COMBUSTIO
KELOMPOK 5:
Moch. Syahrial Asikin
Moch. Ariel Subagja
Noval Ardiansah
Tri Satria Sastra Negara
Widia Febriani
A. Pengertian
Luka bakar merupakan perlukaan pada daerah kulit dan jaringan epitel lainnya.
Luka bakar ialah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau terpapar dengan zat-zat
termal, chemical, elektrik atau radiasi yang menyebabkan Luka bakar . luka bakar ialah
truama pada kulit yang disebabkan oleh panas tinggi.
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para medis. Jenis yang
berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan
cedera oleh sebab lain.
Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api
atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga
B. Etiologi
Listrik : voltase aliran, listrik, petir, defibrilator.
Thermal : api, air panas, kontak dengan objek panas, berjemur, sinar ultraviolet
(luka bakar karena sinar panas matahari).
Chemical : organo phospat, acid (asam), korosi, alkalis.
Inhalasi : saluran pernafasan yang terpapar dengan panas yang hebat, inhalasi zat
kimia yang merugikan, merokok dan CO.
D. Phatway (terlampir)
E. Patifisiologi
Luka bakar disebabkan karena terpapar panas, radiasi, bahan kimia dan listrik.
Sehingga terjadi pengalihan dari suatu sumber panas kepada tubuh. Akibat adanya
rangsangan tersebut maka terjadi kehilangan barier kulit sehingga menyebabkan
terjadinya kerusakan jaringan, dan berlanjut kerusakan termogulasi. Kehilangan barier
kulit ini juga menimbulkan respon inflamasi yang kemudian terjadi pelepasan makrofag,
karena makrofag ini adalah berperan untuk pertahanan yang penting yang mencakup
fagositosis serta respon imun maka terjadi reaksi antigen-antibody, lalu dari reaksi
tersebut terjadi pelepasan tromboplastin dan fibrinogen sehingga terjadi tromus, iskemia
dan nekrosis.
Segera setelah cedera termal, terjadi kenaikan nyata pada tekanan hidrostatik
kapiler pada jaringan yang cedera, disertai peningkatan permeabilitas kapiler, hal ini
mengakibatkan perpindahan cairan plasma intravaskular menembus kapiler yang rusak
karena panas dalam daerah interstisial (mengakibatkan edema).
Kehilangan plasma dan protein cairan mengakibatkan penurunan tekanan osmotik koloid
pada kompartemen vaskular kemudian kebocoran cairan dan elektrolit, kemudian
berlanjut pembentukan edema tambahan pada jaringan yang terbakar dan ke seluruh
tubuh.
Kebocoran ini yang terdiri atas natrium, air dan protein plasma diikuti penurunan
curah jantung, maka terjadilah penurunan perfusi pada organ besar seperti aliran darah ke
ginjal menurun yang akhirnya menyebabkan asidosis metabolik, aliran darah
gastrointestinal menurun akibatnya resiko ileus, begitu pula aliran darah tidak lancar yang
jika tidak segera diatasi menyebabkan nekrosis.
G. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap : Menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/kehilangan cairan.
AGD : Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan
PaO2 atau PaCO2.
Elektrolit serum
CoHbg : Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan
karbon monoksida.
BUN : Mengetahui penurunan fungsi ginjal.
Toto rontgen dada : Dapat tampak normal/tidak normal pada pasca luka bakar
dini.
Bronkoskopi : Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi hasil dapat
meliputi edema, pendarahan/tukak pada saluran pernafasan
atas.
Skan paru : Menentukan luasnya cedera inhalasi.
EKG : Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka
bakar listrik.
Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk menyembuhkan luka bakar
selanjutnya.
H. Komplikasi
Gagal respirasi yang akut
Perawat harus melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap tanda-tanda cedera
instalasi seperti bertambahnya keparauan suara, stridor (pernafasan berbunyi). Frekuensi
dan dalam respirasi abnormal atau perubahan mental yang disebabkan oleh hipoksia
Syok sirkulasi
Pasien harus dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal syok hipovolemik atau
kelebihan muatan cairan yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang paling sering
dijumpai adalah kekurangan cairan yang dapat berkembang menjadi syok sirkulasi (atau
syok distribusi).
Gagal ginjal
Haluaran urin yang tidak memadai dapat menunjukkan resusitasi yang tidak adekuat
atau awal terjadinya gagal ginjal akut.
Sindrom kompartemen
Status neurovaskuler ekstremitas harus dinilai dengan teliti, khususnya jika luka
bakar tersebut melingkar (sekumfenensial). Pengkajian ini akan membantu kita untuk
mendeteksi gangguan sirkulasi akibat peningkatan edema karena konstriksi yang
disebabkan oleh pembentukan esker pada luka bakar derajat tiga.
Ileus paralitik
Dilatasi lambung dan ileus paralitik kerapkali terjadi pada periode awal pasca luka
bakar. Mual dan distensi abdomen (kembung, meteorasmus) merupakan gejala yang
ditemukan.
I. Penaktalaksanaan Medis
a) Pemberian cairan
b) Pemberian analgetik
c) Pemberian antibiotic
d) Perawatan luka dengan hidroterapi dan penggantian balutan
e) Bedrest
f) Debridement
g) Meningkatkan nutrisi.
J. Pengkajian keperawatan
Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Pengetahuan pasien terhadap luka bakar
- Penyebab luka bakar sekarang ini
- Bagaimana kejadiannya
- Apa yang dilakukan
- Lamanya kontak dan lokasinya
- Luas dan keadaan luka bakar
- Ada pendarahan pada daerah luka bakar.
b. Pola nutrisi metabolik
- Mual, muntah
- Demam
- Frekuensi pemberian makan dan minum dalam sehari
c. Pola eliminasi
- Pengeluaran urine, jumlah dan warna
- Diuresis
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kelemahan fisik, keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
- Penurunan kekuatan otot
- Sesak nafas
K. Asuhan Keperawatan
Pre Operasi
a. Kerusakan pertukaran berhubungan dengan keracunan karbon monoksida, inhalasi
asap dan obstruksi saluran nafas atas.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema dan efek inhalasi
asap.
c. Nyeri berhubungan dengan luka bakar.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar.
e. Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan cairan.
f. Hipotermi berhubungan dengan gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka terbuka.
g. Cemas berhubungan dengan ketakutan dan dampak dari luka bakar.
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemulihan kembali integritas
kapiler.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya
respon imun.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
nutrisi bagi kesembuhan luka.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema luka bakar, rasa nyeri.
Rencana Keperawatan
Pre Operasi
a. Kerusakan pertukaran berhubungan dengan keracunan karbon monoksida, inhalasi
asap dan obstruksi saluran nafas atas.
HYD: Tidak ada dispnea, frekuensi pernafasan 12-20 x/mnt, paru bersih pada
auskultasi, saturasi O2 arteri > 96% dengan oksimetri nadi, kadar gas darah
arteri dalam batas normal (pH 7,35-7,45, PCO2: 35-45 mmHg, PO 2: 75-100
mmHg, HCO3: 24-28 mEq/L)
Intervensi:
1) Kaji bunyi nafas, frekuensi pernafasan, trauma dan dalam.
R/ Untuk mengetahui apakah dalam rentang normal, bebas sianosis.
5) Pantau dengan ketat keadaan pasien yang menggunakan alat ventilator mekanis.
R/ Untuk mencegah terjadinya
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema dan efek inhalasi
asap.
HYD: Jalan nafas paten dan pola, bunyi nafas normal.
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
4) Kaji perubahan/kesadaran.
R/ Sebagai tanda awal kekurangan volume cairan.
Intervensi:
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
HYD: Nyeri berkurang sampai dengan hilang dengan intensitas 1-2 dalam waktu 1
minggu.
Intervensi:
3) Kaji lokasi dan intensitas nyeri, keluhan nyeri, luas luka bakar.
R/ Untuk menentukan tindakan yang tepat selanjutnya.
Intervensi:
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya
respon imun.
HYD: Infeksi tidak terjadi ditandai dengan tidak terjadi peradangan pada daerah luka
bakar.
Intervensi:
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema luka bakar, rasa nyeri.
HYD:
Intervensi:
4) Gunakan bidai dan alat-alat latihan yang dianjurkan oleh spesialis terapi.
R/ Untuk meningkatkan klien dalam bermobilisasi.
Brunner and Suddarth (2003). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.. Alih bahasa : dr. H.Y.
Kuncara, Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC.
C. Long Barbara (2006). Keperawatan Medikal Bedah. Suatu Pendekatan Proses Keperawatan..
Buku 3. Bandung : Yayasan IAPK.
Christine Effendy, SKp. (2004). Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo (2006). Keperawatan Kritis. Vol. II. Hal. Jakarta : EGC.
Sylvia A. Price (2004). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Buku 2. Jakarta.
EGC.