Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SMA NEGERI 1 GELUMBANG
Tahun Ajaran 2019/2020
Alamat : Jl Raya Gelumbang, Kec Gelumbang Muara Enim 31171
e-mail :smanegerisatugelumbang@ymail.com

PERUNDINGAN VAN MOOK DAN LINGGARJATI SERTA


KONFERENSI MALINO

DISUSUN OLEH :
Kelas : XI IPA 3
KELOMPOK 3
1. Adetya Syarda Ramadhan
2. Etak Ismana
3. Juita Putri Dewi
4. Okta Lastriani
5. Sanya Ningsih Sinaga
6. Zikri Yaumil Anshor
7. M. Riski Pratama

GURU PEMBIMBING

Dini Apika, S.Pd


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan kesehatan kepada kita semua, sehinnga dapat
menyelesaikan tugas ini dengan sebagaimana mestinya. Terimakasih
penulis ucapkan kepada rekan-rekan yang telah ikut serta dalam
pembuatan makalah Perundingan Van Mook dan Linggarjati serta
Konferensi Malino.
Tugas makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas
Sejarah Indonesia yang diberikan oleh Ibu Dini Apika S.Pd. Makalah
ini juga dibuat untuk menguji kami sejauh mana kami mengetahui
seluk beluk tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Makalah ini juga sebagai sarana evaluasi
pemahaman,melatih kemampuan dan menerapkan prinsip yang
berkaitan dengan perjuangan rakyat Indonesia untuk melatih kami
dalam menghadapi permasalahan mempertahankan Indonesia.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi khalayak
ramai. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan, untuk itulah memohon kritik dan
sarannya.

Gelumbang, Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meskipun kemerdekaan Indonesia telah di proklamasikan, ternyata bangsa
Indonesia masih mengalami berbagai macam rongrongan atau gangguan yang
datang baik dari dalam maupun dari luar. Pemerintah Belanda masih tetap ingin
menguasai wilayah Indonesia. Namun, kali ini kedatangan pasukan Belanda ke
wilayah Indonesia bersama-sama dengan pasukan Sekutu-Inggris. Kedatangannya
disambut dengan berbagai bentuk perlawanan oleh bangsa Indonesia. Sejak 1945
hingga tahun 1950 telah terjadi berbagai macam pertempuran antara pihak
Indonesia dengan pihak Belanda yang dibantu oleh pasukan Sekutu-Inggris.
Indonesia sudah menyatakan dirinya sebagai negara merdeka. Namun, hal itu
bukan berarti keadaan dalam negeri menjadi tenang. Kemerdekaan itu harus
dipertahankan dari ancaman pihak asing. Untuk mempertahankan kemerdekaan,
Pemerintah Indonesia menempuh dua cara, yakni perjuangan diplomasi dan
perjuangan bersenjata. Perjuangan diplomasi melahirkan beberapa perjanjian,
sedangkan perjuangan bersenjata mengakibatkan terjadinya berbagai
pertempuran. Beberapa perjuangan diplomasi yang akan kami paparkan yaitu
Perundingan Van Mook, Perundingan Linggarjati, dan Konferensi Malino.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk lebih memfokuskan masalah dari masalah utama maka penulis
membatasi permasalahan yang dirumuskan dalam beberapa pernyataan sebagai
berikut:
A. Apa yang mendasari terjadinya perundingan Van Mook?
B. Apa Penyebab terjadinya perjanjian Linggarjati?
C. Apa yang mendasari terjadinya konferensi Malino?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
A. Mengetahui latar belakang terjadi nya perundingan Van Mook.
B. Mengetahui latar belakang dan isi dari perundingan Linggarjati.
C. Mengetahui latar belakang konferensi Malino.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perundingan Van Mook

Van Mook diprakarsai oleh pemerintah Inggris yang terus berupaya untuk
mempertemukan Indonesia dengan Belanda. pemerintah Inggris mengirimkan seorang
diplomat ke Indonesia yakni Sir Archibald Clark Kerr sebagai penengah.

Perundingan antara Indonesia dan Belanda ini dilakukan pada tanggal 10


Februari 1946. Pada waktu itu Van Mook menyampaikan pernyataan politik
pemerintah Belanda antara lain sebagai berikut.
1. Indonesia akan dijadikan negara Commonwealth berbentuk federasi yang memiliki
pemerintahan sendiri di dalam lingkungan Kerajaan Belanda.
2. Urusan dalam negeri dijalankan Indonesia sedangkan urusan luar negeri oleh
pemerintah Belanda.

Selanjutnya pada tanggal 12 Maret 1946 Sjahrir menyampaikan usul balasan


yang berisi antara lain sebagai berikut.
1. Republik Indonesia harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas wilayah
bekas Hindia Belanda.
2. Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada masa tertentu dan urusan luar
negeri dan pertahanan diserahkan kepada suatu badan federasi yang terdiri atas orang-
orang Indonesia dan Belanda.

Usul dari pihak Indonesia ini tidak diterima Belanda dan selanjutnya Van
Mook secara pribadi mengusulkan untuk mengakui Republik Indonesia sebagai wakil
Jawa untuk mengadakan kerjasama dalam rangka pembentukan negara federal dalam
lingkungan Kerajaan Belanda.

Pada tanggal 27 Maret 1946 Sutan Sjahrir mengajukan usul baru kepada Van
Mook antara lain sebagai berikut.

1. Supaya pemerintah Belanda


mengakui kedaulatan de facto RI atas
Jawa dan Sumatera.
2. Supaya RI dan Belanda bekerja
sama membentuk Republik Indonesia
Serikat (RIS).
3. RIS bersama-sama dengan
Nederland, Suriname, Curacao,
menjadi peserta dalam ikatan negara
Belanda.
2. Perundingan Linggarjati

 Misi pendahuluan
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn
ke Indonesia untuk menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda.
Pada tanggal 7 Oktober 1946 bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta
dibuka perundingan Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn.
Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata (14 Oktober) dan
meratakan jalan ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai tanggal 11
November 1946.
 Jalannya perundingan
Dalam perundingan ini Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir, Belanda
diwakili oleh tim yang disebut Komisi Jendral dan dipimpin oleh Wim
Schermerhorn dengan anggota H.J. Van Mook, dan Lord Killearn dari Inggris
bertindak sebagai mediator dalam perundingan ini.
 Hasil perundingan
Hasil perundingan tersebut menghasilkan 17 pasal yang antara lain berisi:
1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa,
Sumatera dan Madura.
2. Harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.
4. Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam
Commonwealth/Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri
Belanda sebagai kepala uni.
 Pro dan Kontra di kalangan masyarakat Indonesia
Perjanjian Linggarjati menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat
Indonesia, contohnya beberapa partai seperti Partai Masyumi, PNI, Partai Rakyat
Indonesia, dan Partai Rakyat Jelata. Partai-partai tersebut menyatakan bahwa
perjanjian itu adalah bukti lemahnya pemerintahan Indonesia untuk
mempertahankan kedaulatan negara Indonesia. Untuk menyelesaikan
permasalahan ini, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 6/1946,
dimana bertujuan menambah anggota Komite Nasional Indonesia Pusat agar
pemerintah mendapat suara untuk mendukung perundingan linggarjati.
 Pelanggaran Perjanjian
Pelaksanaan hasil perundingan ini
tidak berjalan mulus. Pada tanggal 20
Juli 1947, Gubernur Jendral H.J. van
Mook akhirnya menyatakan bahwa
Belanda tidak terikat lagi dengan
perjanjian ini, dan pada tanggal 21 Juli
1947, meletuslah Agresi Militer Belanda
I. Hal ini merupakan akibat dari
perbedaan penafsiran antara Indonesia
dan Belanda.
3. Konferensi Malino

Dalam kerangka SEAC setelah Perang Dunia II, Australia menyerahkan kembali
wilayah Indonesia timur kepada Belanda pada 15 Juli 1946. Dengan demikian pemerintah
Belanda(NICA) mendapatkan kembali wilayah Indonesia timur de jure and de facto. Segera
setelah penyerahan ini, pemerintah NICA dipimpin oleh Letnan Gubernur Jendral Van Mook
mengadakan Konferensi Malino pada tanggal 15 Juli - 25 Juli 1946 di Kota Malino, Sulawesi
Selatan. Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah dari Kalimantan (Borneo) dan
Timur Besar (De Groote Oost) dengan tujuan membahas rencana pembentukan negara-negara
bagian yang berbentuk federasi di Indonesia serta rencana pembentukan negara yang meliputi
daerah-daerah di Indonesia bagian Timur.

Dalam Konferensi Malino ini istilah Irian pertama kali dikemukakan. Tokoh yang
mengemukakan istilah Irian adalah Frans Kaisiepo yang menurut bahasa lokal berarti “sinar
yang menghalangi kabut”. Istilah Irian diusulkan untuk mengganti istilah Papua yang konon
memiliki konotasi negatif. Papua berasal dari sebutan “papoa” yang berarti “si keriting”,
sedangkan juga kerap kali diartikan sebagai “Ikut RI Anti Netherland”. Konferensi Malino
berlanjut ke Konferensi Denpasar pada 7 Desember 1946.

Di tengah Konferensi Denpasar, terjadi aksi pembantaian oleh Westerling di Timur


Makassar. Menurut Edwar Poelinggomang, peristiwa itu membuat takut para delegasi.
“Jadilah keputusan membentuk negara Uni Indonesia-Belanda disetujui,” ujarnya. Pada 24
Desember 1946 terbentuk negara federal pertama, Negara Indonesia Timur, yang mencakup
seluruh Indonesia timur kecuali Papua. Sukawati terpilih sebagai wali negara, sementara
Nadjamoedin sebagai perdana menteri merangkap menteri perekonomian.

Dalam konferensi yang dipimpin Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Mook
tersebut dibentuk Komisariat Umum Pemerintah (Algemeene Regeeringscommissaris) untuk
Kalimantan dan Timur Besar yang dikepalai Dr. W. Hoven. Diangkat pula menjadi anggota
luar biasa Dewan Kepala-kepala Departemen (Raad van Departementshooden) untuk urusan
kenegaraan adalah Sukawati (Bali), Najamuddin (Sulawesi Selatan), Dengah (Minahasa),
Tahya (Maluku Selatan), Dr. Liem Tjae Le (Bangka, Belitung, Riau), Ibrahim Sedar
(Kalimantan Selatan) dan Oeray Saleh (Kalimantan Barat), yang disebut pula "Komisi
Tujuh". Peraturan pembentukan negara-negara bagian diputuskan dalam konferensi
berikutnya di Denpasar, Bali. Sebelum itu akan dilangsungkan konferensi dengan wakil
golongan minoritas di Pangkal Pinang, Pulau Bangka.

Konferensi Malino menghasilkan


keputusan untuk membangun ketatanegaraan
baru di wilayah Hindia Belanda dengan sistem
Negara Indonesa Serikat. Keputusan Konferensi
Malino tersebut ditandatangani oleh Tjokorda
Raka Sukawati, Nadjamoedin Daeng Malewa,
RJ Mathekohy, A Asikin Noor, serta Sultan
Hamid II.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
 Perundingan Van Mook adalah Perundingan antara Indonesia dan Belanda
yang dilakukan pada tanggal 10 Februari 1946 di Markas Besar Tentara
Inggris, Jl. Imam Bondjol No. 1, Jakarta.
 Perundingan Linggarjati atau kadang juga disebut Perundingan Lingga'r'jati
adalah suatu perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa
Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia.
Hasil perundingan ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15
November 1946 dan ditandatangani secara sah oleh kedua negara pada 25
Maret 1947.
 Konferensi Malino adalah sebuah konferensi yang berlangsung pada tanggal 15
Juli - 25 Juli 1946 di Kota Malino, Sulawesi Selatan dengan tujuan membahas
rencana pembentukan negara-negara bagian yang berbentuk federasi di
Indonesia serta rencana pembentukan negara yang meliputi daerah-daerah di
Indonesia bagian Timur. Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah
dari Kalimantan (Borneo) dan Timur Besar (De Groote Oost).

DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perundingan_Linggarjati

http://agungahandsome.blogspot.com/2012/12/latar-belakang-peristiwa-
mempertahankan.html?m=1

https://blog.ruangguru.com/perundingan-hooge-veluwe-upaya-indonesia-
pertahankan-kemerdekaan

https://azanulahyan.blogspot.com/2015/03/perundingan-sjahrir-van-
mook.html?m=1

https://www.google.com/amp/s/nissasukavanilla.wordpress.com/2009/09/01/pe
rjuangan-diplomasi-bangsa-indonesia/amp/

https://id.m.wikisource.org/wiki/Perjanjian_Linggarjati

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Malino

https://www.google.com/amp/s/www.tribunnewswiki.com/amp/2019/07/24/ko
nferensi-malino-16-juli-25-juli-1946

Anda mungkin juga menyukai