Anda di halaman 1dari 19

BAB II

SISTEM UTILITAS UTAMA


I. SISTEM KELISTRIKAN
A. Sumber Daya Listrik
1. Sumber daya listrik normal
Sumber daya listrik utama gedung harus diusahakan untuk menggunakan tenaga
listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
2. Sumber daya listrik siaga
a. Bangunan, ruangan atau peralatan khusus yang pelayanan daya listriknya disyaratkan
tidak boleh terputus-putus, harus memiliki pembangkit/pasokan daya listrik siaga
yang dayanya dapat memenuhi kelangsungan pelayanan dengan persyaratan tersebut.
b. Sumber listrik cadangan berupa diesel generator (genset). Genset harus disediakan 2
(dua) unit dengan kapasitas minimal 40 % dari jumlah daya terpasang pada masing-
masing unit. Genset dilengkapi sistem AMF dan ATS.
3. Sumber daya listrik darurat
a. Sistem instalasi listrik pada rumah sakit harus memiliki sumber daya listrik darurat
yang mampu melayani kelangsungan pelayanan seluruh atau sebagian beban pada
bangunan rumah sakit apabila terjadi gangguan sumber utama.
b. Sumber pasokan daya listrik darurat yang digunakan harus mampu melayani semua
beban penting termasuk untuk perlengkapan pengendalian kebakaran, secara
otomatis.
c. Pasokan daya listrik darurat berasal dari peralatan UPS (Uninterruptable Power
Supply) untuk melayani kamar operasi (Central Operation Theater), ruang
perawatan intensif (Intensive Care Unit), ruang perawatan intensif khusus jantung
(Intensive Cardiac Care Unit).

B. Jaringan Distribusi Listrik

1. Jaringan distribusi listrik terdiri dari kabel dengan inti tunggal atau banyak dan/atau
busduct dari berbagai tipe, ukuran dan kemampuan.
2. Peralatan pada papan hubung bagi seperti pemutus atus, sakelar, tombol, alat ukur dan
lain-lain harus ditempatkan dengan baik sehingga memudahkan pengoperasian dan
pemeliharaan oleh petugas.
3. Jaringan yang melayani beban penting, seperti pompa kebakaran, lift kebakaran, peralatan
pengendali asap, sistem deteksi dan alarm kebakaran, sistem komunikasi darurat dan beban
penting lainnya harus terpisah dari instalasi beban lainnya dan dilindungi terhadap
kebakaran atau penggunaan penghantar tahan api sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
C. Instalasi Listrik
1. Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya listrik, jaringan distribusi, papan
hubung bagi dan beban listrik. Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus
mudah diamati, dilakukan pemeliharaan dan perbaikan, tidak membahayakan,
mengganggu atau merugikan bagi manusia, lingkungan, bagian bangunan dan
instalasi lainnya.
2. Sistem tegangan rendah (TR) dalam gedung adalah 3 fase 220/380 Volt, dengan
frekuensi 50 Hertz. Sistem tegangan menengah (TM) dalam gedung adalah 20 KV,
dengan frekuensi 50 Hertz, mengikuti ketentuan yang berlaku. Untuk rumah sakit
yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari PLN minimal 200 KVA
disarankan agas sudah memiliki jaringan listrik tegangan menengah 20 KV (jaringan
listrik TM 20 KV).
3. Instalasi listrik tegangan menengah antara lain :
a. Penyediaan bangunan gardu listrik rumah sakit (ukuran sesuai standar gardu PLN)
b. Peralatan transformator (kapasitas sesuai daya terpasang)
c. Peralatan panel TM 20 KV dan aksesorisnya
d. Peralatan pembantu dan sistem pengamanan (grounding)

4. Semua perlengkapan listrik seperti penghantar, papan hubung bagi dan isinya,
transformator dan lain-lainnya tidak boleh dibebani melebihi batas kemampuannya.
Masalah harmonisa dalam sistem kelistrikan harus diperhatikan.
5. Sistem penerangan darurat (emergency lighting) harus tersedia di dalam ruangruang
tertentu
6. Sistem pembumian (grounding system) harus terpisah antara frounding panel gedung
dengan panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm.
7. Transformator distribusi
a. Transformator distribusi yang berada dalam gedung harus ditempatkan dalam
ruangan khusus yang tahan api dan terdiri dari dinding, atap dan lantai yang
kokoh, dengan pintu yang hanya dapat dimasuki oleh petugas.
b. Ruangan transformator harus diberi ventilasi yang cukup, serta mempunyai luas
ruangan yang cukup untuk perawatan dan perbaikan.
c. Bila ruang transformator dekat dengan ruang yang rawan kebakaran, maka
diharuskan mempergunakan transformator tipe kering.
8. Penghematan energi harus sangat diperhatikan
D. KETERSEDIAAN LISTRIK 24 JAM 7 HARI
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan dipasok oleh tenaga listrik dari PLN 3
phase dengan kapasitas 1100 KVA dan 400KVA dengan tegangan 380 V dan
ditransformasikan melalui transformator sebanyak 2 buah dengan kapasitas masing-masing
1100 KVA 50 Hz dan 350 KVA 50 Hz dan dicover dengan 2 Genset.
RSML memiliki 2 Generator Set masing-masing, PERKIN 550 KVA dan
CATTERPILAR 1000KVA yang secara otomatis akan memberikan pasokan ketika pasokan
listrik dari PLN berkurang daya nya / terhenti. Generator set mampu beroperasional secara
terus menerus 24 jam 7 hari sepanjang tahun. Generator set tersebut digunakan untuk :
a. Mendukung sistem pencahayaan rute keluar dengan sumber listrik darurat yang dapat
diandalkan.
b. Mendukung sistem komunikasi darurat.
Tabel 2.1. Daftar Identifikasi Sumber Tenaga Listrik Di RSML Tahun 2020
No Nama Utilitas Merk Lokasi Keterangan
1 Listrik Trafindo Power House Barat Trafo
Kapasitas 1600kVA
jumlah 1 unit
Sneider Power House Barat Kubikel
Kapasitas 20 kV
jumlah 1 unit
Starlite Power House Timur Trafo
Kapasitas 400kVA
jumlah 1 unit
2 Genset Perkins Power House Timur Genset
Kapasitas 550kVA
jumlah 1 unit
Catterpilar Power House Barat Trafo kapasitas 400kVA
jumlah 1 unit

E. AREA PRIORITAS KEGAGALAN LISTRIK


1. Area Pelayanan Pasien :
a. ICU
b. ICCU / PJT
c. Ruang Operasi
d. IGD
e. Hemodialisa
f. Kamar Bersalin
g. Kamar Bayi
h. Cathlab

2. Area Bukan Pelayanan Pasien :


a. Pusat CCTV
b. Ruang Server
c. Lampu evakuasi
d. Sistem Alarm Kebakaran termasuk detektor panas
e. Gizi

3. Seluruh area beresiko tinggi tersebut terhubung dengan pasokan listrik alternative,
sehingga dalam kondisi listrik dari PLN terputus, area tersebut tetap menerima aliran listrik.

F. Pemeliharaan Listrik
1. Armatur Lampu
a. Kotak lampu pijar/TL
Pembersihan terhadap debu yang menempel dilakukan dengan lap/kain pembersih,
jika sulit kain pembersih dicampur air dan glass cleaner. Kotak TL bagian dalam harus
dibuka dan dibersihkan dengan vacum cleaner (penghisap debu). Ujung-ujung kontak di
lampu TL sering terjadi korosi.
b. Lampu
Perbaikan kecil bila lampu mati diganti yang baru.
c. Louvre
Pemeliharaan : dilakukan pembersihan dan debu/kotoran yang menempel dengan
menggunakan kain bersih yang dicampur air atau glass cleaner. Dilakukan setahun sekali.
Perbaikan kecil : Bila louvre retak/pecah dilakukan penggantian atau perbaikan secepat
mungkin karena mempengaruhi deviasi sinar.

2. Saklar (Kotak Kontak)


Pemeliharaan saklar yang menggunakan pegas harus dibersihkan setiap tahun sekali.
Bagian dalam terutama pada kontak sakiar harus bersih dan debu. Apabila saklar dalam
keadaan ON terjadi panas, segeradiganti.

3. Stop Kontak (Tusuk Kontak)


Pemeliharaan stop kontak dimaksud harus sering dilakukan pemeriksaan terutama
pada ruang bedah, poliklinik dan ruang yang sering menggunakan alat yang portable
(pindah-pindah) karena sering ditusuk dan dilepas, sehingga kotak-kontak yang menjepit
akan cepat aus. Perlu diperhatikan, agar stop kontak ini selalu bersih. Kalau terjadi panas
atau rusak segera diganti.

4. Pembumian
Untuk pembumian di rumah sakit terdapat 3 kelompok, yaitu:
a. Untuk peralatan medik maximum 0,2 Ohm, sesuai PUIL 1987 pasal 860 kelompok 2E.
b. Untuk stop kontak di dalam gedung dan alat-alat lain maximum 5 Ohm.
c. Untuk penangkal petir dan pelindung gedung maksimum 10 Ohm.
Sistem pembumian diatas, masing-masing tidak boleh digabung. Pengukuran
tahanan pembumian dilakukan setiap tahun dengan earth tester. Ujung saluran pembumian
sering terjadi korosi, sehingga penlu dibersihkan dengan sikat besi halus dan disemprot
dengan cairan anti korosi.
5. Instalasi Kabel Dalam Gedung
Pengukuran tahanan isolasi dengan Meger dilakukan setiap 3-4 tahun sekali. Apabila
tahanan isolasi kabel kurang dan 250 kilo Ohm maka instalasinya harus diperbaiki atau
kabelnya diganti.
6. Panel Listrik
Pada panel ini pemeliharaannya lebih teliti, dengan mematikan tegangan untuk
service dan terlebih dahulu perlu koordinasi dengan UPF masing-masing dan Rumah
Tangga yang diketahui Direktur Rumah Sakit, karena di dalamnya sering terdapat banyak
debu dan harus dibersihkan dengan vacuum cleaner, kuas dan lap bersih.

Pada sambungan mur antara kabel/busbar ke MCB/MCCB sering terdapat korosi dan
harus disemprot dengan cairan anti korosi, dan mur yang kendor akibat getaran, agar
dikencangkan kembali setiap 6 (enam) bulan sekali. Pengetesan MCB/MCCB, fuse yang
putus harus diganti, lampu-lampu pilot, meter-meter yang rusak diganti secepatnya. Udara
disekitar panel dibebaskan dan lembab. Pengecekan karet-karet pintu panel dan kunci penel
setiap 6 (enam) bulan sekali, jika keadaannya rusak agar diganti.

7. Transformator
Transformator perlu dilakukan pengecekan yang teliti. Untuk transformator jenis
kering perlu dilakukan pembersihan dan debu dengan lap kering dan vacuum cleaner dan
diujung pole perlu dibersihkan dengan amplas.
Untuk transformator jenis olie perlu dilakukan pengetesan daya isolator dan olie
trafo, dapat ditetesi setiap tahun sekali untuk type Conservatif dan 5 tahun sekali untuk type
Hematic atau akan dilakukan lebih awal jika terjadi trouble shooting/short circuit salah satu
beban (pengetesan olie di LMK PLN).

8. Ups (Uninterruptible Power Supply)


Pada ruangan-ruangan khusus (kelompok 2E), terdapat UPS. UPS perlu perhatian
khusus pada bateral, harus sering diperiksa/diganti jika dalam indikator UPS sudah tidak
dapat diisi kembali dibagian battery terdapat polepole yang perlu dibersihkan dan
temperatur ruangan diusahakan 19°C. Untuk menjaga program-program yang ada dalam
UPS yang menggunakan microprocessor, setiap bulan 2 (dua) kali.

9. Generator Set
Pemeliharaan Genset Meliputi: Cek rutin minimal setiap satu minggu sekali
bersamaan dengan pemanasan, berupa voltase, frekuensi, suhu dan arus
II. SISTEM FASILITAS AIR BERSIH
A. Persyaratan Air Bersih
Air bersih di rumah sakit harus tersedia yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan
atau dapat mengadakan pengolahan sesuai dengan persyaratan yang berlaku, untuk
persyaratan air bersih yang dipakai di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
mengikuti Pedoman Layanan Bagian Kesehatan Lingkungan.

B. Ketersediaan Air 24 Jam 7 Hari

Sumber air di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan berasal dari PDAM dan
disimpan didalam tendon yang ada di RSML, daftar tandon RSML sebagai berikut:
Tabel 1.1. Daftar Tandon di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
No Nama dan Posisi tandon Air Bersih Kapasitas Tandon
(Volume)
1 Tandon Utama Depan RSML 500m3
2 Tandon Bawah IPS 50m3
3 Tandon Barat IPS 50m3
4 Tandon Atas IPS 100m3
5 Tandon bawah Logistik Umum 35m3
6 Tandon Hydrant 120m3
7 Tandon atas Gedung AR Fahruddin 32m3
8 Tandon air panas atas Gedung AR Fahruddin 3m3
Total 888 m3

Dengan tersedianya tandon yang memadai, kebutuhan air untuk RS Muhammadiyah


Lamongan bias terjamin selama 24 jam 7 hari.
2. Jika kondisi air PDAM tidak dapat digunakan, RS Muhammadiyah Lamongan masih
dapat membeli air bersih dengan menggunakan mobil tangki air dari perusahaan -
perusahaan (rekanan) yang memasok air bersih.

D. Sistem Plambing Air Bersih


1. . Sistem Sambungan Langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsungdengan pipa
utama penyediaan air bersih (PDAM). Karenaterbatasnya tekanan dalam pipa utama dan
dibatasi ukuran pipacabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama
dapatditerapkan untuk perumahan dan gedung skala kecil dan rendah.
2. Sistem Tangki Atas
Selama air digunakan tidak terjadi perubahan tekanan yang berartipada alat
plumbing. Perubahan tekanan hanya terjadi karena akibatperubahan level air di dalam tangki
atap sehingga harus diupayakanagar level air tetap konstan. Pada sistem penyedia air tangki
atasbekerja secara otomatis karena pada umumnya dilengkapi swithautomatik sehingga kecil
kemungkinan timbulnya kesulitan akibatpenurunan tajam pada permukaan level
air.Perawatan tangki atas relative lebih sederhana dibandingkan dengansistem tangki tekan.
Perlu pompa cadangan untuk bangunan yangbesar dan tinggi. Karena tuntutan alat-alat
plumbing, agar dapatbekerja dengan baik maka peletakan tangki atap menjadi
penting.Sebagai contoh katub glontor (flush valve) dapat bekerja dengan baik jika tekanan
air pada alat plumbing sebesar 1,00 kg/cm2 atau tinggitangki atap lebih besar atau sama
dengan 10 meter.Jika peletakan tangki tidak memungkinkan sehingga tekanan tidak dapat
tercapai maka perlu dipertimbangkan pemasangan pipasambung langsung ke alat saniter
atau alat plumbing (fixture) ataudengan memasang pompa pendorong (booster pump) agar
kerugiantekanan berkurang. Memilih alat plambing yang tidak terlalu tinggituntutan tekanan
kerjanya, misal kloset dengan katup glontor dengantekanan kerja 0,6 kg/cm2 atau tinggi
tangki 6,00 meter.

3. Sistem Tangki Tekan


Prinsip kerja dari sistem tangki tekan (hidrosfor) adalah sebagaiberikut, air yang
telah ditampung di dalam tangki bawah dipompa kedalam tangki tertutup yang
mengakibatkan udara didalamnyaterkompresi sehingga tersedia air dengan tekanan awal
yang cukupuntuk didistribusikan ke peralatan plumbing di seluruh bangunan
yangdirencanakan. Pompa bekerja secara otomatis diatur oleh detektortekanan, yang
membuka dan menutup saklar penghasut motor listrik penggerak pompa. Pompa akan
berhenti bekerja jika tekanan tangkitelah mencapai batas maksimum yang ditetapkan dan
mulai bekerja jika batas minimum tekanan yang ditetapkan telah dicapai.

4. Sistem Tanpa Tangki


Sistem ini sebenarnya tidak direkomendasi oleh berbagai pihak. Sistem ini tidak
menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah,tangki tekan ataupun tangki atap. Air
dipompakan langsung ke sistemdistribusi bangunan dan pompa menghisap langsung dari
pipa utama.Ciri-ciri sistem tanpa tangki adalah mengurangi kemungkinanpencemaran air
minum karena menghilangkan tangki bawah maupuntangki atas, mengurangi kemungkinan
terjadinya karat karena kontak air dengan udara relatif singkat, kalau cara ini diterapkan
pada bangunan pencakar langit akan mengurangi beban struktur bangunan,untuk kompleks
perumahan perumahan dapat menggantikan menaraair, penyediaan air sepenuhnya
bergantung pada sumber daya,pemakaian daya besar dibandingkan dengan tangki atap dan
harga awal tinggi karena harga sistem pengaturannya
A. Latar Belakang
Terselenggaranya pelayanan medik kepada masyarakat di rumah sakit tidak
terlepas dari tersedianya fasilitas pelayanan yang memadai. Bangunan rumah sakit
beserta seluruh aspek penunjangnya adalah merupakan sarana tempat dimana
pelayanan medik dilaksanakan. Keadaan dan kelengkapan penunjang peralatan non
medis di rumah sakit sangat menentukan kualitas yang baik pada pelayanan medis
disamping aspek-aspek lainnya seperti peralatan, tenaga medis dan non medis,
paramedis, obat-obatan, dan kelengkapan pelayanan lainnya.

Untuk menjamin kesinambungan dan kualitas pelayanan kesehatan kepada


masyarakat baik lahiriah maupun batinia, maka bangunan rumah sakit serta seluruh
peralatan dan perlengkapan yang menyatu didalamnya harus mendapat perhatian dari
pengelola rumah sakit terutama dalam aspek perawatan dan pemeliharaan yang
teratur dan tepat waktu ,agar terhindar dari kerusakan yang lebih berat dan
memerlukan biaya perbaikan yang tinggi.
Keadaan dan kelengkapan bangunan rumah sakit sangat menentukan kualitas
pelayanan medik disamping aspek-aspek yang menentukan antara lain seperti
peralatan, tenaga medis, paramedis, obat-obatan dan kelengkapan pelayanan
kesehatan lainnya.
Untuk menjamin keadaan selalu siap operasional maka bangunan rumah
sakit beserta seluruh sarana prasarana dan fasilitas penunjangnya perlu dipelihara
sehingga akan terhindar dari kerusakan yang akan mengakibatkan terganggunya
pelayanan dalam jangka waktu yang lama.
Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan salah satunya melalui
penyelengaraan sarana prasarana dan peralatan untuk mencegah resiko kerusakan
peralatan yang digunakan untuk pelayanan pasien.

Adapun dasar dalam penyelengaraan sarana prasarana dan peralatan


berlandaskan hukum agama Islam sesuai dengan syariah yaitu berdasarkan Al Qur’an dan
Hadist, salah satunya :
Kaidah ushul fiqih mengatakan :
َ‫أئَأ أم ٌرَ ِبوسا ِئ ِل ِه‬ َّ ‫اَ أْل أم ُر ِبال‬
ِ ‫شي‬
Artinya : “Perintah terhadap sesuatu itu secara otomatis juga perintah terhadap sarananya”
Karena itu ketika Allah memerintahkan kita untuk memelihara sholat sebagaimana dalam Surat Al-
Baqoroh: 238, berarti Allah juga memerintahkan untuk menyiapkan sarana dan prasarana sholat,
demikian juga dalam hal perintah untuk beribadah kepada Allah (Al-Hajj: 77)
‫واَاركعُواَوا أس ُجدُواَوا أعبُدُواَر َّب ُك أمَوا أفعلُ أ‬
َ‫واَالخيأرَلعَلَّ ُك أمَت ُ أف ِل ُحون‬ ‫ياَأيُّهاَالَّذِينَآمنُ أ‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.

Penyelengaraan sarana dan prasarana merupakan suatu usaha d a r i p e n g e l o l a


untuk memenuhi sarana dan prasarana serta mencegah terjadinya ketidaksesuaian sarana
prasarana dalam pemeliharaan, perbaikan atau penggantian sarana yang rusak. Rumah
sakit harus bertanggung jawab dan perlu melakukan tindakan yang benar dalam
penyelengaraan dan pemeliharaan sarana prasarana dan peralatan atau harta bendanya.

B. Tujuan Pedoman Pemeliharaan Sarana.


 Umum :
Sebagai acuan dalam penyelenggaraan dalam pemenuhan sarana dan prasarana
sesuai dengan standart atau regulasi.
 Khusus :
1. Sebagai acuan dalam pemeliharaan sarana dan prasarana.
2. Sebagai acuan dalam proses perijinan fasilitas dan kalibrasi alat.
3. Sebagai acuan penyelenggaraan sarana dan prasarana sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit syariah.
4. Sebagai acuan petugas dan semua pihak yang terkait dalam kegiatan
pemeliharaan alat & bangunan rumah sakit.
5. Sebagai acuan dalam peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan
sarana dan prasarana pasien di rumah sakit.
6. Mewujudkan Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit yang fungsional dan
sesuai dengan tata bangunan dan prasarana yang serasi dan selaras dengan
lingkungan dan sebagai rumah sakit yang berstandart green hospital.
7. Sebagai wujud pemenuhan kesehatan dan keselamatan kerja bagi
petugas,pasien dan pengunjung dalam penyediaan sarana prasarana dan
bangunan.

C. Ruang Lingkup Penyelengaraan Sarana dan prasarana.

1. Penyelengaraan sarana dan prasarana

a. Pemenuhan standart rumah sakit berdasarkan peraturan menteri kesehatan


nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perijinan rumah sakit.

1) Perijinan operasional

2) Perijinan bangunan

3) Pemenuhan peralatan sesuai standart

b. Pemenuhan standart rumah sakit berdasarkan peraturan menteri kesehatan


nomor 24 tahun 2016 tentang persyaratan tehnis bangunan dan prasarana
rumah sakit.

1) Pemenuhan Standart bangunan dan ruang pelayanan di RS.


2) Perijinan fasilitas dalam bangunan
3) Kalibrasi peralatan medik

c. Pemenuhan standart rumah sakit yang berbasis syariah.


d. Pemenuhan standart rumah sakit yang ramah lingkungan dalam upaya
pencapaian sebagai green hospital.
2. Pemeliharaan sarana dan prasarana

a. Sarana meliputi pemeliharaan bangunan dan mebelair

b. Prasarana meliputi pemeliharaan mesin pendingin,listrik dan air

1). Sistem Air

a) Instalasi Air bersih dan Minum


b) Instalasi Air Kotor dan Limbah
c) Insatalasi Air Hujan

2). Sistem Mekanikal dan Elektrikal

a) Transportasi Vertikal dan Horisontal


b) I n s t a l a s i sistem Pencahayaan
c) Instalasi sistem Kelistrikan
d) Instalasi Proteksi Petir

3). Sistem Instalasi Gas Medik dan vakum medik meliputi :

a) Sumber Gas Medik dan Vaccum Medik


b) Jaringan Pemipaan sistem Gas Medik dan vakum medik
c) Terminal Sistem Gas Medik dan vakum medik

4). Instalasi Uap

5). Sistem Pengolahan limbah

a) Limbah Padat
b) Limbah Cair
c) Limbah Gas
d) Limbah Radio Aktif
e) Limbah B3
5). Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.
a) Sistem proteksi pasif
➢ persyaratan kinerja;
➢ tingkat ketahanan api dan stabilitas;
➢ tipe konstruksi tahan api;
➢ tipe konstruksi yang diwajibkan;
➢ kompartemenisasi kebakaran
➢ perlindungan pada bukaan.
b) Sistem proteksi aktif.
➢ Sistem pemadam kebakaran;
➢ Sistem deteksi dan alarm kebakaran
➢ Sistem pengendalian asap kebakaran.

6). Petunjuk, persyaratan teknis dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan
darurat.
a) Rambu – Rambu petunjuk dan peringatan bahaya bagi pengguna
b) Pintu keluar darurat
c) Jalur evakuasi

7). Sistem Tata Udara

a) Instalasi ventilasi
b) Instalasi sistem pengkondisian udara.

8). Sistem Informasi dan Komunikasi

a) Sistem telepon
b) Sistem tata suara
c) Sistem panggil perawat
d) Sistem voice evacuation.
e) Sistem Keamanan / CCTV
f) Sistem Audio Visual / Televisi
g) Sitem Informatika

9). Armada
a) Ambulans gawat darurat
b) Kereta jenazah
c) Kendaraan Operasional
10). Perijinan Peralatan dan Fasilitas

c. Arsitektur dan bangunan.

1). Arsitektur dan Bangunan

a) Promotif

Pemeliharaan yang bersifat memberikan petunjuk penggunaan atau


pengoperasian bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
b) Pemeliharaan pemantauan fungsi/inspeksi (testing)
Pemeliharaan yang bersifat melakukan pemantauan fungsi/testing pada
setiap bangunan dan prasarana yang akan digunakan atau
dioperasionalkan.
c) Pemeliharaan preventif
Pemeliharaan yang bersifat pembersihan, penggantian komponen/suku
cadang yang masa waktunya harus diganti.

d) Pemeliharaan korektif/perbaikan.
pemeliharaan yang bersifat penggantian suku cadang sampai dilakukan
overhaull

Wilayah Pemeliharaan bangunan meliputi semua gedung :

a) Gedung Letter U
b) Gedung Front Office
c) Gedung Poliklinik Spesialis
d) Gedung Logistik
e) Gedung IBS
f) Gedung AR Fachruddin
g) Gedung Ma’la
h) Gedung TAC

D. Batasan Operasional

Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana rumah sakit meliputi pemenuhan sarana dan
prasarana, pemeliharaan dan perbaikan kecil untuk seluruh bangunan dan
fasilitas rumah sakit yang mencakup peralatan medis, non medis dan bangunan
yang berwujud :

1. Penyelengaraan Sarana dan Prasarana

a. Klasifikasi dan perijinan rumah sakit

Penyiapan dokumen terkait sarana dan prasarana yang diperlukan dalam


pengurusan perijinan,menindak lanjuti permohonan peralatan yang diminta
oleh unit kerja agar sesuai denngan standart dan peningkatan layanan serta
pengurusan perijinan-perijinan fasilitas yang harus ada.

b. Persyaratan tehnis bangunan dan prasarana rumah sakit.


Pemenuhan kebutuhan ruang sesuai dengan standart kelas RS serta standart
syariah, melakukan renovasi dan modifikasi ruangan dan pemenuhan standart
tehnis tata ruang agar sesuai dengan standart yang dipersyaratkan.

2. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Pemeliharaan pencegahan yang dilakukan secara berkala meliputi :


a. Pembersihan,
b. Perapihan,
c. Pelumasan,
d. Penyetelan

e. Perijinan dan khusus alat medis dilakukan kalibrasi secara internal atau
eksternal

3. Perbaikan kecil yang dilakukan sesuai keadaan atau kebutuhan meliputi:


a. Pemolesan,
b. pelapisan,
c. pengecatan,
d. penggantian komponen atau suku cadang yang rusak dengan volume atau nilai
perbaikan tidak melebihi 2 (dua) % dari volume atau nilai keseluruhan per unit.
4. Pelaksana Pemeliharaan

 Pemeliharaan peralatan dilaksanakan oleh teknisi IPS RSML yang disesuaikan


dengan kompetensinya ( profesinya ) masing-masing, misalnya untuk pemeliharaan
gedung bisa dilaksanakan oleh IPS RSML maupun pihak ke 3 tergantung
bangunannya, pemeliharaan kubikel listrik dilaksanakan oleh pihak PLN area
Lamongan, pemeliharaan alat medis dilaksanakan oleh teknisi elektromedis dll
 Pelaksanaan pemeliharaan peralatan dilakukan 2 shift, dimana shift pagi
pemeliharaan peralatan secara detail dan shift malam bertugas jemput bola ke
ruangan dan pengecekan peralatan secara global.
 Pemeliharaan peralatan medis dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang berlaku di
pedoman pemeliharaan peralatan medis.
 Pemeliharaan peralatan non medis dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang berlaku.
 Apabila petugas tidak mampu melaksanakannya, maka pemeliharaan tersebut dapat
diserahkan oleh pihak ke 3 dengan sistem kontrak service yang disesuaikan
kualifikasi keahlian. Misalnya : pemeliharaan lift kontrak service dengan pihak etika
sejahtera, pemeliharaan alat CT Scan kontrak service dengan pihak PT. MHJ dll
 Dalam masa pemeliharaan peralatan harus ada backup peralatan, agar tidak
mengganggu pelayanan ke pasien.
 Pemeriksaan alat medis RS dilakukan secara berkala dan eksternal oleh Institusi
yang berwenang mengeluarkan sertifikat kalibrasi peralatan, serta sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku untuk masing-masing alat medis.

5. Biaya pemeliharaan.
Biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas rumah sakit dibebankan pada
anggaran rutin rumah sakit. Komponen biaya pemeliharaan meliputi biaya
pengadaan bahan, suku cadang, alat kerja bantu.
6. Jam kerja unit instalasi pemeliharaan sarana.

Shift pagi jam : 07.00 s/d 14.00 WIB


Shift siang jam : Sistem oncall
Shift malam jam : 21.00 s/d 07.00 WIB
E. Landasan Hukum
a. UU No 44 Tentang Rumah Sakit
b. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
c. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 50 Tahun 2015 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kerja.
e. Permenkes No 66 tahun 2016 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja RS.
f. KMK No 432 tahun 2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit.
g. KMK No 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Penyehatan Lingkungan RS.
h. PMK No 24 tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana RS.
i. PMK No 4 tahun 2016 tentang Penggunaan gas medik dan Vakkum di
FASYANKES.
j. PMK 54 tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi ALKES.
k. Fatwa MUI nomor 107/DSN-MUI/IX/2016 tentang pedoman penyelenggaraan
RS berdasarkan berdasarkan prinsip syariah.
l. Permen PU No 24 tahun 2008 tentang Pedoman pemeliharaan dan Perawatan
Bangunan Gedung.
m. Peraturan Instalasi listrik PUIL 2000 Tahun 2002 Tentang Peraturan Umum
Instalasi Listrik.
n. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.2306 tahun 2011 Tentang Persyaratan tehnis
prasarana instalasi elektrikal rumah sakit.
o. Permenker No 05 tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.

p. Permenaker No 02 tahun 1983 tentang Instalasi Alarm kebakaran.


q. Pedoman tehnis sarana dan prasarana rumah sakit.
r. Pedoman teknis tata udara HVAC di RS.
s. Pedoman teknis dibidang bangunan dan Sarana RS.

Anda mungkin juga menyukai