pembiayaan dengan menentukan suku bunga tertentu dan

pengembalian modal yang telah digunakan mudharib dalam jangka waktu

tertentu. Namun Akad mudharabah tidak menentukan suku bunga tertentu pada

mudharib yang menggunakan pembiayaan mudharabah, melainkan mewajibkan

mudharib memberikan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh mudharib.

Pembiayaan mudharabah pada dasarnya diperuntukan untuk jenis usaha tertentu

atau bisnis tertentu. Oleh karena itu, kami sebagai pemakalah akan mencoba

membahas tentang mudharabah ini serta permasalahan yang ada didalamnya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Akad Mudharabah?

2. Landasan Hukum Mudharabah?

3. Apa saja Jenis-jenis Akad Mudharabah serta Rukun dan Syaratnya?

4. Apa Manfaat dan Resiko dari akad Mudharabah?

5. Aplikasi Mudharabah?

1.3. Maksud dan Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian Mudharabah.

2. Menjelaskan landasan hukum Mudharabah.

3. Menjelaskan jenis-jenis akad Mudharabah beserta Rukun dan Syarat yang

harus ada dalam Mudharabah.

4. Menjelaskan apa manfaat dan resiko dari Mudharabah.

5. Menjelaskan aplikasi tentang Mudharabah.

Akuntansi Syariah Page 2


Akad Mudharabah

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi tiga bagian utama


yaitu :

Bagaian kesatu adalah pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun memaparkan


beberapa Pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalah
utama. Pada bagian pendahuluan ini di paparkan tentang latar belakang masalah ,
identifikasi masalah perumusan masalah, tujuan penulisan makalah, dan
sistematika penulisan makalah.

Bagian kedua, pada bagian ini merupakan bagian utama yang hendak dikaji dalam
proses penyusunan makalah. Yaitu pembahasan.

Bagian ketiga yaitu kesimpulan. Pada kesempatan ini penyusun berusaha untuk
mengemukakan terhadap semua permasalahan-permasalahan yang dikemukakan
oleh penyusun dalam perumusan masalah.

Akuntansi Syariah Page 3


Akad Mudharabah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Akad Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata adhdharaby fil ardhi yaitu berpergian untuk urusan

dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata alqarrdhu yang bearati

potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan

memperoleh sebagian keuntungan.

Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antar pemilik

dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar

nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi

kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh

misconduct, negligence atau violation oleh pengelola dana. PSAK 105 par 18

memberikan beberapa contoh bentuk kelalaian pengelola dana, yaitu: persyaratan

yang di tentukan di dalam akad tidak dipenuhi, tidak terdapat kondisi di luar

kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam

akad, atau merupakan hasil keputusan dari institusi yang berwenang.

Akad Mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi

yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsure terpenting dalam

akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana.

Oleh karena kepercayaan merupakan unsure terpenting, maka mudharabah dalam

istilah bahasa Inggris disebut trust financing. Pemilik dana yang merupakan

investor disebut beneficial ownership atau sleeping partner, pengelola dana

disebut managing trustee atau labour partner. (Syahdeini, 1999)

Akuntansi Syariah Page 4


Akad Mudharabah

Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana

tidak boleh ikut campur di dalam manajemen perusahaan atau proyek yang

dibiayai dengan dana pemilik dana tersebut, kecuali sebatas memberikan saran-

saran dan melakukan pengawasan pada pengelola dana. Apabila usaha tersebut

mengalami kegagalan dan terjadi kerugian yang mengakibatkan sebagian atau

bahkan seluruh modal yang ditanamkan oleh pemilik dana habis, maka yang

menanggung kerugian keuangan hanya pemilik dana. Sedangkan pengelola dana

sama sekali tidak menanggung atau tidak harus mengganti kerugian atas modal

yang hilang, kecuali kerugian tersebut terjadi sebagai akibat kesengajaan,

kelalaian ayau pelanggaran akad yang dilakukan oleh pengelola dana. Pengelola

dana hanya menanggung kehilangan atau resiko berupa waktu, pikiran, dan jerih

payah yang telah dicurahkannya selama mengelola proyek atau usaha tersebut,

serta kehilangan kesempatan untuk memperoleh sebagian dari pembagian

keuntungan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam perjanjian mudharabah.

Hal tesebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu bahwa

pihak-pihak yang telibat dalam suatu transaksi harus bersama-sama menanggung

resiko (berbagi resiko), dalam hal transaksi mudharabah, pemilik dana akan

menanggung resiko finansial sedangkan pengelola dana akan memiliki resiko

nonfinansial. Sebagaimana telah dijelaskan di atas hal ini dengan hadis Nabi yang

diriwayatkan oleh Ali r.a:

“Pungutan itu tergantung pada kekayaan. Sedangkan laba tergantung

pada apa yang mereka sepakati bersama.”

Akuntansi Syariah Page 5


Akad Mudharabah

Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah

tertentu untuk bagiannya karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu meminta

kelebihan atau imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang diperbolehkan

syariah. Misalnya, ia akan memberi modal sebesar Rp. 100 juta dan ia

menyatakan setiap bulan mendapat Rp. 5 juta. Dalam mudharabah, pembagian

keuntungan harus dalam bentuk persentase/nisbah, misalnya 70:30, 70% untuk

pengelola dana dan 30% untuk pemilik dana. Sehingga besarnya keuntungan yang

diterima tergantung pada laba yang dihasilkan.

Keuntungan yang dibagikan pun tidak boleh menggunakan nilai proyeksi

(predictive value) akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan, yang

mengacu pada laporan hasil usaha yang secara periodik disusun oleh pengelola

dana dan diserahkan pada pemilik dana.

Pada prinsipnya dalam mudharabah tidak boleh ada jaminan atas modal,

namun demikian agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik

dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Tentu saja

jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan

kesalahan yang disengaja, lalai atau melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang

telah disepakati bersama dalam akad.

Dari penjelasan di atas dengan diberikan kewenangan sepenuhnya

pengelolaan usaha pada pengelola dana, dapat dikatakan akad mudharabah

merupakan jenis investasi yang mempunyai resiko tinggi. Resiko terhadap

penggunaan modal mengenai kesesuaian penggunaannya dengan tujuan atau

ketetapan yang telah disepakati yaitu untuk memaksimalkan keuntungan kedua

belah pihak. Terlebih lagi informasi usaha dipegang oleh pengelola dana dan
Akuntansi Syariah Page 6
Akad Mudharabah

pemilik dana hanya mengetaui informasi lagi informasi secara terbatas. Sehingga

sangat penting bagi pemilik dana untuk mencari pengelola dana yang berakhlak

mulia, dapat dipercaya, jujur, kompenten dan benar.

Hikmah dari sistem mudharabah adalah dapat memberi keringanan kepada

manusia. Terkadang ada sebagian orang yang memiliki harga, tetapi tidak mampu

untuk membuatnya menjadi produktif. Terkadang pula, ada orang yang tidak

memiliki harta tetapi ia mempunyai kemampuan untuk memproduktifkannya.

Sehingga dengan akad mudharabah kedua belah pihak dapat mengambil manfaat

dari kerja sama yang terbentuk. Pemilik dana mendapatkan manfaat dengan

pengalaman pengelola dana , sedangkan pengelola dana dapat memperoleh

manfaat dengan harta sebagai modal. Dengan demikian, dapat tercipta kerja sama

antara modal dan kerja, sehingga dapat tercipta kemaslahatan dan kesejahteraan

umat.

Agar tidak terjadi perselisihan di kemudian hari maka

akad/kontrak/perjanjian sebaiknya dituangkan secara tertulis dan dihadiri para

saksi. Dalam perjanjian harus mencakup berbagai aspek antara lain tujuan

mudharabah, nisbah pembagian keuntungan, periode pembagian keuntungan,

biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari pendapatan, ketentuan pengembalian

modal, hal-hal yang dianggap sebagai kelalaian pengelola dana dan sebagainya.

Sehingga apabila terjadi hal yang tidak diinginkan atau terjadi persengketaan,

kedua belah pihak dapat merujuk pada kontrak yang telah disepakati bersama.

Akuntansi Syariah Page 7


Akad Mudharabah

Apabila terjadi perselisihan di antara dua belah pihak maka dapat

diselesaikan secara musyawarah oleh mereka berdua atau melalui badan arbitrese

syariah.

Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha

mudharabah diterima oleh pengelola dana (PSAK 105 par 16). Sedangkan

pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara bertahap bersamaan

dengan destribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah

berakhir, sesuai kesepakatan pemilikan dana dan pengelola dana.

Skema Mudharabah

(1) Akad
(1)
Pemilik Dana Pengelola Dana
mudharabah

Proyek Usaha

Porsi Porsi Porsi Laba


Rugi Laba
(3)

(4)
Hasil usaha:
(5) Apabila untung akan sesuai nisbah, (4)
Apabila rugi ditanggung oleh Pemilik Dana

Keterangan:

(1) Pemilik dana dan pengelola dana meyepakati akad mudharabah

(2) Proyek usaha sesuai akad mudharabah dikelola pengelola dana

(3) Proyek usaha menghasilkan laba atau rugi

(4) Jika untung, dibagi sesuai nisbah

(5) Jika rugi, ditanggung pemilik dana


Akuntansi Syariah Page 8
Akad Mudharabah

2.2. Jenis Akad Mudharabah

Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu

mudharabah muthalaqah, mudharabah muqayyadah dan mudharabah

musytarakah.

Berikut adalah pengertian masing-masing jenis mudharabah.

1. Mudharabah Muthalaqah adalah Mudharabah di mana pemilik dananya

memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan

investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.

Jenis mudharabah ini tidak ditentukan masa berlakunya, di daerah

mana usaha tersebut akan dilakukan, tidak ditentukan line of trade, line of

industry, atau line of service yang akan dikerjakan. Namun kebebasan ini

bukan kebebasan yang tak terbatas sama sekali. Modal yang ditanamkan

tetap tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang

dilarang oleh Islam seperti untuk keperluan spekulasi, perdagangan

minuman keras (sekalipun memperoleh izin dari pemerintah), perternakan

babi, atau pun berkaitan dengan riba dan lain sebagainya.

Dalam mudharabah muthalaqah, pengelola dana memiliki

kewenangan untuk melakukan apa saja dalam pelaksanaan bisnis bagi

keberhasilan tujuan mudharabah itu. Namun, apabila ternyata pengelola

dana melakukan kelalaian atau kecurangan, maka pengelola dana harus

bertanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya,

sedangkan apabila terjadi kerugian atas usaha itu, yang bukan karena

kelalaian dan kecurangan pengelola dana maka kerugian itu akan di

tanggung oleh pemilik dana.


Akuntansi Syariah Page 9
Akad Mudharabah

2. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana

memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana lokasi,

cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha. Misalnya, tidak

mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana lainnya,

tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan tanpa

penjamin atau mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi

sendiri tanpa melalui pihak ketiga, (PSAK par 07). Mudhrabah jenis ini

disebut juga investasi terikat.

Apabila pengelola dana bertindak bertentangan dengan syarat-syarat yang

diberikan oleh pemilik dana, maka pemilik dana harus bertanggung jawab atas

konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya, termasuk konseksuensi

keuangan.

3. Mudharabah Musytarakah adalah mudhrabah di mana pegelola dana

menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.

Diawal kerja sama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan

modal 100% dari pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan

pertimbangan tertentu dan kesepakatan engan pemilik dana, pengelola dana

ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut jenis mudharabah seperti

ini disebut mudhrabah musytarakah merupakan perpaduan antara akad

mudharabah dan akad musyarakah.

Akuntansi Syariah Page 10


Akad Mudharabah

1.3. Dasar Syariah

Sumber Hukum Akad Mudharabah

Menurut Ijmak Ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini dapat

diambil dari kisah Rasulullah yang pernah melakukan mudharabah dengan Siti

Khadijah. Siti Khadijah bertindak sebagai pemilik dana dan Rasulullah sebagai

pengelola dana. Lalu Rasulullah membawa barang dagangannya ke negeri Syam.

Dari kisah ini kita lihat akad mudharabah telah terjadi pada masa Rasulullah

sebelum diangkat menjadi Rasul. Mudharabah telah dipraktikan secara luas oleh

orang-orang sebelum masa Islam dan beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW.

Jenis bisnis ini sangat bermanfaat dan sangat selaras dengan prinsip dasar ajaran

syariah, oleh karena itu masih tetap ada di dalam sistem Islam.

1. Al-Quran

“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)

“.... Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,

hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan

hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya. ” (QS 2:283)

2. As-Sunah

Dari Shalih bib Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: :”tiga

hal yang didalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh

muqaradhah (mudharabah), dan mencampuradukan dengan tepung

untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.”(HR. Ibnu Majah)

Akuntansi Syariah Page 11


Akad Mudharabah

“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai

mudharabah, ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak

mngurangi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli

hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (pengelola dana)

harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan.

Abbas didengar Rasulullah SAW, beliau membenarkannya.” (HR.

Thabrani dan Ibnu Abbas).

2.4. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah

Rukun Mudharabah ada empat, yaitu:

1. Pelaku terdiri atas : pemilik dana dan pengelola dana

2. Objek Mudharabah, berupa : modal dan kerja

3. Ijab Kabul/Serah Terima

4. Nisbah Keuntungan

Ketentuan syariah, adalah sebagai berikut.

1. Pelaku

a. Pelaku harus cakap hukum dan tabligh.

b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan

nonmuslim.

c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi

ia boleh mengawasi.

2. Objek Mudharabah (Modal dan Kerja)

Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan dilakukannya

akad mudharabah.

Akuntansi Syariah Page 12


Akad Mudharabah

 Modal

a. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya

(dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.

b. Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal,

berarti pemilik dana tidak memberikan kontribusi apapun padahal

pengelola dana harus bekerja.

c. Modal harus diketahui jelas jum;ahnya sehingga dapat dibedakan

dari keuntungan.

d. Pengelola dana tidak diperkenankan untuk mudharabahkan kembali

modal mudharabah, dan apabila terjadi maka dianggap terjadi

pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.

e. Pengelola tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada

orang lain dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran

kecual atas seizin pemilik dana.

f. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut

kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak

dilarangsecara syariah.

 Kerja

a. Kontribusi pengelolaan dana dapat berbentuk keahlian,

keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain

b. Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh

pemilik dana.

c. Pengelolaan dana harus menjalankan usaha sesuai syariah.

Akuntansi Syariah Page 13


Akad Mudharabah

d. Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau

melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan,pengelolaan dana

sudah menerima modal dan sudah bekerja maka pengelola dan

berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah

3. Ijab Kabul

Adalah pernyataan dan ekspresi salaing rida/rela diantara pihak-pihak pelaku

akad yang dilakukan secara verbal,tertulis,melalui korespondensi atau

menggunakan cara-cara komunikasi modern.

4.Nisbah Keuangan

a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan,

mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang

bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh. Pengelola dana

mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan pemilik dana mendapat

imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan harus diketahui

dengan jelas oleh kedua pihak, inilah yang akan mencegah terjadinya

perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian

keuntungan. Jika memang dalam akad tersebut tidak dijelaskan masing-

masing porsi, maka berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kedua belah pihak.

c. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan

menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.

Pada dasarnya pengelolaan dana tidak diperkenankan untuk

menudharabahkan kembali modal mudharabah, dan apabila terjadi

maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.


Akuntansi Syariah Page 14
Akad Mudharabah

Apabila pengelola dana dibolehkan oleh pemilik dana untuk

memudharabahkan kembali modal mudharabah maka pembagian

keuntungan untuk kasus seperti ini, pemilik dana mendapatkan

keuntungan sesuai dengan kesepakatan antara dia dan pengelola dana

pertama. Sementara itu bagian keuntungan dari pengelola dana pertama

dibagi dengan pengelola dan yang kedua sesuai dengan porsi bagian

yang telah disepakati antara keduanya.

Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada

misconduct, negligence atau violation, cara menyelesaikan adalah

sebagai berikut:

a. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan

merupakan pelindung modal.

b. Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok

modal.

2.5. Berakhirnya Akad Mudharabah

Lamanya kerja sama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi

semua pihak berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sama dengan

memberitahukan pihak lainnya. Namun, akad mudharabah dapat berakhir karena

hal-hal sebagai berikut (Sabiqq,2008)

1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah

berakhir pada waktu yang telah ditentukan.

2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.

3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.

Akuntansi Syariah Page 15


Akad Mudharabah

4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha

untuk mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai

pihak yang mengemban amanah ia harus beritikad baik dan hati-hati.

5. Modal sudah tidak ada.

2.6. Prinsip Pembagian Hasil Usaha (Psak 105 Par 11)

Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan

karena yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugian

(loss). Sehingga untuk pembahasan selanjutnya, akan digunakan istilah prinsip

bagi hasil seperti yang digunakan dalam undang-undang no 10 tahun 1998, karena

apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi antara pemilik dana dan

pengelola dana, tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik dana.

Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan

pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui

berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola

dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.

Untuk menghindari perselisihan dalam hal biaya yang dikeluarkan oleh

pengelola dana, dalam akad harus disepakati biaya-biaya apa saja yang dapat

dikurangkan dari pendapatan.

Akuntansi Syariah Page 16


Akad Mudharabah

Contoh perhitungan pembagian hasil usaha:

Data:

Penjualan Rp 1.000.000

HPP (Rp 650.000)

Laba Kotor Rp 350.000

Biaya-biaya Rp 250.000

Laba (rugi) bersih Rp 100.000

a) Berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing) dengan nisbah pemilik dana

: pengelola dana = 30:70

Pemilik dana :30% x Rp 100.000 = Rp 30.000

Pengelola Usaha :70% x Rp 100.000 = Rp 70.000

Dasar pembagian hasil usaha adalah laba neto/laba bersih yaitu laba kotor

dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah.

b) Berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah

laba bruto/laba kotor bukan pendapatan usaha dengan nisbah pemilik dana

: pengelolaan dana = 10:90

Bank Syariah :10% x Rp 350.000 = Rp 35.000

Pengelola :90% x Rp 350.000 = Rp 315.000

Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha

diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang

disepakati (PSAK 105 par 20)

Akuntansi Syariah Page 17


Akad Mudharabah

2.7. Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musyarakah (Psak 105 Par 34)

Ketentuan bagi hasil untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan

yaitu:

a. Hasil investasi diantara pengelola dana dana pemilik dana sesuai nisbah

yang disepakati, selajutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk

pengelola dana tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik)

dengan pemilik dana sesuai porsi modal masing-masing ;atau

b. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan

pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya

bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai

musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana

sesuai dengan nisbah yang disepakati. Contoh: jika terjadi kerugian atas

investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan modal para musytarik.

Contoh: Bapak A menginvestasikan uang sebesar Rp 2 juta untuk usaha siomay

yang dimiliki oleh Bapak B dengan akad mudharabah. Nisbah yang disepakati

oleh Bapak A dan Bapak B adalah 1:3. Setelah usaha berjalan,ternyata dibutuhkan

tambahan dana, maka atas persetujuan Bapak A,Bapak B ikut menginvestasikan

uangnya sebesar Rp 500.000. Dengan demikian bentuk akadnya adalah akad

mudharabah musyarakah. Laba yang diperoleh untuk bulan Januari 2008 adalah

sebesar Rp 1.000.000

Berdasarkan PSAK 105 par 34 maka bagi hasil jika terdapat keuntungan

dapat dilakukan dengan cara:

Akuntansi Syariah Page 18


Akad Mudharabah

Alternative 1:

Pertama,hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai

nisbah yang disepakati:

Bagian A:1/4 x Rp 1.000.000 = 250.000

Bagian B:3/4 x Rp 1.000.000 = 750.000

Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut

(Rp 1.000.000 – Rp 750.000) dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik)

dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing;

Bagian A : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 250.000 = Rp 200.000

Bagian B : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 250.000 = Rp 50.000

Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 750.000+Rp 50.000 =

Rp 800.000, dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000

Alternative 2:

Pertama hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan

pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing,

Bagian A : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 800.000

Bagian B : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 200.000

Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai

musytarik) sebesar Rp 800.000 (Rp 1.000.000-Rp 200.000) tersebut dibagi antara

pengelola dana dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.

Bagian A:1/4 x Rp 800.000 = 200.000

Bagian B:3/4 x Rp 800.000 = 600.000

Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 200.000+Rp 600.000 =

Rp 800.000, dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000


Akuntansi Syariah Page 19
Akad Mudharabah

Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi

modal para musytarik.Misal terjadi kerugian sebesar Rp 1.000.000 maka

A akan menaggung rugi sebesar:

Rp 2.000.000/Rp2.500.000xRp 1.000.000=Rp 800.000

B akan menaggung rugi sebesar:

Rp 2.000.000/Rp2.500.000xRp 1.000.000=Rp 200.000

2.8. Perlakuan Akuntansi (Psak 105)

Akuntansi Untuk Pemilik Dana

1. Dana Mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai

investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset

nonkas kepada pengelola dana.

2. Pengukuran investasi mudharabah

a) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah

yang dibayarkan;

b) Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar

nilai wajar nonkas pada saat penyerahan.

Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas harus disetujui

oleh pemilik dana dan pengelola dana pada saat penyerahan.

Ada 2 alasan tidak digunakannya dasar historical cost untuk

mengukur asset nonkas,(siswantoro,2003).

o Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan

kontrak untuk mencapai satu tujuan akuntansi keuangan.

Akuntansi Syariah Page 20


Akad Mudharabah

o Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak yang

melakukan kontrak untuk nilai asset nonkas menuju aplikasi

konsep representational faithfulness dalam pelaporan.

Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar junlah yang

dibayarkan.

Jurnal pada saat penyerahan kas:

Dr. Investasi Mudharabah xxx

Kr. Kas xxx

Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai

wajar asset nonkas pada saat penyerahan kemungkinannya ada 2:

 Jika nilai wajar lebih tinggi dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya

diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka

waktu akad mudharabah.

Jurnal pada saat penyerahaan aset nonkas :

Dr. Investasi Mudharabah xxx

Kr. Keuntungan Tangguhan xxx

Kr. Aset Nonkas xxx

Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan :

Dr. Keuntungan Tangguhan xxx

Kr. Keuntungan xxx

Akuntansi Syariah Page 21


Akad Mudharabah

 Jika nilai wajar lebih rendah dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya

diakui kerugian dan akui pada saat penyerahan aset nonkas

Jurnal :

Dr. Investasi Mudharabah xxx

Dr. Kerugian Penurunan Nilai xxx

Kr. Aset Nonkas Mudharabah xxx

3. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas :

a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai

Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebakan

rusak, hilang atau faktor lain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan

pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai

kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah.

Jurnal :

Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx

Kr. Investasi Mudharabah xxx

b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai

Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa

adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut

tidak langsung mengurangi jumlah investasi mudharabah namun

diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.

Jurnal :

Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx

Kr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx

Akuntansi Syariah Page 22


Akad Mudharabah

Dr. Kas xxx

Dr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx

Kr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx

4. Kerugian

Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir

Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelun akad mudharabah

berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.

Jurnal :

Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx

Kr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx

Catatan :

Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jenis nilai investasi awal mudharabah.

5. Hasil usaha

Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai

piutang

Jurnal :

Dr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx

Kr. Pendapatan bagi Hasil Mudharabah xxx

Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil

Jurnal

Dr. Kas xxx

Kr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx

Akuntansi Syariah Page 23


Akad Mudharabah

6. Akad mudharabah berakhir

Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah setelah

dikurangi penyisihan kerugian investasi dan pengembalian investasi mudharabah

diakui sebagai keuntungan atau kerugian .

Jurnal :

Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx

Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx

Kr. Investasi Mudharabah xxx

Kr. Keuntungan Investasi Mudharabah xxx

ATAU

Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx

Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx

Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx

Kr. Investasi Mudharabah xxx

7. Penyajian

Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar

nilai tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika

ada)

8. Pengungkapan

Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah,

tetapi tidak terbatas pada :

a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian

hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain ;

b) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya ;


Akuntansi Syariah Page 24
Akad Mudharabah

c) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan ;

d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian

Laporan Keuangan Syariah

2.9. Akuntansi untuk Pengelola Dana

1. Dana yang di terima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui

sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset

nonkas yang diterima.

2. Pengukuran Dana Syirkah Temporer

Dana Syirkah Temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset

nonkas yang diterima.

Jurnal :

Dr. Kas/Aset Nonkas xxx

Kr. Dana Syirkah Temporer xxx

3. Penyaluran kembali dana syirkah temporer

Jika pengelola dana menyalurkah kembali dana syirkah temporer yang

diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset (investasi

mudharabah). Sama seperti akuntansi untuk pemilik dana. Dan ia akan

mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak

pemilik dana.

Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari

penyaluran kembali dana syirkah temporer :

Dr. Kas/Piutang xxx

Kr. Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx

Akuntansi Syariah Page 25


Akad Mudharabah

Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah

diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai

kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana.

Jurnal :

Dr. Beban Bagi hasil Mudharabah xxx

Kr. Untung Bagi Hasil Mudharabah xxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil :

Dr. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx

Kr. Kas xxx

4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah

berarti ada pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatanya sama

dengan akuntansi konvensional yaitu :

Saat mencatat pendapatan

Dr. Kas/Piutang xxx

Kr. Pendapatan xxx

Saat mencatat beban :

Dr. Beban xxx

Kr. Kas/Utang xxx

Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh keuntungan) :

Dr. Pendapatan xxx

Kr. Beban xxx

Kr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx

Akuntansi Syariah Page 26


Akad Mudharabah

Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana :

Dr. Beban bagi hasil mudharabah xxx

Kr. Utang bagi hasil mudharabah xxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil :

Dr. utang bagi hasil mudharabah xxx

Kr. Kas xxx

Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian :

Dr. Pendapatan xxx

Dr. Penyisihan Kerugian xxx

Kr. Kas/Utang xxx

5. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana

diakui sebagai beban pengelola dana :

Jurnal :

Dr. Beban xxx

Kr. Utang lain-lain/Kas xxx

6. Di akhir akad

Jurnal :

Dr. Dana syirkah syariah xxx

Kr. Kas/asset nonkas xxx

Jika ada penyisihankerugian sebelumnya

jurnal :

Dr. Dana syirkah temporer xxx

Kr. Kas/Aset nonkas xxx

Kr. Penyisihan kerugian xxx

Akuntansi Syariah Page 27


Akad Mudharabah

7. Penyajian

Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:

a. dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya

untuk setiap jenis mudharabah; yaitu sebesar dana syirkah temporer

dikurangi dengan penyisihan kerugian (jika ada)

b. bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum

diserahkan kedapa pemilik dana disajjikan sebagai pos bagi hasil yang

belum dibagikan sebagai kewajiban.

8. Pengungkapan

Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:

a. isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian

hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.

b. rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya.

c. penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah.

Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang Penyajian

2.10. Laporan Keuangan Syariah

Asumsi pencatatan untuk pengelola dana yang telah dibahas di atas

menggunakan akad mudharabah muthlaqah, apabila akadnya mudharabah

muqayyadah, di mana dana dari pemilik dana langsung disalurkan kepada

pengelola dana lain (kedua) dan pengelola dana pertama hanya bertindak sebagai

perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pengelola dana lain

(kedua); maka dana untuk jenis seperti ini akan dilaporkan Off Balance Sheet.

Akuntansi Syariah Page 28


Akad Mudharabah

Atas kegiatan tersebut pengelola dana pertama akan menerima komisi atas

jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pengelola

dana lain (kedua) berlaku nisbah bagi hasil.

Akuntansi Syariah Page 29

Anda mungkin juga menyukai