Anda di halaman 1dari 2

RIA ZAHROTUL MUFIDAH/210315341/PAI.

Seberapa Pantaskah “Nilai” Lulusanku ? : Akhlak VS Ijazah


Oleh : Ria Zahrotul Mufidah

Pendidikan merupakan salah satu cara atau alat yang dapat menjadikan seseorang akan
lebih dihargai atau memiliki derajat tinggi dibanding yang lainnya atau yang tidak
berpendidikan. Pendidikan di Indonesia sendiri, menginginkan setiap orang yang menerima
pendidikan atau peserta didik dapat menjadi manusia yang bermartabat dan memiliki
kemampuan untuk membentuk watak manusia yang bermartabat dan menegembangkan
potensi yang dimiliki. Hal ini tentu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktub
dalam UU SISDIKNAS no.20 tahun 2003 pasal 3 yakni “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Jika merujuk pada tujuan pendidikan Nasional ini, maka yang ingin dicapai dalam
sebuah pendidikan adalah adanya perubahan perilaku yang beradab dan bermartabat (akhlak)
dan juga ingin mendapat pengakuan atas pendidikan yang ditempuhnya (ijazah) guna untuk
mendapatkan pekerjaan atau keinginan lainnya yang ingin dicapai. Akhlak berarti budi
pekerti,sopan santun. Sedangkan ijazah berarti surat tanda tamat belajar yang diberikan guru
kepada muridnya agar dapat mengamalkan ilmu yang diperoleh murid dari gurunya.

Bagi seorang pendidik hal tersebut menimbulkan kegamangan atau “kegalauan”


tersendiri. Mengapa demikian? Sebab tujuan dari pendidikan yang ingin ia sampaikan kepada
siswa mana yang lebih ingin diprioritaskan, antara akhlak atau hanya ijazah. Seorang guru
tentunya tahu tujuan pendidikan yang seperti apa yang ingin dicapainya untuk siswanya.
Akhlak tentu menjadi hal yang sangat penting yang ingin dicapai guru untuk dimiliki setiap
siswanya. Sebab pendidikan yang sejatinya bertujuan untuk dapat merubah watak, perilaku,
dan pola pikir manusia untuk hidup beradab dan bermartabat. Ketika siswa sedang atau
bahakan sudah tamat menempuh pendidikan, diharapkan dalam lingkungannya ia dapat
menjadi contoh atau berperilaku sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku di masyarakat.
Dengan akhlak yang baik seseorang akan lebih dihormati dan disegani. Terlebih ia
seorang berpendidikan tentunya yang pertama kali dapat dilihat dari seseorang yang
berpendidikan adalah perilaku atau akhlaknya. Bukan berarti ijazah tidaklah penting. Ijazah
juga penting didapatkan oleh seseorang ketika ia sudah tamat atau menyelesaikan
pendidikannya. Akan tetapi terkadang ijazah hanya berpacu pada angka atau nilai saja. Yang
paling buruk adalah jika seseorang hanya terpacu untuk mendapat ijazah maka akhlak atau
perilaku seorang yang berpindidikan diabaikan. Hal ini mungkin juga yang menjadikan alasan
sering terjadinya pemalsuan ijazah hanya untuk mendapatkan pekerjaan atau keinginannya
saja. Tanpa memeperhatikan makna sebenarnya dari mendapatkan ijazah. Harusnya ijazah
diperoleh bagi mereka yang benar-benar memiliki kriteria kompetensi yang baik dalam hal
pengetahuan dan juga perilaku.

Penilaian yang dilakukan saat ini juga telah memilah antara aspek pengetahuan,
ketrampilan, dan afektif atau perilaku. Memang diakui bahwa kepemilikan ijazah bagi tamatan
pendidikan adalah sebagai bentuk formalitas atau legalitas dan pengakuan atau bukti bahwa
seseorang telah menyelesaikan pendidikannya secara baik dan sesuai kriteria kelulusan yang
diinginkan. Akan tetapi lebih baik lagi jika kelulusan juga dilihat dari akhlaknya. Sebab yang
akan lebih nampak dimasyarakat adalah perilaku atau akhlak di lingkungannya. Ketika dalam
pekerjaan memang sesorang yang akan dilihat terleih dahulu adalah ijazah atau lulusannya.
Tetapi, bukankah hal itu hanya diperlihatkan ketika berada dilingkungan yang formal
(kantor,perusahaan,dll) saja. Ketika ia sudah diterima kerja maka yang akan dilihat adalah
bagaimana ia bersikap atau berperilaku terhadap sesamanya.

Maka dari itu, antara ijazah atau akhlak yang ingin dicapai oleh pendidik kepada peserta
didiknya adalah keduanya. Akhlak sebagai pelajaran utamanya karena sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan, dan ijazah adalah bentuk formalitas dan legalitas bagi seseorang
yang telah tamat dengan kompetensi dan juga harus akhlak yang baik. Nilai kelulusan atau
tamatan seseorang tidak cukup jika hanya melihat ijazahnya saja tetapi penting juga untuk
melihat nilai akhlaknya.

Ponorogo,4 Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai