TINJAUAN PUSTAKA
Sedangkan penyebab gastritis akut menurut Price (2006) adalah stres fisik dan
makanan, minuman.
1. stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal nafas, gagal ginjal, kersusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus-
lambung.
3
2. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan agen-agen penyebab iritasi
mukosa lambung.
b. Gastritis kronik Penyebab pasti dari penyakit gastritsi kronik belum diketahui,
tetapi ada dua predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis
kronik, yaitu: infeksi dan non infeksi menurut Wehbi (tahun 2008 dalam
Muttaqin, 2011)
1. Gastritis infeksi
a. H. pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri ini merupakan
penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007)
b. Helycobacter heilmannii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Wehbi,
2008)
c. Infeksi parasit.
d. Infeksi virus.
2. Gastritis non-infeksi
a. Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan, terdapat
kira-kira 60% serum pasien gastritis kronik mempunyai antibodi
terhadap sel parietalnya (Genta, 1996).
b. Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam
empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin (Mukherjee,
2009)
c. Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang
menyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung
dan gastritis sekunder dari terapi obat-obatan (Wehbi, 2008).
d. Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan
berbagai penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener
granulomatus, penggunaan kokain, Isolated granulomatous gastritis,
penyakit granulomatus kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic
granuloma, Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell
granulomas, Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan
granulomas yang berhubungan dengan kanker lambung (Shapiro,
2006).
e. Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan
injuri radiasi pada lambung (Sepulveda, 2004).
2.1.3 Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2011), gastritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Gastritis akut Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.
b. Gastritis kronik Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan
mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan
dengan tiga perbedaan yaitu gastritis superficial, gastritis atrofik dan
gastritis hipertrofik.
4
1. Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa.
2. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan
mukosa. Pada perkembangannya dihubingkan dengan ulkus dan kanker
lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari
penurunan jumlah sel parietal dal sel chief.
3. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul
pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan hemoragik.
2.1.4 Patofisiologi
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat
jinak dan swasirna; merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan
lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein,
alkohol, dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih
sering dianggap sebagai penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat
pada epitel lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung,
meninggalkan daerah epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat, misalnya anti
inflamasi nonsteroid 12 (NSAID: misalnya indomestasin, ibuprofen, naproksen),
sulfonamida, steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol
juga diketahui mengganggu sawar mukosa lambung. Apabila alkohol diminum
bersama dengan aspirin, efeknya akan lebih merusak dibandingkan dengan efek
masing-masing agen tersebut bila diminum secara terpisah (Price & Wilson,
2002).
Menurut Dermawan dan Rahayuningsih (2010) patafisiologi gastritis yaitu
mukosa barier lambung umumnya melindungi lambung dari pencernaan terhadap
lambung itu sendiri, yang disebut proses autodigesti acid, prostaglandin yang
memberikan perlindungan ini. Ketika mukosa barier ini rusak maka timbul
gastritis. Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan mukosa dan diperburuk
oleh histamin dan stimulasi saraf colinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi
balik kedalam mucus dan menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil, yang
mengakibatkan tercadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.
Alkohol, aspirin dan refluk isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi
barier.
5
2.1.5 Manifestasi klinis
Manifestasi Klinik Menurut Mansjoer (2001), manifestasi klinik gastritis
terbagi menjadi yaitu gastritis akut dan gastritis.
a. Manifestasi klinik gastritis akut Sindrom dispepsia berupa nyeri
epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang
sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia
pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam,
terdapat riwayat penggunaan obatobatan atau bahan kimia tertentu.
b. Manifestasi klinik gastritis kronik Kebanyakan pasien tidak mempunyai
keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia,
nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan
2.1.6 Penatalaksanaa
a. Gastritis Akut Menurut Suzzane & Bare (2002)
penatalaksaanaan medis pada pasien gastritis akut diatasi dengan
menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala
berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi
dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan
oleh mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan terdiri dari pengenceran
dan penetralisasian agen penyebab.
Untuk menetralisir asam digunakan antacid umum dan bila korosi luas atau
berat dihindari karena bahaya perforasi. Sedangkan menurut Sjamsuhidajat
(2004) penatalaksanaanya jika terjadi perdarahan, tindakan pertama adalah
tindakan konservatif berupa pembilasan air es disertai pemberian antacid dan
antagonis reseptor H2. Pemberian obat yang berlanjut memerlukan tindakan
bedah.
b. Gastritis kronik Menurut Suzzane & Bare (2002)
penatalaksanaan medis pada pasien gastritis kronik diatasi dengan
memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stres. Sedangkan
menurut Mansjoer (2001) penatalaksanaan yang dilakukan pertama kali adalah
jika tidak dapat dilakukan endoskopi caranya yitu dengan mengatasi dan
menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan
6
empiris berupa antacid. Tetapi jika endoskopi dapat dilakukan berikan terapi
eradikasi.
7
b.Skala Analog Visual (Visual Analog Sc)
8
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolic
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola istirahat tidur
f. Pola presepsi diri dan konsep diri
2.3.2 Prioritas masalah keperawatan
1. Nyeri b.d iritasi mukosa gaster
2. Deficit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat dan output cairan yang berlebih (mual dan muntah)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan ntake asupan
gizi
2.3.3 Intervensi
1. Nyeri b.d iritasi mukosa gaster
a. Kaji skala nyeri klien dari 1-10
b.Berikan kompres hangat untuk mengurangi nyeri
c. Berikan lingkungan yang nyaman
d.Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
2. Deficit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat dan output cairan yang berlebih (mual dan muntah)
a. Rencanakan target pemberian asupan cairan
b.Catat intake dan putput cairan
c. Pantau adanya tanda-tanda dehidrasi
3. Perubahan nutrisi kurag dari kebutuhan b.d penurunan intake asupan gizi
a. Pantau penurunan BB selama sakit
b.Tanyakan makanan kesukaan klien
c. Anjurkan makan sedikit tapi sering
d.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diit yang tepat
2.3.4 Implementasi
1. Nyeri b.d iritasi mukosa gaster
a. Mengkaji skala nyeri
b.Memberikan kompres hangat untuk mnegurangi nyeri
c. Memberikan lingkungan yang nyaman
d.Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
2. Deficit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat dan output cairan yang berlebihan (mual muntah)
a. Merencanakan target pemberian asupan cairan
b.Mencatat intake dan output cairan
c. Memantau adanya tanda-tanda dehidrasi
9
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan intake asupan gizi
a. Memantau penurunan BB selama sakit
b.Menanyakan makanan kesukaan klien
c. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering
2.3.5 Evaluasi
1. Diharapkan klien tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
2. Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
3. Klien diharapkan Nampak tenang setelah nyeri berkurang
4. Klien diharapkan mau makan sedikit tapi sering
5. Diharapkan adanya keseimbangan antara input dan output cairan
10
2.4 Kerangka konsep
Tanda dan gejala
Gastritis 1. Sakit perut kuadran
kanan atas
2. Sembelit
3. Kembung
4. Mual
5. Muntah
Intervensi
1. Kompres hangat Nyeri
2. Atur posisi
senyaman mungkin
3. Terapi relaksasi
nafas dalam
4. Berikan kompres
hangat
Kriteria hasil
- Masalah teratasi
1. Skala nyeri
- Masalah teratasi
berkurang
sebagian
2. Pasien namak
- Masalah tidak
tenang
teratasi
3. Dapat tidur dengan
nyenyak
11
BAB 3
METODE PENELITIAN
12
3.6 Etika penelitian
Dalam penelitian ini, penulis berusaha menekankan masalah serta etika yang meliputi
:
a. Informed consent (lembar persetujuan penelitian)
Lembar persetujuan ini disebarkan sebelum penelitian dilaksanakan kepada
seluruh responden yang akan diteliti dengan maksud agar responden mengetahui
tujuan penelitian, jika subjek bersedia diteliti maka harus mendatangani lembar
persetujuan tersebut, tetapi jika tidak bersedia maka peneliti harus tetap
menghormati hak-hak responden.
b. Anonymity
Untuk menjaga kerahasian identitas responden maka pada lembar
pemngumpulan data atau kuisioner yang diisi oleh responden hanya diberi nama
inisialnya saja dan lembar tersenbut diberi nomor kode tertentu
c. Confidentialty (kerahasiaa)
Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti, hanya data tertentu yang
dicantumkan sebagai hasil riset
13
DAFTAR PUSTAKA
Triagulasi.pengumpulan. satelit di
https://www.kompasiana.com/mtf3lix5tr/5535a2946ea8347510da42d9/penelitian-kualitatif-024-
empat-tipe-triangulasi-dalam-pengumpulan-data (diakses pada 01 januari 2020)
14