Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Thypoid Abdominalis Di Ruang Bougenvile 0 PDF
Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Thypoid Abdominalis Di Ruang Bougenvile 0 PDF
A DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN: THYPOID ABDOMINALIS DI RUANG
BOUGENVILE PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI
Oleh :
NISKA KURNIASIH
NIM. 14401 2017 000556
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN: THYPOID ABDOMINALIS DI RUANG
BOUGENVILE PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI
Oleh :
NISKA KURNIASIH
NIM. 14401 2017 000556
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil jiplakan,
NISKA KURNIASIH
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
1. Nama lengkap : Niska Kurniasih
2. Nim : 14401 2017 000556
3. Tempat/Tanggal Lahir : Ambaipua/ 31 Agustus 1977
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
7. Alamat : Jln. Pattimura No. 84, Ds. Amoito, Kec.
Ranomeeto, Kab. Konawe Selatan
B. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri : SDN 1 Angkasa, Tamat Tahun 1990 di Ambaipua
2. Sekolah Menengah Pertama : SMPN Angkasa, Tamat Tahun 1993 di Ambaipua
3. Sekolah Menengah Umum : SPK Depkes Kendari, Tamat Tahun 1996 di
Kendari
4. Sejak Tahun 2017 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Keperawatan sampai sekarang
vi
MOTTO
vii
ABSTRAK
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memeberikan rahmat, hidayah, kesehatan, kekuatan, ketenangan jiwa
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dengan judul
ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Ibunda tercinta yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih
sayang dan pengorbanan tiada tara yang setulusnya, serta doanya demi kesuksesan studi
yang penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini dan juga
kepada Suami Tercinta yang tiada hentinya memberikan dukungan motivasi serta
doanya demi kesuksesan studi penulis serta Kakak dan Adik tersayang yang selalu
pengetahuan yang penulis miliki masih dalam proses belajar, sehingga terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Karena itu sepatutnya penulis
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Rusna Tahir, S.Kep., Ns., M.Kep yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. Selesainya karya tulis ilmiah
ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
ix
Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat :
3. Bapak Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes selaku ketua jurusan keperawatan
4. Bapak Sahmad, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji I, Ibu Dewi Sartiya Rini,
M.Kep., Sp.KMB selaku penguji II, Ibu St. Muhsinah, M.Kep., Sp.KMB
selaku penguji III yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun
demi kesuksesan penulis, serta arahan perbaikan demi kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini.
5. Para dosen dan seluruh staff pengajar di Poltekkes Kemenkes Kendari jurusan
keperawatan atas segala ilmunya , bimbingan dan arahanya selama penulis dalam
Kendari
dukungan penuh.
8. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak languung
x
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
Penulis
xi
DAFTAR ISI
MOTTO ......................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Definisi ............................................................................................................ 10
C. Etiologi .............................................................................................................. 18
xii
D. Patofisiologi ....................................................................................................... 18
G. Komplikasi ......................................................................................................... 21
I. Pathway .............................................................................................................. 25
M. Implementasi ...................................................................................................... 50
N. Evaluasi .............................................................................................................. 51
B. Pengkajian .......................................................................................................... 51
BAB IV PEMBAHASAN
xiii
D. Implementasi Keperawatan ............................................................................... 87
E. Evaluasi .............................................................................................................. 88
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 91
B. Saran .................................................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian
akibat Thypoid Abdominalis mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia.
menepati urutan ke-3, terbanyak dari pasien rawat inap di rumah sakit tahun
2010 yaitu sebanyak 41.081 kasus dan yang meninggal 274 orang Case
Fatality Rate sebesar 0,67%. Penyakit ini tersebar di seluruh wilayah dengan
insidensi yang tidak berbeda jauh antara daerah. Diperkirakan terdapat 800
penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun
penderita, sedangkan menurut data tahun 2012 sebanyak 1.049 orang yang
mengidap penyakit Thypoid Abdominalis selain itu ada data yang diperoleh
dari Dinas Kesehatan Provinsi pada tahun 2014, pasien yang menderita
1
demam thypoid sebanyak 1172. Kejadian penyakit Thypoid Abdominalis
antara lain, Puskesmas Mata (18 orang), Puskesmas Benu-Benua (22 orang),
Lepo-Lepo (401 orang), Puskesmas Poasia (489 orang), Puskesmas Abeli (91
orang), Puskesmas Mokoau (52 orang), Puskesmas Jatiraya (56 orang) dan
Abdominalis pada Puskesmas Kota Kendari antara lain: Puskesmas Mata (14
Mokoau (88 orang), Puskesmas Jatiraya (15 orang) dan Puskesmas Wua-Wua
Inawati (2017) Gejala biasanya muncul 1-3 minggu setelah terkena, dan gejala
2
meliputi demam tinggi, malaise, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan,
sembelit atau diare, bintik-bintik merah muda di dada (Rose spots), dan
Salah satu masalah yang timbul pada pasien demam Thypoid yaitu
kontrol suhu normal tubuh tidak dapat secara efektif mengatur suhu internal
(Librianty, 2014).
penyembuhannya. Serta peran kita yang terakhir adalah bagaimana cara kita
pada klien Tn. A dengan keluhan klien mengatakan sudah demam dua hari
3
dirasakan disertai pusing, sakit kepala, mual, demam yang dirasakan terjadi
pada sore hari menjelang malam dan berkurang apabila klien beristirahat dan
ditemukan suhu yang tinggi yaitu 39ºC dan hasil pemeriksaan oleh dokter Tn.
Kendari.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
4
c) Mampu membuat intervensi keperawatan pada Tn. A dengan
C. Manfaat Penulisan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat/Pasien
kearah perilaku yang sehat dan bagi pasien dapat memperoleh manfaat
b. Institusi/Pendidikan
5
Sebagai bahan dokumentasi atau acuan mahasiswa selanjutnya
c. Rumah Sakit/Puskesmas
keperawatan.
D. Metode Penelitian
a) Tempat pelaksanaan
b) Waktu Pelaksanaan
Studi kasus ini telah dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2018 sampai 10
Juni 2018
a) Studi Kepustakaan
keperawatan.
b) Studi Kasus
6
Merupakan kegiatan terorganisir yang bertujuan untuk bahan
perkembangan klien.
spiritual melalui:
1) Observasi
klien.
2) Wawancara
3) Pemeriksaan Fisik
4) Studi Dokumentasi
7
Kegiatan berupa pengambilan data dari medical recoerd dan
5) Metode Diskusi
c) Diskusi
3. Sistematika Penulisan
8
BAB III : Laporan Kasus yang memuat tentang pengamatan kasus
evaluasi.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
infeksi bakteri negatif, genus salmonella yaitu salmonella typhi yang masuk
dan terkadang pada aliran darah, yang di sebabkan oleh kuman salmonella
terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam
10
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit Thypoid
khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus halus yang disebabkan
oleh kuman salmonella typhi yang masuk melalui makanan atau minuman
yang tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan lebih dari satu
B. Anatomi Fisiologi
11
1. Organ Pencernaan Utama
a. Mulut
pencernaan. Terdiri atas dua bagian, bagian luar yang sempit atau
vestibula yaitu ruang diantara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan
bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi di sisi - sisinya oleh
dengan awal faring. Atap mulut di bentuk oleh palatum, dan lidah
kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan
pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris
(Pearce Evelyn,2009).
12
vertebra servikal ke enam, yaitu ketinggian tulang rawan krikoid
tabung berotot yang panjangnya dua puluh sampai dua puluh lima
jaringan ikat yang renggang, sebuah lapisan otot yang terdiri atas dua
lapis serabut otot, yang satu berjalan longitudinal dan yang lain
c. Lambung
atas disebut fundus, bagian utama dan bagian bawah yang horizontal
kecil dan campur dengan asam lambung. Kedua fungsi sekresi dan
13
memecah protein menjadi pepton, sedang amylase memecah amilum
d. Usus Halus
enam meter adalah penemuan setelah mati bila otot telah kehilangan
daerah umbilicus dan di kelilingi oleh usus besar. Usus halus terdiri
14
kepala prankeas. Satu lubang yaitu di sebut ampula
vilorus.
2) Yeyunum menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus
yang selebihnya.
3) Ileum menempati tiga per lima akhir. Fungsi usus halus adalah
cepat. Setiap gerakan lamanya satu second dan antara dua gerakan
segmen usus yang satu dengan yang lain karena diikat oleh gerakan
konstriksi serabut sikuler. Hal ini memungkinkan isi yang cair ini
prankeas.
e. Usus besar
ilekolik atau ileosekal yaitu tempat sisa makanan lewat. Kolon sebagai
15
kantung yang mekar dan terdapat apendix vermiformis atau umbay
cacing. Apendik juga terdiri atas empat lapisan dinding yang sama
menempel pada otot iliopoas. Dari sini kolon naik melalui daerah
kolon sigmodieus atau kolon pelvis, dan kemudian masuk pelvis dan
usus besar, di mulai pada kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran
2. Organ aksesoris
kimia.
a. Hati
16
Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di
diafragma. Hati terbagi dalam dua belahan utama kanan dan kiri.
b. Kantung Empedu
c. Prankeas
mulai dari duodenum sampai limpa. Prankeas terdiri atas tiga bagian:
17
letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama
C. Penyebab
enteric yang dapat hidup di lingkungan yang kering tetapi peka terhadap
2013).
berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa
hari/minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan
farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1 jam atau 60º C
komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan
antigen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi,
kapsul.
18
D. Patofisiologi
air yang tercemar. Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung, dan
bonder usus dan memaksa sel usus untuk membentuk kerutan membran yang
akan melapisi bakteri dalam vesikel. Bakteri dalam vesikel akan menyebrang
al, 2014).
et al, 2014).
fagosit berkemang biak dan masuk sirkulasi darah lagi sehingga terjadi
19
sehingga muncul demam dan gejala sistemik lain. Perdarahan saluran cerna
dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague peyeri. Apabila
2014).
E. Manifestasi Klinik
tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pagi hari. Pada minggu
3. Gangguan pada saluran cerna: halitosis (bau nafas yang menusuk), bibir
kering dan pecah-pecah lidah di tutupi selaput putih kotor (coated tongue),
F. Pemeriksaan Penunjang
Abdominalis adalah :
trombositopenia.
20
2. Pemeriksaan sum-sum tulang Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum
tulang.
3. Biakan empedu
Terdapat basil salmonella typosa pada urin dan tinja. Jika pada
salmonella typosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul
sembuh.
4. Pemeriksaan widal
titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan akan dapat tetap tinggi
G. Komplikasi
diantaranya ialah :
1. Perdarahan
Dapat terjadi pada 1-10 % kasus, terjadi setelah minggu pertama dengan
ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan peningkatan
denyut nadi.
2. Perforasi usus
21
dengan nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan gejala peritonitis.
a. Sepsis
pancreatitis
d. Miokarditis toksik
nekrosis
f. Komplikasi lain
22
Pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefritis, sindrom
artritis.
H. Penatalaksanaan
(istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri
4. Diet makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga di berikan
makanan lunak.
5. Pemberian antibiotik
23
a. Chloramphenicol dengan dosis 50 mg/kg/24 jam per oralatau dengan
lebih cepat pula dan obat tersebut dapat memberikan efek samping
yang serius
yang efisien
24
I. Pathway
Nyeri
reaksi inflamasi
Kelemahan Ketidakseimbangan
nutrisi pelepasan zat piragen
Intoleransi aktivitas
Meningkatkan set.point suhu
diare
Hipertermi
25
J. Fokus Pengkajian
tindakan tersebut
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Fase
proses keperawatan ini cukup dua langkah: Pengumpulan data dari sumber
primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis
1. Pengumpulan data
b. Riwayat kesehatan
pada tubuh.
26
2) Riwayat kesehatan sekarang
lemah.
27
melitus? di dalam riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji secara
(Priharjo, 2006).
5) Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
kering.
2. Sistem Kardiovaskuler
nyeri.
3. Sistem pencernaan
Tanda : pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering
terjadi diare.
28
4. Sistem persyarafan
gelisah.
5. Sistem penglihatan
penyerta.
6. Sistem Genitourinaria
kemih kosong.
7. Sistem musculoskeletal
8. Sistem integument
kulit buruk.
Pola makan akan berubah karena adanya mual dan muntah, adanya
29
Abdominalis akan berubah karena adanya nyeri pada perut dan
karena diare yang berat. Demikian pula dengan pola aktivitas dan
2. Analisa Data
respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu
30
naik diatas rentang b. serangan atau konvulsi (kejang)
d. pertambahan RR
e. takikardi
a. penyakit/ trauma
b. peningkatan metabolisme
d. pengaruh medikasi/anastesi
berkeringat
g. dehidrasi
31
sodium g. Perubahan status mental
j. Hematokrit meninggi
third spacing)
pengaturan.
kerusakan jaringan atau g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit
32
intensitasnya dari menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas
panjang/berkeluh kesah)
tubuh. menelan/mengunyah
mengunyah makanan
33
g. Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan
makanan
makanan
j. Miskonsepsi
34
Ketidakcukupan energi kelemahan.
b. Kelemahan menyeluruh
dengan kebutuhan
35
nyeri, penurunan motivasi, gangguan kognitif,
adalah tahap ketiga dari proses keperawatan. Setelah penulis mengkaji kondisi
diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
36
memantau secara langsung yang dilakukan secara kontinue, (Nursing) adalah
37
12. Berikan cairan intravena
aksila
Temperature regulation
kontinyu
hipotermi
38
terjadinya keletihan dan
diperlukan
darah
dan bandingkan
pernapasan
kelembaban kulit
39
38. Monitor sianosis perifer
40
lembab, tidak ada rasa 10. Berikan cairan IV pada suhu
sesuai output
pasien makan
segar )
41
mengurangi nyeri, respon nyeri
berkurang kebisingan
inter personal)
menentukan intervensi
farmakologi
mengurangi nyeri
42
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
tidak berhasil
manajemen nyeri
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake mengenai hubungan antara intake
43
badan 5. Dorong pasien untuk merubah
meningkatkan intake Fe
mencegah konstipasi
gizi)
44
kandungan kalori
kebutuhan nutrisi
dibutuhkan
RR tangadekuat
terhadap aktivitas
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
45
1. Kolaborasikan dengan Tenaga
tepat
sosial
diinginkan
beraktivitas
46
9. Sediakan penguatan positif bagi
penguatan
dan spiritual
2. Menyatakan makan
melakukan self-care
47
6. Dorong untuk melakukan secara
melakukannya.
sesuai kemampuan
perawatan diri
O. Implementasi
pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
48
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan,
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
P. Evaluasi
kontak dengan klien dan penulis menggunakan metode sesuai teori (SOAP)
yaitu S (Subyektif) berisi data dari pasien melalui anamnesis atau wawancara
49
yang merupakan ungkapan langsung, O (Obyektif) analisa dan interpretasi, A
atau laboratorium serta konseling untuk tindak lanjut (Potter dan Perry, 2009).
yaitu :
50
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
Ruangan : Bugenvile
Identitas Klien
Suku/Bangsa : Tolaki
Agama :Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Ranomeeto
Penanggung : BPJS
B. Pengkajian
a. Keluhan utama
51
b. Riwayat keluhan utama
terjadi pada sore hari menjelang malam dan berkurang apabila klien
dengan penyakit yang sama dan tidak ada anggota keluarga yang serumah
52
Genogram :
x x x x x x
x x
x x ? x 55 ? ? 60 ? ?
35 28 30
30 25 22
Keterangan Gambar:
: Laki-Laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Klien
: Tinggal Serumah
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
N : 82x/menit
53
S : 39ºC
P : 20x/menit
Hidung terlihat simetris, tidak ada secret atau cairan dan tidak ada
angin dan parfum. Bentuk dada simetris, palpasi dada tidak ada
perkusi redup.
Tidak ada nyeri tekan ictus cordis teraba jelas tiga jari dibawah
tunggal regular.
54
terlihat lemah dan sayu. Telinga simetris tanpa adanya serumen.
ada caries gigi. Leher dan bahu terlihat simetris, tidak ada
Tidak ada radang pada mulut, gigi terlihat kotor, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada nyeri saat menelan dan tidak ada peradangan pada
muntah.
55
6) Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
kakan 5/5, tonus ototnya baik. Ekstremitas atas tidak ada nyeri
otot, tidak ada kaku pada persendian, tidak ada nyeri persedian
pada bahu, tidak ada fraktur dan tidak menggunakan alat bantu.
Ekstremitas bawah tidak ada nyeri otot, tidak ada nyeri persedian
pada daerah lutut dan sendi kaki, tidak ada fraktur dan tidak
turgor kulit cukup kembali dalam waktu ≤ 3 detik dan tidak ada
7) Sistem endokrin
8) Sistem reproduksi
5. Pola aktivitas
a. Makan
menu, nasi, ikan, sayur yang disediakan Puskesmas klien tidak ada
b. Minum
Frekuensi minum klien 6-7 gelas/hari, jenis minuman air putih klien
56
c. Kebersihan perorangan
selama sakit belum pernah sikat gigi, klien hanya mengganti pakaian
Klien tidur siang selama 1 jam mulai jam 13.00 s/d jam 14.00 dan tidur
malam selama 7 jam : jam 22.00 s/d jam 05.00, tidak ada gangguan
6. Psikososial
a. Sosial/interaksi
konflik yang terjadi baik berupa konflik peran, nilai dan lainnya.
b. Psikologis
c. Spiritual
menjalankan kewajibannya.
IVFD RL 20 Tpm
57
Cholorampenicol 4x500 mg/hari
HT : 40% (37-43%)
Widal/Typhi
58
C. Data Fokus
82x/menit, S: 39ºC, P:
20x/menit
59
D. Rumusan Masalah
Kemungkinan
Masalah)
60
5. TTV: TD : 90/70 mmHg, N: suhu dihipotalamus
82x/menit, S: 39ºC, P:
20x/menit Demam
Hipertermi
DO:
reaksi inflamasi
1. Keadaan umum lemah
gangguan pencernaan
Mual muntah
Anoreksia
61
Kelemahan
ADL terganggu
mandi
E. Diagnosa Keperawatan
DS:
Klien mengatakan sudah demam dua hari dan bersifat turun naik demam
yang dirasakan
DO:
Widal/Typhi
62
2. Devisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan kelemahan, ditandai
dengan :
DS:
DO:
63
F. Rencana Tindakan Keperawatan
Nama pasien : Tn. A Nama Mahasiswa : Niska Kurniasih
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit, Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fever treatment
ditandai dengan : selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh 1. Monitor suhu sesering mungkin
DS: normal, dengak kriteria hasil : 2. Monitor warna dan suhu kulit
Klien mengatakan badannya panas 1. Suhu tubuh dalam rentang normal 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Klien mengatakan sudah demam dua hari 2. Nadi dan RR dalam rentang normal 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
dan bersifat turun naik demam yang 3. Tidak ada perubahan warna kulit dan 5. Berikan anti piretik
dirasakan tidak ada pusing, merasa nyaman 6. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
DO: demam
64
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification (NOC) Nursing Intervention Classification (NIC)
1. Keadaan umum lemah 7. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
S. Paratyphi AH: pos. 1/160 12. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
S: 39ºC, P: 20x/menit
2. Devisit perawatan diri : mandi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Self Care assistane : ADLs
dengan kelemahan, ditandai dengan : selama 3x24 jam diharapkan Self care : 1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri
65
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification (NOC) Nursing Intervention Classification (NIC)
Klien mengatakan selama sakit belum Kriteria hasil : 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
pernah sikat gigi 1. Keadaan umum baik kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan
Klien mengatakan selama sakit belum 2. Klien tampak rapih dan bersih makan
pernah mandi 3. Klien merasa nyaman 3. Pertimbangkan usia klien jika mendorong
3. Lidah : kotor berselaput putih 6. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri
66
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification (NOC) Nursing Intervention Classification (NIC)
kemampuan
67
G. Inplementasi dan Evaluasi Keperawatan
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM
09.30 Hasil: Observasi perawat setiap 2 jam sekali, S : 39ºC 09.30 Klien mengatakan suhu
Hasil : TTV: TD 90/70 mmHg, N 82x/menit, P 20x/menit minum obat suhu tubuh
68
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM
69
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM
10. Memonitor warna dan suhu kulit Frekuensi makan 3 kali/ hari
Hasil : kulit teraba hangat, klien terlihat merah dengan porsi makan pagi di
Hasil : Frekuensi minum klien 6-7 gelas/hari, Frekuensi TTV: TD 100/70 mmHg, N
70
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM
P: intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11 dan 12 di
lanjutkan
Hasil : Klien hanya mampu beraktivitas di tempat tidur, mandi untuk toileting masih
keluarga, klien belum mandi dan menggosok gigi selama Klien mengatakan sudah
2. Memonitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk basah badan dan menggosok
71
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM
mengganti pakaian setiap hari, aktivitas toileting di bantu dilakukan secara mandiri
4. Menyediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh Klien nampak tenang
Hasil : Perawat dan keluarga membantu klien dalam proses Kulit lembab sehabis mandi
Hasil : Saat ini klien masih banyak di bantu oleh keluarga Masalah belum teratasi
72
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM
untuk melakukannya
kebutuhannya
73
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM
09.30 Hasil: Observasi perawat setiap 2 jam sekali, S : 37,9ºC 09.30 Klien mengatakan tidak
74
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM
20x/menit
composmentis S:
Hasil : Pemberian obat anti biotik 4x1 tablet/hari Kulit teraba hangat
7. Mengompres pasien pada lipat paha dan aksila Frekuensi minum 5-7 kali/
Hasil : Kompres hangat pada aksila dan frontal saat merasa hari
75
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM
Hasil : peningkatan suhu tubuh saat sore hari menjelang P: intervensi di pertahankan
malam
76
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM
Hasil : klien mengatakan makan, mengganti pakain mampu mandi sendiri tanpa
dilakukan secara mandiri, mandi dan toileting masih perlu bantuan lagi
2. Memonitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk mampu kekamar mandi
Hasil : Kebutuhan klien di bantu keluarga dalam aktivitas Klien mengatakan kadang
3. Menyediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh kamar dirawat untuk
77
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM
Hasil : Klien terlihat mulai mandiri dalam beraktivitas dan Kesadaran composmentis
5. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan Klien tenang dan
untuk melakukannya
78
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM
kebutuhannya
Hasil : Membuat jadwal aktivitas klien mandi dan gosok P: intervensi di pertahankan
79
80
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membandingkan dan menganalisa antara teori dengan
kasus yang telah dibahas pada bab III mengenai Asuhan Keperawatan pada Tn. A
Adapun yang akan dibahas dalam bab ini meliputi kesamaan, kesenjangan antara
teori dan kasus yang ditemukan pada klien Tn. A terjadinya penyakit hingga
dilakukan selama 3 (tiga) hari yaitu terhitung mulai tanggal 8 Juni 2018 – 10 Juni 2018.
A. Pengkajian keperawatan
dimana penulis berusaha mengkaji klien secara menyeluruh pada aspek bi-psiko-
sosial-spiritual. Hasil pengkajian berupa data dasar, data khusus, data penunjang,
landasan teori, data yang sering didapatkan pada klien dengan thypoid abdominalis
antara lain nyeri kepala, lemah, lesu, nyeri otot pada minggu pertama. Demam yang
tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu, minggu pertama peningkatan
suhu tubuh berflukutasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan
menurun pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, dan minggu
ketiga suhu berangsur angsur turun dan kembali normal. Gangguan pada saluran
cerna: halitosis (bau nafas yang menusuk), bibir kering dan pecah-pecah lidah di
tutupi selaput putih kotor (coated tongue), metorismus, mual, tidak nafsu makan,
81
hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri perabaan. Gangguan kesadaran:
Sedangkan pengkajian pada studi kasus Tn. A tanggal 8 juni 2018. Klien
Bersifat turun naik demam yang dirasakan disertai pusing, sakit kepala, mual, demam
yang dirasakan terjadi pada sore hari menjelang malam dan berkurang apabila klien
beristirahat dan minum obat, namum berkurang hanya sementara. Fokus pengkajian
pada klien ditemukan adanya, demam, lidah kotor di tutupi selaput putih (coated
tongue), dan lemah, serta ditemukan pula klien selama sakit belum pernah sikat gigi,
belum pernah mandi, dan aktivitas klien di bantu keluarga saat ke kamar mandi.
Jadi tidak ada kesenjangan namun kesamaan dari teori telah ada, hanya
bebarapa manifestasi tidak ditemukan karena data pendukung pada pengkajian tidak
ditemukan seperti data nyeri otot pada minggu pertama, gangguan pada saluran
cerna: halitosis (bau nafas yang menusuk), metorismus, tidak nafsu makan,
penurunan kesadaran (apatis, somnolen). Hal ini tidak ditemukannya gejala diatas
disebabkan oleh karena penyakit klien masih dalam fase awal penyakit (Wibisono et
al, 2014).
Karya Tulis Ilmiah ini, serta saat pengkajian yaitu klien kooperatif saat di lakukan
penulis masih kurang up todate referensi penulisan pada teori-teori tekait thypoid
82
abdominalis. Untuk mengatasi masalah ini penulis menggunakan beberapa buku
B. Diagnosa Keperawatan
manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
mencegah, dan mengubah (Nurarif .A.H, 2015). Diagnosa yang mungkin muncul
typhi)
83
Berdasarkan studi kasus pada Tn. A dengan pengkajian yang ditemukan Klien
mengatakan badannya panas sudah demam dua hari dan bersifat turun naik, suhu
tubuh: 39ºC, kulit teraba hangat, sehingga ditegakkan diagnosa keperawatan yang
utama hipertermi berhubungan dengan penyakit. Serta klien mengatakan selama sakit
belum pernah sikat gigi, belum pernah mandi dan di bantu keluarga saat ke kamar
mandi, gigi terlihat kotor dan lidah : kotor berselaput putih dengan, sehingga di
dengan kelemahan.
Dari data tersebut tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori dimana
diagnosa keperawatan yang telah ditemukan pada kasus Tn. A terdapat dalam teori
volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan
dipertahankan. Hal ini terjadi karena tidak ada data pendukung saat pengkajian untuk
pemahaman tentang kesehatan dan penyakit yang berbeda-beda dan juga dipengaruhi
kemampuan tubuh untuk merespon penyebab suatu penyakit yang dialami pasien
(Rohmah, 2009).
84
C. Intervensi Keperawatan
diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi
dilakukan dengan ONEC yaitu (Observasi) adalah rencana tindakan mengkaji atau
yang dilakukan secara kontinue, (Nursing) adalah rencana tindakan yang dilakukan
kriteria hasil yang berpedoman pada SMART yaitu S (Specific) dimana tujuan harus
keperawatan harus dapat diukur khususnya tentang perilaku pasien (dapat dilihat,
tahap ketiga dari proses keperawatan. Setelah penulis mengkaji kondisi pasien
tolak ukur yang akan digunakan untuk mengevaluasi perkembangan pasien (Debora,
2011).
Setelah diagnosa keperawatan prioritas di tetapkan pada klien Tn. A maka perlu
85
Kegiatan intervensi ini meliputi: memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan,
lain pada diagnosa utama hipertermi berhubungan dengan penyakit yaitu : NOC :
Thermoregulation. Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan RR
dalam rentang normal. NIC : Fever treatment monitor suhu sesering mungkin,
monitor warna dan suhu kulit, monitor tekanan darah, nadi dan RR, monitor
mengatasi penyebab demam, kompres pasien pada lipat paha dan aksila, tingkatkan
sirkulasi udara. Temperature regulation monitor suhu minimal tiap 2 jam, monitor
warna dan suhu kulit, tingkatkan intake cairan dan nutrisi, identifikasi penyebab dari
lain pada diagnosa kedua devisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan
kelemahan yaitu : NOC : Self care, Activity of Daily Living (ADLs). Kriteria hasil :
Klien terbebas dari bau badan, menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk
melakukan ADLs, Dapat melakukan ADLS dengan bantuan. Self Care assistane :
ADLs. NIC: Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri, monitor
kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
toileting dan makan, pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari, sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-
86
care, dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki, dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya, ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya, berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan, berikan
peralatan kebersihan pribadi (seperti: deodorant, sikat gigi dan sabun mandi ),
ada dalam teori dan intervensi yang penulis terapkan dalam praktek. Alasannya
karena semua intervensi yang ada dalam teori telah diterapkan dalam praktek klinik
dilapangan.
D. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
rencana intervensi keperawatan, dan tidak adanya kesenjangan antara teori dengan
yang telah ada. Seperti ditemukan pada respon di hari pertama tindakan keperawatan
87
pada tanggal 8 juni 2018 yang belum menunjukan perubahan dalam tindakan
juni 2018 sampai 10 juni 2018 terjadi perubahan kesehatan pada klien dan
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan kontak
dengan klien dan penulis menggunakan metode sesuai teori (SOAP) yaitu S
(Subyektif) berisi data dari pasien melalui anamnesis atau wawancara yang
tindakan segera, P (Planing) merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
Pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang
diberikan. Pada teori maupun kasus dalam membuat evaluasi berdasarkan tujuan dan
kriteria hasil yang dicapai. Dimana pada kasus penulis memerlukan evalusi dari
tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari terhitung mulai tanggal 8 juni
Evaluasi hari pertama pada tanggal 9 Juni 2018 pukul 09.30 WITA Diagnosa
utama dengan data subyektif: Klien mengatakan suhu tubuhnya meningkat saat sore
hari, klien mengatakan setalah minum obat suhu tubuh berangsur menurun, klien
88
mengatakan suhu tubunhnya tidak seperti hari sebelumnya yang terasa lebih panas.
hangat, klien nampak tenang, frekuensi minum 5-7 kali/ hari, frekuensi makan 3 kali/
hari dengan porsi makan pagi di habiskan, TTV: TD 100/70 mmHg, N 80x/menit, S
lanjutkan. Diagnosa kedua dengan data Subyektif: Klien mengatakan ke kamar mandi
untuk toileting masih di bantu keluarga, klien mengatakan sudah mandi dengan cara
mengelap basah badan dan menggosok gigi sendiri, klien mengatakan makan
dilakukan secara mandiri. Obyektif: Keadaan umum cukup, klien nampak tenang,
klien terlihat bersih dan rapi, kulit lembab sehabis mandi. Asesment: Masalah belum
Evaluasi hari ke dua pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 09.30 WITA Diagnosa
utama dengan data Subyektif: Klien mengatakan tidak demam lagi, Klien mengatakan
suhu tubuhnya tidak meningkat di sore hari lagi. Obyektif: Keadaan umum baik,
tingkat kesadaran composmentis, kulit teraba hangat, klien nampak tenang, frekuensi
minum 5-7 kali/ hari, frekuensi makan 3 kali/ hari dengan porsi makan pagi di
dengan data. Subyektif : Klien mengatakan sudah mampu mandi sendri tanpa bantuan
lagi, klien mengatakan sudah mampu kekamar mandi sendiri, klien mengatakan
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, klien terlihat rapi, klien tenang dan
89
berkomunikasi dengan baik, aktivitas klien dilakukan secara mandiri. Asesment:
Pada teori maupun kasus dalam membuat evaluasi berdasarkan tujuan dan
kriteria hasil yang dicapai. Dimana pada kasus penulis memerlukan evalusi dari
tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari terhitung mulai tanggal 8 juni
2018 sampai 10 juni 2018 selama 3x24 jam. Ke dua diagnosa keperawatan pada studi
kasus taratasi sebagian dan intervensi tetap dipertahankan, selama studi kesus
dilaksanakan klien dan keluarga sangat kooperatif serta adanya kerjasama yang baik
90
BAB V
A. Kesimpulan
melalui studi kasus serta kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek tentang
teori penyakit thypoid abdominalis, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
keluhan : demam tinggi biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan
menurun pagi hari, nyeri kepala, lemah, lesu, nyeri otot pada minggu pertama,
gangguan pada saluran cerna : halitosis (bau nafas yang menusuk), bibir kering
dan pecah-pecah lidah di tutupi selaput putih kotor (coated tongue), metorismus,
sama ditemukan keluhan Tn. A saat pengkajian adanya, demam, bibir kering dan
pecah-pecah lidah di tutupi selaput putih kotor (coated tongue), dan lemah.
2. Diagnosa keperawatan pada kasus Tn. A masih sama terdapat pada teori antara
lain adalah hipertermi berhubungan dengan penyakit dan devisit perawatan diri :
91
sesuai rencana intervensi keperawatan, dan tidak adanya kesenjangan antara teori
kepada klien untuk melanjutkan proses keperawatan yang telah ada. Seperti
ditemukan pada respon di hari pertama tindakan keperawatan pada tanggal 8 juni
intervensi keperawatan tetap dilaksanakan dan pada tanggal 9 juni 2018 sampai
5. Evalusi dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari terhitung mulai
tanggal 8 juni 2018 sampai 10 juni 2018 selama 3x24 jam. Pada teori maupun
kasus dalam membuat evaluasi berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang dicapai.
Dimana pada kasus penulis memerlukan evalusi dari tindakan keperawatan yang
dilakukan selama 3 hari terhitung mulai tanggal 8 juni 2018 sampai 10 juni 2018
selama 3x24 jam. Ke dua diagnosa keperawatan pada studi kasus taratasi
klien dan keluarga sangat kooperatif serta adanya kerjasama yang baik dengan
B. Saran
92
dengan keadaan seperti ini untuk mengidentifikasi keadaan dirinya.
memeriksakan kesehatannya.
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang baik , karena dalam hal ini manusia
93
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah. Muhamad. 2012. Medikal Bedah untuk mahasiswa. DIVA Press: Jogjakarta
Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2016. Laporan Data Angka Kesakitan 2016. Dinas
Kesehatan Kota Kendari: Kendari.
Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2017. Laporan Data Angka Kesakitan 2017. Dinas
Kesehatan Kota Kendari: Kendari.
Dinas Kesehatan Provinsi Sultra, 2014. Laporan Data Angka Kesakitan 2015. Dinas
Kesehatan Provinsi Sultra: Kendari.
Debora. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisisk. Jakarta: Salemba medika.
Inawati, 2017. Demam Tifoid. Artikel Kesehatan Departemen Patologi Anatomi Dosen
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Kemenkes RI, 2011. Laporan Data Angka Demam Thypoid. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Dinas: Jakarta.
Librianty, 2014. Gangguan Metabolisme Hipertermia. Artikel kesehatan diakses di
http://www.kerjanya.net padatanggal 10 Juni 2018 pukul 20.15 WIB.
Nelwan, 2012. Tata Laksana Terkini Demam Tifoid. Jurnal penelitian CDK-192/vol. 39
no. 4 Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
FKUI/RSCM-Jakarta.
Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak( Untuk Perawat dan Bidan).
Jakarta : Selemba Medika Pearce.
Pearce, Evelyn C.( 2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :Gramedia.
Purba, dkk, (2017). Program Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia: tantangan dan
peluang. Jurnal Penelitian Media Litbangkes, Vol. 26 No. 2, Juni 2016, 99 –
108.
Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik
Volume 1 Edisi 4. EGC : Jakarta.
94
Priharjo, Robert. (2006). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC Republik
Indonesia, Ranuh, IG.N. Gde, 2013, Beberapa Catatan Kesehatan Anak,
Jakarta: CV Sagung Seto.
Rohmah, Nikmatur (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :Ar.Ruzz
media.
Syaiful. (2015). Fungsi dan Peran Perawat dalam Menyelenggarakan Praktik Mandiri
di Kota Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Wibisono Elita et al. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Widagdo, (2012). Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Demam. Jakarta
:Sagung Seto.
Widoyono, (2011), Penyakit Tropis Epidimologi, Penuluran, Pencegahan &
pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Wijayaningsih, Kartika sari. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV. Trans
Info Media.
Yudi,G. (2008). Tinjauan umum Anamnesis Pediatri. Jakarta : FKUI.
95
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Melakukan Studi Kasus
96
Lampiran 2 Lembar Bimbingan KTI
97
Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian
98
99