Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang dengan selesainya penyusunan Modul Kebijakan Jalan
Berkeselamatan. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta
pendidikan dan pelatihan di bidang jalan yang berasal dari kalangan pegawai
pemerintah daerah dan Aparatur Sipil Negara (ASN).
Modul Kebijakan Jalan Berkeselamatan ini disusun dalam 3 (tiga) bab yang terdiri
dari Pendahuluan dan Kegiatan Belajar. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami segala
kebutuhan terkait jalan berkeselamatan. Penekanan orientasi pembelajaran
pada modul ini diisi oleh adanya pergeseran aktivitas peserta latih dan pelatih
yakni dengan menonjolkan peran serta aktif peserta latih.
Akhirya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim
penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Harapan kami tidak lain modul ini dapat
memberikan manfaat.
Indikator keberhasilan
Pasal 203
Pemerintah bertanggung jawab atas terjaminnya keselamatan lalu lintas
dan angkutan jalan.
Pasal 206 Ayat 1
Pengawasan terhadap pelaksanaan program Keamanan dan
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan meliputi:
1. Audit;
2. Inspeksi; dan
3. Pengamatan dan pemantauan.
Pasal 206 Ayat 3
Pilar 1
Manajemen Keselamatan Jalan, bertanggung jawab untuk mendorong
terselenggaranya koordinasi antar pemangku kepentingan dan
terciptanya kemitraan sektoral guna menjamin efektifitas dan
keberlanjutan pengembangan dan perencanaan strategis keselamatan
jalan pada level nasional, termasuk didalamnya penetapan target
pencapaian dari keselamatan jalan dan melaksanakan evaluasi untuk
memastikan penyelenggaraan keselamatan jalan telah dilaksanakan
secara efektif dan efisien.
Pilar 2
Jalan Yang Berkeselamatan bertanggung jawab untuk menyediakan
infrastruktur jalan yang berkeselamatan dengan melakukan perbaikan
pada tahap perencanaan, desain, konstruksi dan operasional jalan,
sehingga infrastruktur jalan yang disediakan mampu mereduksi dan
mengakomodir kesalahan dari pengguna jalan,
Pilar 3
Kendaraan Yang Berkeselamatan, bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa setiap kendaraan yang digunakan di jalan telah mempunyai
standar keselamatan yang tinggi, sehingga mampu meminimalisir
kejadian kecelakaan yang diakibatkan oleh sistim kendaraan yang tidak
berjalan dengan semestinya. Selain itu, kendaraan juga harus mampu
melindungi pengguna dan orang yang terlibat kecelakaan untuk tidak
bertambah parah, jika menjadi korban kecelakaan.
Pilar 4
Perilaku Pengguna Jalan Yang Berkeselamatan, bertanggung jawab untuk
meningkatkan perilaku pengguna jalan, dengan mengembangkan
program program yang komprehensif termasuk di dalamnya peningkatan
penegakan hokum dan pendidikan.
Pilar 5
Penanganan Korban Pasca Kecelakaan, bertanggung jawab untuk
meningkatkan penanganaan tanggap darurat pasca kecelakaan dengan
meningkatkan kemampuan pemangku kepentingan terkait, baik dari sisi
2.15. Rangkuman
1. Secara hirarkhi, peraturan tertinggi terkait Jalan berkeselamatan
adalah Undang Undang No. 38 Tahun 2004. Penjabarannya dijelaskan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No, 34 Tahun 2006,
yaitu penyelenggara jalan wajib menjaga kelancaran dan keselamatan
lalu lintas.
2. Peraturan eksternal terkait keselamatan jalan adalah Undang Undang
22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dimana telah
diamanatkan bahwa pemerintah bertanggung jawab menjamin
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.
3. Indonesia mengambil sikap mendukung “Decade of Action for Road
Safety” yang dicetuskan oleh PBB. Hal ini akan dinyatakan melalui
kegiatan “Pencanangan Aksi Keselamatan Jalan Indonesia” dengan
pengesahan “Rencana Umum Nasional Keselamatan“ oleh Presiden
Indonesia pada tanggal 11 Mei 2011.
2.16. Latihan
1. Jelaskan peraturan internal di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat serta Peraturan eksternal diluar Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terkait keselamatan yang
secara hirarkhi merupakan peraturan urutan pertama!
2. Sebutkan pedoman apa saja dalam melakukan rekayasa keselamatan
jalan yang diatur dalam Instruksi Direktur Jenderal Bina Marga No.
02/in/db/2012 Tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan Jalan!
3. RUNK yang merupakan amanat pasal 203 Undang Undang No. 22
Tahun 2009, bersifat jangka panjang 2011 – 2035 mengguna
pendekatan 5 (lima) pilar keselamatan, sebutkan ke 5 pilar tersebut,
dan pilar keberapa yang menjadi tanggung jawab Kemen PUPR!
4. Jelaskan visi misi jalan berkeselamatan!
5. Untuk memastikan bahwa seluruh aspek dalam penyelenggaraan
keselamatan jalan tertangani secara baik, pada level nasional dilakukan
pengelompokan aspek keselamatan jalan dalam 5 (lima) pilar, jelaskan!
Indikator Keberhasilan
• Pasal 369
3.4. Rangkuman
1. Kematian akibat kecelakaan lalu lintas banyak tidak dilaporkan,
menurut data dari Kepolisian jumlah kematian pada tahun 2010 adalah
3.5. Latihan
1. Menurut data resmi Kepolisian, jumlah kematian pada 2010 adalah
31.234 jiwa. Jelaskan kematian yang paling dominan dikaitkan menurut
pengguna jalan!
2. Jelaskan komponen utama dalam sistem transportasi jalan!
3. Sebutkan rujukan apa yang digunakan dalam audit keselamatan jalan,
dan kapan sebaiknya audit keselamatan jalan dilakukan!
MODUL 1 | KEBIJAKAN JALAN BERKESELAMATAN 44
4. Apa yang akan saudara lakukan sebagai seorang designer jalan untuk
melakukan audit keselamatan pada jalan baru, jelaskan!
5. Pemasangan marka jalan setelah selesai overlay untuk kegiatan
pemeliharaan jalan, tanggung jawab siapa? jelaskan!