Anda di halaman 1dari 4

Nama: Nurul Hudayah

NIM: 70600118012

Biokimia Mata
A. Kornea

Kornea merupakan sebuah lapisan transparan yang menutupi iris. Karena bentuknya yang
melengkung, kornea membantu memfokuskan cahaya ke dalam retina. Permukaan luarnya terdiri
dari epitel gepeng bertingkat. Lapisan tengah kornea terdiri dari serat kolagen dan fibroblast, dan
permukaan dalamnya adalah epitel selapis gepeng. Bagian tengah dari kornea menerima oksigen
dari udara. Di dalam kornea terdapat keratin sulfat I dan dermatan sulfat. Mereka merupakan
proteoglikan yang terletak di antara serat-serat kolagen dan berperan penting dalam transparansi
kornea. Sklera yang berwarna putih adalah lapisan jaringan ikat tebal yang terbuat sebagian besar
dari kolagen dan fibroblast. Sclera menutupi seluruh bola mata kecuali kornea.

B. Aqueous Humor

Aqueous humor dibentuk oleh kapiler di badan siliaris, mengalir ke anterior melalui pupil, dan
direabsorbsi oleh kanal Schlemm di pertemuan iris dan kornea. Aqueous humor mengisi rongga
anterior bola mata.3 Aqueous humor normal terdiri dari:
▪ Air 99,9 % dan solid 0,1% yang termasuk:
▪ Protein (koloid). Karena adanya barrier darah-aqueous, kadar protein pada aqueous humor
(5-16mg%) lebih sedikit dari pada kadar protein plasma (6-7 gm%). Akan tetapi, saat terjadi
inflamasi uvea (iridosiklitis), barrier darah-aqueous rusak dan kadar protein aqueous
meningkat (plasmoid aqueous).
▪ Komponen asam amino pada aqueous humor adalah 5 mg/kg air
▪ Komponen non-koloid:
▪ glukosa 6 mmol/kg air
▪ urea 7 mmol/kg air
▪ askorbat 0,9 mmol/kg air
▪ asam laktat 7,4 mmol/kg air
▪ inositol 0,1 mmol/kg air
▪ K+ 4,5 mmol/kg air
▪ Cl– 10 mmo;/kg air
▪ HCO3– 34 mmol/kg air
▪ Oksigen terdapat pada aqueous dalam keadaan terlarut
Dengan demikian, komposisi aqueous sama dengan plasma kecuali:
▪ Askorbat, piruvat, dan laktat yang konsentrasinya tinggi
▪ Protein, urea, dan glukosa yang konsentrasinya rendah
Komposisi aqueous humor pada ruang anterior berbeda dengan aqueous humor di ruang posterior
karena pertukaran metabolic. Perbedaan utamanya adalah:
▪ HCO3– di ruang posterior aqueous lebih tinggi daripada di ruang anterior
▪ Cl– di ruang posterior lebih rendah daripada di ruang anterior
▪ Konsentrasi askorbat di ruang posterior sedikit lebih tinggi daripada di ruang anterior.
C. Vitreous humor

Vitreous humor adalah struktur stabil, transparan, dan seperti jeli yang mengisi 4/5 posterior dari
rongga bola mata dan bervolume sekitar 4 ml. ini merupakan gel hidrofilik yang utamanya
menyediakan fungsi optik. Selain itu, secara mekanis vitreous humor menstabilkan volume bola
mata dan merupaka jalur bagi nutrisi untuk mencapai lensa dan retina. Vitreous humor normal terdiri
dari jaringan serat kolagen yang diselingi dengan berbagai makromolekul asam hyaluronat.
Hilangnya struktur ini dengan bertambahnya usia menyebabkan konversi dari bentuk jel ke bentuk
sol.

D. Lensa

Di dalam sel-sel lensa terdapat protein kristalin yang tersusun seperti lapisan-lapisan pada
bawang. Kristalin pada lensa merupakan struktur transparan yang memiliki peran utama dalam
mekanisme fokus untuk penglihatan. Faktor yang berperan signifikan dalam menjaga kejernihan dan
transparansi lensa yaitu:
▪ Avaskularitas
▪ Sel-sel lensa yang sangat erat
▪ Kapsul lensa yang semipermeabel
▪ Mekanisme pompa pada membrane serat lensa yang meregulasi keseimbangan elektrolit dan
air di dalam lensa, menjaga dehidrasi relatif
▪ Auto-oksidasi dan konsentrasi tinggi dari glutation reduksi dalam lensa yang menjaga protein
lensa dalam keadaan reduksi dan memastikan intregitas pompa membrane sel.

E. Retina

Di dalam retina, fungsi retinaldehid sebagai kelompok prostheric dari protein opsin yang
sensitive cahaya yang membentuk rhodopsin (pada sel batang) dan iodopsin (pada sel kerucut).
Satu sel kerucut hanya terdapat satu tipe opsin dan hanya sensitive terhadap 1 warna.2 Rhodopsin
merupakan kombinasi dari protein scoptosin dan pigmen karotenoid retinal. Retinal adalah tipe
spesifik yang disebut 11-cis retinal. Bentuk cis retinal ini penting karena hanya bentuk ini yang dapat
berikatan dengan scotopsin untuk mensintesis rhodopsin.

Ketika energi cahaya diabsorbsi oleh rhodopsin, rhodopsin mulai terurai dalam sebuah fraksi
yang sangat kecil dalam satu detik. Ini disebabkan oleh fotoaktivasi electron dalam bagian retinal
rhodopsin yang menyebabkan perubahan instan dari bentuk cis retinal menjadi bentuk all-trans yang
masih memiliki struktur kimia yang sama dengan cis tetapi memiliki struktur fisik yang berbeda.
Karena orientasi 3 dimensi dari tempat reaaktif dari all-trans retinal tidak lagi tepat dengan orientasi
dari tempat reaktif pada protein scotopsin, all-trans retinal mulai menjauh dari scotopsin. Produk
pertengahannya adalah bathrodhopsin yang merupakan kombinasi terpisah secara parsial dari all-
trans retinal dan scotopsin. Barthorhodopsin sangat tidak stabil dan terpecah dalam 30 nanodetik
menjadi lumirhodopsin. Ini kemudian terpecah dalam 75 mikrodetik menjadi metarhodopsin I, lalu
dalam 10 milidetik menjadi metarhodopsin II, dan akhirnya dalam hitungan detik menjadi produk
yang terpisah total, yaitu scotopsin dan all-trans retinal. Metarhodopsin II yang juga disebut
rhodopsin teraktivasi mengeksitasi perubahan elektrik dalam sel batang dan kemudian sel batang
mentransmisikan gambar visual ke sistem saraf pusat dalam bentuk potensial aksi nervus optik.

Pada tahap pembentukan kembali rhodopsin terjadi pengkonversian kembali all-trans retinal
menjadi 11-cis retinal. Proses ini memerlukan energy metabolic dan dikatalisasi oleh enzim retinal
isomerase. Sekali 11-cis retinal dibentuk, secara otomatis berekombinasi dengan scotopsin untuk
membentuk kembali rhodopsin yang akan tetap stabil sampai penguraiannya kembali terpicu lagi
oleh absorbs energy cahaya.4

Peran Vitamin A dalam Pembentukan Rhodopsin


Di dalam gambar di atas terdapat jalur kimia kedua di mana all-trans retinal dapat dikonversi menjadi
11-cis retinal. Ini dengan konversi all-trans retinal menjadi all-trans retinol, yang merupakan salah
satu bentuk vitamin A. kemudian all-trans retinol diubah menjadi 11-cis retinol di bawah pengaruh
enzim isomerase. Akhirnya, 11-cis retinol dikonversi menjadi 11-cis retinal yang menyatu dengan
scotopsin untuk membentuk rhodopsin baru.

Vitamin A terdapat dalam sitoplasma sel batang dan dalam lapisan pigmen retina. Dengan
demikian, vitamin A normalnya selalu tersedia untuk membentuk retinal ketika dibutuhkan. Akan
tetapi, ketika terdapat retinal berlebih dalam retina, itu akan dikonversi kembali menjadi vitamin A,
sehingga mengurangi jumlah pigmen sensitive cahaya dalam retina. Tanpa vitamin A, jumlah retinal
dan rhodopsin yang dapat dibentuk sangat berkurang. Hal ini menyebabkan kebutaan malam hari
karena jumlah cahaya yang tersedia pada malam hari sangat sedikit untuk dapat menimbulkan
penglihatan yang adekuat.

Biokimia Hidung
Mekanisme Sensorik Penciuman

Bau dideteksi pada daerah khusus pada hidung yang ada pada epitel olfaktori yamg memiliki saraf
sensorik di cilia yang mengandung protein reseptor untuk mengikat bau bauan yang bertempat di
mukosa cavum nasi.
Olfaktori Reseptor (OR)
-Jumlahnya banyak
-Proteinnya 20% mirip dengan B-adrenergic reseptor.
-30%-60% mirip dengan satu sama lain.
Prinsipnya ialah pengikatan molekul bebauan terhadap OR di permukaan saraf yang menyebabkam
transduksi sinyal di potensial aksi yang mengkombinasi dengan kerja saraf sehingga menimbulkan
persepsi bebauan tertentu.

Transmisi Sinyal ke Otak

Hampir semua bebauan mengaktivasi beberapa reseptor dan hampir setiap reseptor teraktivasi oleh
lebih dari satu bebauan. Tetap ada kombinasi yang unik untuk dapat membedakan bebauan. Saraf
membawa gen OR ditelusuri yaitu bulbus olfaktorius. Saraf yang membawa gen OR tertentu
terhubung dengan lokasi spesifik tertentu akan merespon bebauan dalam bulbus olfaktorius.

Biokimia Telinga
Manusia dapat membedakan secara akurat jeda waktu 0,7 ms yang kenyataannya manusia dapat
mengetahui lokasi sumber suara dengan jeda waktu 0,02 ms. Resolusi waktu yang tinggii ini
menunjukkan mekanisme transduksi sinyal pada pendengaran merupakan proses yang langsung
tanpa perantara yang sama seperti penglihatan, kecepatan proses transduksi sinyal sangat penting.

Gelombang suara dideteksi dalam koklea di sel rambut tepatnya pada berkas hexagonal: stereocilia.
Defleksi mekanik dari berkas rambut merupakan perubahan membran potensial dari sel rambut.
Menurut penelitian, perubahan arah menuju bagian paling tinggi dari berkas rambut yang
menyebabkan depolarisasi membran sel rambut, dan arah sebaliknya disebut dengan
hyperpolarisasi.

Sel rambut dalam adalah sel yang mengubah gaya mekanik suara (getaran cairan koklea) menjadi
impuls listrik pendengaran (potensial aksi yang menyampaikan pesan pendengaran ke korteks
serebri). Karena berkontak dengan membran tektorium yang kaku dan stasioner, maka stereosilia
sel-sel reseptor ini tertekuk maju-mundur ketika membran basilaris mengubah posisi relatif terhadap
membran tektorium. Deformasi mekanis maju- mundur rambut-rambut ini secara bergantian
membuka dan menutup saluran ion berpintu mekanis di sel rambut sehingga terjadi perubahan
potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi bergantian.

Sel rambut dalam berhubungan melalui suatu sinaps kimiawi dengan ujung serat-serat saraf aferen
yang membentuk nervus auditorius (kokhlearis). Lintasan impuls auditori selanjutnya menuju
ganglion spiralis korti, saraf VIII, nukleus koklearis di medula oblongata, kolikulus superior, korpus
genukulatum medial, korteks auditori di lobus temporalis serebri.

Sementara sel-sel rambut dalam mengirim sinyal auditorik ke otak melalui serat aferen, sel rambut
luar tidak memberi sinyal ke otak tentang suara yang datang. Sel-sel rambut luar secara aktif dan
cepat berubah panjang sebagai respons terhadap perubahan potensial membran, suatu perilaku
yang dikenal sebagai elektromotilitas. Sel rambut luar memendek pada depo- larisasi dan(1)
memanjang pada Hiperpolarisasi.

Anda mungkin juga menyukai