Anda di halaman 1dari 4

D A K W A H

“BERBAKTI KEPADA GURU DAN ORANG TUA”

OLEH:
NURFARADILA YAHYA
KELAS: XI MIPA 4
NIS : 4597

GAMBAR MUAMALAH
Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib
berbakti kepada kedua orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah
gugur bila seseorang telah berkeluarga. Namun sangat
disayangkan, betapa banyak orang yang sudah berkeluarga lalu
mereka meninggalkan kewajiban ini. Mengingat pentingnya
masalah berbakti kepada kedua orang tua, maka masalah ini
perlu dikaji secara khusus.

Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla


melalui orang tua adalah birrul walidain. Birrul walidain
(berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu
masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah
memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla
memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya.

Seperti tersurat dalam surat al-Israa’ ayat 23-24, Allah Ta’ala


berfirman:

‫ف‬‫ساننا إكنما ميلبل أمغنن كعلنمدمك اللككمبمر أممحأدأهمما أملو ككملأهمما مفمل متقألل لمأهمما أ أ ف‬
‫ضىى مرببمك أمنل متلعأبأدوا إكنل إكنياهأ موكباللموالكمدليكن إكلح م‬
‫مومق م‬
‫صكغينرا‬ ‫ب الرمحلمأهمما مكمما مرنبمياكني م‬ ‫ض لمأهمما مجمنامح البذل ب كممن النرلحممكة موقألل مر ب‬ ‫مومل متلنمهلرأهمما موقألل لمأهمما مقلونل مككرينما موالخفك ل‬

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan


beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat
baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada
keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-
Israa’ : 23-24]
Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa’
ayat 36:

‫ساككيكن مواللمجاكر كذي اللقألرمبىى‬‫ساننا موكبكذي اللقألرمبىى مواللميمتاممىى مواللمم م‬


‫شلينئا موكباللموالكمدليكن إكلح م‬ ‫ا مومل أت ل‬
‫شكرأكوا كبكه م‬ ‫موالعأبأدوا ن م‬
‫ب مملن مكامن أملخمتانل مفأخونرا‬ ‫ا مل أيكح ب‬ ‫سكبيكل مومما ممملمكلت أمليمماأنأكلم إكنن ن م‬‫ب موالبكن ال ن‬ ‫ب كباللمجلن ك‬‫صاكح ك‬
‫ب موال ن‬‫مواللمجاكر اللأجأن ك‬

“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu


mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat
baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh,
teman sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya yang kamu
miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membanggakan diri.” [An-Nisaa’ : 36]

Dalam surat al-‘Ankabuut ayat 8, tercantum larangan mematuhi


orang tua yang kafir jika mereka mengajak kepada kekafiran:

‫س ملمك كبكه كعللمم مفمل أتكطلعأهمما إكملني مملركجأعأكلم مفأ أمنببأئأكلم‬


‫شكرمك كبي مما مللي م‬ ‫صليمنا اللكلن م‬
‫سامن كبموالكمدليكه أحلسننا موإكلن مجامهمدامك لكأت ل‬ ‫مومو ن‬
‫كبمما أكلنأتلم متلعممألومن‬

“Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan


kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau
tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau
patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan
akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
[Al-‘Ankabuut (29): 8] Lihat juga surat Luqman ayat 14-15.

ANJURAN BERBUAT KEPADA KEDUA ORANG TUA BAIK DAN


LARANGAN DURHAKA KEPADA KEDUANYA
Yang dimaksud ihsan dalam pembahasan ini adalah berbakti
kepada kedua orang tua, yaitu menyampaikan setiap kebaikan
kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan
mencegah gangguan kepada keduanya. Menurut Ibnu ‘Athiyah,
kita juga wajib mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah
(yang diperbolehkan syari’at), dan harus mengikuti apa-apa
yang diperintahkan keduanya dan menjauhi apa-apa yang
dilarang (selama tidak melanggar batasan-batasan Allah ‘Azza
wa Jalla).

Sedangkan ‘uququl walidain adalah gangguan yang ditimbulkan


seorang anak terhadap keduanya, baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Contoh gangguan berupa perkataan, yaitu
mengucapkan “ah” atau “cis”, berkata dengan kalimat yang
keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci maki dan
lain-lain. Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku
kasar, seperti memukul dengan tangan atau kaki bila orang tua
menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi
keinginannya, membenci, tidak mempedulikan, tidak
bersilaturrahim, atau tidak memberi nafkah kepada kedua
orang tuanya

Anda mungkin juga menyukai