Askep Aids
Askep Aids
DAN ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN
AIDS
25/08/2009
Nu_groz Computer [www.trinoval.web.id]
Trinoval Yanto Nugroho, S.Kep
B. Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo (1996), penyebab dari AIDS adalah suatu agen
viral (HIV) dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan
oleh darah melalui hubungan seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat
terhadap limfosit T yang berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia.
HIV merupakan Retrovirus yang menggunakan RNA sebagai genom. HIV
mempunyai kemampuan mengcopy cetakan materi genetic dirinya ke dalam
materi genetic sel-sel yang ditumpanginya.
Sedangkan menurut Long (1996) penyebab AIDS adalah Retrovirus yang
telah terisolasi cairan tubuh orang yang sudah terinfeksi yaitu darah semen,
www.trinoval.web.id Halaman 2
sekresi vagina, ludah, air mata, air susu ibu (ASI), cairan otak (cerebrospinal
fluid), cairan amnion, dan urin. Darah, semen, sekresi vagina dan ASI merupakan
sarana transmisi HIV yang menimbulkan AIDS.
Cairan transmisi HIV yaitu melalui hubungan darah (transfusi
darah/komponen darah jarum suntik yang di pakai bersama sama tusuk jarum)
seksual (homo bisek/heteroseksual) perinatal (intra plasenta dan dari ASI)
Empat populasi utama pada kelompok usia pediatrik yang terkena HIV :
1. Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang terinfeksi
(disebut juga transmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus
AIDS pada anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun.
2. Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan
hemofilia).
3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku risiko tinggi.
4. Bayi yang mendapat ASI (terutama di negara-negara berkembang)
C. Patofisiologi
Penyebab dari AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
termasuk dalam famili retrovirus. Virus HIV melekat dan memasuki limfosit T
helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik
lain dan akan mengalami destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini, yang
memperkuat dan mengulang respons imunologik, dan bila sel-sel tersebut
berkurang dan rusak, maka fungsi imunologik lain terganggu.
HIV merupakan retrovirus yang membawa informasi genetic RANA. Pada
saat virus HIV masuk dalam tubuh virus akan menginfeksi sel yang mempunyai
antigen CD4+ (Sel T pembantu, helper T cell). Sekali virus masuk ke dalam sel,
virus akan membuka lapisan protein sel dan menggunakan enzim Reserve
transcriptase untuk mengubah RNA. DNA virus akan terintergrasi dalam sel
DNA host dan akan mengadakan duplikasi selama proses normal pembelahan.
Dengan memasuki limfosit T4, virus memaksa limfosit T4 untuk
memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menyebabkan kematian limfosit T4.
kematian limfosit T4 membuat daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah
terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal itu
menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV/AIDS. Selain menyerang
limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain. Organ yang paling
sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. Virus AIDS diliputi oleh
suatu protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap sel. Khususnya
www.trinoval.web.id Halaman 3
sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat mengakibatkan
kematian sel otak.
Sel CD4+ (Sel T pembantu / helper T cell) sangat berperan penting dalam
fungsi system immune normal, mengenai antigen dan sel yang terinfeksi, dan
mengaktifkan sel B untuk memproduksi antibody. Juga dalam aktivitas langsung
pada cell-mediated cell immune (immune sel bermedia) dan mempengaruhi
aktivitas langsung pada sel kongetitis duplikasi.
Menurut Long (1996) retrovirus /HIV dibawa oleh hubungan seksual,
tranfusi darah dan oleh ibu yang terkena infeksi ke fetus. Pada saat virus HIV
masuk ke dalam aliran darha maka HIV mencari sel T4 dan pembantu sel virus
melekat pada isyarat dari T4 dan masuk ke dalam sel dan mengarahkan
metabolisme agar mengabaikan fungsi normal (kematian sel T4) dan
memperbanyak dari HIV. HIV baru menempel kepada sel T4 dan
menghancurkannya. Hal ini terjadi berulang-ulang kemudian terjadi sebagai
berikut :
1. Infeksi Akut
Terjadi infeksi imun yang aktif terhadap masuknya HIV ke dalam darah. HIV
masih negatif. Gejala lainnya seperti demam, mual, muntah, berkeringat
malam, batuk, nyeri saat menelan dan faringgitis.
2. Infeksi kronik
Terjadi bertahun-tahun dan tidak ada gejala (asimtomatik), terjadi refleksi
lambat pada sel-sel tertentu dan laten pada sel-sel lainnya.
3. Pembengkakan kelenjar limfe
Gejala menunjukkan hiperaktivitas sel limfosit B dalam kelenjar limfe dapat
persisten selama bertahun-tahun dan pasien tetap merasa sehat. Pada masa ini
terjadi progresi terhadap dari adanya hiperplasia folikel dalam kelenjar limfe
sampai dengan timbulnya involusi dengan tubuh untuk menghancurkan sel
dendritik pada otak juga sering terjadi, pembesaran kelenjar limfa sampai dua
tahun atau lebih dari nodus limfa pada daerah inguinal selama tiga bulan atau
lebih. HIV banyak berkonsentrasi pada liquor serebrospinal.
4. Penyakit lain akan timbul antara lain :
a. Penyakit kontitusional
Gejala dengan keluhan yang disebakan oleh hal-hal yang tidak langsung
berhubungan dengan HIV seperti diare, demam lebih dari 1 bulan,
berkeringat malam, terasa lelah yang berlebih, berat badan yang menurun
sampe dengan 10% yang mengindikasikan AIDS (slim disease)
www.trinoval.web.id Halaman 4
b. Gejala langsung akibat HIV/Kompleks Demensia AIDS (AIDS demensia
complex)
Muncul penyakit-penyakit yang menyerang sistem syaraf antara lain
mielopati, neuropati perifer, penyakit susunan syaraf otak, kehilangan
memori secara fluktoatik, bingung, kesulitan konsentrasi, apatis dan
terbatasnya kecepatan motorik. Demensia penuh dengan adanya gangguan
kognitif, verbalisasi, kemampuan motorik, penyakit kontitusional.
c. Infeksi akibat penyakit yang di sebabkan parasit : pneumonia carinii
protozoa (PCP), cryptosporidictis (etero colitis), toxoplasmosis (CNS
dissemminated desease), dan isoporiasis (coccodiosis), bakteri (infeksi
mikrobakteri, bakteriemi, salmonella, tubercullosis), virus sitomegelovirus
: hati, retinaparu-paru, kolon; herpes simplek) dan fungus (candidiasis
pada oral, esofagus, intestinum)
d. Kanker sekunder
Muncul penyakit seperti sarcoma kaposi.
e. Penyakit lain
Infeksi sekunder atau neoplasma lain yang berakibat pada kematian
dimana sistem imunitas tubuh sudah pada batas minimal atau mugkin
habis sehingga HIV menguasai tubuh.
D. Manifesasi Klinis
Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6
bulan-10 tahun. Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60
bulan/5tahun pada orang dewasa. Tanda-tanda yang di temui pada penderita AIDS
antara lain:
1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah
virus masuk ke dalam tubuh: sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu
badan 38 C sampai 40 C dengan pembesaran kelenjar getah benih di leher dan di
ketiak, disertai dengan timbulnya bercak kemerahan pada kulit.
2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5
tahun setelah infeksi, dapat muncul gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati
kronis yaitu pembesaran getah bening yang terus membesar lebih luas misalnya di
leher, ketiak dan lipat paha. Kemudian sering keluar keringat malam tanpa
penyebab yang jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas, penurunan berat badan
sampai kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercak-bercak di kulit,
timbul tukak (ulceration), perdarahan, sesak nafas, kelumpuhan, gangguan
www.trinoval.web.id Halaman 5
penglihatan, kejiwaan terganggu. Gejala ini di indikasi adanya kerusakan sistem
kekebalan tubuh.
3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan
tubuhnya rusak akan menderita AIDS. Pada tahap ini penderita sering di serang
penyakit berbahaya seperti kelainan otak, meningitis, kanker kulit, luka bertukak,
infeksi yang menyebar, tuberkulosis paru (TBC), diare kronik, candidiasis mulut
dan pnemonia.
Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada
masa perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2
tahun pertama kehidupan. Manifestasi klinisnya antara lain :
1. Berat badan lahir rendah
2. Gagal tumbuh
3. limfadenopati umum
4. Hepatosplenomegali
5. Sinusitis
6. Infeksi saluran pernapasan atas berulang
7. Parotitis
8. Diare kronik atau kambuhan
9. Infeksi bakteri dan virus kambuhan
10. Infeksi virus Epstein-Barr persisten
11. Sariawan orofarings
12. Trombositopenia
13. Infeksi bakteri seperti meningitis
14. Pneumonia interstisial kronik
Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang
memanifestasikan dirinya sebagai ensefalopati progresif, perkembangan yang
terhambat, atau hilangnya perkembangan motoris.
E. Komplikasi
1. Pneumonia Pneumocystis carinii (PPC)
2. Pneumonia interstitial limfoid
3. Tuberkulosis (TB)
4. Virus sinsitial pernapasan
5. Candidiasis esophagus
6. Limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening)
7. Diare kronik
www.trinoval.web.id Halaman 6
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium menurut Mansjoer (2000), dapat dilakukan dengan
dua cara :
a. Cara langsung yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan
menggunakan microskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu
cara deteksi antigen virus adalah dengan polymerase chain reaction
(PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk ;
1) Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi
sehingga menghambat pemeriksaan serologis.
2) Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif
3) Tes pada kelompok rasio tinggi sebelum terjadi sero konversi
4) Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk rendah.
b. Cara tidak langsung yaitu dengan melihat respon zat anti spesifik tes,
misalnya :
1) ELISA, sensitivitas tinggi (98,1-100%), biasanya memberikan hasil
positif 2-3 buah sesudah infeksi. Hasil positif harus di konfirmasi
dengan pemeriksaan Western Blot.
2) Western Blot, spsifitas tinggi (99,6-100%). Namun, pemeriksaan ini
cukup sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak
diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.
3) Imonofivoresceni assay (IFA)
4) Radio Imuno praecipitation assay (RIPA)
2. Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa dan melacak virus HIV
a. Status imun
1) Tes fungsi sel CD4
2) Sel T4 mengalami penurunan kemampuan untuk reaksi terhadap
antigen
3) Kadar imunoglobutin meningkat
4) Hitung sel darah putih normal hingga menurun
5) Rasio CD4 : CD8 menurun
3. Complete Blood Covnt (CBC)
Dilakukan untuk mendeteks adanya anemia, leukopenia dan
thrombocytopenia yang sering muncul pada HIV.
4. CD4 cell count
Tes yang paling banyak digunakan untuk memonitor perkembangan penyakit
dan terapi yang akan dilakukan.
www.trinoval.web.id Halaman 7
5. Blood Culture
6. Immune Complek Dissociaced P24 Assay
Untuk memonitor perkembangan penyakit dan aktivitas medikasi antivirus.
7. Tes lain yang biasa dilakukan sesuai dengan manifestasi klinik baik yang
general atau spesifik antara lain :
a. Tuberkulin skin testing
Mendeteksi kemungkinan adanya infeksi TBC.
b. Magnetik resonance imaging (MRI)
Mendeteksi adanya lymphoma pada otak
c. Spesifik culture dan serology examination (uji kultur spesifik dan scrologi)
d. Pap smear setiap 6 bulan
Mendeteksi dini adanya kanker rahim.
Mendiagnosisi infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV tidak
mudah. Dengan menggunakan gabungan dari tes-tes di atas, diagnosis dapat
ditetapkan pada kebanyakan anak yang terinfeksi sebelum berusia 6 bulan.
Temuan laboratorium ini umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak
yang terinfeksi HIV :
1. Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut
2. Penurunan persentase CD4
3. Penurunan rasio CD4 terhadap CD3
4. Limfopenia
5. Anemia, trombositopenia
6. Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM)
7. Penurunan respons terhadap tes kulit (Candida albicans, tetanus)
8. Respons buruk terhadap vaksin yang didapat (difteria, tetanus, morbilli,
Haemophilus influenzae tipe B)
Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, yang berusia kurang dari 18 bulan
dan yang menunjukkan uji positif untuk sekurang-kurangnya dua determinasi
terpisah dari kultur HIV, reaksi rantai polimerase-HIV, atau antigen HIV, maka ia
dapat dikatakan “terinfeksi HIV”. Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, berusia
kurang dari 18bulan, dan tidak positif terhadap ketiga uji tersebut dikatakan
“terpajan pada masa perinatal”. Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV, yang
ternyata antibodi-HIV negatif dan tidak ada bukti laboratorium lain yang
menunjukkan bahwa ia terinfeksi HIV maka ia dikatakan “seroreverter”
www.trinoval.web.id Halaman 8
G. Penatalaksanaan
Hingga kini belum ada penyembuhan untuk infeksi HIV dan AIDS.
Penatalaksanaan AIDS dimulai dengan evaluasi staging untuk menentukan
perkembangan penyakit dan pengobatan yang sesuai. Anak dikategorikan
menggunakan tiga parameter: status kekebalan, status infeksi, dan status klinik.
Seorang anak dengan tanda dan gejala ringan tetapi tanpa bukti adanya supresi
imun dikategorikan sebagai A2. status imun didasarkan pada jumlah CD4 atau
persentase CD4, yang tergantung usia anak.
Kategorisasi Anak Infeksi HIV dan AIDS
Keterangan :
Kategori Klinis HIV
1. Kategori N : Tidak bergejala
Anak-anak tanpa tanda atau gejala infeksi HIV
2. Kategori A: Gejala ringan
Anak-anak mengalami dua atau lebih gejala berikut ini:
1). Limfadenopati
2). Hepatomegali
3). Splenomegali
4). Dermatitis
5). Parotitis
6). Infeksi saluran pernapasan atas yang kambuhan/persisten,
sinusitis, atau otitis media.
3. Kategori B: Gejala sedang
Anak-anak dengan kondisi simtomatik karena infeksi HIV atau menunjukkan
kekurangan kekebalan karena infeksi HIV: contoh dari kondisi-kondisi
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Anemia, neutropenia, trombositopenia selama > 30 hari
b. Meningitis bakterial, pneumonia, atau sepsis
www.trinoval.web.id Halaman 9
c. Sariawan persisten selama lebih dari 2 bulan pada anak di atas 6 bulan
d. Kardiomiopati
e. Infeksi sitomegalovirus dengan awitan sebelum berusia 1 bulan
f. Diare, kambuhan atau kronik
g. Hepatitis
h. Stomatitis herpes, kambuhan
i. Bronkitis, pneumonitis, atau esofagitis HSV dengan awitan sebelum berusia
1 bulan.
j. Herpes zoster, dua atau lebih episode
k. Leiosarkoma
l. Penumonia interstisial limfoid atau kompleks hiperplasia limfoid pulmoner
(LIP/PLH)
m. Varisela zoster persisten
n. Demam persisten > 1 bulan
o. Toksoplasmosis awitan sebelum berusia 1 bulan
p. Varisela, diseminata (cacar air berkomplikasi)
4. Kategori C : Gejala Hebat
Anak dengan kondisi berikut ini:
a. Infeksi bakterial multipel atau kambuhan
b. Kandidiasis pada trakea, bronki, paru, atau esofagus
c. Koksidioidomikosis, diseminata atau ekstrapulinoner
d. Kriptosporodisis, intestinal kronik
e. Penyakit, sitomegalovirus (selain hati, limpa, nodus), dimulai pada umur >
1 bulan.
f. Retinitis sitomegalovirus (dengan kehilangan penglihatan)
g. Ensefalopati HIV
h. Ulkus herpes simpleks kronik (durasi > 1 bulan) atau pneumonitis atau
esofatis, awitan saat berusia > 1 bulan.
i. Histoplasmosis diseminata atau ekstrapulmoner
j. Isosporiasis, intestinal kronik (durasi > 1 bulan)
k. Sarkoma Kaposi
l. Limfoma, primer di otak
m.Limfoma (sarkoma Burkitt atau sarkoma imunoblastik)
n. Kompleks Mycobacterium ovium atau mycobacterium kansasii, diseminata
atau ekstrapulmoner.
o. Penumonia Pneumocystis carinii
www.trinoval.web.id Halaman 10
p. Leukoensefalopati multifokal progresif
q. Septikemia salmonela, kambuhan
r. Toksoplasmosis pada otak, awitan saat berumur >1 bulan.
s. Wasting syndrome karena HIV
Selain mengendalikan perkembangan penyakit, pengobatan ditujukan
terhadap mencegah dan menangani infeksi oportunistik seperti kandidiasis dan
penumonia interstisial.
Azidotimidin (zidovudin), videks, dan zalcitabin (dcc) adalah obat-obatan
untuk infeksi HIV dengan jumlah CD4 rendah. Videks dan ddc kurang bermanfaat
untuk penyakit sistem saraf pusat Trimetoprim sulfametoksazol (Septra, Bactrim)
dan pentamadin digunakan untuk pengobatan dan profilaksis pneumonia cariini
Pneumocystis (PCP). Pemberian imunoglobulin secara intravena setiap bulan
sekali berguna untuk mencegah infeksi bakteri berat pada anak, selain untuk
hipogamaglobulinemia.
Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV. Sebagai ganti
vaksin poliovirus oral (OPV), anak-anak diberi vaksin virus polio yang tidak aktif
(IPV).
Memulihkan sistem imun.
1. Obat-obat yang telah dicoba dipakai adalah imunomodulator, seperti
isoprenosino, interferon (alfa dan gamma), interleukin 2. Namun, sampai
sekarang belum memberikan hasil seperti yang diharapkan.
2. Transfusi limfosit dan transplantasi sumsum tulang.
Memberantas virusnya.
Salah satu cara untuk memutuskan rantai pembiakan virus AIDS adalah dengan
“inhibiton reserve transcriptace” dengan obat suramin untuk menghambat efek
sitopatis virus terhadap sel limposit-T helper, namun obat ini sangat toksik.
Menurut Long (1996) perawatan diri pasien dengan AIDS adalah :
1. Upaya preventif meliputi :
a. Penyuluhan kesehatan pada kelompok yang beresiko terkena AIDS.
b. Anjuran bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk tidak menyumbangkan
darah, organ atau cairan semen.
c. Modifikasi tingkah laku dengan :
1). Membantu mereka agar bisa merubah perilaku resiko tinggi menjadi
perilaku yang beresiko atau yang kurang beresiko dengan mengubah
kebiasaan seksual guna mencegah terjadinya penularan.
www.trinoval.web.id Halaman 11
2). Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan tubuh dengan baik yaitu dengan asupan nutrisi dan
vitamin yang cukup.
3). Pandangan hidup yang positif
4). Memberikan dukungan psikologis dan sosial
d. Skrining darah donor terhadap adanya antibody HIV
2. Edukasi yang bertujuan :
a. Mendidik pasien dan keluarganya tentang bagaimana menghadapi
kenyataan hidup bersama AIDS, kemungkinan didiskriminasikan dari
masyarakat sekitar, bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau
masyarakat lain.
b. Pendidikan bagaimana cara hidup sehat, dengan mengatur diet, asupan
nutrisi dan vitamin yang cukup, menghindari kebiasaan.
H. Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah penyebaran penyakit AIDS, adalah :
1. Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS
2. Mencegah hubungan seksual dengan partner banyak atau dengan orang yang
mempunyai banyak partner
3. Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotik yang menggunakan
obat suntik.
4. Orang-orang dari kelompok resiko tinggi dicegah menjadi donor darah.
5. Pemberian transfusi darah hanya untuk pasien-pasien yang benar-benar perlu
6. Pada setiap suntikan harus terjamin sterilitas atau suntiknya
7. Penularan pada bayi dan anak dapat terjadi pada waktu hamil, melahirkan
maupun postpartum, maka sebaiknya wanita dengan resiko tinggi AIDS
jangan hamil dan jangan melahirkan.
PATHWAY
www.trinoval.web.id Halaman 12
HIV
Menginfeksi limfosit
Imun Menurun
BB menurun
Hipertermi Resiko Kehilangan
volume cairan Cemas
kerusakan Ketidak
integritas aktif Kelemahan fisik seimbangan
kulit nutrisi kurang Kurang
dari pengetahuan
Kekurangan kebutuhan
volume Intoleransi
tubuh
cairan aktivitas
Pneumonitis Perubahan
Sumber : Nanda, 2006 interstitial proses
keluarga
Cecily L. Betz, 2002 Dipsneu
Pola nafas
tidak efektif
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
www.trinoval.web.id Halaman 13
1. Data Subjektif, mencakup:
a. Pengetahuan klien tentang AIDS
b. Data nutrisi, seperti masalah cara makan, BB turun
c. Dispneu (serangan)
d. Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik, lamanya)
2. Data Objektif, meliputi:
a. Kulit, lesi, integritas terganggu
b. Bunyi nafas
c. Kondisi mulut dan genetalia
d. BAB (frekuensi dan karakternya)
e. Gejala cemas
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran TTV
b. Pengkajian Kardiovaskuler
c. Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal
jantung kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
d. Pengkajian Respiratori
e. Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia,
nyeri dada, napas pendek waktu istirahat, gagal napas.
f. Pengkajian Neurologik
g. Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot,
kejang-kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran,
delirium, meningitis, keterlambatan perkembangan.
h. Pengkajian Gastrointestinal
i. Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan,
bercak putih kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis
esophagus, candidisiasis mulut, selaput lender kering, pembesaran hati,
mual, muntah, colitis akibat diare kronis, pembesaran limfa.
j. Pengkajain Renal
k. Pengkajaian Muskuloskeletal
l. Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)
m. Pengkajian Hematologik
n. Pengkajian Endokrin
4. Kaji status nutrisi
5. Kaji adanya infeksi oportunistik
6. Kaji adanya pengetahuan tentang penularan
www.trinoval.web.id Halaman 14
Uji Laboratorium dan Diagnostik
1. ELISA : Enzyme-linked immunosorbent assay (uji awal yang umum) untuk
mendeteksi antibody terhadap antigen HIV(umumnya dipakai untuk skrining
HIV pada individu yang berusia lebih dari 2 tahun).
2. Western blot (uji konfirmasi yang umum) untuk mendeteksi adanya antibodi
terhadap beberapa protein spesifik HIV.
3. Kultur HIV untuk memastikan diagnosis pada bayi.
4. Reaksi rantai polimerase (Polymerase chain reaction)/PCR untuk mendeteksi
asam deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji langsung ini bermanfaat untuk
mendiagnosis HIV pada bayi dan anak).
5. Uji antigen HIV untuk mendeteksi antigen HIV.
6. HIV, IgA, IgM untuk mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi (secara
eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi).
Temuan laboratorium yang terdapat pada bayi dan anak yang terinfeksi HIV :
1. Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut
2. Penurunan persentase CD4
3. Penurunan rasio CD4 terhadap CD8
4. Limfopenia
5. Anemia, trombositopenia
6. Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM)
7. Penurunan respons terhadap tes kulit (Candida albicans, tetanus)
8. Respons buruk terhadap vaksin yang didapat (difteria, tetanus, morbili,
Haemophilus influenzae tipe B)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun
2. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan imun
3. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air besar
sering (diare)
7. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
9. Cemas berhubungan dengan perubahan staus kesehatan
www.trinoval.web.id Halaman 15
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita
penyakit serius
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
C. INTERVENSI
1. Diagnosa 1 : Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak
terjadi infeksi
NOC : immune status
Kriterias hasil :
a. Status gastrointestinal normal
b. Status respirasi norml
c. Status BB normal
d. Status integritas kulit normal
e. Tidak menunjukan kelemahan
f. Menunjukan kekebalan tubuh
Skala penilaian :
1 = Extreme
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak kompromi
NIC : imunisation / vaccination administration
Intervensi :
a. Ajarkan orang tua untuk mengikuti jadwal administerasi
b. Ajarkan individu keluarga untuk melakukan vaksinasi seperti kolera,
influenza, rabies, demam typoid, typus, TBC
c. Sediakan informasi mengenai imunisasi
d. Pantau pasien setelah mendapat imunisasi
e. Identifikasi kontraindikasi dari imunisasi seperi panas.
www.trinoval.web.id Halaman 16
NOC : pertumbuhan
Kriteria hasil:
a. Berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan
b. Turgor kulit baik
c. Tanda-tanda vital baik
Skala penilaian:
1 = Tidak ada penyimpangan dari yang diharapkan
2 = Penyimpangan ringan
3 = Penyimpangan sedang
4 = Penyimpangan berat
5 = Extrim
www.trinoval.web.id Halaman 17
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC : fluid management
Intervensi :
a. Timbang popok jika diperlukan
b. Pertahankan intake dan output
c. Monitor status hidrasi
d. Monitor vital sign
e. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
www.trinoval.web.id Halaman 18
a. Monitor TD, nadi, suhu dan dan RR
b. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
c. Monitor suhu warna dan kelembaban kulit
www.trinoval.web.id Halaman 19
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kulit anak
tetap bersih, utuh dan bebas iritasi
NOC : Tissue integrity
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature
dan pigmentasi )
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Mampu melindungi kulit
e. Mampu mempertahankan kelembaban kulit
Skala penilaian :
1 = Selalu
2 = Sering
3 = Kadang-kadang
4 = Jarang
5 = Tidak pernah
NIC : Exercise Therapy
a. Inspeksi permukaan kulit secara teratur untuk adanya tanda-tanda iritasi
kemerahan
b. Lindungi permukaan kulit yang bergesekan
c. Masase kulit dengan lembut menggunakan lotion di area yang iritasi
www.trinoval.web.id Halaman 20
Intervensi :
a. Pantau suhu minimal setiap 2 jam, sesuai dengan kebutuhan
b. Pantau warna kulit dan suhu
c. Ajarkan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali
secara dini hipertermia
d. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi klien dengan hanya selembar
pakaian
e. Berikan cairan intravena
www.trinoval.web.id Halaman 21
b. Mengurangi penyebab cemas
c. Penurunan rangsang lingkungan ketika cemas
d. Memberikan informasi untuk mengurangi cemas
e. Melaporkan penurunan cemas
f. Melaporkan keadekuaan tidur
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC : penurunan cemas
1. Gunakan pendekatan yang menangkan
2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
3. Pahami persepsi pasien terhadap stress
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi keemasan
5. Identifikasi tingkat kecemasan
6. Dorong untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan
www.trinoval.web.id Halaman 22
Intervensi :
a. Yakinkan keluarga bahwa pasien akan diberi perawatan terbaik
b. Hargai reaksi pasien terhadap kondisi pasien
c. Berikan timbal balik atas koping keluarga
d. Terangkan menhenai rencana medis dan perawatan pasien terhadap keluarga
e. Berikan informasi tentang perkembangan pasien sesuai dengan kondisi
D. EVALUASI
1. Dx 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun
a. Status gastrointestinal normal 4
www.trinoval.web.id Halaman 23
b. Status respirasi normal 3
c. Status BB normal 3
d. Status integritas kulit normal 3
e. Tidak menunjukan kelemahan 3
f. Menunjukan kekebalan tubuh
www.trinoval.web.id Halaman 24
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature
dan pigmentasi ) 3
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit 5
c. Perfusi jaringan baik 4
d. Mampu melindungi kulit 3
e. Mampu mempertahankan kelembaban kulit 3
www.trinoval.web.id Halaman 25
c. Deskripsi factor penyebab 4
d. Deskripsi tanda dan gejala 4
e. Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit 4
DAFTAR PUSTAKA
www.trinoval.web.id Halaman 26
Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Muma, Richard D. 1997. HIV : manual untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.
www.trinoval.web.id Halaman 27