Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KEPANITERAAN KLINIK

MODUL PROSTODONSI
GIGI TIRUAN CEKAT

Nama Pasien : Sigit Dwi Prayitno


No. RM : 047524
Nama operator : Nugraheni Setyorini
NIPP : 20174020072
Pembimbing : drg. Gunawan, Sp. Pros

MODUL PROSTODONTIK
PROGRM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
BAB I. PENDAHULUAN

Gigi Tiruan Cekat (GTC) adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang yang tidak dapat dilepas dengan mudah,
baik oleh pasien atau dokter giginya. Restorasi ini dipasang secara permanen pada gigi asli
atau akar-akar gigi asli yang merupakan pendukung utama dari restorasi tersebut.
Apabila gigi dicabut dan tidak segera diganti, dapat membawa berbagai macam
akibat. Misalnya setelah pencabutan gigi molar pertama kanan atas, yaitu :
1. Gigi antagonis (M1 bawah) ekstrusi ke arah edentulous
2. Gigi M2 condong ke mesial
3. Premolar kedua sering condong ke distal
4. Dapat terjadi kantong gusi (pocketing) pada sisi edentulous
5. Titik kontak antara P1 dan P2 dapat hilang
6. Dapat terjadi karies karena akumulasi plak pada gigi
7. Ganguan estetika terjadi apabila gigi depan terlihat
8. Gangguan fonetik (bicara) pada kehilangan gigi depan
9. Kelainan persendian mandibula
Tujuan pembuatan GTC:
1. Memperbaiki fungsi organ kunyah
2. Mencegah terjadinya oklusal disharmoni
3. Mencegah terjadinya migrasi gigi
4. Mencegah kerusakan lebih lanjut
5. Memperbaiki estetik untuk manfaat psikologik
6. Memulihkan fungsi fonetik
7. Memelihara dan mempertahankan gusi dan jaringan periodontium
Keuntungan GTC dibanding dengan GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan) adalah :
1. Karena diletakkan pada gigi asli, maka tidak mudah terlepas atau tertelan.
2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien, tanpa adanya plat.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. DASAR TEORI
1. Pengertian
Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang tidak dapat dilepas
dengan mudah baik oleh pasien maupun dokter giginya. Restorasi ini dipasang secara
permanen pada gigi asli atau akar-akar gigi asli yang merupakan pendukung utama dari
restorasi tersebut (Stephen, 1998 dan Cowell, 1979).
2. Indikasi GTC
a) Pasien berusia 20-50 tahun, diutamakan pembuatannya untuk pasien dewasa.
b) Mahkota gigi abutment baik.
c) Daerah kehilangan gigi yang sempit (kehilangan 1 gigi).
d) Tonjol gigi abutment masih didukung oleh dentin yang sehat.
e) Kesehatan struktur gigi baik.
f) Kebersihan mulut pasien baik (diamati melalui deposit saliva).
g) Tulang alveolar gigi normal (tidak resorbsi).
h) Pendukungan alveolar baik (bentuk akar baik, padat, besar, divergen).
i) Tidak melanggar aturan ratio akar dan mahkotasebesar 50 %.
j) Bentuk gigi bagus dan normal.
k) Sesuai dengan hukum Ante (untuk pemilihangigi penyangga).
l) Hubungan oklusi yang baik (tidak adanyacrossbite).
m) Jaringan periodontal gigi penyangga baik,gigi yang tidak kokoh kadang
memerlukan dukungan tambahan dengan perlekatan ganda.
n) Gigi yang jarang berfungsi secara fungsional memiliki membran periodontal yang
tipis, begitusebaliknya.
o) Pasien yang profesinya memerlukan kesempurnaan oklusi (musisi, pedagang).
p) Penyanyi dan pembicara yang tidak menginginkan penampilan buruk karena
kehilangan gigi atau pemasangan protesayang kurang estetis.
q) Sebagai perencanaan perawatan pada kasus periodontal.
r) Pasien tidak memiliki bad habit yangberpengaruh terhadap stabilitas dan
keawetanGTC (misal: kebiasaan bruxism).
s) Kesehatan umum pasien baik (misal: tidak menderita diabetes mellitus,
osteoporosis.). Paling tidak mendekati normal, tapilebih baik jika sempurna.
t) Pertimbangan pasca perawatan ortodonsi (sisa ruang yang terlalu sempit apabila
dilakukan pemasangan GTS tidak memungkinkan).
u) Pada kasus rehabilitasi mulut, dimana semua faktor memenuhi syarat (tingkah laku
pasien, kooperatif, umur).
v) Poros gigi (inklinasi) gigi penyangga harustegak dan sejajar satu sama lain, apabila
miring tidak boleh melebihi 25 derajat.
w) Tidak terdapat kegoyahan gigi pada gigi penyangga.
x) Gigi yang masih vital dengan reaksi yang normal (gigi tidak hipersensitivitas).
y) Operator sanggup untuk melakukan perawatan GTC.
z) Tingkat ekonomi pasien yang mendukung pembuatan GTC.

3. Bagian-bagian GTC
a) Gigi Abutment atau penyangga atau pegangan
Gigi asli atau akar yang telah dipreparasi untuk penempatan retainer dan yang
mendukung bridge tersebut.
b) Retainer
Bagiandari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment.
c) Pontik atau Dummy
Bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang dan memperbaiki
fungsinya.
d) Connector atau Join

4. Persyaratan GTC
Bagiandari GTC yang menghubungkan retainer dengan pontik.
a) Unit
b) Setiap GTC yang meliputi retainer atau pontik.
Persyaratan mekanis
c) Gigi abutment: mempunyai sumbu panjang yang sejajar satu sama lain tanpa
membahayakan vitalitas pulpa. Bentuk dan ukuran cukup sehingga dapat
dipreparasi. Bentuk pontik: serupa gigi asli dan kuat
Persyaratan fisiologis
a) GTC tidak boleh mengganggu kesehatan gigi-gigi abutment dan jaringan pendukung
lainnya (gusi, lidah, pipi, bibir).
b) Persyaratan hygiene
c) Tidak boleh ada bagian yang menimbulkan sisa makanan. Diantara pontik-pontik
atau pontik-retainer harus ada sela (embrasure) yang cukup sehingga dapat
dibersihkan dengan mudah oleh arus ludah atau lidah. Diantara pontik-gusi harus
dapat dilalui seutas benang untuk membersihkan. GTC harus dipolis mengkilat
supaya kotoran tidak mudah melekat.
d) Persyaratan estetik
GTC harus menyerupai gigi asli tetapi tidak boleh mengorbankan kekuatan dan
kebersihan GTC.
e) Persyaratanfonetik
Suara (voice) danbicara (speech) pada GTC tidak banyakdipersoalkan.

5. Macam-macamGTC
a. Fixed-Fixed Bridge
Bridge yang konektornya bersifat rigit atau kaku. Bisa digunakan pada gigi anterior
atau posterior. Konektornya dikerjakan dengan pematrian atau soldering atau one
piece casting.
b. Fixed Movable Bridge
Bridge yang konektornya yang saturigitdan yang satunya non rigitataumovable
(bisabergerak). Sifat-sifat individu gigi secara alami mempunyai individual movement.
c. Spring Bridge
Bridge yang mempunyai pontik jauh dari retainer dan dihubungkan dengan palatal
bar. Indikasi: pada kasus di mana gigi anterior terdapat diastema (kasus yang
mengutamakan estetis).
d. Cantilever Bridge
Satu ujung bridge melekat secara rigid atau kaku pada retainer sedang ujung yang lain
bebas atau menggantung. Biasanya dibuat pada pasien yang menghendaki sedikit
jaringan gigi asli yang dikurangi tetapi tetap tidak lepas dari kriteria retensi dan
stabilitasi.
e. Compound Bridge
Kombinasidari 2 tipe bridge.
f. Complex Bridge
Jembatan bilateral meliputi dua sisi rahang yang menggantikan sejumlah gigi dengan
kegiatan fungsi yang berbeda.

6. Syarat gigi penyangga


a. Panjang gigi normal (panjang akar yang tertanam dalam soket gigi sedikitnya 1 ½
panjang mahkota anatomisnya).
b. Mahkota berbentuk persegi (untuk mendapatkan bentuk retainer dengan retensi dan
stabilisasi yang baik).
c. Tidak memiliki kelainan di sekitar ujung akar gigi.
d. Tidak memiliki karies, jika ada karies sudah dilakukan penumpatan.
e. Akar tidak boleh bengkok dan berbentuk kerucut (mengurangi retensi).
f. Tidak goyah.
g. Kedudukan yang normal pada lengkung gigi sudah erupsi sempurna.
h. Memiliki poros gigi (inklinasi) yang tegak, kemiringannya tidak lebih dari 25 derajat
(akan membahayakan pulpa pada preparasi).
i. Gigi penyangga tidak malposisi (misal: gigi linguoversi atau bukoversi dapat
mempersulit pada saat dilakukan path of insertion, juga dapat memperbesar tekanan
pengunyahan sehingga dapat menggangustabilitas dan keawetan GTC).
j. Jika gigi penyangga non vital, harus dilakukan perawatan endodontik serta
tidakterjadi resorbsi.

7. Bentuk pontik
a. Saddle pontic:
 Bentuk menyerupai gigi asli.
 Bagian servikal pontik menempel semua tanggul alveolar.
 Estetis bagus, tetapi tingkat kebersihan jelek.
b. Ridge lap pontic:
 Untukgigi anterior danposterior yang memerlukan estetis dan tingkat kebersihan
yang tinggi.
 Bagian servikal pontik menempel pada tanggul alveolar hanya bagian bukal atau
labialsaja, bagian lingual menggantung.
c. Hygiene pontic:
 Untuk posterior rahang bawah yang memerlukan tingkat kebersihan yang tinggi.
 Bagian servikal pontik tidak ada yang menempel pada tanggul alveolar (sehingga
estetis kurang).
d. Conical pontic:
 Bagian servikal pontik yang menempel tanggul alveolar hanya sedikit saja.

8. Prinsip-prinsip preparasi gigi abutment


Untuk dapat memahami dan mengerjakan preparasi pada gigi abutment dengan
benar perlu kiranya pemahaman terlebih dahulu mengenai beberapa macam finish line
(garis akhir preparasi yang terletak di daerah cemento enamel junction). Di dalam
preparasi GTC dikenal adanya 4 macam finish line:
1. Shoulder less atau knife edge atau tanpa pundak
Bentuk ini biasanya dibuat pada gigi-gigi pegangan yang tipis atau pada GTC
dengan retainer terbuat dari bahan yang mempunyai kekuatan tepi cukup kuat. Biasanya
pada preparasi mahkota ¾, mahkota penuh, mahkota berjendela dengan retainer terbuat
dari bahan logam campur.
2. Shoulder atau berpundak
Bentuk ini kurang baik untuk mahkota penuh dengan bahan logam sebagai
retainernya (full cast crown), karena disini ada kesukaran di dalam mewujudkan
pertemuan yang akurat antara tepi retainer dengan tepi pundak gigi pegangan. Untuk
mengatasi keadaan biasanya pada pundak tersebut dibuat bevel. Preparasi macam ini
dibuat pada gigi pegangan dengan retainer tanpa kekuatan tepi, sehingga pada tepi
retainer tersebut mempunyai ketebalan (contoh pada resin akrilik mahkota jaket).
3. Chamfer finish line
Bentuk ini akan menyebabkan kekuatan yang diterima oleh gigi pilar menjadi
berkurang, sehingga mencegah terjadinya kerusakan semen sebagai bahan perekat yang
ada diantara retainer dengan gigi pilar. Biasanya untuk retainer jenis mahkota penuh (full
veneer cast crown).
4. Partial shoulder atau berpundak sebagaian
Bentuk ini mempunyai pundak pada bagian bukal atau labial, kemudian akan
menyempit pada daerah proksimal dan akhirnya hilang sama sekali pada daerah palatinal
atau lingual. Maksud bentuk ini untuk memberi ketebalan pada bagian bukal atau labial
yang akan ditempati oleh resin akrilik atauporselain sebagai facing. Kasus yang sering
terjadi, yaitu pada gigi premolar 1 dan 2 atas atau bawah dengan retainer full metal
crown with porcelain atau acrylic resin veneer.

BAB III. LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien
Nama : Sigit Dwi Prayitno
Alamat : Sleman, Yogyakarta
TTL : 12 Juli 1984
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Pekerjaan : Honorer
Agama : Islam

B. Anamnesa
1. Pemeriksaan Subyektif
 Keluhan utama : Pasien datang mengeluhkan giginya terasa tidak nyaman
saat digunakan untuk makan. Keluhan tersebut dirasakan pada gigi belakang
kanan atas.
 Riwayat perjalanan penyakit: Keluhan tersebut dirasakan kurang lebih 2
bulan yang lalu. Sebelumnya pasien mencabutkan sisa akar gigi pada gigi
tersebut. Pasien menyikat gigi 3x sehari setiap pagi dan sore saat mandi serta
sebelum tidur. Sebelumnya pasien belum pernah memakai gigi tiruan.
 Riwayat kesehatan oral : Pasien pernah dibersihkan karang giginya dan
melakukan pencabutan gigi oleh mahasiswa koas kedokteran gigi UMY.
Frekuensi menyikat gigi pasien 2x sehari setiap pagi dan sore saat mandi.
Cara menggosok gigi pasien belum benar (horizontal).
 Riwayat kesehatan keluarga :
Ayah : Ayah pasien tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
Ibu : Ibu pasien memiliki riwayat penyakit darah rendah
 Riwayat kehidupan sosial : Pasien seorang pegawai honorer. Pasien udah
berhenti merokok 5 tahun yang lalu. Pasien sering mengkonsumsi kopi dan
jarang berolahraga
 Riwayat kesehatan utama : Pasien memiliki riwayat penyakit asma tetapi
jarang kambuh

2. Pemeriksaan Klinis Ekstraoral


 Kesan umum kesehatan penderita
Pasien datang dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, serta pasien kooperatif
 Vital sign :
TekananDarah : 110/70 mmHg
Nadi : 77 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : Afebris
Berat badan : 68 kg
Tinggi badan : 170 cm

Neuromuskula Tl.Rahan
Fasial K.Ludah K.Limfe TMJ
r g
Deformitas TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Nyeri TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Gangguan Fungsi TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Mukosa dan jaringan lunak : Tidak ada kelainan
Torus Palatinus : Tidak ada
Torus Mandibula : Tidak ada
Palatum : Sedang
Oklusi : Normal
Supernumerary teeth : Tidak ada
Diastema : Tidak ada
Gigi anomaly : Tidak ada
Gigi tiruan : Tidak ada
Oral hygiene : 2,3 (Baik)
Bentuk Lengkung:
RA : Parabola
RB : Parabola

3. Pemeriksaan Klinis Gigi Geligi

Tampak Bukal
Tampak Oklusal

4. Foto Studi Model

RahangAtas

RahangBawah
BAB IV.PROSEDUR KERJA DAN TAHAPAN PERAWATAN

A. PERSIAPAN DI DALAM MULUTATAU MOUTH PREPARATION


Merupakan persiapan di dalam mulut sebelum dibuatkan gigi tiruan cekat,
meliputi:
1. Perawatan periodontal atau periodontal treatment, misalnya pemeriksaan gigi, gusi,
dan tulang pendukungnya serta perawatan scalling.
2. Perawatan konservasi atau konservatif treatment, misalnya restorasi gigi yang karies.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi hambatan, mencari bidang bimbing, membuat
sandaran oklusal dan bila perlu menciptakan daerah untuk retensi mekanis.
3. Perawatan bedah atau surgical treatment, misalnya pencabutan gigi yang tidak
mungkin dipertahankan.

B. PERAWATAN
 Kunjungan I

1. Pemeriksaan lengkap

2. Pencetakan studi model RA dan RB


Sendok cetak : perforated stock tray No.2
Bahan cetak : alginat
Cara mencetak : mukostatik
Studi model ini dipergunakan untuk mempelajari:
a. Letak gigi abutment
b. Letak pontik
c. Letak retainer
d. Letak konektor
Cara Pencetakan
Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan ke dalam rongga mulut pasien.
1). Pencetakan Rahang Atas:
a. Pasien duduk dengan posisi tegak lurus sehingga kepala dan punggung
terletak pada satu garis lurus, dataran oklusal sejajar lantai. Mulut pasien
setinggi siku operator.
b. Operator berdiri di belakang samping kanan pasien posisi jam 11-12s.
c. Sendok cetak rahang atas yang berisi alginat yang sudah dicampur dengan
air hingga homogeny lalu dimasukkan ke mulut pasien dengan
menempelkan bagian posterior lebih dahulu lalu sedikit demi sedikit ke
arah anterior sampai seluruh gigi terbenam alginat. Selanjutnya pasien
diinstruksikan mengucapkan “U” lalu dilakukan muscle triming di bagian
bukal dan labial.
d. Setelah alginat setting, sendok cetak dilepas.
2). Pencetakan Rahang Bawah:
a. Sama seperti pada rahang atas, tetapi posisi operator di sebelah kanan
depan.
b. Lidah diangkat keatas.
Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan diisi stone gips lalu diboxing.

3. Pengambilan foto rontgen periapikal untuk mengetahui keadaan gigi yang lainnya
beserta tulang pendukungnya.

4. Menentukan jenis GTC


5. Menentukan bentuk pontik
6. Menentukan bentuk preparasi gigi abutment
7. Pembuatan desain alat GTC

 Kunjungan II (Preparasi Gigi Abutment)

Preparasi abutment dengan full cast crown pada gigi 15 dan 17 :


1) Occusal reduction: bagian oklusal dikurangi dengan menggunakan Round Wheel bur
sebesar 1-1,5 mm.
2) Proximal reduction: menggunakan bur tapered yang tipis dan kecil dengan
pemotongan sejajar antar dinding proksimal sedikit menutup kearah oklusal sebesar
6o.

3) Buccal dan lingual reduction: bagian bukal dan lingual dikurangi dengan silindris
fissure bur atau bur torpedo. Kemudian dibuat finishing line berbentuk chamfer
menggunakan bur fissure ujung datar

4) Axial reduction: Tumpulkan sudut-sudut aksial dengan silindris


tapered bur terutama daerah gingival margin.

5) Penghalusan hasil preparasi: menggunakan sand paper disc untuk menghilangkan


bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan undercut. Guna memperoleh hasil preparasi
yang halus.

Setelah dipreparasi dibuat cetakan model kerja :


Sendok cetak : perforated stock tray no. 2
Bahan cetak : double impression
Metode : mukostatik
Hasil cetakan diisi dengan glass stone gips.
Cara mencetak model kerja ialah dengan menggunakan adonan putty yang terdiri dari
dua bagian dan dicampur sampai homogen, diletakkan ke dalam sendok cetak dan dicetakkan
ke dalam mulut pasien, setelah keras lepaskan sendok cetak dari mulut pasien. Kemudian
pada daerah preparasi pada hasil cetakan dikerok. Daerah kerokan tersebut diberi exaflex dan
dicetakkan kembali ke mulut pasien, setelah keras, lepaskan dari mulut pasien. Selanjutnya
hasil cetakan diisi dengan glass stone gips. Kemudian model kerja dikirim ke laboratorium
untuk pemrosesan bridge / GTC.
Sebelum pasien pulang terlebih dahulu dibuatkan mahkota sementara dari self curing
acrylic. Cara pembuatan mahkota sementara :
1. Cetak gigi sebelum preparasi (I)
2. Preparasi gigi abutment
3. Cetak gigi sesudah preparasi (II)
4. Isi cetakan (I) dengan self curing acrylic
5. Masukkan cetakan (II) ke hasil cetakan (I)
6. Fiksasi sampai cetakan mengeras
7. Dilakukan pengurangan pada mahkota sementara dan dicobakan pada pasien

KUNJUNGAN III
(Insersi GTC)

a. Try in
b. Satu minggu setelah pengepasan kemudian dilakukan insersi GTC dengan sementasi
menggunakan SIK tipe I. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan subjektif ditanyakan apakah
ada keluhan dari pasien setelah GTC dipasang dan dipakai. Pemeriksaan objektif dilihat
dari keadaan jaringan lunak di sekitar daerah GTC apakah ada peradangan atau tidak,
periksa retensi dan oklusi pasien. Cara penyemenan GTC adalah:
1. Bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan, gigi yang akan dipasangi bridge
juga dikeringkan.
2. Semen diaduk sesuai konsistensinya dan dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan
bagian dalam bridge.
3. Lakukan pemompaan pada GTC sebanyak tiga kali untuk menghilangkan gelembung
udara yang terjebak pada adonan semen.
4. Bridge dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas diletakkan diatas bridge
dan pasien disuruh menggigit beberapa menit.
5. Pemeriksaan oklusi dan estetis.
6. Instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya dan diminta untuk tidak
akan atau menggigit makanan yang keras dahulu. Bila ada keluhan rasa sakit segera
dikontrol.

KUNJUNGAN IV
(Kontrol)

Kontrol dilakukan untuk mengoreksi adanya kesalahan yang mungkin terjadi setelah
pemakaian GTC, dengan cara:
1. Pemeriksaan subyektif
- Apakah terdapat keluhanberkaitan dengan GTC?
- Apakah fungsi bicara terganggu ?
2. Pemeriksaan obyektif

- Cek perkusi dan palpasi

- Cek oklusimenggunakan articulating paper


Komplikasi setelah pemakaian GTC dapat berupa :
a. Terdapat suara akibat sentrik oklusi yang tinggi sehingga menimbulkan suara pada
bagian oklusal.
b. Retensi yang kurang menyebabkan GTC tidak stabil.
c. Kesukaran dalam mengunyah akibat oklusi yang tidak seimbang.
d. Gigi tiruan goyang: perlu diperiksa oklusinya dengan kertas artikulating paper.
e. Saliva berlebihan: adanya stimulasi pada glandula salivarius karena gigi tiruan, tetapi
dapat hilang setelah beradaptasi.

BAB V. DISKUSI

Pada kasus kehilangan gigi molar 1 kanan atas digunakan GTC dengan 3 unit (three
unit bridge). Preparasi full crown pada elemen 17 dan 15. Finishing line pada gigi 17 dan 15
menggunakan chamfer. Pertimbangan penggunaan GTC, kehilangan satu gigi dengan
dukungan jaringan periodontal dan alveolar yang masih sehat dan baik, usia pasien terbilang
cukup untuk penggunaan GTC, yaitu 34 tahun. Pontik yang digunakan adalah hygiene pontic
dengan seluruh bagian pontik menggantung, karena pertimbangan oral hygiene sehingga
pasien mudah untuk membersihkannya. Bahan restorasi (GTC) dan retainer menggunakan
PFM (Porcelain Fused to Metal) dengan diberi jarak ±2 mm pada saat preparasi untuk
penempatan bahan. Sementasi retainer menggunakan SIK tipe I (luthing agent). Connector
pada kasus ini menggunakan rigid connector.

DESAIN GIGI TIRUAN CEKAT

Keterangan :

1. hygiene pontic

2. retainer

3. konektor

4. gigi abutment

BAB VI. PROGNOSA

Diperkirakan hasil perawatan baik karena:


1. Jaringan pendukung dan tulang alveolar baik
2. Tes mobilitas (-)
3. Kesehatan umum baik
4. Motivasi pasien baik
5. Pasien kooperatif

BAB VII. KESIMPULAN


Missing teeth pada gigi 16 di pasang GTC three unit bridge disertai dengan hygiene
pontic dan rigid connector. Bahan restorasi GTC dan retainer menggunakan PFM (Porcelain
Fused to Metal).

Yogyakarta, Agustus 2019

Mengetahui,
Operator Dosen Pembimbing

( Nugraheni Setyorini, S.KG ) ( drg. Gunawan, Sp.Pros )

Anda mungkin juga menyukai