Anda di halaman 1dari 19

PANGAN

BABV

KEADAAN PANGAN
Sebagaimana halnja dengan tahun-tahun jang lalu keadaan
pangan tetap mendapat perhatian jang besar karena penting-
nja peranan pangan dalam memantapkan stabilisasi ekonomi
dan dalam mentjiptakan iklim jang menggairahkan kegiatan-
kegiatan pembangunan. Kebidjaksanaan pokok dibidang ini
antara lain berupa pembelian dan pendjualan beras oleh Peme-
rintah dalam djumlah-djumlah jang tjukup besar untuk mem-
pertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan
pada tingkat harga jang lajak bagi produsen maupun konsu-
men, tanpa mengurangi gairah bagi pedagang-pedagang beras
dalam proses pemasaran beras.
Hasil kebidjaksanaan tersebut tertjermin dari perkembangan
harga beras selama periode 1971/72. Sebagaimana halnja;
dengan tahun-tahun sebelumnja maka telah didjalankan kebi -
djaksanaan untuk mempertahankan tingkat harga jang lajak
bagi petani (harga minimum) dan djuga tingkat harga jang la-
jak bagi konsumen (harga maksimum) . Untuk harga minimum
telah ditetapkan Rp. 13,20 per kg untuk padi kering lumbung
didesa, sedangkan untuk harga maksimum ditentukan harga
Rp. 50,- per kg untuk beras bermutu sedang.
Usaha-usaha stabilisasi harga antara harga minimum dan
harga maksimum pada tingkat-tingkat harga jang lama seperti
dalam tahun 1970/71 dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seba-
gai berikut. Pada musim panen dilakukan pembelian-pembelian
padi/gabah/beras untuk memelihara harga minimum bagi ke-
pentingan petani produsen. Pada musim patjeklik dilakukan
pendjualan-pendjualan beras untuk mempertahankan harga
beras maksimum dipasar etjeran bagi kepentingan konsumen.
Dan achirnja ditjiptakan marge antara harga minimum padi/
gabah dan harga maksimum beras etjeran untuk mendorong

151
berkembangnja perdagangan beras. Kebidjaksanaan ini terus
dilandjutkan dalam tahun 1971/72.
Perkembangan harga-harga beras etjeran dalam tahun 1971/
72 dibeberapa kota besar dapat dilihat dalam Tabel V — 1 dan
Grafik V — 1. Sebagai perbandingan disadjikan harga-harga
untuk tahun-tahun sebelumnja.
Kalau diadakan perbandingan perkembangan harga beras
antara tahun-tahun 1970/71 dan 1971/72, maka harga rata-
rata beras selama musim panen 1971/72 dikota-kota Djakarta,
Bandung, Jogjakarta, Palembang dan Bandjarmasin adalah
lebih rendah dari musim panen tahun 1970/71, sedangkan harga
rata-rata beras dikota-kota Semarang, Surabaja, Medan dan
Makasar untuk tahun-tahun jang sama adalah lebih tinggi.
Harga rata-rata musim patjeklik tahun 1971/72 dikota-kota
Djakarta, Bandung, Semarang, Palembang, Medan dan Makasar
adalah lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnja.
Dari angka-angka Tabel V — 1 djelas sekali terlihat bahwa
selama tahun 1971/72 tidak terdapat harga rata-rata bulanan
jang lebih tinggi dari Rp. 50,— disembilan kota tersebut diatas,
sehingga dapat dikatakan bahwa usaha stabilisasi harga beras
di kesembilan kota .terpenting tersebut berhasil. Namun demi:-
kian perlu ditjatat bahwa harga-harga tersebut adalah harga
rata-rata bulanan sehingga mungkin sekali ada harga harian
jang lebih tinggi dari Rp. 50,— per kg.
Perkembangan harga dipasar-pasar pedesaan di Djawa dapat
dilihat pada Tabel V — 2 dan Grafik V — 3. Selandjutnja Tabel
V — 3 menundjukkan bahwa perbedaan harga rata-rata beras
dipasar pedesaan pada musim patjeklik dan musim panen untuk
tahun-tahun 1969/70, 1970/71 dan 1971/72 masing-masing ada-
lah sebesar 76%, 15% dan 19%. Variasi musiman untuk tahun
1971/72 ternjata lebih tinggi dari tahun sebelumnja.
Menurunnja harga rata-rata pada musim panen dengan
Rp. 1,25 per kg disajangkan karena mungkin mempengaruhi
harga-harga padi jang diterima petani.

152
TABEL V - 1
HARGA BERAS BULANAN DIBEBERAPA
KOTA TERPENTING, 1968 - 1972
(Rp. /kg)

Bandung

Palembang

Pandang Udjung-
Medan
Djakarta

Jogjakarta

Surabaja

Bandjar-
Semarang

masin
1968
Djanuari 71,49 56,75 48,11 42,94 47,57 81,06 37,23 20,18 22,82
Pebruari 73,85 72,95 56,99 49,16 51,38 75,95 36,38 34,25 26,35
M a r e t 65,68 61,49 51,29 43,27 50,36 78,87 36,53 30,00 30,82
A p r i l 53,55 48,61 39,35 34,07 37,80 45,07 46,60 41,94 37,45
Mei 50,60 48,41 40,00 36,29 39,58 38,47 58,30 42,49 40,27
D juni 50,39 49,81 46,25 39,93 46,50 42,53 50,75 62,50 41,80
Dju1 i 51,675 52,80 42,50 40,52 43,98 53,47 63,60 43,25 41,80
Agustus 49,96 48,52 41,50 37,29 41,32 63,77 64,17 30,15 35,17
September 54,94 46,275 35,50 34,46 42,00 57,25 66,00 24,50 27,80
Oktober 43,89 44,24 33,74 37,55 38,00 49,95 64,00 27,23 27,60
Nopember 44,02 43,35 34,00 37,67 36,23 46,80 51,70 25,31 24,99
Desember 42,69 42,03 35,13 29,67 39,53 44,35 25,00 25,36

153
154
155
GRAFIK V – 1
HARGA BERAS BULANAN DIBEBERAPA KOTA TERPENTING
1971 – 1972 (Djuni)

156
TABEL V - 2

HARGA BERAS BULANAN DIPASAR PEDESAAN


DI DJAWA
1969 - 1972 (Maret)
(Rp./kg.)

Bu1an 1969 1970 1971 1972

Djanuari 34,89 51,30 44,49 45,56

Pebruari 33,43 49,39 45,76 45,70

Maret 32,26 44,68 43,84 44,66

A pril 33,53 38,36 38,93

Mei 26,75 38,17 37,85

Djuni 27,36 38,14 36,82

Djuli 31,56 39,84 37,81

Agustus 36,61 41,01 38,16

September 42,23 42,02 38,89

Oktober 46,24 41,67 40,23

Nopember 48,34 42,54 41,41

December 50,09 43,29 42,11

157
Grafik V-2
HARGA BERAS BULANAN DIPASAR PEDESAAN DI DJAWA
1969 – 1972 (Maret)

158
TABEL V - - 3
PERBEDAAN HARGA RATA-RATA DIPASAR
PEDESAAN
DI DJAWA PADA MUSIM PANEN DAN PATJEKLIK,
1969/70 - 1971/72
(Rp./kg.).

1969/70 1970/71 1971/72

Harga Rata-rata Musim Panen

(Mei, Djuni, Djuli) 28,56 38,72 37,47

Harga Rata-rata Muslin Patjeklik


(Desember, Djanuari, Pebruari) 50,26 44,51 44,46

Perbedaan dalam % 76 % 15 % 19 %

15
9
Selandjutnja Tabel V — 4 memperlihatkan harga-harga padi
pada musim panen untuk tahun-tahun 1970/71 dan 1971/72 di
Djawa dan Sulawesi Selatan untuk beberapa djenis dan kwali-
tas padi. Djelas terlihat bahwa di Djawa Barat (untuk keempat
djenis padi) dan Sulawesi Selatan (untuk Bulu No. 1 dan No. 2)
harga-harga padi selama musim panen 1971/72, lebih rendah
dari pada harga-harga selama minim panen 1970/71. Namun
demikian untuk seluruh daerah harga-harga tersebut berada di-
atas harga minimum. Hal ini antara lain disebabkan karena Pe-
merintah meningkatkan pembelian beras dalam negeri dalam
rangka mempertahankan harga minimum seperti jang telah di-
uraikan dimuka.

Perkembangan djumlah beras jang dibeli Pemerintah dari


tahun ketahun dapat dilihat pada Tabel V — 6. Djelas sekali
bahwa djumlah jang dibeli meningkat terns. Dari pembelian-
pembelian tahun 1971/72, 46% berasal dari Djawa Timur, 24%
-dari Djawa Barat, 11% dari Sulawesi Selatan, 9% dari Djawa
Tengah, sedangkan sisanja tersebar dari daerah-daerah lain.
Pembelian-pembelian Pemerintah di Djawa Timur rupa-rupanja
tjukup besar untuk meningkatkan harga-harga padi didaerah
pedesaan di Djawa Timur, sedangkan pembelian-pembelian di
Djawa Barat kurang berhasil untuk mempertahankan harga-
harga padi didaerah pedesaan di Djawa Barat.
Harga-harga padi pada Tabel V — 4 adalah harga rata-rata
bulanan dan rata-rata untuk seluruh daerah, sehingga tidak
mentjerminkan harga padi sehari-hari jang diterima petani.
Dalam rangka usaha-usaha memperbaiki laporan-laporan me-
ngenai perkembangan harga-harga padi didesa, telah mulai di-
kumpulkan harga-harga pada, permulaan dan pertengahan tiap
bulan dikabupaten-kabupaten, ketjamatan-ketjamatan dan desa-
desa tertentu. Untuk Djawa Barat telah dikumpulkan data-data
tersebut untuk kabupaten Garut dan Tjirebon, di Djawa Tengah,
kabupaten Semarang dan Klaten, dan di Djawa Timur, kabupa-
ten Bondowoso dan Tuban. Dari tiap kabupaten dipilih dua ke-
tjamatan dan dari tiap ketjamatan dua desa.

160
TABEL V - 4
HARGA RATA-RATA PADI DIDAERAH PEDESAAN DALAM MUSIM PANEN
April s/d Djuli, 1970 dan 1971 (Rp./kg)

Djawa Djawa Djawa


Djenis Padi Tahun Sulawesi
Barat Tengah Timur

1970 22,12 19,24 16,69 18,58 a/


Bulu No. 1
1971 22,12 19,37 17,46 18,29
0% 0,7% 4,6% - 1,6%
Perubahan dalam %
Bulu No. 2 1970 20,56 17,87 15,42 16,00 b/
1971 19,56 18,13 16,25 14,88

Perubahan dalam % - 4,9% 1,4% 5,4% - 7,0%


Tjere No. 1 1970 19,42 17,28 15,94 13,50 c/
1971 18,03 17,48 16,55 16,00 b/

Perubahan dalam % - 7,2% 1,2% 3,7% 18,5%


Tjere No. 2 1970 17,95 16,10 14,86 - d/
1971 16,82 16,37 15,38 14,00 b/

Perubahan dalam % - 6,3% 1,7% 3,4%

TJATATAN :

a/ Harga untuk bulan-bulan Mei- Djuli.


b/ Harga untuk bulan Djuli sadja.
c/ Harga untuk bulan Djuni sadja.

d/ Tjatatan harga tidak tersedia.


161
Harga-harga path didesa-desa Djawa Barat dan Djawa Te-
ngah selama bulan-bulan Mei sampai dengan Djuli berada di-
atas harga minimum dengan harga tertinggi Rp. 25/kg dan
harga terendah Rp. 15,75 untuk Djawa Barat, sedangkan untuk
Djawa Tengah harga tertinggi adalah Rp. 18,20/kg sedangkan
harga terendah Rp. 15,30.
Untuk Djawa Timur, dari kedelapan desa harga-harga padi
di enam desa menundjukkan harga-harga dibawah harga mi-
nimum selama bulan-bulan Mei, Djuni, Djuli. Untuk kedua desa
lainnja harga-harga padi berkisar antara Rp. 13,—/kg dan
Rp. 13,70/kg selama pertengahan bulan Mei sampai dengan
pertengahan bulan Djuli.
Tjatatan-tjatatan harga tersebut diatas menundjukkan bah-
wa usaha-usaha mempertahankan harga minimum masih perlu
diperbaiki meskipun kemadjuan-kemadjuan telah tertjapai se-
lama dua tahun terachir ini.
Perbedaan harga beras antar daerah makin mengetjil djika
dibandingkan dengan tahun sebelumnja. Perkembangan per-
bedaan-perbedaan harga tersebut dapat dilihat pada Tabel,
V — 5.
Achirnja perlu dikemukakan bahwa perkembangan harga
beras jang relatif menggembirakan seperti jang terlihat dalam
Tabel V — 1 dan tabel-tabel lainnja disebabkan bukan sadja
karena bertambah baiknja perhubungan dan pengangkutan, te-
tapi djuga karena Pemerintah baik dalam tahun 1970/71
maupun dalam tahun 1971/72 dapat menguasai persediaan beras
jang tjukup besar baik jang berasal dari pembelian dalam nege-
ri maupun dari impor. Perkembangan pembelian beras dalam
negeri dan impor dapat dilihat pada Tabel V — 6. Djelas terli-
hat dalam Tabel tersebut bahwa untuk pertamakali sedjak 1968
dalam tahun 1971/72 impor beras adalah lebih ketjil daripada
pengadaan beras dalam negeri. Hal ini sesuai dengan harapan
Pemerintah.
Chusus mengenai impor beras tahun 1971/72 dilihat dari su-
dut sumbernja, keadaannja lebih menguntungkan bagi Indone-

162
TAB E L V - . 5
P E R B E D A A N H A R G A TE R TI N G GI D A N TE R E N D A H D E N GA N H A R G A R ATA- R ATA
D I B E B E R A PA K OTA TE R P E N TI N G, 15 6 8 - 1 91 2
(R p/ k g )

1962 1966 1968 7969 1970 1971


Pebuari M e i Oktober Pebruari M e i Oktober Pebruari M e iOktober Pebruari Mei October M e i Oktober Pebruari M e i Oktober

Djakarta 56,25 30,79 38,89 4,18 6,12 8,90 73,85 50,60 43,89 42,23 34,21 50,73 57,25 44,61 44,15 50,36 41,57 42,60
Bandung 52,13 34,31 38,50 1 3,67 4,81 8,30 72,95 48,41 44,24 38,66 34,06 55,00 53,34 42,70 44,00 48,25 4'.,50 41,47
Semarang 38,25 28,78 34,25 2,90 4,75 9,40 t 56,99 40,00 33,74 28,88 30,25 48,90 49,17 40,98 44,13 46,93 42,25 44,50
Jogjakarta - - - 2,35 4,10 7,50 49,16 30,29 37,55 30,10 27,25 45,50 46,73 37,17 39,26 44,87 36,00 4111,21
Su r a b a j a 25,39 22,16 30,00 2,80 2,90 9,00 51y33 39,58 38,00 32,75 26,25 43,25 47,53 35,29 39,63 41,50 37,38 42,37
Pal e m b a n g 80,00 65,00 60,31 2,90 4,80 7,50 75,95 38,47 49,95 53,19 44,68 42,10 400,87 65,00 47,00 49,87 47,00 42,25
Medan 31,85 52,58 120,53 1,54 3,30 72,50 36,3E 58,30 64,00 3
33,91 34,00 41,90 34,75 41,63 53, 1 3 53,70 46,41 45,12
Bandjarmasin 24,96 60,10 32,24 3,65 5,30 4,40 34,25 42,49 27,23! 44,31 45,00 42,28 53,00 0,25 31,25 43,05 37,50 35,58
Makasar 23,93 25,11 30,24 3,44 3,44 4,65 26,35 40,27 27,60 25,47 32,61 34,63 43,75 39,13 ' 39,50 i 42,62 41,06 41,00
Harga Rata2 41,59 39,85 46,87 3,05 4,39 8,01 53,03 43,82 4 0 , 6 9 36,61 34,26 44,92 48,35 43,54 42,71 46,79 41,18 1,79
Perbedaan Harga tertinggi dan
I
Harga Rata2 dalam % 92% 63% 157% 37% 39% 56% 43% 33% 57% 45% 31% 22% 18% 38% 24% 15% 14% 8-45
Perbedaan Margo terendah dan
Harga Rata2 dalam % -42% -44% -36% -50% -34% -46% -50% -17% -33% -30% -23% -23% -23% -19% 27% 13% 13% -14%
D j um la h perbedaan setjara
Absolut dalam % 134% 107% 193% 87% 73% 102% 93% 50% 90% 75% 54% 45% 41% 57% 51% 28% 27% 22%

Rata2 8 1 0 . 1 6 perbedaan 145% 87% 78% 58% 50% 27,5%

163
TABEL V — 6
PEMBELIAN BERAS DALAM NEGERI DAN
IMPOR BERAS, 1968/69 — 1971/72
(dalam ribuan ton)

1968/69 1969/70 1970/71 1971/72

Pembelian Beras
Dalam Negeri 208 493 549

Impor Beras: 730 796 764 524

Bantuan Pangan (290) (368) (635) (484)

Komersil (432) (428) (129) ( 40)

TABEL V — 7
IMPOR TEPUNG TERIGU, 1965 — 1971
(dalam ribuan ton)

Tahun Komersiil Bantuan Pangan Djumlah

1965 32 32

1966 45 45
1967 147 147

1968 321 46 367

1969 86 261 347

1970 504 504

1971 229 229

164
sia karena sebagian besar dari djumlah impor tersebut berasal
dari bantuan luar negeri (softloan dan grant). Dari djumlah
impor sebanjak 524 ribu ton, hanja kurang lebih 40 ribu ton
atau 7,6% sadja jang berasal dari impor komersiil. Sebagai
perbandingan, djumlah impor komersiil untuk tahun-tahun
1968/69, 1969/70 dan 1970/71 masing-masing adalah sebesar
60%, 54% dan 17%.
Dengan berhasilnja kebidjaksanaan Pemerintah untuk lebih
banjak mengimpor beras melalui bantuan luar negeri maka
berdjuta-djuta dollar devisa dapat digunakan untuk mengimpor
barang-barang lain jang diperlukan bagi pembangunan. Disam-
ping itu nilai lawan bantuan pangan jang berdjumlah bermiljar-
miljar rupiah masuk ke Kas Negara dan digunakan untuk
berbagai usaha pembangunan.
Meskipun produksi beras meningkat dengan pesatnja namun
impor beras masih diperlukan djuga (dengan djumlah jang ma-
kin lama makin berkurang). Hal ini disebabkan karena kon-
sumsi meningkat dengan tjepat sebagai akibat dari meningkat-
nja pendapatan per kapita dan djumlah penduduk. Disamping
itu kemantapan harga-harga beras djuga dapat meningkatkan
konsumsi beras. Karena itu usaha-usaha peningkatan produksi
beras akan terus dipergiat. Bahan makanan lain jang banjak
membantu dalam memantapkan harga-harga beras ialah tepung
terigu. Sebagaimana diketahui tepung terigu berasal dari impor.
Perkembangan impor tepung terigu selama 7 tahun terachir
dapat dilihat pada Tabel V — 7 dan Grafik V — 3.
Dari tabel tersebut djelas terlihat bahwa sedjak tahun 1966
impor tepung terigu meningkat dengan tjepat sekali sehingga
pada tahun 1970 djumlah jang diimpor adalah 16 kali djumlah
impor tahun 1965. Namun dalam tahun 1971 terlihat bahwa
impor tepung terigu menurun dengan djumlah jang tjukup be-
sar. Menurunnja impor tepung terigu dalam tahun 1971 seperti
jang terlihat pada Tabel V — 7 disebabkan karena masih ter-
dapatnja sisa persediaan dari tahun sebelumnja dan belum ter-
hitungnja impor gandum dalam tahun itu. Impor gandum dalam

166
tahun 1971 adalah sebesar 120.257 ton jang equivalent dengan
86.585 ton tepung terigu berdasarkan prosentase konversi sebe-
sar 72%. Dalam hubungan ini maka sedjak September 1971
telah dibuka tiga pabrik tepung terigu di Indonesia, jaitu ma-
sing-masing di Djakarta, Surabaja, dan Udjung Pandang. Tiga
pabrik ini diharapkan mendjadi sumber persediaan tepung teri-
gu di Indonesia.
Persediaan tepung terigu dalam djumlah-djumlah jang tjukup
besar akan mempunjai pengaruh terhadap permintaan beras
karena tepung terigu sedikit banjak merupakan substitusi untuk
beras.

167

Anda mungkin juga menyukai