Anda di halaman 1dari 22

Efektivitas Cleansing Luka Menggunakan Infusa Daun Jambu Biji 20% 

Dengan Teknik Showering Tekanan 15 Psi terhadap Penyembuhan 
Ulkus Kaki Diabetik Di Klinik Kitamura Pontianak

10­DWS­VII­2017
ABSTRAK

Latar Belakang : Ulkus kaki diabetik (UKD) merupakan komplikasi kronis diabetes mellitus
(DM) dengan angka kejadian sebesar 15%­25%. Cairan cleansing yang umum dipakai adalah
NaCl  0.9%, sedangkan  cairan  alternatif  berupa  air ozon dan  infusa daun jambu  biji  20%
karena   mempunyai   daya   antiseptik.   Teknik  showering  tekanan   15   Psi   merupakan   teknik
terbaik dalam cleansing luka karena paling efektif dalam menghilangkan kotoran dan bakteri
pada luka. Tujuan : Mengetahui pengaruh cleansing luka menggunakan infusa daun jambu
biji  20%   dengan   teknik  showering  tekanan   15   Psi   terhadap   penyembuhan   UKD.
Metode  :   Penelitian   ini   menggunakan   metode  quasiy   experimental  dengan  pre   post­test
control group design. Total sampel 66 responden yang dibagi menjadi kelompok infusa daun
jambu   biji   20%,   NaCl   0.9%   dan   air   ozon.   Setiap   kelompok   dilakukan  cleansing  luka
menggunakan  teknik  showering  tekanan  15  Psi  sebanyak   15  kali  selama   sebulan.  Teknik
sampling   menggunakan  consecutive   sampling  dan   penilaian   skor   penyembuhan   luka
menggunakan   instrumen  Bates   Jensen   Wound   Assessment   Tools  (BJWAT).  Hasil  :   Skor
BJWAT pada setiap kelompok yaitu kelompok infusa daun jambu biji 20%, air ozon dan
NaCl 0.9% memiliki nilai signifikansi  masing­masing (p=0.001), (p=0.018) dan  (p=0.012).
Kesimpulan  :     Infusa   daun   jambu   biji   20%   menunjukkan   hasil   paling   signifikan   dalam
menurunkan   skor   BJWAT   dibanding   air   ozon   dan   NaCl   0.9%   pada   UKD.  Saran   :
Dibutuhkan penelitian lanjutan dan inovasi terkait alat cleansing  luka yang lebih praktis dan
efisien.  Kata Kunci :  Ulkus kaki diabetik,  Cleansing luka,  Teknik  Showering,  Infusa daun
jambu biji 20%, Skor BJWAT.
Effectiveness of Wound Cleansing Using Guava-Leaf Infusion 20% With Showering
Technique Of 15 Psi Pressure Towards Healing Of Diabetic Foot Ulcer In Clinic Kitamura
Pontianak

Jaka Pradika1, Yoni Astuti2, Novita Kurnia Sari3


ABSTRACT
Background: Diabetic foot ulcer (DFU) is a chronic complication of diabetes mellitus (DM)
with 15% - 25% incident rates. Cleansing liquid used commonly is NaCl 0.9%, while the
alternative liquids are ozone water and guava-leaf infusion 20% due to the anti septic effect.
Showering technique of 15 psi pressure is the best technique of wound cleansing because it
can remove those wound waste and the bacteria. Objective: To determine the influence of
wound cleansing used guava-leaf infusion 20% with showering technique of 15 Psi pressure
towards healing of DFU. Methods: Research design was quasy-experiment with pre post-test
control group design. Total samples were 66 respondents divided into groups of guava-leaf
infuse 20%, NaCl 0.9% and ozone water. Each group was conducted wound cleansing with
showering technique of 15 Psi pressure for 15 interventions in a month. This research used
consecutive sampling and assessment score of wound healing used instrument of Bates Jensen
Wound Assessment Tools (BJWAT). Results: BJWAT score in each group of guava-leaf infuse
20%, ozone water and NaCl 0.9% had significant value of (p = 0.001), (p = 0.018) and (p =
0.012). Conclusion: guava-leaf infuse 20% showed the most significant result in reducing
BJWAT score than ozone water and NaCl 0.9% towards DFU. Suggestion: It was needed
advanced research and innovation related to wound cleansing tool that was more practical
and efficient. Keywords: diabetic foot ulcer, wound cleansing, showering Technique, guava-
leaf infuse 20%, BJWAT score.
PENDAHULUAN merupakan   negara   ke   empat   dengan

Ulkus   kaki   diabetik   (UKD) penderita   DM  terbanyak  setelah   Amerika

merupakan   komplikasi   dari   diabetes Serikat, China dan India. 30,27,3

mellitus   (DM)   yang   kronis   dan   sulit Angka kejadian UKD dan mortalitas

sembuh   yang   menjadi   penyebab   utama yang   terus   meningkat   menjadi

morbiditas,   mortalitas   dan   kecacatan permasalahan   serius   yang   harus

penderita diabetes.  Faktor   utama mendapatkan   penanganan   yang   tepat.

penyebab terjadinya UKD adalah neuropati Managemen   luka   yang   baik   yang   terdiri

(sensorik, motorik, defisit otonom), iskemik dari  cleansing,   debridement  &  dressing

atau keduanya (neuro­iskemik). 3, 7, 9 merupakan   bentuk   penanganan   dalam

Penderita   DM   akan   mengalami menekan   laju   angka   kejadian   mortalitas

komplikasi   berupa   ulkus   di   kaki   sebesar yang diakibatkan oleh UKD.

15%­25%  dan   diperburuk   jika   terjadi Cleansing  luka   merupakan   tahapan

infeksi.8,17,24  UKD   kronis   yang   terinfeksi awal dalam perawatan luka yang berperan

akan   meningkatkan   angkat   mortalitas penting   dalam   menjaga   kebersihan   luka,

dengan   prevalensi   di   Indonesia   yaitu melepas   debris,   meminimalkan   kolonisasi

sebesar   32%   dari   total   penderita   DM. 28 bakteri   dan   memfasilitasi   penyembuhan

Prediksi penderita dewasa DM di Indonesia luka.39  Cleansing    luka terdiri dari metode

pada tahun 2030 berjumlah 21,3 juta jiwa. yang berhubungan dengan teknik dan solusi

Berdasarkan   angka   tersebut   dapat yang   berhubungan   dengan   cairan   yang

diperkirakan   jumlah   penderita   DM   yang digunakan.   Teknik  cleansing  yang   paling

mengalami UKD dengan tingkat resiko 15­ mudah dan efektif diterapkan adalah teknik

25% mencapai 3,2­5,3 juta jiwa.  Indonesia showering  sedangkan   cairan   yang   paling


umum   digunakan   adalah   NaCl   0.9%. khasiat     anti­inflamasi,   anti­mutagenik,

Cairan NaCl 0,9% merupakan cairan netral anti­mikroba dan analgesik.5

yang   tidak   mengiritasi   dan   tidak   bersifat METODE PENELITIAN

Penelitian   ini   menggunakan  quasy


toksik   terhadap   jaringan   namun   tidak

experimental  dengan   pendekatan  pre­test


mempunyai   daya   anti­bakteri   khusus

post­test   control   group   design.   Penelitian


sehingga kurang tepat jika diterapkan pada

ini   dilakukan   untuk   melihat   pengaruh


UKD yang terinfeksi.  19,4,39

Berdasarkan hasil studi pendahuluan cleansing  luka   dengan   teknik  showering

di   Klinik   Perawatan   Luka   Kitamura tekanan   15   Psi   menggunakan   infusa   daun

Pontianak   didapatkan   data   bahwa   teknik jambu   biji   dengan   komposisi   20gr/100ml

(20%)   sebagai   kelompok   intervensi,   air


cleansing  yang   diterapkan   sudah

ozon sebagai kontrol positif dan NaCl 0,9%
menggunakan   teknik  showering  namun

sebagai   kontrol   negatif.   Populasi   dalam


belum menggunakan tekanan yang terukur

penelitian   ini   adalah   seluruh   pasien   ulkus


dan   cairan   yang   digunakan   yaitu   NaCl

kaki   diabetik   yang   melakukan   perawatan


0.9%   untuk   semua   jenis   luka.   Hal   ini

luka   secara   aktif   di   Klinik   Kitamura


menunjukkan   teknik  showering  dengan

Penentuan   sampel   dalam   penelitian   ini


tekanan terukur yang berdasarkan referensi

dilakukan   secara  consecutive   sampling


tekanan 15 Psi merupakan tekanan terbaik

yang   didapat   22   orang   untuk   tiap­tiap


diperlukan   untuk  cleansing    luka   dan

kelompok. 
dibutuhkan   cairan   alternatif   yang

Cleansing  luka   pada   tiap­tiap


mengandung   anti­bakteria   salah   satunya

kelompok dilakukan setiap dua hari sekali
yaitu   infusa   daun   jambu   biji   20%   yang

dan   penghitungan   jumlah   skor   luka


kandungan   senyawa   didalamnya   memiliki
dilakukan   sebelum   (pre­test)   dan   setelah independen   yang   paling   berpengaruh

(post­test)  cleansing  luka   dengan terhadap   variabel   dependen.   Uji   yang

menggunakan  Bates   Jensen   Wound dilakukan   dalam   penelitian   ini   adalah

Assessment   Tools  (BJWAT).  Instrumen resgresi linear.

BJWAT   sudah   teruji   validitasnya   dengan HASIL PENELITIAN

nilai r=0,91 lebih besar dari r tabel sehingga 1. Karakteristik Responden

dapat   disimpulkan   bahwa   instrumen Grafik 1.1. Distribusi Frekuensi


Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
penelitian ini valid dan uji reliabilitas dari Kelamin, Agama, Pendidikan dan Riwayat
Merokok  di Klinik Kitamura Pontianak
BJWAT telah dilakukan di ruang perawatan (Juni 2016, n=66)

akut   dewasa   oleh   perawat   enterostomal

dengan   koefisien   reliabilitas   0,975   yang

dapat   disimpulkan   bahwa   instrumen   ini

reliabel. 14

Grafik   1.1   menunjukkan   bahwa


Analisis   yang   digunakan   dalam

responden   yang   berjenis   kelamin


penelitian   ini   yaitu   analisis   univariat,

perempuan   paling   banyak   dengan   jumlah


bivariat dan multivariat. Analisis univariat

54 orang. Agama islam merupakan agama
dilakukan   untuk   mengetahui   distribusi

terbanyak yang dianut responden yaitu 46
frekuensi karakteristik responden.  Analisis

orang   dan   berdasarkan   tingkat   pendidikan


bivariat   dilakukan   untuk   mengetahui

responden   paling   banyak   berada   pada


hubungan   antar   variabel,   yang   pada

tingkat   pendidikan   rendah   yaitu   50   orang


penelitian   ini   menggunakan  One­way

serta   responden   terbanyak   yang   tidak


Annova  dan   analisis   multivariat   dilakukan

untuk   mengetahui   pengaruh   variabel


memiliki   riwayat   merokok   sebanyak   46 1.17x108    saat  pre test  dan menjadi 3.71x107

orang. pada saat post test III.

Tabel 1.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Berdasarkan Usia 
(Juni 2016, n=66)
Group 1 Group 2 Group 3
Variabel
Mean±SD Mean±SD Mean±SD
Usia 54.45±4.758 52.09±4.638 54.23±4.937
Sumber : Data primer 2016
Grafik 1.3 Deskriptif statistik skor BJWAT
Berdasarkan   tabel   1.1,   Rata­rata   usia pasien yang menjalani perawatan luka di
Klinik Kitamura Pontianak (Juni 2016, n=66)
pada  group  1   yaitu   54.45   tahun,  group  2

adalah 52.09 tahun dan  group  3 adalah 54.23

tahun. 

Grafik 1.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Berdasarkan Koloni Bakteri 
(Juni 2016, n=66)
Grafik   1.3   menunjukkan   bahwa   rerata

skor BJWAT pada  Group  1 terjadi penurunan

dari 39.50 pada saat pre test menjadi 33.55 saat

post   test   I  dan terus   menurun menjadi  26.23

saat post test II dan menjadi 19.09 pada post
Grafik   1.2,   menunjukkan   jumlah   rata­
test   III.   Rerata   skor   BJWAT   pada  Group  2
rata koloni bakteri pada group 1 sebanyak 4.52
juga   mengalami   penurunan   dari   38.50   pada
x107  saat  pre test  dan menjadi 4.74x105  pada
saat pre test menjadi 34.50 saat post test I dan

saat  post test  III, pada  group  2 sebanyak 4.06


terus menurun menjadi 28.86 saat post test II

x107  saat  pre test  dan menjadi 2.99x106  pada


dan  menjadi   22.36  pada   post   test   III.   Rerata

saat  post test  III dan pada  group  3 sebanyak


skor BJWAT pada  Group  3 menunjukkan hal
serupa dimana pada saat pre test 39.82 menjadi menggunakan teknik Showering tekanan 15
Psi antara Group 1, Group 2 dan Group 3
36.23   saat   post   test   I   dan   terus   menurun
Tabel 1.3 Hasil uji beda Skor BJWAT sebelum
menjadi   31.73   saat   post   test   II   dan   menjadi dan sesudah dilakukan cleansing luka antara
Group 1, Group 2 dan Group 3 di Klinik
26.86 saat post test III. Kitamura Pontianak (Juni 2016, n=66)
2. Analisa Bivariat
Variabel Mean±SD nilai p
a. Hasil uji beda Skor BJWAT sebelum dan
Pre test Group 1 39.50 ± 4.906
sesudah dilakukan cleansing luka
Pre test Group 2 38.50 ± 4.149
   0.666
menggunakan teknik Showering tekanan Pre test Group 3 39.82 ± 5.917
Total 39.27 ± 4.997
15 Psi pada group 1, group 2 & group 3.
Post test I Group 1 33.55 ± 4.867
Post test I Group 2 34.50 ± 4.815
0.208
Post test I Group 3 36.23 ± 5.871
Total 34.76 ± 5.096
Post test II Group 1 26.23 ± 3.741
Tabel 1.2 Hasil uji beda skor BJWAT sebelum
Post test II Group 2 28.86 ± 4.286
dan sesudah dilakukan cleansing luka pada 0.002
Post test II Group 3 31.73 ± 6.430
Group1, Group 2 dan Group 3 di Klinik Total 28.94 ± 5.375
Post test III Group 1 19.09 ± 2.328
Kitamura Pontianak (Juni 2016, n=66) Post test III Group 2 22.36 ± 3.812
Group 1 Group 2 Group 3 0.001
Variabel Post test III Group 3 26.86 ± 6.923
Nilai p Nilai p Nilai p Total 22.77 ± 5.678
Pre test
0.002 0.016 0.031
Post test I
Post test I
0.004 0.020 0.014 Tabel   1.3   menunjukkan   rata­rata   skor
Post test II
Post test II
Post test III
0.001 0.018 0.012 BJWAT   mengalami   penurunan   dimana   rata­

Hasil uji paired sample t­test perbedaan rata total nilai pre test 39.27, menurun menjadi

skor penyembuhan luka pada pre test­post test 34.76   pada   post   test   I,   post   test   II   menjadi

I, post test I­ post test II dan post test II dengan 28.94 dan terakhir menjadi 22.77 pada post test

post   test   III     tiap­tiap   group   memiliki III.   Berdasarkan   nilai   nilai  p,   post   test   II

perbedaan yang signifikan skor penyembuhan (0.002) dan post test III (0.001) menunjukkan

luka   karena   diperoleh  nilai  p  pada   tiap­tiap hasil   yang   signifikan   dalam   proses

penyembuhan luka karena nilai p <0.05.
kelompok < 0.05.

3. Analisa Multivariat
b. Hasil uji beda Skor  BJWAT  sebelum dan
sesudah   dilakukan  cleansing  luka
Tabel 1.4 Hasil Regresi Linear karakteristik a. Jenis Kelamin
responden  terhadap skor BJWAT pada Group 1
di Klinik Kitamura Pontianak (Juni 2016, n=66) Hasil   penelitian   menunjukkan
Variabel Koofisiensi 95% CI nilai p
Constan 25.971 8.791 ­ 42.79 0.005 bahwa   total   responden   sebagian   besar
Umur ­0.086 ­0.387 – 0.176 0.498
Jenis Kelamin ­0.362 ­2.902 – 2.178 0.767 berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan
Pendidikan ­0.504 ­3.384 – 2.376 0.716
Koloni bakteri ­1.883 ­3.924 – 2.546 0.018
hasil   penelitian   bahwa   responden
nilai p <0.05 best on regresi linear

perempuan   memiliki   resiko   lebih   besar


Tabel 1.4 menunjukkan   nilai konstanta
mengalami   luka   dibandingkan   dengan
penyembuhan   luka   (skor   BJWAT)   terhadap
responden   laki­laki   karena   faktor
perubahan skor BJWAT tanpa ada kontribusi
hormon.31  
Wanita   memiliki   jumlah
dari variabel lain adalah 25.971. Hasil regresi
hormon estrogen lebih banyak dan sering
linier didapatkan intervensi infusa daun jambu
mengalami   perubahan   keseimbangan
biji   20%   merupakan   faktor   yang   paling
dalam   tubuhnya   dibanding   laki­laki
mempengaruhi   penyembuhan   UKD.
sehingga beresiko tinggi terkena luka dan
Persamaan regresi linier : Y= a+b1x1­b2x2 :
dikatakan   juga   bahwa   resiko   komplikasi
25.971  ­1.883   (koloni   bakteri)   +  1.906  (skor
luka   diabetik   akan   meningkat   pada
BJWAT). Jika variabel infusa daun jambu biji
perempuan   usia   menopause   dikarenakan
20%   bernilai   0   maka   skor   BJWAT   sebesar
perempuan   menopause   mengalami
25.971   setiap   penambahan   1   frekunsi   rawat
degenerasi   hormon   estrogen   yang   akan
luka,   maka   jumlah   koloni   bakteri   akan
meningkatkan resiko kejadian neuropatik
menurun sebesar ­1.883 dan skor BJWAT akan
dan UKD.16,1
menurun sebesar 1.906. Fungsi   hormon   estrogen   sendiri

PEMBAHASAN yaitu   memfasilitasi   respon   inflamasi

pembentukan   sel   vaskular,   memberikan


1. Karakteristik Responden

nutrisi   terhadap   pembuluh   darah,


mengatur   kadar   lipid   dan   kolesterol   di penyebab   terjadinya   penyakit   yang

dalam tubuh, mengatur sensitifitas insulin dideritanya. 35,25,22

dan mengatur kematian sel stem sehingga Berdasarkan   data   primer

sangat   menentukan   untuk   kelangsungan didapatkan   informasi   bahwa   sebagian

sel   tubuh   dan   perkembangan   jaringan besar   pasien   dan   keluarga   tidak

pada UKD. 6 mengetahui  tindakan yang harus  diambil

b. Pendidikan ketika   terjadi   luka   dan   baru   melakukan

Hasil   penelitian   menunjukkan pengobatan   ketika   kondisi   luka   sudah

bahwa   responden   sebagian   besar   pada memburuk.   Sebagian   responden   masih

tingkat   pendidikan   rendah.   Tingkat mempercayai bahwa mengkonsumsi telur

pendidikan   yang   rendah   mengakibatkan dapat   memperparah   kondisi   luka   dan

seseorang   semakin   sulit   memperoleh kondisi   luka   yang   kering   juga   dianggap

informasi dan mengatasi masalah kondisi sebagai   luka   yang   sudah   akan   sembuh.

kesehatan. Rendahnya tingkat pendidikan Pemahaman   yang   kurang   tepat   tersebut

juga membuat individu kurang bisa dalam disebabkan   karena   terbatasnya   akses

mengakses   dan   memahami   tentang informasi   tentang   penyembuhan   luka.  

kesehatan,   sehingga   pasien   kesulitan Faktor­faktor   seperti   ekonomi,

untuk   memilih   strategi   dalam   mengatasi motivasi yang rendah dan menikah dalam

masalahnya   termasuk   kondisi   luka   yang usia   yang   muda   disampaikan   responden

dialami.   Pendidikan   merupakan   faktor adalah   penyebab   mengapa   responden

penting   dan   merupakan   domain   yang tidak   melanjutkan   pendidikan   ketahap

utama   untuk   membentuk   tindakan yang lebih tinggi.

seseorang,   termasuk   mengetahui c. Riwayat Merokok


Hasil   penelitian   menunjukkan Hasil   penelitian   menunjukkan

bahwa pasien DM  yang mengalami luka bahwa   responden   rata­rata   berusia   53.67

sebagian   besar   tidak   memiliki   riwayat tahun.   Usia   53.6   tahun   termasuk   dalam

merokok. Merokok merupakan salah satu kategori  lansia  awal   dan  usia   >45 tahun

faktor   resiko   yang   dapat   menghambat dikategorkan   sebagai   usia   yang   beresiko

penyembuhan luka, namun belum terbukti terkena DM. 10,1

secara   pasti   mekanisme   patofisiologinya Usia   merupakan   salah   satu   faktor

terhadap   penyembuhan   luka   dan yang   dapat   mempengaruhi   kesehatan

dikatakan   juga   bahwa   tidak   terdapat seseorang yang terkait dengan sel maupun

hubungan yang bermakna antara riwayat organ   tubuh   telah   mengalami   penurunan

merokok   dengan   proses   penyembuhan fungsi   seiring   dengan   peningkatan   usia.

UKD. 36 Sirkulasi darah, pengiriman oksigen pada

Responden yang memenuhi kriteria luka,   pembekuan,   respon   inflamasi   dan

inklusi   dalam   penelitian   ini     mayoritas fagositosis pada usia lanjut mudah rusak

berjenis   kelamin   perempuan   yang   tidak dan resiko terjadi infeksi lebih besar yang

memiliki   kebiasaan   merokok   ditambah berdampak   dalam   proses   penyembuhan

jumlah   prosentasi   responden   laki­laki luka.28,21

yang   lebih   sedikit   dibanding   responden Usia   responden   yang   masuk

perempuan   juga   menunjukkan   angka kedalam   kategori   lansia   mempengaruhi

perokok aktif yang rendah sehingga dalam penyembuhan ulkus kaki diabetik karena

penelitian   ini   responden   dengan   riwayat menurunnya nafsu makan dan penerapan

tidak merokok jumlahnya lebih banyak. diet   yang   kurang   tepat   seperti

d. Usia mengkonsumsi makanan yang tinggi gula
dan tidak sesuai diet DM, istirahat yang kemampuan untuk melawan agen infeksi

tidak cukup, stress yang berkaitan dengan juga berkurang.13

kondisi   luka  dan  kurangnya  kemampuan Penurunan bakteri saat pre test dan

untuk merawat diri dan luka yang dialami. post   test  III   disetiap   kelompok

e. Koloni Bakteri mengindikasikan   bahwa   cairan   yang

Hasil   penelitian   menunjukkan   bahwa digunakan   untuk  cleansing  luka     baik

jumlah   koloni   bakteri   pada   semua infusa daun jambu biji 20%, air ozon dan

responden   >105   cfu/ml   dan   terjadi NaCl   0.9   efektif   dalam   menurunkan

penurunan jumlah koloni bakteri di setiap koloni   bakteri.   Penurunan   paling

kelompok saat pre test dan post test III. signifikan   terjadi   pada   Group   1   yaitu

Jumlah   bakteri   didalam   luka   yang kelompok   infusa   daun   jambu   biji   20%

melebihi 105 cfu/ml jaringan menandakan yang   rata­rata   penurunan   bakterinya

terjadinya   infeksi   pada   luka   UKD. 7 sebesar   4.48x107.   Hal   ini   dikarenakan

Infeksi   terjadi   akibat   penurunan   respon kandungan   antibakteri   paling   banyak

imun   tubuh,   mikroangiopati   dan terdapat pada infusa daun jambu biji 20%

makroangiopati   yang   menyebabkan dibanding air ozon dan NaCl 0.9%.

kurangnya   perfusi   jaringan   pada   luka 2. Analisa Bivariat

dapat   memperpanjang   fase   inflamasi a. Pengaruh  Cleansing  terhadap   Penurunan

dengan mengganggu epitelisasi, kontraksi Skor BJWAT pada Group 1, Group 2 dan

dan   deposit   kolagen.   Selain   itu   kondisi


Group 3.
Hasil   penelitian   menunjukkan
iskemik karena penurunan sirkulasi akibat
terjadi   penurunan   skor   BJWAT   sebelum
kerusakan   vaskuler   menyebabkan
dan   sesudah   dilakukan  cleansing  luka
pada  group  1.   Penurunan   skor   BJWAT jumlah   rata­rata   koloni   bakteri   sebesar

menunjukkan   bahwa   kondisi   luka 4.48x107 dan selisih rata­rata penurunan

semakin   membaik.   Hasil   ini skor   BJWAT   sebesar   20.41.   Perubahan

mengindikasikan   bahwa  cleansing  luka kondisi luka yang dapat dilihat langsung

dengan teknik  showering tekanan 15 Psi yaitu   jumlah   eksudat   dan   jaringan

menggunakan infusa daun jambu biji 20% nekrotik   semakin   sedikit,   ukuran   luka

berpengaruh   secara   signifikan   pada   pre semakin mengecil, kedalam luka semakin

test ­ post test I, post test I ­ post test II dangkal   dan   pertumbuhan   jaringan

dan post test II ­ post test III.  granulasi   serta   epitelisasi   menunjukkan


Keefektifan infusa daun jambu biji
progres   yang   baik.   Jaringan   granulasi
dikarenakan   memiliki   kandungan   berupa
pada saat pre test tidak terlihat atau hanya
senyawa   tannin   9­12%,   minyak   atsiri,
<23%,   dengan   warna   merah   pucat
minyak lemak,  flavonoid,  suponin,  asam
sedangkan pertumbuhan jaringannya pada
psidiolat,   asam   ursolat,   asam   krategolat,
post test III menjadi >75% dengan warna
asam   oleonalat,   asam   guaiavolat   dan
merah   terang   dan   cerah.   Sedangkan
kuarsetin   yang   memiliki   khasiat   seperti:
penutupan luka oleh jaringan epitel pada
anti­inflamasi,   anti­mutagenik,   anti­
saat pre test <25% menjadi 50­74% pada
mikroba   dan   analgesik   yang   mampu
post   test   III.   Percepatan   pertumbuhan
menghambat   pertumbuhan   bakteri   pada
jaringan   granulasi   dan   epitelisasi
UKD. 2,23

Kondisi   luka   yang   dilakukan dipengaruhi oleh konsumsi telur >4 butir

cleansing  dengan   teknik   showering perhari  yang merupakan makannan yang

tekanan 15 Psi menggunakan infusa daun kaya   protein   dan   berfungsi   untuk

jambu biji 20% menunjukkan penurunan pembentukan jaringan baru.
Hasil penelitian pada group 2 juga terhadap   bakteri   adalah   dengan

menunjukkan   bahwa   terdapat   penurunan menganggu   integritas   kapsul   sel   bakteri

skor   BJWAT   sebelum   dan   sesudah melalui   oksidasi   fosfolipid   dan

dilakukan  cleansing  luka. Hasil ini dapat lipoprotein,   kemudian   berpenetrasi   ke

diinterpretasikan   bahwa  cleansing  luka dalam   membran   sel,   bereaksi   dengan

dengan teknik  showering  tekanan 15 Psi substansi   sitoplasma   dan   merubah

menggunakan   air   ozon   mempunyai circulair  plasmid  deoxyribose­nucleid

pengaruh   yang   signifikan   dalam acid  (DNA)   tertutup   menjadi  circulair

menurunkan skor BJWAT baik pre test ­ DNA   terbuka,   yang   dapat   mengurangi

post test I, post test I ­ post test II dan post efisiensi proliferasi bakteri. Air ozon juga

test II ­ post test III.  dapat   berpenetrasi   ke   kapsul   sel   bakteri,


Ozon   merupakan   oksidan   yang
mempengaruhi secara langsung integritas
paling   kuat   setelah   fluor,   yang   dapat
cytoplasmic,   dan   menganggu   beberapa
membunuh bakteri dengan cara memutus
tingkat   kompleksitas   metabolik.
rantai   partikel­partikel   protein   bakteri.
Disamping   itu,   ozon   juga   dapat
Ozon   dimanfaatkan   untuk   membunuh
memperbaiki   distribusi   oksigen   dan
beragam jenis virus, bakteri dalam media
pelepasan faktor tumbuh yang bermanfaat
udara   maupun   air.   Air   ozon   yang
dalam   mengurangi   iskemia   dan
digunakan   dalam  cleansing    luka
mempercepat penyembuhan luka.11
diperoleh dari alat  ozonizer dan berfungsi Kondisi   luka   yang   dilakukan

pada pH lebih dari 7.18,34 cleansing  dengan   teknik   showering


Air   Ozon   mampu   mengoksidasi
tekanan   15   Psi   menggunakan   air   ozon
berbagai jenis bakteri, spora, jamur, ragi,
menunjukkan penurunan jumlah rata­rata
bahan   organik   lainnya.   Efek   air   ozon
koloni   bakteri   sebesar   3.95x107   dan Hasil   penelitian   pada   group   3

selisih   rata­rata   penurunan   skor   BJWAT menunjukkan   bahwa   skor   BJWAT

sebesar   16.14.   Perubahan   kondisi   luka sebelum dan sesudah dilakukan cleansing

yang   dapat   diamati   langsung   meliputi luka juga mengalami penurunan. Hasil ini

jumlah   eksudat   berkurang   dari   banyak dapat   menjadi   indikasi   bahwa  cleansing

menjadi   sedikit,   jaringan   nekrotik   yang luka dengan teknik showering tekanan 15

hanya   terdapat   sedikit   eksudat,   warna Psi menggunakan NaCl 0.9% mempunyai

kulit sekitar luka mulai merah terang dan pengaruh   signifikan   dalam   menurunkan

pertumbuhan   jaringan   granulasi   serta skor BJWAT baik pada pre test ­ post test

epitelisasi   menunjukkan   progres   yang I, post test I ­ post test II dan post test II ­

baik. Jaringan granulasi pada saat pre test post test III.
Penyembuhan   UKD   dapat
tidak   terlihat   atau   hanya   <23%,   dengan
dipercepat   dengan   melakukan  cleansing
warna   merah   pucat   sedangkan
luka   menggunakan     NaCl   0,9%   karena
pertumbuhan   jaringannya   pada   post   test
merupakan   larutan   fisiologis   dan   tidak
III   menjadi   <75%   dengan   warna   merah
akan   membahayakan   jaringan   luka   dan
terang   dan   cerah.   Sedangkan   penutupan
dapat   meningkatkan   perkembangan   dan
luka oleh jaringan epitel pada saat pre test
migrasi   jaringan   epitel,   sehingga   dalam
<25% menjadi 25­49% pada post test III.
hal   ini   larutan  NaCl   0,9%   efektif   dalam
Percepatan   pertumbuhan   jaringan
menurunkan   skor   BJWAT   dan
granulasi   dan   epitelisasi   selain   dari
disampaikan  juga   bahwa   perawatan  luka
kontrol   luka  yang  baik  juga  dipengaruhi
dengan   menggunakan   NaCl   0,9%
oleh   diet   yang   tinggi   protein   seperti
didapatkan   hasil   bahwa   responden
mengkonsumsi telur dan ikan gabus.
kelompok   NaCl   0,9%   lebih   banyak Penurunan   skor   BJWAT   pada

sembuh   dibanding   menggunakan kelompok NaCl 0.9% dipengaruhi kontrol

paviodone iodine 10%.29,33 terhadap   faktor­faktor   yang   dapat


Kondisi   luka   yang   dilakukan
mempengaruhi   kondisi   luka
cleansing  dengan   teknik   showering
dipertahankan   dengan   baik   seperti
tekanan 15 Psi menggunakan NaCl 0.9%
kebersihan luka, GDS, istirahat, aktifitas,
menunjukkan penurunan jumlah rata­rata
nutrisi dan kesterilan  cairan yang tinggi.
koloni   bakteri   sebesar   3.58x107   dan b. Pengaruh  Cleansing  terhadap   Penurunan

selisih   rata­rata   penurunan   skor   BJWAT Skor   BJWAT   antara  Group  1,  Group  2

sebesar   12.96.   Perubahan   kondisi   luka dan Group 3.


Hasil   penelitian   menunjukkan
yang   dapat   dinilai   langsung   meliputi
bahwa  cleansing  luka   dengan   teknik
jumlah   eksudat   yang   jumlahnya   sedikit,
showering  tekanan   15   Psi   pada   setiap
jaringan nekrotik <25%, ukuran luka yang
group menunjukkan hasil yang signifikan
semakin mengecil, pertumbuhan jaringan
dalam   menurunkan   skor   BJWAT.
granulasi   dan   epitelisasi   yang
Berdasarkan   nilai   nilai   p   infusa   daun
menunjukkan progres yang baik. Jaringan
jambu   biji   20%   pada  group  1
granulasi pada saat pre test tidak terlihat
menunjukkan   hasil   paling   signifikan
atau   hanya   <23%,   dengan   warna   merah
terhadap   penurunan   skor   BJWAT
pucat   sedangkan   pertumbuhan
dibanding group 2 dan group 3. 
jaringannya   pada   post   test   III   menjadi Kondisi   luka   yang   terlihat   paling

>75%   dengan   warna   merah   terang   dan jelas yaitu jumlah eksudat yang semakin

cerah.   Sedangkan   penutupan   luka   oleh sedikit   bahkan   tidak   ditemukan,   dan

jaringan   epitel   pada   saat   pre   test   <25% jenisnya   berubah   dari   purulen   menjadi

menjadi 50­74% pada post test III. 
serosa   dan   jaringan   granulasi   dan jumlah   koloni   bakteri   pada   UKD   yang

epitelisasi   menunjukkan   progres terinfeksi. 12,14


3. Analisa   Multivariat   Karakteristik
perkembangan yang sangat baik.
Infusa   daun   jambu   biji   20%   lebih Responden terhadap Skor                     Bates

baik   dalam   menurunkan   jumlah   koloni


Jensen   Wound   Assessment   Tools

bakteri   dan   skor   BJWAT   dibanding   air


(BJWAT)
Karakteristik   responden   berupa
ozon   dan   NaCl   0.9%   karena

umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
kandungannya   yang   mempunyai   daya

jumlah   koloni   bakteri   merupakan   variabel


anti­inflamasi,   anti­mutagenik,   anti­

yang lulus seleksi kandidat untuk dilakukan
mikroba   dan   analgesik.   Sedangkan   pada

analisa   regresi   linear.   Hasil   regresi   linear


air   ozon   meskipun   mampu   membunuh

menunjukkan   hanya   variabel   infusa   daun


bakteri   sama   seperti   infusa   daun   jambu

jambu   biji   20%   dan   koloni   bakteri   yang


biji   20%   namun   proses   pengambilan   air

mempunyai   pengaruh   dalam   menurunkan


ozon   dari   alat  ozonizer  memungkinkan

skor   BJWAT   pada   UKD.   Penurunan  skor


kesterilannya terkontaminasi. NaCl  0,9%

BJWAT tanpa ada kontribusi dari variabel
merupakan   cairan   fisiologis   yang

lain   diinterpretasikan   sebagai   faktor   yang


kesterilannya paling tinggi, tidak bersifat

paling mempengaruhi penyembuhan UKD. 
racun   terhadap   jaringan,   tidak
Ekstrak   air   daun   jambu   biji
menyebabkan   reaksi   alergi   namun
mempunyai efek signifikan dan merupakan
memiliki   kelemahan   dibanding   infusa
antimikroba   alami   yang   mampu
daun jambu biji 20% dan air ozon karena
menghambat   perkembangan   bakteri   gram
kandungan   didalamnya   yang   tidak
positif   dengan   memecah   dinding   sel   dan
memiliki   zat   antiseptik   ataupun
membran bakteri dibandingkan penggunaan
antibakteri   yang   dapat   menurunkan
antibiotik komersial dan infusa daun jambu manusia   dan   bentuk   lain   dari   infeksi

biji   khususnya   konsentrasi   20   %   paling bakteri. 


Cleansing  luka menggunakan infusa
efektif   dalam   menurunkan   jumlah   koloni
daun jambu biji 20% juga menurunkan skor
bakteri pada UKD. 
Ekstrak  daun  jambu   biji   juga BJWAT   pada   UKD.   Penurunan   skor

memiliki   aktivitas   antimikroba   terhadap BJWAT dipercepat oleh adanya penurunan

bakteri  yang   sering   menyebabkan   infeksi jumlah   koloni   bakteri.   Jumlah   koloni

pada luka bedah, infeksi kulit  dan jaringan bakteri   yang   rendah   tidak   mengganggu

lunak   lainnyadan   diteliti   secara  in   vitro proses   inflamasi   dan   mempercepat

mempunyai   efek   penghambatan   pada pertumbuhan epitelisasi dan granulasi pada

pertumbuhan  Staphylococcus   aureus, UKD.   Intervensi   infusa   daun   jambu   biji

Streptococcus   mutans,   Pseudomonas 20%   ini   secara   langsung   maupun   tidak

aeruginosa,   Salmonella   enteritidis, langsung   mempunyai   efek   menurunkan

Bacillus cereus, Proteus spp., Shigella spp. skor BJWAT pada UKD.

dan Escherichia coli yang merupakan agen 4. Analisa Biaya

Grafik 1.4. Analisa Biaya Cleansing Luka
penyebab infeksi pada manusia. 
Secara   fitokimia   daun   jambu   biji Antara Group 1, Group 2 dan Group 3

di Klinik Kitamura Pontianak
menunjukkan   adanya  flavonoid,   tanin,

alkaloid,   glukosida,   saponin   dan

steroid/terpen.   Hasil   penelitian

menunjukkan   bahwa   ekstrak   daun   jambu

biji   memiliki   aktivitas   antibakteri   yang

sangat kuat untuk infeksi bakteri pada kulit Grafik   1.4   menunjukkan   bahwa

cleansing luka pada group 1  menggunakan
infusa daun jambu biji 20% paling murah sehingga   dapat   dijadikan   pilihan   alternatif

dalam hal biaya dibanding penggunaan air sebagai cairan cleansing dan dikembangkan

ozon   dan   NaCl   0.9%   pada  group  2   dan secara luas. 

group 3. Biaya infusa daun jambu biji 20% KESIMPULAN

dapat diminimalkan lagi apabila diproduksi 1. Terdapat   perbedaan   yang   signifikan

secara   masal,   namun   biaya   pembuatan cleansing  luka   dengan   teknik  showering

infusa daun jambu biji 20% akan berbeda tekanan 15 Psi pada group 1 dengan nilai p

disetiap   daerah   terkait   bahan   baku   dan (0.001)


2. Terdapat   perbedaan   yang   signifikan
tempat   pembuatannya.   Cairan   NaCl   0.9%
cleansing  luka   dengan   teknik  showering
merupakan   cairan  paling  mahal   dibanding
tekanan 15 Psi pada group 2 dengan nilai p
penggunaan   infusa   daun   jambu   biji   20%
(0.018 )
dan   air   ozon,   namun   paling   umum 3. Terdapat   perbedaan   yang   signifikan

digunakan saat   ini  karena  ketersediaannya cleansing  luka   dengan   teknik  showering

yang   mudah   didapat,   sedangkan   air   ozon


tekanan 15 Psi pada group 3 dengan nilai p

harus   diproses   dan   disterilisasi   dengan


(0.012)
4. Infusa daun jambu biji 20% pada  group  1
ozonizer  terlebih   dahulu   yang   ketersedian
memiliki   hasil   paling   signifikan   dalam
alatnya   masih   sangat   terbatas   sehingga
menurunkan   skor   BJWAT   dibanding   air
menjadikan   harga   produksinya   tinggi.
ozon   dan   NaCl   0.9%   pada  group  2   dan
Infusa   daun   jambu   biji   dengan   harga
group 3 pada UKD.
produksi   yang   paling   ekonomis   dan

mempunyai   keefektifan   dalam

penyembuhan   luka   yang   paing   signifikan


SARAN
dibanding   NaCl   0.9%   dan   air   ozon
Ada   beberapa   saran   bagi   peneliti

selanjutnya, antara lain :
1. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai 4. Atiyeh, B.S., Dibo, S.A. and Hayek, S.N.,
2009.   Wound   cleansing,   topical
infusa   daun   jambu   biji   dan   mengontrol antiseptics   and   wound   healing.
International   wound   journal,  6(6),
secara   ketat   faktor­faktor   yang pp.420­430. 

mempengaruhi proses penyembuhan luka. 5. Baranoski,   S.,   &   Ayello,   E.,   A.,   2003.


2.  Membagi responden berjenis kelamin laki­ Wound   Care   Essentials  :   Practice
Principles.  United   States   of   America   :
laki dan perempuan secara seimbang pada Lippincott Williams & Wilkins.
6. Barnabas, O., Wang, H. and Gao, X.M.,
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. 2013. Role of estrogen in angiogenesis in
3. Membuat   inovasi   berupa   alat   untuk cardiovascular   diseases.  J   Geriatr
Cardiol, 10(4), pp.377­382.
cleansing  luka   sehingga   lebih   efektif   dan
7. Benbow,   M.   and   Stevens,   J.,   2010.
praktis digunakan. Exudate, infection and patient quality of
REFERENSI life.  British   Journal   of   Nursing,  19(20),
p.30.   Diakses   pada   22   November   2015.
http://www.hartmann.co.uk/images/BJN.
1. American   Diabetes   Association.,   2008.
Standards   of   medical   care   in   diabetes
(Position   Statement).  Diabetes   Care 8. Boulton, A.J., Kirsner, R.S. and Vileikyte,
31(Suppl.   1):   S12–S54,   2008. L., 2004. Neuropathic diabetic foot ulcers.
http://care.diabetesjournals.org New   England   Journal   of   Medicine,
351(1), pp.48­55.
2. Anggraini, W., 2008. Efek Anti inflamasi
Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium
9. Cavanagh,   P.R.,   Lipsky,   B.A.,
guajava   Linn.)   pada   Tikus   Putih   Jantan
Galur   Wistar. Doctoral   Dissertation, Bradbury, A.W. and Botek, G., 2005.
Universitas   Muhammadiyah   Surakarta. Treatment for diabetic foot ulcers. The
Diakses   pada   5   Januari     2016. Lancet, 366(9498), pp.1725­1735.
http://eprints.ums.ac.id/1429/.
10. Departemen   Kesehatan   RI.,   2007.  Rises
3. Arwani.,   Siswanto,   P.,   &   Sugijana,   R.,
Kesehatan   Dasar   (Riskesdas)   2007.
2014.   Perbedaan   tingkat   perfusi   perifer
Jakarta: Laporan Nasional. 
ulkus kaki diabetik sebelum dan sesudah
olahraga   pernafasan   dalam   di   ruang
11. Dewiyanti,   A.,   Ratnawati,   H.,   dan
wijaya   kusuma   rsud   dr.   R.   Soeprapto
Puradisastra,   S.   2009.     Perbandingan
cepu. In prosiding seminar nasional (vol.
Pengaruh   Ozon,   Getah   Jarak   Cina
2, no. 1).   Diakses pada 9 Januari 2016.
(Jatropha   Multifida   L.)   dan   Povidone
http://jurnal.unimus.ac.id
Iodine   10%   terhadap   Waktu
Penyembuhan   Luka   pada   Mencit   Betina
Galur   Swiss   Webster   .   Bandung: cleansing.  The   JBI   Database   of   Best
Universitas Kristen Maranatha. Practice   Information   Sheets   and
Technical   Reports,  10(2),   1­4.     Diakses
12. Fernandez,   R.   and   Griffiths,   R.,   2008. pada   3   Maret     2015.
Water   for   wound   cleansing.  The http://www.joannabriggslibrary.org.
Cochrane   Library.   Diakses   pada   25  Juli
2016 http://onlinelibrary.wiley.com. 20. LeMone,  P &  Burke,  R.,  2008,  Medical
  surgical nursing critical thinking in client
13. Frykberg,   R.   G.,   2006.   Diabetic   Foot care   (4th.ed),   Upper   Sadle   River­New
Ulcers:   Pathogenesis   and   Management. Jersey, Pearson Prentice Hall.
American   Family   Physician   Journal
Volume 66 (9): p. 1655­1622. 21. Mogford, J.E., Sisco, M., Bonomo, S.R.,
14. Gitarja, Widasari., 2008. Perawatan Luka Robinson, A.M. and Mustoe, T.A., 2008.
Diabetes.   Edisi   2.   Bogor   :   Wocare Impact of aging on gene expression in a
Publishing. rat   model   of   ischemic   cutaneous   wound
healing.  Journal   of   Surgical   Research,
15. Handayani,   T.   N.,   2010.   Pengaruh 118(2), pp.190­196.  Diakses pada 15 juli
Penegelolaan  Depresi  Dengan  Latihan 2016. http://www.sciencedirect.com.
Pernafasan   Yoga   (Pranayama)   Terhadap
Perkembangan   Proses   Penyembuhan 22. Notoatmodjo,   S.,   2010.  Promosi
Ulkus Kaki Diabetikum Di Rumah  Sakit Kesehatan:   teori   dan   aplikasi.   Jakarta:
Pemerintah   Aceh.  Tesis.  Jakarta: Rineka Cipta.
Universitas Indonesia.
23. Oktiarni,   D.,   Syalfinaf,   M.   and   Suripno,
16. Hardman, M.J. and Ashcroft, G.S., 2008. S., 2012. Pengujian Ekstrak Daun Jambu
Estrogen, not intrinsic aging, is the major Biji   (Psidium   guajava   Linn.)   Terhadap
regulator   of   delayed   human   wound Penyembuhan   Luka   Bakar   Pada   Mencit
healing   in   the   elderly.  Genome   biology, (Mus   musculus).  Gradien,  8(1),   pp.752­
9(5),   p.1.  Diakses   pada   15   juli   2016. 755.   Diakses   pada   9   Januari   2016.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/184 http://repository.unib.ac.id.
77406.
24. Pemayun,   T.   G.   D.,   Naibaho,   R.   M.,
17. International   Diabetes   Federation.,   2014. Novitasari, D., Amin, N., & Minuljo, T.
Diabetes   Atlas.  3rd   edn.   Brussels: T., 2015. Risk factors for lower extremity
International Diabetes Federation. amputation in patients with diabetic foot
ulcers:   a   hospital­based   case–control
18. Isyuniarto,   I.,   Usada,   W.,   Suryadi,   S., study. Diabetic foot & ankle, 6. 
Purwadi, A., Mintolo, M. and Rusmanto,
T.,   2002.   Identifikasi   Ozon   Dan 25. Pender,   N.,   J.,   2011.   The   Health
Aplikasinya Sebagai Desinfektan.  Jurnal Promotion Model Clinical Assesment for
Iptek   Nuklir   Ganendra,  5(1).   Diakses Health   Promotion   Plan.   Nursing
pada   15   April   2016 Research. 
https://scholar.google.co.id.
26. PERKENI.,   2011.  Revisi   Konsesnsus
19. Joanna Briggs Institute., 2008. Solutions,
Pengelolaan   dan   Pencegahan   Diabetes
techniques   and   pressure   in   wound
Mellitus   Tipe­2   di   Indonesia.   Jakarta: Teknologi Hibrida Ozon Dengan Titania.
Perkumpulan Endokrin Indonesia. Ganendra  IPTEK  Nuklir,  10(2).  Diakses
pada   15   juli   2016.
http://jurnal.batan.go.id.
27. PERKENI.,   2006.  Konsensus:
Pengelolaan   dan   Pencegahan   Diabetes
35. Vahid,   Z.,   Alehe,   S.R.   and   Faranak,   J.,
Mellitus   Tipe   2   di   Indonesia.   Jakarta:
2008.   The   Effect   of   Empowerment
Perkeni.
Program   Education   on   Self   Efficacy   in
Diabetic Patients in Tabriz University of
28. PERKENI.,   2009.  Pedoman Medical   Science   Diabetes   Education
Penatalaksanaan   Kaki   Diabetik.   Jakarta: Center. Res. J. Biol. Sci., 3, pp.850­855. 
Perkeni.
36. Varghese, M., Lohi, H.S., Devi, M.P. and
29. Potter   &   Perry.,   2005.  Buku   ajar Anila,   S.,   2016.   Influence   of   Smoking
fundamental   keperawatan   :   Konsep, Cessation   on   Periodontal   Health:   A
proses   dan   praktik.   Edidi   4   Vol.2. Strategic   Review.  International   Journal
Jakarta : EGC. of   Current   Research   and   Review,  8(2),
p.7.
30. Pusat   data   dan   informasi   Persi.,   2012.
Diakses   tanggal   1   mei   2016.  http:// 37. Waspadji, S., 2006. Kaki Diabetes.  Buku
www.Pdpersi.co.id. Ajar   Ilmu   Penyakit   Dalam   Edisi   IV.
Jakarta: Pusat penerbitan IPD FKUI.
31. Ramadany,   A.   F.,   Pujarini,   L.   A.,   &
Candrasari, A., 2013. Hubungan Diabetes
Melitus Dengan Kejadian Stroke Iskemik 38. WHO.,   2012.  Diabetes   Programme.
Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun World   Health   Organization.
2010.  Biomedika,  5(2).   Diakses   tanggal http://www.who.int/diabetes/en/.
25 juli 2016 dari http://journals.ums.ac.id.
32. Sukarni.,   2015.   Efektivitas   muscle 39. Yusuf, S., Okuwa, M., Shigeta, Y., Dai,
stimulator terhadap penyembuhan luka di M., Iuchi, T., Rahman, S., & Sanada, H.,
Klinik   Kitamura   Pontianak.  Tesis. 2011.   Microclimate   and   development   of
Bandung: Universitas Padjajaran. pressure   ulcers   and   superficial   skin
changes.  International   wound   journal,
12(1), 40­46.  Diakses pada 22 November
33. Suparjono.   2011.   Perbedaan 2015. http://onlinelibrary.wiley.com 
Penyembuhan Luka Jahitan Antara Pem­
berian   Kompres   Povidone   Iodine   10%
Dengan Kompres Nacl 0,9% Pada Pasien
Post   Operasi   Herni­oraphy   Di   Ruang
Bedah   Rsud  Krt   Setjonegoro   Wonosobo.
Tesis.   Semarang:   Stikes   Ngudi   Waluyo
Ungaran

34. Usada, W. and Purwadi, A., 2007. Prinsip
Dasar   Teknologi   Oksidasi   Maju:

Anda mungkin juga menyukai