Anda di halaman 1dari 10

DERIVASI KEBIJAKAN MENJADI PROGRAM KESEHATAN

PERILAKU KONSUMSI MINUMAN ALKOHOL

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Errina Maya (19110083)


Vincenti Serlinta Putri (19110090)
Lili Apriani (19110095)
Aprenia Saputri Pujianto (19110097)
Helvi Ersi Renyaan (19110101)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2020
A. FAKTA KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL
1. World Health Organization (2014) menyebutkan di seluruh dunia 61,7% dari
penduduk berusia 15 tahun atau lebih tua (15+) pernah minum alkohol dalam
12 bulan terakhir, bahkan sekitar 16,0% adalah peminum berat. Republik
Moldova, Belarus, Lithuania, Rusia dan Republik Ceko tercatat sebagai lima
negara dengan tingkat konsumsi alkohol per kapita tertinggi di dunia pada
2015.

2. Secara global, lebih dari 237 juta pria dan 46 juta perempuan menderita
kelainan terkait alkohol dengan Eropa mencatat angka tertinggi (15 dan 3,5
persen masing-masing untuk laki-laki dan perempuan. Amerika Utara
menyusul dengan masing-masing 11,5 dan 5 persen.

Di China, pria minum lebih dari 11 liter minuman beralkohol, biasanya bir
atau minuman jenis spirits. Sedangkan perempuan mengkonsumsi tiga liter
sehingga rata-rata konsumsi sedikit di atas 7 liter.

Angka konsumsi China masih di bawah konsumsi alkohol Amerika Serikat,


namun melonjak lebih dari 70 persen dari angka konsumsi China pada 1990.

Pada 2030, kedua negara akan berganti posisi. Orang China dewasa
diperkirakan akan mengonsumsi rata-rata lebih dari 10 liter, sedangkan
konsumsi alkohol di AS akan turun sedikit menjadi 9,5 liter.

Sementara itu di India, 40 persen laki-laki dan 22 persen perempuan


mengonsumsi alkohol. Rata-rata konsumsi minuman alkohol di India
mencapai kurang dari 6 liter pada 2017.

3. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 tentang
kesehatan remaja menyebutkan bahwa pria lebih berisiko terlibat dalam
perilaku konsumsi alkohol dibandingkan dengan wanita. Hasil survei
menunjukkan 4% pada wanita dan 40% pada pria. Data menunjukkan
klasifikasi pengonsumsi minuman beralkohol 30,2% remaja putra usia 15-19
tahun dan 52,9% remaja putra usia 20-24 tahun sudah minum minuman
beralkohol (Kemenkes. RI, 2012).

4. Secara nasional, kebiasaan minum alkohol belum menjadi masalah di


Indonesia, meskipun demikian, masalah minum minuman beralkohol
cenderung lebih tinggi di wilayah Indonesia bagian timur.

5. Mengonsumsi minuman beralkohol saat ini sudah menjadi bagian dari gaya
hidup sebagian masyarakat di Indonesia. Berawal dari coba-coba kemudian
akhirnya ketagihan. Walaupun tingkat konsumsi minuman beralkohol di
Indonesia termasuk paling rendah di dunia. Namun data WHO (2010)
menyebutkan konsumsi minuman beralkohol di Indonesia 0,6 liter alkohol
murni per kapita per tahun.

6. Perilaku konsumsi alkohol menyebabkan masalah-masalah yang sangat


berbahaya meliputi ketergantungan, penyakit, kecacatan dan kematian. Data
World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah kematian di dunia
akibat minuman alkohol yaitu pada tahun 2009 tercatat 775.000 penduduk
dunia (5,3%) meninggal akibat alkohol. Data tahun 2011 tercatat 2,5 juta
penduduk dunia (9%) usia muda (15-29 tahun) meninggal akibat alkohol.
Data tahun 2014 tercatat 3,3 juta orang di seluruh dunia setiap tahun
meninggal akibat alkohol dan dinyatakan setara dengan satu kematian setiap
10 detik (WHO, 2014). Selain itu, yang sangat mengkhawatirkan adalah
konsumsi minuman beralkohol yang diproduksi secara tradisional karena
tidak terkontrol kadar alkohol yang dikandungnya dan konsumsi minuman
beralkohol oplosan yang terus meningkat karena telah banyak menelan
korban jiwa. Korban oplosan pada tahun 2011 sebanyak 280 orang meninggal
dunia meningkat menjadi 304 orang meninggal dunia dan 311 orang dirawat
pada tahun 2015 (Kementerian Kesehatan, 2015:1).
7. Dari seluruh siswa (baik yang minum alkohol ataupun yang tidak minum
alkohol), sebanyak 2,51% siswa yang minum kurang dari 1 gelas minuman
alkohol. Secara detail, lebih banyak siswa laki-laki (4,05%) daripada siswa
perempuan (1,05%) yang minum kurang dari 1 gelas minuman alkohol dalam
sehari selama 30 hari terakhir. Bahkan sebanyak 0,40% siswa yang minum 5
gelas minuman atau lebih minuman alkohol dalam sehari selama 30 hari
terakhir. (Puslitbang, 2015)

8. Jumlah minuman alkohol yang dikonsumsi pertama kali 1-2 botol dengan
jenis arak, tuak, captikus, anggur kolesom, bir dan whisky

9. Narapidana ARC dan komunitas peminum di wilayah Bali, Manado dan


Medan mengkonsumsi minol 3-7 kali dalam seminggu 1 minggu

10. Aktivitas khusus konsumsi: saat acara pesta adat dan budaya setempat,
terutama di wilayah Bali dan Manado, seperti acara kedukaan (kematian)
maupun acara keceriaan (perkawinan dan ulang tahun)

11. Jenis minuman alkohol modern yang di konsumsi adalah bir, whisky dan
minol lokal yang dikonsumsi adalah cap tikus, anggur kolesom, tuak, arak
dan cukrik

12. Tempat membeli/memperoleh minol: di warung/toko penjual minol, produsen


minol tradisional, tempat karaoke, bar dan café

13. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyalahgunaan alcohol :


 Awalnya remaja hanya mencoba-coba karena keluarga atau teman-teman
yang menggunakannya, namun kemudian menjadi kebiasaan.
 Menghilangkan lelah (penat) & stress yang “kecewa” dengan kondisi
diri, keluarga, percintaan, dann pekerjaan. Sering menjadi lebih suka
untuk mengorbankan apa saja demi hubungan baik dengan teman-teman
sebanyanya.
 Adanya “ajakan” atau “tawaran” dari teman serta banyaknya film dan
sarana hiburan yang memberikan contoh “model pergaulan moderen”
biasanya mendorong remaja minum-minuman keras secara berkelompok
 Sudah tradisi (menjaga keamanan lingkungan kampung) dan budaya
setempat setiap acara keramaian pesta adat dan budaya (hajatan)
khususnya di wilayah Denpasar, Medan dan Manado
B. PRESENTASE MINUMAN BERALKOHOL DI INDONESIA

Tabel 1. Prevalensi Minuman Beralkohol Tabel 2. Karakteristik


pada Responden 11 Provinsi Tertinggi

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Tahun 2007, ada tiga
provinsi dengan prevalensi minuman beralkohol terbanyak yaitu di Nusa Tenggara
Timur (17,7%), Sulawesi Utara (17,4%), dan Gorontalo (12,3%). Sedangkan para
pengkonsumsi minuman beralkohol tersebut, sebagian besar tinggal tiga provinsi di
pedesaan (5,1%) dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah tamatan SMA (6,0%)
dengan usia 25–34 tahun (6,7%)

.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Tahun 2018, ada tiga
provinsi dengan prevalensi proporsi konsumsi minuman beralkohol pada penduduk
Umur ≥10 tahun terbanyak yaitu di Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Bali.
C. IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

1. Kebijakan

a. Menegaskan peraturan tentang penggunaannya untuk konsumsi alkohol.


UU RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

b. UU RI Nomor 39 Tahun 2007, yang mengatur besaran tarif cukai antara


80%-1150% dari harga dasar. Di Indonesia juga diatur mengenai larangan
penjualan minuman beralkohol untuk konsumen di bawah usia 21 tahun.

c. Pengendalian dan pengawasan, dengan mengkonsentrasikan atau


melokalisir penjualan dan konsumsi minuman alkohol di tempat-tempat
khusus serta melakukan pengawasan yang ketat.

2. Pemberdayaan

a. Pembuatan iklan tentang himbauan bahaya konsumsi minuman beralkohol


dikalangan remaja.

b. Pemberian penyuluhan kesehatan di berbagai instansi Pendidikan dan


masyarakat tentang bahaya konsumsi alkohol.

c. Melakukan patroli terhadap orang yang mengkonsumsi minol dan juga


kedai-kedai tak resmi yang dicurigai menjual minuman alcohol.

3. Kesehatan
a. Mengembangkan klinik berhenti minum minuman beralkohol
- Upaya menolong peminum untuk berhenti.
- Klinik yang tidak dipunggut biaya dan ditempatkan di Puskesmas,
klinik swasta dan RS
- Pembiayaan dari APBD atau sumber lain pendapatan daerah yang sah.
- Pendanaan dapat melalui bekerjasama dengan pihak swasta (CSR) tapi
bukan dengan perusahaan produksi minuman beralkohol.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pembahasan yang dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan
rasa kurang percaya diri, rasa ingin tahu atau coba-coba, pelarian dari masalah,
pengetahuan yang kurang, keluarga yang buruk, lingkungan yang buruk signifikan
meningkatkan adiksi (kecanduan) alkohol pada remaja, dan faktor pendidikan
rendah kurang signifikan meningkatkan adiksi (kecanduan) alkohol pada remaja.

Saran bagi remaja untuk lebih berkosentrasi terhadap pendidikan dan


kegiatan positif lainnya, memilih pergaulan yang baik, tidak mudah terpengaruh
oleh bujukan teman yang sifatnya negative dan lebih terbuka terhadap orangtua.
Bagi Orangtua, ada baiknya sikap orang tua lebih memperhatikan anak remajanya,
memberikan segala masukan atau solusi-solusi yang baik dalam kehidupan anak
remajanya, menjalin komunikasi yang baik dan lebih terbuka dengan anak
remajanya, memperhatikan pergaulan anak remajanya di luar rumah, memberikan
kebebasan bergaul terhadap anak remajanya tetapi tetap mengkontrol
pergaulannya di luar rumah.
E. REFERENSI

- Hasil Riskesdas 2018


- Jurnal
- https://www.voaindonesia.com/a/studi-china-india-dorong-konsumsi-
minuman-beralkohol-dunia/4908563.html
- Hasil Puslitbang 2015

Anda mungkin juga menyukai