Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Falfasah Pelatih
Berbicara tentang falsafah tentu saja setiap orang mempunyai falsafah hidup
masing-masing, termasuk juga dengan pelatih. Dan sebelum kita membahas lebih
dalam tentang falsafah pelatih, tentu kita harus mengenal terlebih dahulu apa arti dari
falsafah itu sendiri. Salah satu arti dari falsafah adalah bahwa falsafah ialah suatu
system dari prinsip-prinsip yang dipakai untuk membimbing orang dalam kegiatan-
kegiatannya. (Harsono:1988).

Jadi kalau kita bicara mengenai falsafah kepelatihan, kita bicara mengenai suatu
perangkat sikap (attitudes) atau prinsip-prinsip dasar yang menuntun tabiat dan perilaku
di dalam situasi-situasi praktek. Ada pelatih-pelatih yang falsafah coachingnya adalah
“memenangkan setiap pertandingan”. Maka sikap dan perilakunya, serta cara
menangani olahraganya dan atlet-atletnya adalah tercermin dalam falsafahnya tersebut.
Berbeda dengan pelatih-pelatih yang falsafah coachingnya adalah menanamkan
kepribadian yang baik dan prilaku etis pada atlet-atletnya. Penangannya juga akan
berbeda dengan pelatih-pelatih yang falsafah coachingnya lain.

Dengan mengobservasi perilaku para atletnya, kita biasanya akan dapat


mengetahui falsafah pelatihnya. Gaya permainan para atletnya, rasa hormat (respect)
yang diperlihatkan kepada para ofisial dan lawan-lawannya, bahasa yang
digunakannya. Perilaku di luar lapangan, kesanggupan untuk mengatasi stress-stress
pertandingan, semangat bertandingnya, kesetiaan terhadap teman dan timnya,
staminanya pada akhir-akhir pertandingan, ya,, sampai kepada kostum latihan dan
pertandingannya, itu semua dapat merupakan sebagian dari indikator –indikator yang
mencerminkan falsafah pelatihnya.

Aspek-aspek falsafah dan etika coaching adalah saling berhubungan, yang


keduanya mengacu kepada system nilai-nilai seseorang, sikap, kepercayaan (belief),
dan prinsip-prinsip yang menuntun (guide) perilaku orang sebagaii pelatih
(Harsono:1988).
1. Motivasi menjadi pelatih
Motivasi memilih karier menjadi pelatih tentu saja setiap orang tidak sama, ada
yang memilih karier menjadi pelatih atas dasar ia ingin mengamalkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya kepada orang lain, atau ada juga yang beranggap dengan
menjadi pelatih ia bisa mendapat kepuasan setelah atlet didikannya memperlihatkan
peningkatan prestasi. Namun selain itu ada juga yang beranggapan dengan menjadi
pelatih ia akan memperoleh kekuasaan, seperti halnya memperoleh status dan
pengakuan dimasyarakat. Ada pula yang memang senang mengasuh anak-anak muda
dan senang akan keterlibatan yang terus menerus dalam sensasi stress dan sensasi
pertandingan. Dan tidak sedikit pula yang menjadikan keahlian melatihnya semata-
mata sebagai sumber hidupnya.

2. Harapan orang dari seorang pelatih


Dalam setiap profesi musti ada kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi oleh
anggotanya. Demikian pula dalam profesi melatih. Ada seperangkat ketentuan dan
kewajiban moral yang harus kita patuhi, yaitu berperilaku dan berkiprah sesuai dengan
norma-norma, tujuan-tujuan, serta cita-cita tinggi dari profesi tersebut. Perangkat
ketentuan-ketentuan tersebut biasanya dituangkan di dalam kode etik pelatih.

Falsafah seorang pelatih harus tercermin di dalam pendapatnya dan tingkah


lakunya dalam melaksanakan tugasnya sebagai coach dan dalam membina atletnya-
atletnya untuk memperkembangkan secara optimal kesehatan fisik, mental, spiritual,
dan sosialnya. Di samping itu tugasnya adalah juga untuk memperkembangkan
keterampilan motorik dan prestasi atlet, perilaku etis, moral yang baik, kepribadian, dan
respek terhadap orang lain.

Falsafah seorang pelatih harus tercermin di dalam watak luhurnya,


pertimbangan-pertimbangan intelektualnya, sportivitasnya, dan sifat-sifat
demokratisnya. Coach harus pula dapat memberikan bimbingan agar atlet-atletnya bisa
berdikari dalam hidupnya kelak dan menjadi warga negara yang baik. Itu semua adalah
(dan seharusnya) merupakan tanggungjawab seorang pemimpin olahraga, dan dengan
sendirinya juga yang diharapkan dari seorang pelatih. (Harsono:1988).
3. Dilema menjadi pelatih
Karena sering kali kurang memperlihatkan pentingnya tujuan berolahraga ini,
dan selalu merasa bahwa kepintaran coachingnya senantiasa dinilai oleh masyarakat
dengan menang kalahnya atlet-atletnya dalam pertandingan, maka mereka seringkali
lupa akan tugas-tugas moral dan tujuan-tujuan yang murni dari olahraga. Oleh karena
itu sering kali pelatih mengahalalkan segala macam cara untuk bisa memenangkan
pertandingan. Hal negatif inilah yang serring kali menyebabkan olahraga menjadi suatu
aktivitas komersial dan bukan lagi sesuatu yang menyenangkan dan yang dapat
dinikmati.

B. Tugas, Peran dan Kepribadian Pelatih

Tugas pelatih bukan hanya membantu atlet untuk meraih prestasi, akan tetapi
lebih jauh dari itu, pelatih juga harus menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalam olahraga. Artinya bukan hanya juara yang dikejar oleh pelatih akan tetapi prilaku
sosial atlet juga harus dapat perhatian, karena atlet adalah model bagi masyarakat.
Apalagi bagi anak-anak seorang pemain yang juara suka dijadikan sebagai idola
hidupnya. Sudah kebayang apabila ada seorang atlet yang memiliki perilaku buruk,
maka secara tidak langsung akan diikuti oleh penggemar-penggemarnya. Jauh dari itu
seorang pelatih harus mampu menjadi guru sebagai pendidik, bapak, teman sejati.
Sebagai guru pelatih akan disegani dan dihormati, sebagai bapak dia akan dicintai oleh
atletnya, dan sebagai teman hanya dia yang akan dipercaya apabila atlet memiliki
masalah yang bersifat pribadi. Begitu kompleks dan rumitnya peran dan tugas sebagai
seorang pelatih.

Dibawah ini akan diuraikan beberapa tugas utama seorang pelatih, dan juga termasuk
bagaimana sebenarnya perilaku seorang pelatih dalam masyarakat.

1. Perilaku. Perilaku seorang pelatih dimasyarakat harus menjadi contoh yang


baik dalam masyarakat, artinya jangan sampai seorang pelatih ada
perilakunya yang tidak sesuai dengan norma atau aturan-aturan kehidupan
dalam masyarakat. Karena kehidupan seorang pelatih selalu jadi sorotan
masyarakat, sehingga apabila ada tindak tanduk perilaku yang tidak baik
maka dengan cepat akan menyebar ke seluruh masyarakat dan ini akan
menjadi boomerang bagi dirinya sendiri juga bagi tim yang di asuhnya.
2. Kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan harus dimiliki oleh seorang pelatih.
Bagaimana mau diturut atau digugu oleh atletnya apablia ia tidak memiliki
sikap sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang baik ialah yang disegani
bukan ditakuti. Sebagai seorang pemimpin harus mampu memberikan
motivasi kepada atletnya juga harus mau menerima saran dari para
pembantunya. Juga sifat seorang pemimpin akan terlihat dalam kondisi yang
sekalipun kritis . Contohnya dalam keadaan klubnya atau atletnya kalah
seorang pelatih harus bisa memperlihatkan sifat getelmennya.
3. Sikap sportif. Seorang pelatih harus memberikan contoh sikap yang sportif
kepada atletnya. Artinya dalam kondisi atau situasi apapun kita harus bisa
menghormati keputusan yang dibuat oleh wasit, walaupun sebenarnya
keputusan wasit itu sangat merugikan klub atau atletnya dan menghormati
kemenangan lawan, akan tetapi bukan berarti kita harus sering mengalah
melainkan kita kalah dengan terhormat.
4. Pengetahuan dan keterampilan. Tidak diragukan lagi bahwa seorang pelatih
harus memiliki dan menguasai pengetahuan yang luas terutama pengetahuan
tentang ilmu-ilmu yang mendukung dalam proses pelatihan, juga harus
mampu memberikan contoh yang baik dalam hal keterampilan cabang
olahraganya. Dari sini kita bisa menangkap bahwa seorang pelatih itu harus
memiliki ilmu pengetahuan tentang ilmu pelatihan, ini berarti pelatih itu ada
sekolahnya atau ada pendidikan secara formalnya. Begitu juga mengenai
kemampuan keterampilannya ini akan lebih baik jika pelatih itu adalah
orang yang berpendidikan dalam ilmunya juga mantan atlet cabang olahraga
tersebut, akan tetapi ilmu pengetahuannyalah yang lebih penting dalam
mendukung prestasi dalam melatihnya.
5. Keseimbangan emosional. Kemampuan bersikap wajar dalam kondisi dan
situasi yang sangat tertekan, atau terpaksa harus menerima kenyataan
dilapangan padahal klubnya dirugikan itu adalah cerminan tingkat
keseimbangan emosional yang baik. Seorang pelatih akan selalu ada dalam
tingkat stress yang tinggi, tekanan emosional, suasana ketegangan yang
terus menerus terutama pada saat kompetisi sedang berlangsung, ini artinya
seorang pelatih harus mampu mengendalikan emosinya (self control), dan
yang penting lagi sifat ini harus mampu ditularkan kepada atlet-atletnya.
6. Imajinasi. Kemampuan ini adalah kemampuan untuk membentuk hayalan-
hayalan mental tentang obyek yang tidak nampak. Ini biasanya dibutuhkan
dalam kreativitas untuk merubah-rubah kondisi dilapangan atau strategi
yang baik untuk mensiasati lawan supaya mencapai kemenangan. Ini
biasanya tertuang dalam proses latihan yang selalu menciptakan hal-hal
yang baru, juga dalam taktik permainan baik taktik menyerang atau taktik
bertahan. Bahkan dalam keadaan sedang bermain atletnya pelatih dapat
merubah-rubah taktik yang dipakai, sehingga lawan sulit untuk membaca
permainan yang diterapkannya, dan ini sangat beruntung untuk klub atau
atletnya.
7. Ketegasan dan keberanian. Seorang pelatih harus memiliki keberanian yang
tegas dalam mengambil keputusan pada kondisi yang tertekan. Seorang
pelatih tidak boleh mendengar ucapan-ucapan penonton yang memberikan
saran untuk mengganti pemain atau menukar posisi dalam situasi
pertandingan. Karena yang mengetahui kondisi permainan dan kondisi
atletnya hanyalah pelatihnya sendiri oleh karena itu keputussan yang
diambilpun harus berdasarkan pada analisanya sendiri.
8. Humor. Satu sifat yang tampaknya enteng padahal ssangat perlu, citra rasa
humor yang tinggi akan lebih mendekatkan hubungan dengan para atletnya.
Kemampuan untuk membuat orang lain tertawa akan membawa pada situasi
yang menyegarkan, rileks, dan ini akan membawa dampak yang positif
kepada atletnya, karena dengan humor akan menurunkan tingkat ketegangan
yang dirasakan oleh atlet.
9. Kesehatan. Betapa beratnya tugas seorang pelatih, disamping tugas sehari-
harinya dia juga harus mempersiapkan program untuk latihan esok harinya,
mengevaluasi dan menganalisa hasil kerjanya dalam hal melatih apakah ada
kemajuan atau mandeg atau bahkan mundur, ini merupakan tugas yang
sangat berat, apalagi pada saat terjun dilapangan memberikan contoh
gerakan yang baik, atau bahkan ikut dalam proses latihan. Ini semua
menuntut kesehatan dan vitalitas yang tinggi dari seorang pelatih.
10. Administator. Pelatih juga sebagai pengelola olahraga, oleh karena itu ia
harus mampu mengorganisir program latihan dan pertandingan,
menginventalisir data-data atletnya, data kondisi fisiknya, bahkan kemajuan
dan kemunduran yang dialami oleh atletnya tidak boleh terlewatkan dari
analisanya.
11. Pendewasaan anak. Perkembangan serta pendewasaan anak, termasuk
mengajar sifat-sifat kepemimpinan, kekompakan tim, mengambil inisiatif,
ambisi disiplin tentunya sangatlah penting diperhatikan oleh seorang pelatih.
Salah satu contohnya bagaimana menangani masalah menang dan kalah.
Atlet harus belajar bagaimana hidup dalam kemenangan dan bagaimana
dalam kekalahan. Mengajar mereka bagaimana mengelola sukses secara
santun adalah penting akan tetapi yang lebih penting lagi bagaimana mereka
mengelola kalah dengan baik. Atlet harus diajar untuk senantias berusaha
untuk mencoba terus , dan selalu ingat bahwa masih ada hari esok.
12. Kegembiraan berlatih. Pelatih harus dapat mengajarkan kegembiraan
bermain dan berlatih. Kegembiraan bermain dan berlatih tersebut bisa
diselipkan dalam latihan-latihan, akan tetapi dengan tetap tidak melupakan
disiplin.
13. Hargai wasit. Pelatih raus dapat menghargai keputusan-keputusan wasit dan
ofisial pertandingan lainnya. Kendatipun tidak setuju dengan keputusan
wasit salurkanlah melalui proses yang resmi.
14. Hargai tim tamu. Pelatih harus memperlakukan tim tamu dengan
menyuguhkan permainan yang seru dan bermutu dengan tetap menjunjung
rasa sportifitas dan mengedepankan fair play.
15. Perhatian pribadi. Pelatih yang sukses biasanya adalah pelatih yang sangat
memperhatikan atlet-atletnya, karena setiap atlet merasa bahwa dia
mendapat perhatian pribadi dari pelatihnya. Atlet ingin agar dia diakui
sebagai orang dan bukan sebagai sesuatu yang hanya dipergunakan untuk
pertandingan. Sukses akan diperoleh kalau perhatian banyak ditujukan
kepada kebutuhan-kebutuhan atlet.
16. Berpikir positif. Pelatih harus melatih atlet-atletnya agar mereka selalu
berpikiran positi, optimistic. Dan selalu memusatkan pada kekuatan yang
miliki bukan kepada kelamahan pada saat disetiap pertandingan.
17. Larang judi. Pelatih harus berani untuk melarang judi kepada atletnya dan
apabila ada yang melakukannya tentu saja pelatih harus berani memberikan
sanksi bagi atletnya.
18. Berbahasa baik dan benar. Berbicara didepan umumm dengan menggunakan
bahasa yang baik dan benar tentu saja selain dapat dengan mudah dicerna
juga bisa menaikan prestise pelatih itu sendiri dimata para pendengarnya.
19. Mengisukan orang. Pelatih yang baik sebaiknya jangan mengkritik,
mengisukan, menceritakan kekurangan-kekurangan atlet, pelatih lain, atau
ofesial lain kepada orang lain. Kalau sekiranya perlu untuk memberikan
contoh mengenai kekurangan-kekurangan demikian, alangkah baiknya
menyebutnya secara umum.
20. Menggunakan wewenang. Pelatih janganlah menggunakan wewenang untuk
kepentingan pribadi, seperti halnya dnegan menerima hadiah yang bisa
memberikan peluang untuk dirinya menyimpang dari kode etik profesinya.
21. Sikap mental. Pelatih harus secara sungguh-sungguh untuk mempersiapkan
mentalnya seperti halnya siap mengabdikan diri sepenuhnya, mengamalkan
segala pengetahuan yang dimiliki dan yang terpenting berani berkorban baik
fisik maupun mental untuk profesinya tersebut.
22. Hubungan dengan para asisten pelatih. Hubungan yang baik antara pelatih
dengan para asistennya adalah penting oleh karena turut menentukan sukses
tidaknya tim yang dilatihnya. Diantaranya sebagai pelatih harus merupakan
sebagai bapak yang selalu memberikan bimbingan dan adanya rangsang
kepada asistennya, menerima silang pendapat dengan para asistennya bila
ada suatu masalah yang perlu dipecahkan, selalu menerima dengan tangan
terbuka baik padangan maupun kritik yang diberikan para asistennya, tidak
selalu menumpahkan segala kesalahan kepada para asistennya akan tetapi
selalu menjalin kerjasama dengan baik yang didasarkan atas kepentingan
bersama.
Selain apa yang dipaparkan di atas, untuk dapat melakukan tugas dan
peranan pelatih dengan sebaik-baiknya maka beberapa hal dibawah ini perlu
mendapat perhatian. yaitu :
1. Terlebih dahulu perlu diciptakan komunikasi yang sebaik-baiknya
antar pelatih dengan atlet. Bagaimanapun hebatnya seorang pelatih
tidak akan dapat membina atlet dengan baik apabila tidak ada
kesediaan psikologik dari atlet untuk mendengarkan dan menerima
petunjuk-petunjuk dari pelatihnya. Interaksi edukatif perlu
diciptakan oleh pelatih, yaitu interaksi antara pelatih dan atlet, dan
antara sesama atlet yang didasarkan atas nilai-nilai pendidikan, yaitu
antara lain rasa keakraban, keterbukaan, penuh kasih sayang,
kesedian untuk dikoreksi, menerima saran-saran dan sebagainya,
yang semua itu didasarkan atas sikap-sikap positif konstuktif.
2. Memahami watak, sifat-sifat, kebutuhan dan minat atlet
sebagaimana dikatakan Dewey (1964) keberhasilan pendidikan juga
akan ditentukan oleh seberapa jauh kita memperhatikan minat
(interest), kebutuhan (needs) dan kemampuan (ability) yang harus
dikembangkan dari subyek didik.
3. Pelatih harus mampu menjadi motivator yang baik sebagaimana
dikatakan Singer (1984) : “ To be agood coach one has to be a good
motivator”, karena pada akhirnya keberhasilan penampilan seorang
atlet akan bergantung pada diri atlet itu sendiri.
4. Tugas pelatih yang tidak boleh diabaikan yaitu membantu atlet
dalam memecahkan problema-problema yang dihadapi, baik
problema yang dihadapi dalam latihan dan pertandingan, maupun
problema dalam keluarga, sekolah ataupun pekerjaan.
SUMBER RUJUKAN
Sumarjo. 2017, PERAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DAN KEPELATIHAN DALAM
OLAHRAGA.

Anda mungkin juga menyukai