Zonasi Kawasan Budidaya Perikanan Laut D PDF
Zonasi Kawasan Budidaya Perikanan Laut D PDF
ZONASI
KAWASAN BUDIDADAYA
PERIKANAN LAUT DI DESA TUAPEJAT
Ucapan Puji dan Syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikan Zonasi Kawasan Budidaya
Perikanan Laut di Desa Tuapejat yang merupakan salah satu desa Kecamatan
Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan mengacu kepada Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2015-2035
Berbagai pihak telah terlibat secara aktif mulai tahap perencanaan samppai
finalisasi penyusunan dokumen Zonasi Kawasan Budidaya Perikanan Laut di
Desa Tuapejat. Oleh karenanya, ucapan terima kasih disampaikan kepada semua
pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan dokumen ini. Semoga secara
bersama-sama kita dapat mewujudkan pengembangan budidaya perikanan laut di
Desa Tuapejat khususnya dan Kabupaten Kepulauan Mentawai umumnya.
Tim Penyusun
Pada tahap ini diharapkan suatu informasi dasar mengenai kawasan yang
akan ditinjau kelayakannya, baik melalui studi literatur maupun studi historis dari
berbagai aspek. Pengumpulan data sekunder meliputi, pemukiman penduduk,
zonasi pariwisata, kebijakan daerah, peraturan daerah, dan lain-lain. Data primer
yang diambil meliputi data kualitas perairan.
Penggalian informasi dan data potensi bertujuan untuk mengetahui
kawasan yang layak untuk pengembangan budidaya perikanan laut dengan sarana
keramba jaring apung (KJA). Dari layaknya sebuah lokasi berdasarkan data yang
telah diperoleh maka ditetapkan sebagai kawasan budidaya perikanan laut yang
akan dimanfaatkan oleh masyarakat.
2.2. Pengumpulan Data
Data sekunder yang dikumpulkan berupa laporan hasil penelitian. Data
yang ada diverifikasi melalui survei lapangan. Survey dilakukan guna melihat
kondisi perairan kawasan yang sesuai dengan rekomendasi dari literatur sebagai
kawasan yang layak untuk budidaya perikanan laut.
a. Data Spasial
Jenis data yang diperlukan antara lain:
Peta Rupa Bumi
Peta RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai
Peta Kawasan Konservasi Perairan Daerah Selat Bunga Laut Kabupaten
Kepulauan Mentawai.
Peta-peta lainnya.
Selain berasal dari data sekunder berupa laporan dan hasil penelitian
berbagai pihak, pengumpulan data kondsi perairan juga dilakukan melalui survei
lapangan. Pengambilan data kualitas dilakukan pada lokasi di peraiarn Desa
Tuapejat yang akan termasuk dalam zonasi kawasam budidaya perikanan laut.
Tabel 2.1 Data Kualitas Air Yang Diambil
Keterangan:
Nilai maksimum=100
Kategori S1= Sangat Sesuai, dengan nilai IK= 83 – 100%.
Kategori S2= Sesuai, dengan nilai IK= 50 - < 83%.
Kategori S3= Tidak Sesuai, dengan nilai IK < 50%
Selain dari analisis data dengan nilai kesesuaian sebagai outputnya yang
dipergunakan sebagai acuan penentuan lokasi kawasan budidaya perikanan laut,
penentuan lokasi ini juga harus memperhitungkan beberapa faktor penting antara
lain :
a. Terlindung dari gelombang besar dan badai, sebab ikan mudah menjadi stres
dan menurunkan selera makan apabila terus menerus dihantam gelombang,
b. Terlindung dari ancaman predator yaitu hewan buas laut (ikan buntal dan ikan
besar lainnya) dan burung laut,
c. Terlindung dari ancaman pencemaran buangan limbah industri, limbah
pertanian dan limbah rumah tangga,
d. Terlindung dari hilir mudik lalu lintas kapal karena selain akan menimbulkan
riak-riak gelombang juga buangan kapal (minyak solar dll) akan mencemari
area pemeliharaan.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa perairan memiliki potensi yang
baik dengan melihat kecerahan hingga 13,5 m dan oksigen terlarut 6,56 ppm.
b. Pulau Siburu 2
Pulau Siburu memiliki 2 lokasi yang secara visual merupakan kawasan
yang layak untuk pengembangan budidaya perikanan laut. Secara letak, lokasi ini
merupakan Pulau Siburu pada bagian selatan dengan jarak dari pantai lebih
kurang 100 m. Kemiringan dasar perairan diperkirakan sebesar 250 dengan
substrat dasar perairan merupakan patahan karang mati yang sudah ditutupi
lumpur dan pasir, Kedalaman pada titik lokasi pengambilan data kulaitas air
Dari data yang diperoleh, lokasi pada Pulau Siburu 2 tidak jauh berbeda dengan
kualitas yang baik dan secara visual layak untuk kawasan budidaya perikanan
laut.
c. Pulau Siteut
Pada lokasi Pulau Siteut, survey secara visual dan pengambilan data
dilakukan pada daerah barat pulau tersebut dengan jarah lebih kurang 200 m dari
pantai. Hal ini disebabkan pada daerah tersebut terlindung dari hempasan ombak
dan bukan merupakan alur transportasi laut. Kondisi Pantai Pulau Siteut berbatu
kalau kita melihat ke darat pantai berpasir putih. Lokasi ini berada didepan bukit
yang bernama Bukit Siteut, didepan ada batu besar dan mangrove. Vegetasi darat
semak, kelapa dan aru. Kemiringan dasar pada lokasi diperkirakan sebesar 100
dengan substrat dasar keras, patahan karang mati, sedikit pasir dan lumpur dengan
kedalaman 14 m. Data yang diambil pada Pulau Siteut dapat dilihat pada Tabel
3.3.
Tabel.3.3. Data Kualitas Air Pulau Siteut (Stasiun 3)
d. Dusun Jati
Dusun Jati merupakan bagian dari Desa Tuapejat sebgai daerah
pemukiman. Daerah ini merupakan bagian utara dari Pulau Sipora yang
terlindungi oleh 3 (tiga) pulau kecil yaitu Pulau Putotogat, Pulau Simakakang dan
Pulau Siburu. Pada lokasi pengambilan data dengan kedalaman 15 m, susbtrat
dasar perairan merupakan patahan karang, pasir dan sedikit lumpur dengan
kemiringan lebih kurang 250 dan jarak dari pantai lebih kurang 50 m. Data yang
daimbil pada perrairan Dusun Jati dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Table 3.4. Data Kualitas Perairan Dusun Jati (Stasiun 4)
Tabel 3.5 Parameter, Bobot, dan Skor Lahan Untuk Budidaya Ikan dengan KJA
di Pulau Siburu (Stasiun 1)
Skor (S) Bobot Nilai
No Parameter
1 3 5 (B) Parameter
1 Keamanan Baik 2 10
2 Faktor Ekologi
a. Tinggi air pasang (meter/m) 1,3 2 10
b. Arus (m/dt) 0,07 2 6
c. Dalam Air dari dasar jaring (m) 12 2 10
d. Oksigen terlarut (ppm) 6,56 2 10
e. Kadar garam (ppt) 33 2 10
f. Perubahan cuaca Sedang 2 6
3 Faktor Pendukung
a. Sumber listrik Kurang 1 1
b. Sumber pakan Baik 1 5
c. Tenaga kerja Baik 1 5
d. Ketersediaan Benih Kurang 1 1
4 Pencemaran Tidak ada 2 10
Total Nilai Parameter (Ni) 84
= × 100
84
= × 100
100
= 84%
Nilai indeks kesesuaian yang diperoleh pada lokasi Pulau Siburu 1 termasuk
dengan total nilai parameter 84%.
b. Pulau Siburu 2
Secara visual, lokasi pada titik pertama dan kedua Pulau Siburu berbeda.
Pada titik kedua lebih tertutup dari perairan terbuka, dalam hal ini Selat Bunga
Laut. Namun dari kualitas perairan hamper sama. Analisis kesesuai lahan
budidaya dapat dilihat pada Tabel 3.6.
= × 100
84
= × 100
100
= 84%
Nilai indeks kesesuaian yang diperoleh pada lokasi Pulau Siburu dengan total
nilai parameter 84%.
c. Pulau Siteut
Data yang diperoleh dari perairan Pulau Siteut dianalisis sebagai berikut:
Tabel 3.7 Parameter, Bobot, dan Skor Lahan Untuk Budidaya Ikan dengan KJA
di Pulau Siteut (Stasiun 3).
Skor (S) Bobot Nilai
No Parameter
1 3 5 (B) Parameter
1 Keamanan Baik 2 10
2 Faktor Ekologi
a. Tinggi air pasang (meter/m) 1,3 2 10
b. Arus (m/dt) 0,03 2 2
c. Dalam Air dari dasar jaring (m) 11 2 10
d. Oksigen terlarut (ppm) 6,86 2 10
= × 100
80
= × 100
100
= 80%
Nilai indeks kesesuaian yang diperoleh pada lokasi Pulau Siteut dengan total
nilai parameter 80%.
d. Dusun Jati
Pada Dusun Jati, hasil parameter kualitas perairan yang sudah dianalisis
sebagai berikut:
Tabel 3.8 Parameter, Bobot, dan Skor Lahan Untuk Budidaya Ikan dengan KJA
di Dusun Jati (Stasiun 4).
Skor (S) Bobot Nilai
No Parameter
1 3 5 (B) Parameter
1 Keamanan Baik 2 10
2 Faktor Ekologi
a. Tinggi air pasang (meter/m) 1,3 2 10
b. Arus (m/dt) 0,08 2 6
c. Dalam Air dari dasar jaring (m) 12 2 10
d. Oksigen terlarut (ppm) 6,4 2 10
e. Kadar garam (ppt) 33 2 10
f. Perubahan cuaca Sedang 2 6
3 Faktor Pendukung
a. Sumber listrik Baik 1 5
b. Sumber pakan Baik 1 5
c. Tenaga kerja Baik 1 5
d. Ketersediaan Benih Kurang 1 1
4 Pencemaran Tidak ada 2 10
Total Nilai Parameter (Ni) 88
Tabel 3.9 Luas Kawasan Budidaya Perikanan Laut di Desa Tuapejat dan Jumlah
KJA
Jumlah KJA
No. Lokasi Luas Area (Ha)
(unit)
1. Pulau Siburu 1 10,47 36
2. Pulau Siburu 2 10,25 24
3. Pulau Siteut 40,45 84
4. Dusun Jati 10,66 24
Total 71,83 168
Penentuan tata letak unit KJA dapat ditentukan berdasarkan dispersi
partikel organik, laju sedimentasi dan dampak bentik. Hal ini mengacu pada hasil
percobaan yang dilakukan oleh Rachmansyah (2004). Berdasarkan hasil
Zonasi Kawasan Budidaya Perikanan Laut di Desa Tuapejat 17
perhitungan dari penelitian tersebut, jarak sebaran atau dispersi limbah padat
mencapai jarak antara 8,29-86,06 m dari KJA. Jarak teraman antar lokasi
peletakan/hamparan KJA adalah minimal 2 kali nilai tengah jarak terjauh
penyebaran partikel. Maka untuk menghindari penumpukan partikel organik di
dasar KJA, tata letak antar hamparan unit KJA harus berjarak 2 kali jarak terjauh
penyebaran partikel yaitu 150 m. Pengaturan antar unit budidaya dilakukan untuk
menghindari polusi lokal, penyakit transmisi dari penetasan lain, baik melalui
kontak langsung atau melalui pelepasan efluen (Lampiran 6, 7 dan 8).
Berdasarkan kepada dimensi maksimum tersebut di atas maka permukaan
laut yang akan ditempati KJA secara efektif hanya 12.096 m2 dari luas kawasan
budidaya perikanan laut yang tersedia. Dengan demikian tidak semua luasan
perairan akan digunakan/tertutupi untuk KJA untuk mengimbangi dampak
terhadap lingkungan terkait dengan polusi lokal untuk menghindari penumpukan
partikel organik di dasar KJA.
Mengacu kepada ukuran benih 100 - 200 gram/ekor, maka dengan perhitungan
jumlah benih yang dapat ditampung pada 168 nuit keramba jarring apung (KJA)
adalah 907.200 ekor benih untuk keseluruhan keramba. Dengan perkiraan
mortalitas 25% selama pembesaran ikan di KJA selama 6-8 bulan, maka ikan
yang hidup hingga panen dengan berat 800 gram/ekor sebanyak 680.400 ekor.
Dengan demikian perkiraan produksi maksimum 3,24 ton/musim untuk 1 unit
KJA.
Pengembangan kegiatan budidaya perikanan laut harus didasarkan pada:
1) Potensi dan kesesuaian kawasan (toleran terhadap fluktuasi kualitas perairan)
untuk suatu jenis komoditas; 2) Kemampuan dan aspirasi masyarakat setempat
dalam mengadopsi dan menerapkan teknologi yang mudah, murah agar
masyarakat dapat mengaplikasikan secara masal; dan 3) Pendekatan sistem bisnis
perikanan budidaya secara terpadu (integrated marine culture).
Untuk kebijakan pengembangan budidaya perikanan laut dapat
diimplementasikan dalam 4 (empat) program kerja antara lain: 1) Pengembangan
komoditas budidaya laut yang beragam dan mudah dilakukan oleh masyarakat
pulau sesuai permintaan pasar; 2) Implementasi zonasi pemanfaatan budidaya
perikanan laut secara konsisten; 3) Penerapan teknologi budidaya laut yang ramah
lingkungan; dan 4) Pembentukan akses pasar dan akses ke lembaga keuangan
(KUD, KUB, HSNI, dan Perbankan).
Doni Setianto. 2014. Usaha Budiaya Ikan Kerapu: Pembibitan & Pembesatan di
Tambak & Keramba Jaring Apung.
TENTANG
PENGELOLAAN KAWASAN BUDIDAYA PERIKANAN LAUT
DI DESA TUAPEJAT KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
KEPALA DINAS
Menimbang : a. bahwa perairan Desa Tuapejat memiliki potensi sumber daya perairan
untuk pengembangan budidaya perikanan laut;
b. bahwa zonasi kawasan budidaya perikanan laut diperlukan sebagai acuan
untuk pengembangan budidaya perikanan laut menggunakan keramba
jaring apung (KJA);
c. bahwa untuk memenuhi sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b di atas,
perlu menetapkan Kawasan Perairan Desa Tuapejat sebagai Kawasan
Budidaya Perikanan Laut dengan Keputusan Kepala Dinas;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Menetapkan Kawasan Perairan Desa Tuapejat sebagai Kawasan Budidaya
Perikanan Laut.
KEDUA : Penetapan Kawasan Budidaya Perikanan Laut di Desa Tuapejat sebagaimana
dimaksud dalam diktum KESATU terdiri atas wilayah perairan.
a. Pulau Siburu seluas 20,72 Ha;
b. Pulau Siteut seluas 40,45 Ha;
c. Dusun Jati seluas 10,66 Ha;
Dengan luas total keseluruhan 71,83 Ha (Tujuh Puluh Satu Koma Delapan
Puluh Tiga Hektar).
KETIGA : Pemetaan Zonasi Kawasan Budidaya Perikanan Laut di Desa Tuapejat
Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai tercantum dalam
Lampiran I.
Apabila terdapat persinggungan antara zonasi pada pemetaan Kawasan
KEEMPAT : Budidaya Perikanan Laut di Desa Tuapejat sebagaimana dimaksud dalam
diktum KEDUA dan KETIGA dengan pemanfaatan kawasan perairan untuk
kepentingan lainnya, dalam penetapan Kawasan Budidaya Perikanan Laut
akan dilakukan penyesuaian.
Ditetapkan di : Tuapejat
Pada tanggal : 12 September 2017
Kepala Dinas,
Ir. PRIADINATA
NIP. 19600101 199003 1 004
Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Nomor : 40 Tahun 2017
Tanggal : 12 September 2017
Tentang : Pengelolaan Kawasan Budidaya Perikanan Laut di Desa Tuapejat