Anda di halaman 1dari 24

Bab 4

IKATAN KIMIA

Atom/unsur Mencapai kestabilan Aturan oktet/duplet


sesuai dengan

Berdasarkan jumlah elekton


valensi membentuk

sebagai dasar
Struktur Lewis
pembentukan
dengan

Ikatan kimia

Berdasarkan proses pembentukannya

Transfer elektron Sharing elektron Awan elektron

Ikatan ionik Ikatan kovalen Ikatan logam

Disebut dengan

Senyawa ionik Senyawa kovalen Logam


Tujuan Pembelajaran:

1. Menjelaskan prinsip kestabilan unsur/atom


2. Menjelaskan konfigurasi elektron yang stabil berdasarkan teori oktet/duplet
3. Menjelaskan pembentukan ikatan ionik
4. Menjelaskan pengaruh gaya elektrostatik terhadap kekuatan ion
5. Menjelaskan pembentukan ikatan kovalen
6. Menuliskan struktur Lewis dari suatu senyawa
7. Menuliskan pembentukan ikatan kovalen dengan menggunakan struktur
Lewis
8. Mendeskripsikan pembentuka ikatan kovalen tunggal, kovalen rangkap dua,
dan kovalen rangkap tiga
9. Menjelaskan pembentukan ikatan kovalen polar dan kovalen non polar
berdasarkan perbedaan keelektronegatifan
10. Menjelaskan pembentukan ikatan kovalen koordinasi
11. Menjelaskan ikatan logam
12. Menjelaskan sifat logam berdasarkan ikatan logam
13. Menjelaskan pembentukan ikatan van der walls
14. Menentukan bentuk molekul suatu senyawa

Mengapa anda memilih bersekolah di SMK? Banyak siswa yang menjawab


bahwa mereka bersekolah di SMK agar setelah lulus dapat langsung bekerja. Bagi
kaum kebanyakan, sekolah merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mencapai kestabilan dalam hidup bermasyarakat. Dengan bersekolah diharapkan
anda dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang anda
pelajari dan memperoleh penghasilan untuk menunjang kehidupan. Apa kriteria
kestabilan bagi manusia? Anda mungkin akan mendapatkan jawaban yang
berbeda! Seseorang disebut stabil jika sudah bekerja dan memperoleh penghasilan.
Usaha untuk mencapai kestabilan juga dimiliki oleh atom atau unsur kimia yang
ada! Pada bab 2 mengenai unsur dan senyawa kimia, anda sudah mempelajari
bahwa atom atau unsur sangat jarang dijumpai di alam dalam keadaan bebas
melainkan ditemukan dalam bentuk senyawa atau dengan kata lain berikatan
dengan atom atau unsur lainnya. Mengapa demikian ?
A. Susunan elektron yang stabil

Konsep ikatan kimia pertama kali dikemukakan oleh Gilbert Newton Lewis
(1875 – 1946) dari Amerika Serikat dan Albrecht Kossel (1853 – 1927) dari Jerman.
Mereka menjelaskan kecenderungan atom-atom unsur di alam untuk bergabung
dengan atom-atom unsur lainnya melalui ikatan kimia. Mereka berdua pada tahun
1916 mengemukakan bahwa:
1.Susunan elektron gas mulia merupakan susunan elektron yang stabil.
Atom Susunan Elektron

He2 2
10 Ne 2 8
18 Ar 2 8 8
36 Kr 2 8 18 8
2.Susunan elektron yang stabil adalah jumlah elektron valensinya 2 ( Duplet )
untuk He dan yang lainnya jumlah electron valensinya 8 ( Oktet ).
3.Setiap atom bercita-cita untuk memiliki susunan elektron yang stabil seperti
gas mulia. Unsur-unsur yang bernomor atom kecil dari Hidrogen ( Z=1)
sampai Boron ( Z = 5) cenderung untuk memiliki dua elektron valensi seperti
pada helium (mengikuti aturan duplet). Adapun unsur-unsur yang bernomor
atom lebih besar ( Z> 5) cenderung untuk memiliki delapan elektron valensi
(aturan oktet) seperti gas mulia yang lainnya.
4. Kecenderungan atom-atom untuk memiliki delapan elektron di kulit terluar
disebut Kaidah Oktet.
Gambaran banyaknya elektron valensi suatu unsur, atom,dan ion
dinyatakan dengan struktur Lewis, dimana suatu unsur dikelilingi oleh titik-titik
yang menyatakan elektron valensi dari unsur tersebut. Pada lambang Lewis
elektron-elektron dalam (bukan elektron valensi) tidak digambarkan.
Tabel 4.1 Struktur Lewis Beberapa Unsur
Notasi Konfigurasi Struktur Notasi Konfigurasi Struktur
atom elektron Lewis atom elektron Lewis
14
2 1 Li 2 5
CLi C N
3 7 N

Be 16
2 2 2 6
CBe CO O
4 8
12 e 19
2 4 2 7
C C CF F
6 9
Unsur-unsur selain gas mulia, mempunyai kecenderungan untuk memiliki
susunan elektron stabil seperti yang dimiliki oleh gas mulia. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara membentuk ikatan kimia antara unsur yang satu dengan unsur yang
lainnya melalui mekanisme/cara:
1. Melepas elektron (membentuk kation)
2. Menangkap/menerima elektron (membentuk anion)
3. Pemakaian elektron secara bersama-sama
Berdasarkan cara yang digunakan oleh atom/unsur dalam membentuk ikatan, maka
ikatan yang terjadi dapat dibedakan menjadi ikatan ionik/elektrovalen dan ikatan
kovalen. Sedangkan senyawa yang terbentuk disebut dengan senyawa ionik dan
senyawa kovalen. Antara senyawa ionik dan senyawa kovalen tidak dapat
dipisahkan dengan garis pemisah yang tegas, karena ada senyawa ionik yang
mengandung sifat kovalen dan ada senyawa kovalen yang mengandung sifat ionik.
Pada beberapa buku mungkin disebutkan bahwa ikatan ionik adalah ikatan yang
terbentuk antara unsur logam dan unsur non logam. Akan tetapi pendapat ini tidak
selalu benar, sebagai contoh pada senyawa seng blende atau ZnS diperoleh fakta
bahwa senyawa ini bukan merupakan senyawa ionik tetapi merupakan senyawa
kovalen. Ukuran yang paling tepat digunakan untuk menentukan suatu senyawa
bersifat senyawa ionik atau senyawa kovalen adalah dengan menggunakan prinsip
keelektronegatifan atom/unsur menurut skala Paulin. Menurut aturan Pauling
suatu senyawa biner (senyawa yang terdiri dari dua jenis atom) dapat dianggap
sebagai senyawa ionik jika perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom
penyusun senyawa tersebut lebih dari 1,7 menurut skala Pauling (data tentang nilai
keelektronegatigan atom atau unsur ada pada Tabel 3.11). Pemahaman yang lebih
mudah bagi siswa adalah bahwa senyawa ionik adalah senyawa yang terbentuk
dari kation dan anion. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana proses
pembentukan senyawa ionik melalui transfer elektron.

B. IKATAN ION (ELEKTROVALEN)


Ikatan ion atau elektrovalen adalah ikatan antara kation (atom yang
bermuatan positif ) dengan anion (atom yang bermuatan negatif) karena adanya
gaya tarik menarik (elektrostatik) dan perbedaan keelektronegatifan. Pembentukan
senyawa ionik didahului dengan pembentukan ion positif (kation) yang diperoleh
dengan cara melepaskan elektron dan pembentukan ion negatif (anion) yang
diperoleh dengan cara menerima elektron melalui perpindahan elektron dari atom-
atom yang berikatan, sehingga dihasilkan gaya elektrostatik. Untuk lebih memahami
bagaimana terbentuknya kation dan anion perhatikan gambar di bawah ini:
1. Proses pembentukan senyawa ionik Natrium klorida (NaCl)
Konfigurasi electron :
11Na = 2 8 1 Gas mulia yang memiliki konfigurasi elektron terdekat
dengan atom Na adalah ( 2 8 8 ) karena itu Na melepas 1
elektron membentuk Na+

17Cl = 2 8 7 Gas mulia yang memiliki konfigurasi elektron terdekat


dengan atom Cl adalah ( 2 8 8 ) karena itu Cl menerima 1
elektron membentuk Cl-

Na Cl
Struktur Lewis :

Skema ion :
Na (g) Na+ (g) + 1 e ( pembentukan kation)
Cl (g) + 1 e Cl- (g) ( pembentukan anion )
Na+ (g) + Cl- (g) NaCl (g ) ( pembentukan pasangan ion )
+
Na (g) + Cl(g) NaCl (g)

2. Proses pembentukan senyawa ionik Magnesium oksida (MgO)

Konfigurasi elektron :
12Mg = 2 8 2 Gas mulia yang memiliki konfigurasi elektron terdekat
dengan atom Mg adalah (2 8 8) karena itu Mg melepas 2
elektron membentuk Mg2+
8O = 2 6 Gas mulia yang memiliki konfigurasi elektron terdekat
dengan atom Cl adalah (2 8) karena itu O menerima 2
elektron membentuk O2-
..
+ -
Mg . O ..
Struktur Lewis : .

Skema ion :
2Mg (g) 2Mg+2 (g) + 4 e ( pembentukan kation)
O2 (g) + 4 e 2O-2 (g) ( pembentukan anion )
Mg+2 (g)+ O-2 (g) MgO (g ) ( pembentukan pasangan ion )
+
2Mg (g) + O2(g) MgO (g)

Patokan pembentukan senyawa ionik:


Jika atom memiliki elektron terluar 1,2,atau 3 , maka atom itu melepas elektron
atau membentuk ion positif
Jika atom memiliki elektron terluar 5, 6, atau 7 maka atom menangkap elektron
atau membentuk ion negatif
Jumlah muatan pada penggabungan kedua ion harus sama dengan 0

Contoh Soal:
Tentukan rumus senyawa ionik yang terjadi antara atom 20 Ca dan 17 Cl.
Jawab:
Konfigurasi elektron
20 Ca : 2 8 8 2 → Gas mulia yang memiliki konfigurasi elektron terdekat dengan
atom Ca adalah (2 8 8) karena itu Ca melepas 2 elektron
membentuk Ca2+
Konfigurasi elektron
17 Cl : 2 8 7 → Gas mulia yang memiliki konfigurasi elektron terdekat
dengan atom Cl adalah ( 2 8 8 ) karena itu Cl menerima 1
elektron membentuk Cl-

Penggabungan dua ion : Ca2+ Cl-. Karena jumlah muatan tidak sama maka harus
dikalikan KPK kedua muatan menjadi ( Ca2+)1(Cl-)2.

Jadi rumus senyawa ionik yang terjadi antara atom 20 Ca dan 17 Cl adalah CaCl2.
Tugas Kegiatan Belajar 1: Ikatan Ionik
Kerjakan soal di bawah ini!
1. Jelaskan bagaimana kriteria suatu unsur dikatakan stabil!
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2. Bagaimanakah cara yang dilakukan oleh atom/unsur untuk memperoleh
konfigurasi elektron yang stabil!
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. Apakah kriteria suatu senyawa membentuk ikatan ionik?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4. Tuliskan struktur Lewis dan skema ion terbentuknya senyawa Kalium
fluorida (KF) dan Kalsium klorida (CaCl2)
a. Senyawa Kalium fluorida
Konfigurasi elektron :19K = ………………
cara yang digunakan untuk membentuk konfigurasi elektron seperti gas
mulia………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………....
Konfigurasi elektron 9F = …………………….
cara yang digunakan untuk membentuk konfigurasi elektron seperti gas
mulia………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

Struktur Lewis :

Skema ion :
pembentukan kation :..................................................................
pembentukan anion :.................................................................
pembentukan pasangan ion: ................................................................

b. Senyawa Kalsium Fluorida


Konfigurasi elektron :20Ca = ………………
cara yang digunakan untuk membentuk konfigurasi elektron seperti gas
mulia………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………....
Konfigurasi elektron 9F = …………………….
cara yang digunakan untuk membentuk konfigurasi elektron seperti gas
mulia………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Struktur Lewis :

Skema ion :
pembentukan kation :..................................................................
pembentukan anion :.................................................................
pembentukan pasangan ion: ................................................................

5. Unsur A mempunyai massa atom 24 dan inti atomnya mengandung 12


neutron. Inti atom unsur B mengandung 8 proton dan 8 neutron. Tuliskan
rumus senyawa dan jenis ikatan yang terbentuk antara A dan B.
Jumlah elektron unsur A:……………………………………
Konfigurasi elektron unsur A: ………………………………
Cara yang digunakan untuk membentuk konfigurasi elektron yang
stabil…………………………………………………………………………………
Jumlah elektron unsur B:……………………………………
Konfigurasi elektron unsur B: ………………………………
Cara yang digunakan untuk membentuk konfigurasi elektron yang
stabil…………………………………………………………………………………

Struktur Lewis :

Skema ion :
pembentukan kation :..................................................................
pembentukan anion :.................................................................
pembentukan pasangan ion: ................................................................
C. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen dapat terjadi karena adanya penggunaan elektron
secara bersama. Apabila ikatan kovalen terjadi maka kedua atom yang berikatan
tertarik pada pasangan elektron yang sama. Berkut adalah contoh pembentukan
ikatan kovalen pada gas hidrogen (H2).

(Gambar 4.1a) (Gambar 4.1b)

Masing-masing atom hidrogen mempunyai 1 elektron dan untuk


mencapai konfigurasi elektron yang stabil seperti unsur golongan gas mulia maka
masing-masing atom hidrogen memerlukan tambahan 1 elektron. Tambahan 1
elektron untuk masing-masing atom hidrogen tidak mungkin didapat dengan
proses serah terima elektron karena keelekronegatifan yang sama. Sehingga
konfigurasi elektron yang stabil dapat dicapai dengan pemakaian elektron
secara bersama (Gambar 4.1b). Apabila dua atom hidrogen saling mendekat,
maka akan terjadi gaya tarik dan gaya tolak elektrostatik antara keduanya. Gaya
tarik elektrostatik terjadi antara inti-inti atom yang bermuatan positif dengan
elektron-elektron yang bermuatan negatif. Gaya tolak elektrostatik terjadi antara inti
atom hidrogen dengan inti atom hidrogen yang lain serta awan elektron
(digambarkan seperti lingkaran pada Gambar 4.1b) dari atom hidrogen dengan
awan elektron dari atom hidrogen yang lain. Pada waktu dua atom hidrogen saling
mendekat, maka gaya tarik akan lebih kuat dibandingkan gaya tolak sampai jarak
antara dua atom hidrogen tetap. Pada jarak ini kekuatan gaya tarik dan gaya tolak
adalah seimbang dan antara dua atom hidrogen tersebut membentuk ikatan
kovalen.
Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa terjadinya
ikatan kovalen karena adanya proses pemakaian elektron secara bersama
dengan penyumbangan masing-masing 1 elektron dari atom hidrogen untuk
menjadi pasangan elektron milik bersama. Pasangan elektron bersama ditarik oleh
kedua inti atom hidrogen yang berikatan. Pasangan elektron yang digunakan secara
bersama-sama ini disebut juga dengan pasangan elektron ikatan (PEI). Pada waktu
ikatan kovalen terbentuk, dua elektron yang ada dipakai secara bersama oleh dua
atom hidrogen yang berikatan. Dalam hal ini, dua elektron tersebut seakan-akan
berfungsi sebagai “perekat” yang mengikat dua inti atom hidrogen menjadi sebuah
molekul H2.

Pembentukan Ikatan Kovalen

Dalam melukiskan ikatan kovalen , kita menggunakan struktur Lewis, yaitu setiap
elektron valensi (elektron terluar) dari atom yang berikatan dilambangkan dengan
tanda titik.
Contoh :
. .. .. ..
. . C . . N . . Cl ..
H . O .
. . . . . . .. . ..

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan struktur lewis:

1. Pasangan elektron yang dipakai bersama-sama diletakkan diantara


lambang kedua atom yang berikatan
2. Sesudah berikatan, setiap harus dikelilingi 8 elektron ( kecuali
hidrogen yang hanya 2 elektron

Ikatan kovalen biasanya terjadi antar unsur nonlogam karena


mempunyai perbedaan keelektronegatifan relatif kecil menurut skala
Pauling. Dibawah ini diberikan beberapa contoh pembentukan ikatan kovalen:
a. Gas Fluorida (2 atom F)

b. Metana (CH4)
Struktur Lewis pada senyawa
disamping digambarkan sebagai
titik-titik yang berada di sekitar
atom atau unsur.

c. Amonia (NH3)
d. Air (H2O)

Berdasarkan pasangan elektron yang digunakan dalam ikatan dikenal ada dua jenis
pasangan elektron, yaitu:

1. pasangan elektron ikatan (PEI) atau Bonding Pair (BP)


2. pasangan elektron yang tidak digunakan dalam berikatan kovalen dan
disebut dengan Pasangan Elektron Bebas (PEB) atau Lone Pair (LP)

Beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam menuliskan struktur Lewis pada
ikatan kovalen adalah sebagai berikut:
1. Untuk unsur-unsur yang berada pada periode ke-2 dan mempunyai elektron
valensi kurang dari 4 (Li, Be, dan B), maka unsur-unsur tersebut tidak harus
mengikuti aturan oktet jika membentuk ikatan kovalen.
2. Jumlah elektron valensi maksimal yang dimilki oleh unsur-unsur pada
periode kedua adalah 8.

3. Unsur-unsur yang berada pada periode ketiga atau lebih tidak harus
mengikuti aturan oktet jika membentuk molekul senyawa atau ion poliatom.
Jumlah elektron pada kulit terluar mungkin saja berjumlah lebih dari 8.

Jenis ikatan Kovalen


Ada dua jenis ikatan kovalen yaitu ikatan kovalen tunggal dan ikatan kovalen ganda
1. Ikatan kovalen tunggal
Ikatan ini terbentuk apabila pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan
kovalen (PEI) berasal dari kedua unsur yang mengadakan ikatan.
Contoh : HCl, H2O, CH4, CCl4, C2H6, dsb.

Molekul H2O mengandung 2 PEI dan 2 PEB


Molekul CH4 mengandung 4 PEI dan tidak mempunyai PEB
2. Ikatan kovalen rangkap/ganda
Ikatan ini terbentuk apabila pasangan elektron yang digunakan untuk
berikatan kovalen (PEI) tidak semuanya berasal dari kedua unsur yang
mengadakan ikatan. Ada yang berasal dari salah satu unsur. Ikatan kovalen
rangkap ada yang berupa ikatan kovalen rangkap dua dan ikatan kovalen
rangkap 3.
Contoh : O2, CO2, C2H4, N2, C2H2, dsb.

PEI/BP

Molekul CO2 mempunyai 4 PEI dan 4 PEB


Molekul CO mempunyai 2 PEI dan 2 PEB

PEI/BP

Berdasarkan keelektronegatifan unsur-unsur pembentuknya, dikenal ikatan kovalen


polar dan ikatan kovalen nonpolar
a. Ikatan kovalen polar
Contoh : HCl, H2O, NH3, HF, dsb.
Adanya kepolaran ikatan dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pada senyawa ionik HF, struktur Lewis senyawa ini adalah sebagai berikut:

Suatu ikatan kovalen disebut polar apabila PEI


tertarik lebih kuat ke salah satu atom

Meskipun inti atom H dan inti atom F sama-sama menarik pasangan elektron
ikatan (PEI) ternyata tarikan atom F terhadap PEI lebih kuat daripada atom H.
Hal ini disebabkan keelektronegatifan F lebih besar daripada keelektronegatifan
H. Akibatnya letak PEI lebih dekat ke arah F. Oleh karena distribusi muatan tidak
seragam, maka terjadilah dua kutub (dipol) dalam molekul HFl. Ikatan kovalen
semacam ini disebut polar (berkutub). Atom yang keelektronegatifannya lebih
besar menjadi kutub negatif dan sebaliknya.
Adanya kepolaran ikatan disebabkan oleh perbedaan keelektronegatifan antara
dua atom yang berikatan. Makin besar selisih keelektronegatifan antara dua atom
yang berikatan, makin besar pula kepolaran ikatan.

Contoh :
keelektronegatifan unsur-unsur F, Cl, Br, dan I menurut skala Pauling masing-
masing adalah 4 ; 3 ; 2,8 ; dan 2,5.
Susunlah kelima molekul di bawah ini berdasarkan urutan penambahan
kepolaran 9 ikatan antara atom makin polar ).

ClF ICl BrCl BrF IBr

Jawab:

Selisih keeelektronegatifan:

Cl dan F = 1,0 Br dan F = 1,2

I dan Cl = 0,5 I dan Br = 0,3

Br dan Cl = 0,2
Urutan pertambahan kepolaran molekul:

BrCl IBr ICl ClF BrF.


Diantara kelima molekul tersebut, BrF paling polar.

b.Ikatan kovalen non polar


Contoh : N2, O2, CCl4, CH4, Cl2, dsb.
Pada Molekul Cl2, kedua atom Cl menarik PEI sana kuat, sebab atom yang
sejenis memiliki keelektronegatifan yang sama. Muatan terdistribusi merata,
sehingga tidak terjadi kutub. Ikatan kovalen semacam ini disebut ikatan non
polar ( tidak berkutub).

Suatu ikatan kovalen disebut nonpolar, apabila PEI


tertarik sama kuat ke arah semua atom
Beberapa aturan sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan kepolaran
suatu iakatan kovalen adalah sebagai berikut:
1. Untuk molekul senyawa yang hanya mengandung dua jenis atom,
kepolaran ikatan dapat ditentukan dengan mudah:
• Jika kedua atom sejenis, pasti memiliki ikatan non polar ( misalnya Cl 2,
H2, Br2 dsb)
• Jika kedua atom itu tidak sejenis, pasti memiliki ikatan polar ( HCl, HBr,
dsb)
2. Untuk molekul senyawa yang mengandung tiga jenis atom atau lebih,
kepolaran ikatannya ditentukan oleh pasangan elektron bebas (PEB) yang
dimiliki atom pusat, yaitu atom yang berada persisi ditengah-tengah
molekul.
• Jika atom pusat tidak memiliki PEB, maka bentuk molekul itu simetris,
sehingga PEI tertarik sama kuat ke semua atom. Akibatnya molekul
tersebut non polar.
• Jika atom pusat mempunyai PEB, maka bentuk molekul itu tidak
simetris, sehingga PEI tertarik lebih kuat ke atom pusat. Akibatnya
molekul tersebut polar.

Contoh Soal :
Diketahui empat senyawa memiliki rumus kimia sbb :
H 2O CH4 NH3 CO2
Tentukan mana senyawa polar dan senyawa non polar !
Jawab: Struktur Lewis keempat senyawa tersebuta adalah:

H 2O merupakan senyawa polar karena atom pusat O memiliki PEB


CH4 merupakan senyawa non polar karena atom pusat C tidak memiliki PEB
NH3 merupakan senyawa polar karena atom pusat N memiliki PEB
CO2 merupakan senyawa non polar karena atom pusat C tidak memiliki PEB.

Kegunaan terpenting dari sifat kepolaran ikatan adalah agar kita dapat memilih
pelarut yang sesuai jika ingin melarutkan suatu zat. Pelarut yang polar cenderung
melarutkan zat terlarut polar, dan pelarut non polar cenderung melarutkan zat non
polar. Pelarut polar yang sangat terkenal adalah air. Banyak sekali senyawa ionik
( Misalnya NaCl) atau senyawa kovalen polar ( misalnya HCl ) yang mudah larut
dalam air. Pelarut non polar yang umum dijumpai di laboratorium adalah CCl 4
( karbon tetraklorida) yang sering dipakai untuk melarutkan senyawa non polar
misalnya Iodium ( I2).
Ikatan kovalen Kovalen Koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi atau semi polar adalah ikatan kovalen dimana
pasangan electron yang dipakai bersama berasal dari salah satu spesies
(pihak), yaitu spesies yang mempunyai minimal satu pasang electron bebas.
Contoh senyawa yang mempunyai ikatan kovalen koordinasi : NH 4+, SO3, H2SO4,
dsb.

Proses pembentukan NH4+


Senyawa NH4+ adalah senyawa yang terbentuk dari molekul NH3 dan ion hidrogen
(H+)

atau

Tugas Kegiatan Belajar 2: Ikatan Kovalen


Tuliskan struktur Lewis dari molekul-molekul senyawa di bawah ini, :

No Molekul Struktur Lewis Struktur Lewis Jumlah PEI Kepolaran


Senyawa Unsur Senyawa dan PEB Senyawa
1 Cl2

Cl
17

2 CO

C
6

O
8
3 CCl4

C
6

Cl
17
4 C 3H 6

C
6

H
1
5 CO

C
6

O
8

6 N2

N
7
D. Ikatan Logam
Pekerjaan konstruksi dapat dilakukan dengan cara pemanasan (hot working)
atau tanpa menggunakan proses pemanasan (cold working). Pengelasan
merupakan contoh pekerjaan dengan pemanasan, sedangkan pekerjaan tanpa
pemanasan misalnya adalah penempaaan, pengepresan, penarikan atau
pembengkokkan. Kedua metode pengerjaan ini harus memperhatikan sifat fisis
bahan yang digunakan karena sifat fisis ini akan berhubungan dengan struktur
mikro bahan yaitu struktur kristal logam. Beberapa sifat fisi bahan yang harus
diperhatikan adalah sifat mekanis, sifat fisis, sifat kemis, dan sifat teknologis.
1. Sifat mekanis meliputi kekenyalan, kekuatan, keuletan, kekerasan, dan lain-
lain.
2. Sifat fisis suatu logam adalah bagaimana keadaan logam itu apabila
mengalami peristiwa fisika, misalnya waktu terkena pengaruh panas dan
pengaruh listrik.
Karena pengaruh panas yang diterimanya pada suhu tertentu, bahan akan
mencair atau hanya mengalami perubahan bentuk dan ukurannya. Dari sifat
fisis ini, dapat ditentukan titik lebur suatu logam dan titik didihnya, sifat
menghantarkan panas, dan sifat menghantarkan listrik
3. Sifat kemis berhubungan dengan kemampuan bahan tersebut apabila terjadi
kontak langsung dengan bahan kimia.Misalnya apakah bahan itu larut atau
terjadi reaksi bila bersentuhan dengan larutan asam atau basa ?
Pembahasan mengenai sifat kemis bahan ini akan dilakukan pada bab 7.
4. Sifat Teknologis merupakan kemampuan suatu bahan dalam proses
pengerjaannya secara teknis. Sifat itu meliputi kemampuan bahan untuk dilas
(weldability), kemampuan untuk ditempa (malleability) atau diregangkan
(ductility)
Pada bab 3 tentang struktur atom, anda mengetahui bahwa setiap zat
tersusun atas atom-atom. Logam merupakan zat yang berwujud padat, hal ini
menunjukkan bahwa atom-atom dalam logam tersusun saling berdekatan atau
rapat. Kedudukan antara atom-atom logam tersebut relatif sama antara satu atom
dengan atom yang lain dan tersusun teratur membentuk ikatan yang disebut
dengan ikatan logam. Susunan yang teratur inilah yang dinamakan dengan kristal
atau susunan kristal pada logam. Apabila atom-atom logam dianggap sebagai bola-
bola keras, maka susunan atom-atom logam tersebut tidak akan bisa mampat
sepenuhnya dan akan menyisakan tempat kosong yang disebut dengan tempat
selitan (interstitial sites) antara bola atom-atom logam yang berdekatan. Dalam
susunan dua dimensinya ada beberapa kemungkinan susunan yang dapat
terbentuk, dua diantaranya adalah susunan bujursangkar dan susunan heksagonal
seperti ditunjukkan paga gambar 2.5

(a) (b)

Gambar 4.1 Susunan atom logam (a) bujursangkar (b) heksagonal

(gambar dikutip
Berdasarkan model susunan atau dari Effendy,
ikatan 2010: 4) logam pada gambar 2.5 terlihat
atom-atom
bahwa susunan atom logam dapat berupa:
1. Susunan rapat
Pada gambar (b) terlihat bahwa satu atom logam akan bersinggungan
secara langsung dengan enam atom logam yang lain, sehingga ukuran
tempat selitan lebih kecil dibandingkan pada gambar (a), karena itu susunan
atom-atom logam secara heksagonal disebut dengan susunan kemasan
terkarib, kemasan rapat atau susunan rapat (close packing atau close
packed)
2. Bukan susunan rapat
Pada gambar (a) terlihat bahwa satu atom logam akan bersinggungan
secara langsung dengan empat atom logam yang lain, sehingga ukuran
tempat selitan lebih besar dibandingkan pada gambar (b), karena itu
susunan atom-atom logam secara bujursangkar bukan merupakan susunan
rapat
Dari model dua dimensi pada gambar
2.5 diatas, “lapisan-lapisan” atom-atom
logam akan saling bertumpukan secara
teratur sehingga terbentuk susunan
berulang yang bersifat tiga dimensi.
Susunan berulang yang bersifat tiga
dimensi ini disebut dengan struktur Gambar 4.2 . Susunan Tiga Dimensi Atom Logam
dengan Struktur Kubus Berpusat Badan
kristal.

Dari susunan tiga dimensi atom-atom logam, dapat dibuat sel-sel satuan yang
menunjukkan posisi atom-atom logam dalam kesatuan yang berulang. Gambar
2.7 dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai beberapa
susunan atom logam.
Susunan atom logam

Dapat berupa

Susunan rapat Bukan susunan rapat


logam

Susunan rapat heksagonal Susunan rapat kubus Kubus berpusat badan Kubus Susunan
sederhana atom logam
hexagonal close packing cubic close packing Body centered cubic yang lain
(hcp) atau kubus
Sel(ccp)
satuan (bcc) primitif (P)
Sel satuan
Kubus berpusat muka
Heksagonal
Face centered cubic

(fcc)

Gambar 4.3 Beberapa Susunan Atom Logam

(gambar dikutip dari Oktavianto, 2010:5 (on line)


Sebagian logam mengkristal dalam satu pola susunan atom-atom, sebagian lagi
mengkristal dalam dua atau tiga pola susunan atom-atom. Beberapa pola susunan
atom logam dan atom semilogam (metaloid) dalam kristalnya disajikan dalam
Gambar 2.8. Pada gambar 2.8, logam yang berada di dalam lingkaran seperti
tembaga (Cu) mengkristal dalam susunan rapat kubus (ccp); logam yang berada di
dalam segi enam seperti Zink (Zn) mengkristal dalam susunan rapat heksagonal
(hcp); logam yang berada dalam bujursangkar seperti Kromium (Cr) mengkristal
dalam susunan kubus berpusat badan(bcc).

Gambar 4.4. Pola Susunan Atom-atom Pada Kristal Logam

(Gambar dikutip dari Effendy, 2010:18)


Logam dapat mengkristal lebih dari satu struktur. Gejala ini disebut dengan
alotropi atau polimorfisme (polymorphism). Polimorf-polimorf dari kristal logam
seringkali ditunjukkan dengan awalan α-, β-, γ-, dan seterusnya. Sebagai contoh
logam besi (Fe) yang pada gambar 2.8 berada dalam lingkaran dan bujursangkar.
Hal ini menunjukkan bahwa logam Fe dapat mengkristal dalam susunan rapat
kubus (ccp) dan susunan kubus berpusat badan (bcc). Fernite (besi α) pada
kelarutan maksimum karbon 0,025% mengkristal dalam susunan rapat kubus pusat
badan (bcc) pada suhu dibawah 912oC, Austenite (besi γ) dengan kelarutan
maksimum karbon 2% mengadopsi struktur kristal rapat kubus (ccp) yang
mempunyai sel satuan kubus pusat muka (fcc) pada suhu antara 912oC – 1394oC,
sedangkan besi-δ dengan kelarutan karbon maksimal 0,1% mengadopsi struktur
kristal bcc pada suhu sekitar 1493oC.
Pada proses penempaan logam digunakan besi jenis Austenite (besi γ)
karena mempunyai struktur kristal fcc. Struktur kristal ini lebih rapat sehingga
memudahkan proses penempaan logam( lihat secara lengkap di halaman 13).
Fernite (besi α) yang mempunyai struktur kristal bcc lebih sesuai untuk keperluan
pembuatan alat-alat konstruksi yang berhubungan dengan panas tinggi karena
struktur kristal bcc memungkinkan lebih banyak atom karbon di tempat selitan
sehingga jumlah atom karbon yang ditempatkan bisa lebih banyak. Besi yang diberi
tambahan karbon disebut dengan baja karbon, bertambahnya jumlah atom karbon
yang ditambahkan akan membuat sifat besi semakin keras dan kuat sehingga tahan
pada suhu yang lebih tinggi tapi tidak tepat bila digunakan untuk pengerjaan dingin
(cold working) seperti penempaan karena kandungan karbon yang tinggi akan
menyebabkan sifat besi keras tetapi rapuh.
Pekerjaan konstruksi logam meliputi penempaaan, pengepresan, penarikan
atau pembengkokkan. dasarkan model susunan rapat, pada waktu logam ditempa
atau diregangkan, atom-atom logam yang terdapat pada suatu lapisan menggelincir
di atas permukaan lapisan atom-atom logam yang lain seperti ditunjukkan pada
gambar 2.8. Lapisan atom-atom logam mudah menggelincir di atas lapisan yang
lainnya apabila atom-atomnya tersusun rapat. Bila lapisan atom-atomnya tidak
rapat, maka suatu lapisan akan lebih sulit menggelincir sehingga sukar untuk
ditempa.Logam yang atomnya tersusun dengan pola susunan rapat heksagonal
(hcp) atau susunan rapat kubus (ccp) lebih mudah ditempa dibandingkan logam
yang atom-atomnya tersusun dengan pola kubus pusat badan (bcc). Emas (hcp)
dan Zink (hcp) lebih mudah ditempa dibanding kromium (bcc).
Arah tempaan logam
Lapisan A

Lapisan B Lapisan C
Lapisan C

Arah tempaan
logam

Lapisan A

Gambar 4.4 Perpindahan Posisi Lapisan Atom Pada Saat Logam Ditempa

Gambar kiri: Sebelum Logam Ditempa; Gambar Kanan Setelah Logam Ditempa

(gambar dikutip
Beberapa sifatdari Effendy,
logam 2010:31)tahan panas dan dapat menghantarkan arus
seperti
listrik dapat diterangkan melalui ikatan logam yang menggunakan awan elektron.

Muatan positif dari atom


logam yang tersusun
secara teratur

Awan elektron yang berada


di sekitar atom logam yang
bersifat “ mobile” dan
mudah bergerak

Adanya awan elektron inilah yang dapat menyebabkan logam mempunyai kedua
sifat diatas.
E. Bentuk Molekul
Ikatan kimia dapat digambarkan melalui struktur Lewis. Struktur Lewis ini
menggambarkan susunan elektron dari atom-atom yang berikatan dan dapat
menunjukkan jumlah pasangan elektron bebas dan jumlah pasangan elektron ikatan
sekitar atom pusat. Teori domain elekton akan menjelaskan susunan elektron dalam
suatu atom yang berikatan. Posisi elektron ini akan mempengaruhi bentuk geometri
molekulnya dan bentuk geometri ini akan dijelaskan melalui teori VSEPR.
Geometri (bentuk) molekul adalah
gambaran tentang susunan atom-atom
dalam molekul berdasarkan susunan
ruang pasangan elektron atom dalam
pusat, pasangan elektron ini adalah
pasangan elektron yang digunakan
untuk berikatan (PEI) maupun pasangan
elektron yang bebas (PEB). Orang yang
pertama kali mempelajari bentuk
molekul ini adalah Sidgwick dan Powell
(1940) yang mengemukakan bahwa
bentuk suatu molekul dapat diterangkan
berdasarkan semua susunan pasangan
elektron (PEI dan PEB) yang terdapat
pada kulit valensi atom pusatnya. Ide ini
kemudian dikembangkan oleh Gillespie
dan Nyholm yang menyatakan bahwa
stereokimia atau bentuk molekul suatu
atom ditentukan oleh tolakan antara
pasangan-pasangan elektron yang
terdapat pada kulit valensi atom
pusatnya. Teori ini kemudian dikenal Gambar 4.5 Beberapa Bentuk Molekul
dengan teori VSEPR (Valence Shell Senyawa

Electron Pain Repulsion).

Anda mungkin juga menyukai