Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014

Pengendalian Bising Pada Stasiun Kerja Hammering


Dini Wahyuni1, Nismah Panjaitan2, Ilfi Mawaddah3
1,2,3
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan
( diniwahyuni2011@gmail.com , 2nismahpjt@gmail.com , 3mawaddahilfi@gmail.com)
1

ABSTRAK

PT XYZ merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi alat-alat pertanian. Sejak pertama didirikan
perusahaan sudah menerima permintaan cukup besar dan semakin berkembang dengan makin luasnya lahan
perkebunan di Indonesia. Permasalahan yang dihadapi adalah besarnya tingkat kebisingan di stasiun hammering.
Bising di tempat kerja menyebabkan berbagai gangguan pada tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, gangguan komunikasi, gangguan keseimbangan, dan ketulian. Tujuan penelitian ini untuk
mengendalikan tingkat kebisingan agar paparan kebisingan yang diterima operator dapat dikurangi. Hasil
pengukuran di area kerja mesin hammering dan area di sekitar mesin hammering menunjukkan tingkat
kebisingan melebihi ambang batas aman. Usulan pengendalian kebisingan pada stasiun kerja dilakukan dengan
pemasangan dinding dari papan gypsum dengan ketebalan 0,010 m dengan total luasan 937 m2. Dengan usulan
tersebut, kebisingan dapat diturunkan sebesar 26,02 dB(A).

Kata Kunci : Kebisingan, Noise Reduction, Pengendalian Kebisingan, Hammering, Intensitas Bunyi

1. PENDAHULUAN 4. BATASAN DAN ASUMSI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di sebuah UKM yang Adapun batasan masalah dalam melakukan
memproduksi alat-alat pertanian khususnya penelitian ini adalah sebagai berikut:
perkebunan kelapa sawit, antara lain egrek, dodos, 1. Pengukuran hanya dilakukan pada stasiun kerja
kapak, parang, gancu, tojok. Terdapat enam hammering.
stasiun kerja yaitu hammering, formatting, gerinda 2. Tidak dilakukan perhitungan biaya terhadap
kasar, penyepuhan, gerinda halus dan finishing. usulan perancangan.
Permasalahan kebisingan ditemukan pada Asumsi-asumsi yang digunakan dalam
stasiun kerja Hammering. Aktivitas Hammering penelitian ini antara lain:
berfungsi untuk membentuk alat-alat pertanian 1. Mesin hammering yang diamati memiliki
berupa kapak, egrek, dodos, yang terbuat dari tingkat kebisingan yang identik.
bahan carbon steel 60%. Cara kerja mesin 2. Operator bekerja sesuai dengan deskripsi
hammering menimbulkan kebisingan dikarenakan pekerjaannya yang ditentukan oleh pihak
proses pembentukan produk (proses tumbukan manajemen dan tidak berpindah-pindah dari
antar baja) menghasilkan suara yang keras. area kerjanya.
3. Metode kerja tidak berubah saat penelitian
2. RUMUSAN MASALAH dilakukan.
4. Faktor lingkungan kerja lainnya tidak
Permasalahan dalam penelitian ini adalah mempengaruhi hasil penelitian yang dilakukan
tingginya tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh
stasiun kerja hammering yang telah melewati nilai 5. LANDASAN TEORI
ambang batas pendengaran operator selama jam
kerja. 5.1 Bunyi

3. TUJUAN PENELITIAN Bunyi atau suara merupakan kompresi


mekanikal atau gelombang longitudinal yang
Adapun tujuan dari melakukan penelitian adalah merambat melalui medium (cair, padat, dan udara)
sebagai berikut: sebagai perantara (Wikipedia). Bunyi atau suara
1. Mengukur kebisingan pada sumber bising yang juga diartikan sebagai rambatan dari serangkaian
terjadi di stasiun kerja hammering. gelombang yang terjadi akibat adanya perubahan
2. Mengevaluasi tingkat bising yang ditimbulkan kerapatan dan tekanan suara yang berasal dari suatu
kegiatan operasional pabrik. sumber getar.
3. Memperoleh solusi untuk mengatasi Suara merupakan manifestasi energi dan
masalah kebisingan di tempat kerja. pengerahan perambatan getaran melalui udara, air
dan lain-lain yang dapat didengar oleh telinga
manusia. Rentang frekwensi suara yang dapat
didengar manusia berkisar antara 20 Hz-20.000 Hz.

I-66 Dini Wahyuni, Nismah Panjaitan, Ilfi Mawaddah, Pengendalian Bising pada Stasiun Kerja …..
Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014

Suara percakapan manusia mempunyai frekwensi Tabel 1. Pengaruh Kekerasan Bunyi pada
antara 250 Hz-4000Hz dan umumnya suara Manusia
percakapan manusia mempunyai frekwensi Kebisingan
1000Hz. Sedangkan amplitude adalah besaran (dB) Efek
simpangan gelombang suara yang dihasilkan (A)
sumber suara. Bila berlangsung terus-menerus akan
30 – 65 mengganggu selaput telingan dan
5.2 Tingkat Bunyi menyebabkan gelisah
Bila berlangsung terus-menerus akan
Tingkat kekuatan atau kekerasan bunyi diukur merusak lapisan vegetative manusia
dengan alat yang disebut Sound Level Meter 65 – 90
(jantung, peredaran darah, dan lain-
(SLM). Alat ini terdiri dari mikrofon, amplifier, lain)
weighting network, dan layar display dalam Bila berlangsung terus-menerus akan
satuan decibel, dB(A). Setiap penggandaan luas 90 – 130
merusak telinga
bidang peredam, tingkat bunyi akan berkurang 3
dB(A).
5.3. Intensitas Bunyi
Sound power adalah cara pengukuran kekuatan
bunyi berdasarkan jumlah energi yang diproduksi
Intensitas bunyi didefinisikan sebagai laju aliran
oleh sumber bunyi. Sound power dinotasikan
energi (daya) suara yang menembus satu luasan
sebagai P dalam satuan watt. Pengukuran tingkat
tertentu, dengan kata lain intensitas suara
kekuatan bunyi juga dapat dilakukan dengan sound
merupakan kerapatan energi suara per satuan luas,
intensity, yaitu sound power per satuan luas.
diukur dengan watt/m2. Rumus untuk mencari
Satuannya adalah watt/m2.
intensitas bunyi:
Rumus tingkat intensitas bunyi dapat dituliskan:
I = w/4πD2 W/m2 (2)
LI = 10 log I/Io dB. (1)
Dengan
Dengan: I = intensitas bunyi, (W/m2).
LI = tingkat intensitas bunyi, dB. W = energi yang dikeluarkan oleh
I = intensitas bunyi, W/m2. sumber bunyi, (watt).
Io = intensitas bunyi acuan, D = jarak, (m)
diambil 10-12 W/m2.
Percakapan manusia (human speech) berada di 5.4. Bunyi dan Kebisingan
antara frekuensi 600–4000Hz. Telinga manusia
paling peka terhadap rentang frekuensi antara 100– Kebisingan (noise) adalah bunyi atau suara yang
200 Hz (panjang gelombang antara 10cm–3m). tidak dikehendaki atau mengganggu. Gangguan
Kepekaan telinga manusia berbeda untuk frekuensi bunyi hingga tingkat tertentu dapat diadaptasi oleh
yang berbeda. Dengan energi yang sama, frekuensi fisik, namun syaraf dapat terganggu. Ambang bunyi
tinggi lebih mudah didengar (ini salah satu alasan (threshold of audibility) adalah intensitas bunyi
mengapa peluit bernada tinggi). sangat lemah yang masih dapat didengar telinga
Kekerasan bunyi dapat menimbulkan dampak manusia, berenergi 10-12 W/m2. Ambang bunyi ini
buruk bagi kesehatan manusia. Di samping disepakati mempunyai tingkat bunyi 0 dB. Ambang
frekuensi yang terdengar, frekuensi yang tidak sakit (threshold of pain) adalah kekuatan bunyi
terdengar pun dapat mempunyai efek negatif. yang menyebabkan sakit pada telinga manusia,
Getaran peralatan listrik yang tidak terdengar, berenergi 1 W/m2.
bila cukup keras akan menyebabkan tubuh bereaksi
dengan gejala gelisah, berkeringat, dan sebagainya. 5.5. Jarak Tempuh Gelombang Bunyi
Efek bunyi dapat menjadi sangat buruk bila terjadi
komplikasi. Misalnya bunyi keras dari jenis musik Gelombang bunyi yang merambat dari sumber
yang tidak disukai, yang berlangsung lama dan bunyi dan menempuh jarak tertentu akan menurun
terus menerus, bahkan bisa membuat seseorang kekuatannya (bunyi terdengar lebih pelan) dan
kehilangan kontrol atas emosinya1. Tabel 1 lama-kelamaan hilang, meski sesungguhnya ketika
menampilkan tingkat kebisingan dan efeknya pada dikaitkan dengan energi yang dimilikinya, energi
manusia tersebut tidak hilang, tetapi berubah bentuk.
Melemahnya energi yang dimiliki sumber bunyi
disebabkan oleh karena energi yang sama harus
merambat menyebar pada area yang lebih luas.
Dapat diasumsikan bahwa sumber bunyi sebagai
sebuah objek yang berada bebas di udara, yang
akan menyebar merambat ke segala arah sehingga
area rambatannya akan berbentuk seperti bola.

Dini Wahyuni, Nismah Panjaitan, Ilfi Mawaddah, Pengendalian Bising pada Stasiun Kerja ….. I-67
Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014

5.6. Ambang Batas Kebisingan 1. Eliminasi Sumber Kebisingan


Pada teknik eliminasi dapat dilakukan dengan:
Orang awam melihat kaitan antara bunyi dan a. Penggunaan tempat kerja atau pabrik baru
kesehatan manusia hanya sebatas soal telinga. sehingga biaya pengendalian dapat
Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa diminimalkan
kemunculan bunyi secara terus-menerus selain b. Pada tahap tender mesin-mesin yang akan
mengganggu telinga juga dapat menimbulkan dipakai, harus mensyaratkan maksimum
dampak psikologis, seperti mudah marah dan intensitas kebisingan yang dikeluarkan dari
mudah lelah. mesin baru
c. Pada tahap pembuatan pabrik dan
5.7. Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan pemasangan mesin, konstruksi bangunan
harus dapat meredam kebisingan.
Bising di tempat kerja menyebabkan berbagai 2. Pengendalian Secara Teknis (Engineering
gangguan pada tenaga kerja, seperti gangguan Control)
fisiologis, gangguan psikologis, gangguan Pengendalian ini dapat berupa:
komunikasi, gangguan keseimbangan, dan ketulian. a. Kontrol terhadap suara dengan memakai
1. Gangguan Fisiologis kedap suara, radiasi bising dapat dikurangi
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat 20-39 dB.
mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau b. Kontrol pada sepanjang jalur suara
yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat penempatan lapisan berpori di sekeliling
berupa peningkatan tekanan darah (±10 mmHg), sumber. Pembuatan kotak (housing) mesin
peningkatan denyut nadi, serta dapat dengan bahan yang sesuai.
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. c. Kontrol pada tingkat penerima misal
2. Gangguan Psikologis sumbat telinga, headphone. Menurut
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak Pullat (1992) pemakaian sumbat telinga
nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan dapat mengurangi kebisingan sebesar ± 30
cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam dB, sedangkan tutup telinga dapat
waktu yang lama dapat menyebabkan stres, mengurangi kebisingan sedikit lebih besar
kelelahan, dan lain-lain. yaitu antara 40 dB - 50 dB.
3. Gangguan Komunikasi 3. Pengendalian Administratif
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan Dalam hal ini lebih memfokuskan pada
masking effect (bunyi yang menutupi manajemen misal diadakan rotasi pekerja
pendengaran yang jelas) atau gangguan antara tempat bising dengan tempat kerja yang
kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus tenang. Pengendalian secara administratif dan
dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini teknis sebaiknya digunakan secara bersamaan
dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan, untuk mencapai tujuan pengendalian
sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan kebisingan.
karena tidak mendengar isyarat atau tanda Metode yang sering digunakan untuk
bahaya. Gangguan komunikasi secara tidak pengendalian kebisingan:
langsung membahayakan keselamatan tenaga 1. Mengurangi level atau spektrum kebisingan
kerja. 2. Menggunakan barrier untuk mengurangi
4. Gangguan Keseimbangan transmisi kebisingan udara atau yang lain
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan 3. Menyerap kebisingan yang timbul
kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, Pengurangan kebisingan (Noise Reduction;
yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis NR) adalah pengurangan kekuatan bunyi, diukur
berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual. dalam dB.2 Salah satu pengurangan kebisingan atau
5. Efek pada Pendengaran noise reduction (NR), yang dapat dilakukan adalah
Efek pada pendengaran adalah gangguan paling dengan penambahan peredam yang dapat dituliskan
serius karena dapat menyebabkan ketulian. dengan persamaan:
Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya NR = 10log(a2/a1) dB (3)
bersifat sementara dan akan segera pulih Dengan :
kembali bila menghindar dari sumber bising. a1 = Total penyerapan bunyi pada kondisi
Namun bila terus menerus bekerja di tempat peredaman awal, Sabine.
bising, daya dengar akan hilang secara menetap a2 = Total penyerapan bunyi pada
dan tidak akan pulih kembali. kondisi setelah diperbaiki, Sabine.

5.7. Pengendalian Kebisingan

Pengendalian kebisingan dapat dilakukan


dengan berbagai cara, diantaranya:

I-68 Dini Wahyuni, Nismah Panjaitan, Ilfi Mawaddah, Pengendalian Bising pada Stasiun Kerja …..
Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014

Biasanya NR (Noise Reduction) suatu bahan 4. Pengukuran dilakukam secara random dan data
merupakan rata-rata untuk frekuensi 250, 500, yang diambil sebanyak 6 sampel.
1000, 2000, dan 4000 Hz. 5. Proses pertama platstrip dipanaskan dalam
tungku pemanasan selama 15 menit. Pada proses
6. METODOLOGI PENELITIAN ini diambil 1 sampel.
6. Kemudian platstrip dipukul-pukul dengan
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan menggunakan mesin hammering selama 30
penelitian deskriptif (Description Research) yaitu menit, yang bertujuan agar memperoleh kapak
suatu penelitian yang bertujuan untuk mengkaji / sesuai permintaan. Dalam proses ini diambil 4
memaparkan sejauh mana faktor kebisingan sampel.
mempengaruhi pekerja. 7. Setelah itu platstrip dipukul kembali dengan
Obyek penelitian adalah operator mesin menggunakan palu selama 3 menit yang
hammering (12 operator) dan operator lain yang bertujuan agar platstrip tersebut rata. Dalam
berdekatan dengan mesin hammering (7 operator). proses ini diambil 1 sampel.
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan pada
tempat-tempat di mana operator bekerja dekat 7. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
dengan mesin hammering yang merupakan sumber
bising. Alat yang digunakan dalam pengukuran Kegiatan produksi di UKM ini berada di satu
yaitu sound level meter untuk mengukur tingkat area. Stasiun kerja yang menimbulkan kebisingan
kebisingan. adalah stasiun kerja hammering. Bising ini tidak
Penelitian dilaksanakan dengan tahapan hanya diterima oleh operator hammering tetapi
kegiatan sebagai berikut : juga diterima oleh operator di area sekitar yang
1. Pengamatan pendahuluan di stasiun kerja berdekatan dengan mesin hammering. Data hasil
hammering dimana operator bekerja dekat pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
dengan mesin hammering, yang memiliki
permasalahan kebisingan.
2. Pengukuran posisi kerja operator dan mesin.
3. Pengukuran tingkat kebisingan pada setiap titik
dilakukan pada rentang waktu 3 menit untuk
setiap pengukuran.
Tabel 2 Data Tingkat Kebisingan Stasiun Kerja Hammering
Tingkat Kebisingan
(dB)
Titik Operator
Pengukuran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1m
1.5m 1.5m 1.5m 1.5m 1.5m 1.5m 1m 1m 1m 1m 1m
*
1 88.9 88.5 88.8 88.4 89.5 88.7 90.8 95.7 90.9 91.8 92.8 89.3

2 87.5 86.8 86.9 87.6 91.8 87.5 93.4 92.9 91.4 92.4 90.3 87.9
3 89.5 89.2 89.3 89.5 90.2 87.2 94.4 92.6 91.8 90.7 92.2 88.1
4 87.9 86.3 86.7 89.3 90.7 89.1 85.2 91.5 90.1 91.3 92.1 89.8
5 87.3 86.9 86.9 87.6 88.1 89.8 88.5 90.6 89.2 91.8 92.8 87.7
6 87.6 87.4 87.5 86.4 90.4 86.7 91.6 92.3 91.8 91.3 91.7 89.7

Tabel 3 Data Tingkat Kebisingan di Area Sekitar Stasiun Kerja Hammering


Tingkat Kebisingan
Titik
Operator
(dB)
Pengukuran 1 2 3 4 5 6 7
1.5m 1.5m 1.5m 1.5m 1.5m 1.5m 1.5m
1 87.5 84.5 84.4 86.5 87.8 85.7 83.9
*
2 83.8 83.8 84.6 88.8 87.0 84.8 84.3
3 88.2 88.2 84.7 85.7 86.4 84.0 82.6
4 86.9 84.4 83.4 83.8 85.7 83.4 79.6
5 85.9 82.6 83.0 83.0 85.0 82.7 77.8
6 84.4 80.3 82.6 82.8 84.6 81.8 75.7
* : Jarak pengukuran antara operator dengan mesin

Dini Wahyuni, Nismah Panjaitan, Ilfi Mawaddah, Pengendalian Bising pada Stasiun Kerja ….. I-69
Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014

Tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh dua 60% yang merupakan bahan yang kandungan
mesin atau lebih yang dihidupkan secara bersamaan bajanya cukup tinggi), mesin (tenaga pneumatik
tidak dapat secara langsung dijumlahkan dari yang menimbulkan bising), maupun operator
tingkat kebisingan masing-masing karena (posisi yang sangat dekat dengan mesin).
merupakan skala logaritmik. Level kebisingannya Usulan pengendalian kebisingan pada stasiun
diperoleh melalui tahapan sebagai berikut: kerja hammering dilakukan dengan cara
1. Tentukan dua level bising menambahkan papan gypsum di sekeliling area
2. Tentukan selisih kedua sumber bising agar stasiun kerja hammering. Pada lantai dipasang
diperoleh nilai penambahan rangka yang berbentuk rel (biasanya disebut track,
3. Tambahan nilai dan selisih pada level chanel, atau rail). Rangka-rangka vertical tersebut
kebisingan yang lebih tinggi dipasang per jarak 60 cm, kemudian dipasang
papan gypsum pada rangka-rangka tersebut
Tabel 4 Angka Penambah pada Penjumlahan menggunakan sekrup gypsum. Sedangkan pada
Bunyi area kelur masuk operator dipasang platik agar
Perbedaan Tingkat Bilangan Penambah operator dapat lebih mudah keluar masuk tanpa
Bunyi antara Dua pada Bunyi yang Lebih harus membuka pintu.
Sumber (dB) Tinggi (dB) Papan gypsum dipilih karena harga lebih
0-1 3 murah dan tidak memerlukan pengerjaan yang
2-3 2 rumit, perawatan dan perbaikan gypsum lebih
4-8 1 mudah, memiliki berat yang jauh lebih ringan dari
9 0 dinding plaster (tekanan pada struktur dinding
konstruksi lebih ringan), papan gypsum lebih tahan
Level bising yang diterima operator mesin terhadap api dan meredam bunyi nyaring/bising
Hammering dan operator yang berdekatan dengan Papan gypsum tersedia dalam berbagai ukuran,
mesin Hammering dapat dilihat pada Tabel 5. tetapi yang paling umum adalah lembaran tebal 8 –
12 mm, dengan ukuran 1.2 m x 2.4 m. Namun
Tabel 5 Kebisingan Stasiun Kerja Hammering ukuran papan gypsum bisa disesuaikan dengan
dan di Sekitar Stasiun Kerja Hammering kebutuhan.
Mesin Hammering Area Sekitar Mesin Untuk stasiun kerja hammering dengan total
Hammering luasan 937 m2 dapat didesain dengan menggunakan
Operator Level Operator Level bahan papan gypsum dengan ketebalan 0,10 m
Kebisingan Kebisingan untuk dinding, dan menggunakan beton dengan
1 96,9 1 94,9 ketebalan 0,14 m untuk bahan lantai. Desain ini
dapat menurunkan kebisingan sebesar 26.04 dB
2 96,4 2 92,2
(A).
3 96,5 3 93,4
4 96,4 4 93,8
8. KESIMPULAN
5 98,4 5 94,4
6 96,7 6 101,4 1. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah
7 99,4 7 89,3 dilakukan di stasiun kerja hammering diperoleh
8 101,6 nilai intensitas kebisingan jauh melebihi batas
9 99,8 aman.
10 99,8 2. Solusi yang ditawarkan dengan membuat sekat
11 100,2 dari papan gypsum pada stasiun kerja
12 96,3 hammering

Level bising yang diterima operator mesin DAFTAR PUSTAKA


hammering dan operator yang berada di sekitar
mesin hammering melewati ambang batas yang [1] Helander, Martin., “A Guide to the Ergonomics
ditetapkan pemerintah melalui keputusan Menteri of Manufacturing”, Taylor & Francis, London,
Tenaga Kerja No.Kep-51/men/1999 yaitu 85 dB 2001.
untuk 8 jam kerja, sehingga level bising yang [2] Mediastika, Christina E., “Akustika Bangunan:
diterima masuk kategori berbahaya. Prinsip-prinsip dan Penerapannya di
Pendekatan engineering control (mengubah Indonesia”. Erlangga, Jakarta, 2005
metode proses, penggunaan mesin yang tidak [3] Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-
bising, penggantian material, menutup sumber 51/MEN/1999. Nilai Ambang Batas Faktor
bising) untuk saat ini tidak memungkinkan untuk Fisika di Tempat Kerja. Jakarta.
diterapkan pada stasiun kerja hammering. Hal ini [4] Satwiko, Prasasto., ”Fisika Bangunan”.
mengingat karakteristik proses produksi pada mesin Yogyakarta, Penerbit Andy, 2008.
hammering, baik material (berbahan carbon steel

I-70 Dini Wahyuni, Nismah Panjaitan, Ilfi Mawaddah, Pengendalian Bising pada Stasiun Kerja …..
Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014

[5] Susanto, Decky. “Strategi Pengendalian


Kebisingan Untuk Mengurangi Resiko
Pendengaran Dengan Metode Ex Post Facto
dan Analytical Hierarchy Process di Power
Plant PT. Tjiwi Kimia”. Surabaya.
[6] Walpole, R.E. “Pengantar Statistika
(Terjemahan), Edisi Ketiga”. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama. 1995.

Dini Wahyuni, Nismah Panjaitan, Ilfi Mawaddah, Pengendalian Bising pada Stasiun Kerja ….. I-71

Anda mungkin juga menyukai