Kelompok 7 Praktikum Asam Lemak Bebas
Kelompok 7 Praktikum Asam Lemak Bebas
PRAKTIKUM BIORESOURCES
TECHNOLOGY II
KELOMPOK : 3 (Tiga)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
BAB 1
A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui proses analisis kadar asam lemak pada minyak
jelantah (minyak habis pakai).
B. Dasar Teori
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai media
pengolahan bahan makanan. Masyarakat banyak menggunakan jenis minyak
goreng yang umumnya digunakan yang berasal dari nabati, seperti: minyak kelapa
sawit, kopra, kacang kedelai, biji jagung (lembaganya), biji bunga matahari, biji
zaitun (olive), dan lain-lain (Ketaren, 2008).
Minyak goreng yang digunakan berulang kali atau yang lebih dikenal dengan
minyak jelantah adalah limbah yang berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti
halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya yang
merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga, dan dapat
digunakan lagi untuk keperluan lainnya, akan tetapi ditinjau pada komposisi
kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat
karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan (Ketaren, 2005).
Rahayu, A. dkk. juga melaporkan bahwa minyak jelantah dengan frekuensi
penggorengan tinggi dapat mempengaruhi nekrosis sel hati. Selain itu minyak
goreng yang dipakai berulang kali berpotensi menimbulkan berbagai macam
penyakit yaitu penyakit jantung, hati, ginjal, dan menghasikan jenis karsinogen
menempel dimakanan berikutnya yang masuk kedalam penggorengan
(Cancerhelps, 2014).
Penggunaan minyak goreng secara kontinyu dan berulang-ulang pada suhu
tinggi (160-200°C) disertai adanya kontak dengan udara dan air pada proses
penggorengan akan mengakibatkan terjadinya reaksi degradasi yang komplek
dalam minyak serta menghasilkan berbagai senyawa hasil reaksi. Pemanasan suhu
tinggi dapat mengoksidasi minyak goreng dan menghasilkan radikal bebas (Graha,
2010). Minyak goreng juga mengalami perubahan warna dari kuning menjadi
gelap. Reaksi degradasi ini menurunkan kualitas minyak dan akhirnya minyak tidak
dapat dipakai lagi sehingga harus dibuang. Produk reaksi degradasi yang terdapat
dalam minyak ini juga akan menurunkan kualitas bahan pangan yang digoreng dan
menimbulkan pengaruh buruk bagi kesehatan (Yustinah, 2011).
Semakin sering digunakan tingkat kerusakan minyak akan semakin tinggi.
Penggunaan minyak berkali-kali mengakibatkan minyak menjadi cepat berasap
atau berbusa dan meningkatkan warna coklat serta flavor yang tidak disukai pada
bahan makanan yang digoreng. Kerusakan minyak goreng yang berlangsung
selama penggorengan akan menurunkan nilai gizi dan berpengaruh terhadap mutu
serta nilai bahan pangan yang digoreng. Minyak yang telah rusak akan mempunyai
struktur dan penampakan yang kurang menarik serta citra rasa atau bau yang kurang
enak (Trubusagrisarana, 2005).
Kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak nabati dapat menjadi
salah satu parameter penentu kualitas minyak tersebut. Besarnya asam lemak bebas
dalam minyak ditunjukan dengan nilai angka asam. Angka asam dengan kadar
tinggi mengindikasikan bahwa kandungan asam lemak bebas yang ada di dalam
minyak nabati juga tinggi sehingga kualitasnya justru semakin rendah (Winarno,
2004). Pembentukan asam lemak bebas dalam minyak goreng bekas diakibatkan
oleh proses hidrolisis yang terjadi selama prosess penggorengan, biasanya
disebabkan karena adanya pemanasan tinggi yaitu pada suhu 160-200°C
(Kalapathy dan Proctor, 2000).
Asam lemak bebas di dalam minyak goreng merupakan asam lemak berantai
panjang yang tidak teresterifikasi. Semakin banyak konsumsi asam lemak bebas,
akan meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah yang
merupakan kolesterol jahat. Banyaknya asam lemak bebas dalam minyak
menunjukkan penurunan kualitas minyak (Adrian, 2005).
Kualitas minyak goreng dapat diketahui dengan pengujian parameter kimia dan
fisika. Uji kimia dapat diketahui dari komponen-komponen kimia yang terdapat
pada minyak goreng yaitu kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan
iod dan bilangan penyabunan. Sedangkan uji fisika dapat diketahui dari kadar air,
berat jenis, titik leleh dan indeks bias minyak [6]. Pada Tabel 1 dapat dilihat syarat
mutu minyak goreng yang layak dikonsumsi menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI) 01-3741-2002.
Tabel 1. Syarat Mutu Minyak Goreng Layak Konsumsi Menurut SNI 01-
3741-2002
Kriteria Uji Satuan Standar Mutu
Bau - Tidak Berbau
Rasa - Normal
Warna - Putih Kuning
Pucat-Kuning
Kadar Air %b/b 0,01-0,30
Kadar Asam %b/b Maks 0,30
Lemak Bebas
Bilangan mg Maks 0,60
Asam KOH/g
Bilangan Mg Maks 1,00
Peroksida O2/100 g
Alat:
k. Boss Head
Bahan:
Panaskan diatas
kompor listrik
Campuran berwarna coklat sambal digoyang-
kehitaman keruh goyangkan hingga
mendidih
Dinginkan pada suhu ruangan Siapkan larutan NaOH ke dalam beaker
hingga campuran dingin.
Campuran glass 50 mL. kemudian tuangkan ke
Tambahkan 5 tetes indikator PP. berwarna coklat
terang agak keruh dalam buret dan catat volume awal.
E. Hasil Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
1 A 4.0619
2 B 5.4069
3 C 1.7754
1. Rofi’atun Musfiroh (5213417016)
Dalam praktikum kali kami melakukan melakukan pengujian nilai FFA dari
minyak habis pakai atau minyak jelantah. Miyak tersebut berasal drai minyak
kelapa sawit. Minyak sawit adalah salah satu bahan yang digunakan dalam
praktikum ini. Minyak sawit merupakan minyak nabati yang dibuat melalui proses
fraksinasi, rafinasi dan hidrogenasi. Komposisi asam lemak minyak sawit terdiri
dari sekitar 40% asam oleat (asam lemak tidak jenuh tunggal), 10% asam linoleat
(asam lemak tidak jenuh ganda), 44% asam palmitat (asam lemak jenuh) dan 4,5%
asam stearat (asam lemak jenuh).
Dari hasil praktikum didapatkan hasil bahwa kandungan asam lemak bebas
(%FFA) paling baik pada minyak habis pakai dari minyak kelapa sawit adalah
sebesar 1.7754 %, sedangkan yang paling besar adalah 5.4069%. Kandungan asam
lemak bebas menunjukkan mutu dari suatu minyak goreng sesuai dengan SNI
7709:2012 tentang standar mutu minyak goreng yang telah ditetapkan oleh Badan
Standar Nasional Indonesia (BSNI), dimana batas maksimum kandungan ALB
pada minyak goreng adalah 0,3%. Sehingga nilai FFA berdasarkan praktikum
tersebut belum memenuhi SNI. Hal tersebut disebabkan karena minyak yang
digunakan sudah terlalu buruk kualitasnya dalam artian sudah terlalu sering
digunakan berulang kali. Sehingga minyak tersebut sudah mengalami raksi
hidrolisis dan oksidasi.
2. M Fikkri Al Ghifari (5213417034)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar asam lemak bebas pada
minyak jelantah (Minyak habis pakai), Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap.
Tahap yang pertama yaitu pembuatan larutan NaOH yang akan digunakan sebagai
titran. Selanjutnya, diikuti tahap kedua yaitu standarisasi larutan NaOH. Tahap
yang terakhir merupakan tahap uji kualitas sampel minyak goreng jelantah yang
meliputi uji kadar asam lemak bebas.
Penentuan kadar asam lemak bebas dilakukan sesuai dengan metode yang
telah dilakukan oleh Rukunudin dkk. [13] dan Rahkadima dkk. [11], sampel minyak
goreng ditimbang sebanyak 50 gram dan diletakkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
Kemudian sampel dilarutkan dalam etanol sebanyak 100 mL pada suhu 50°C.
Sampel yang telah larut sempurna ditambahkan 3 tetes phenolphthalein sebagai
indikator. Selanjutnya, sampel tersebut dititrasi dengan larutan NaOH.
Dari hasil praktikum didapatkan hasil bahwa kandungan asam lemak bebas
(%FFA) paling baik pada minyak habis pakai dari minyak kelapa sawit adalah
sebesar 1.7754 %, sedangkan yang paling besar adalah 5.4069%. Kandungan asam
lemak bebas menunjukkan mutu dari suatu minyak goreng sesuai dengan SNI
7709:2012 tentang standar mutu minyak goreng yang telah ditetapkan oleh Badan
Standar Nasional Indonesia (BSNI), dimana batas maksimum kandungan ALB
pada minyak goreng adalah 0,3%. Sehingga nilai FFA berdasarkan praktikum
tersebut belum memenuhi SNI. Hal tersebut disebabkan karena minyak yang
digunakan sudah terlalu buruk kualitasnya dalam artian sudah terlalu sering
digunakan berulang kali. Sehingga minyak tersebut sudah mengalami raksi
hidrolisis dan oksidasi
Tohari. (2015) “Sintesis Biodiesel dari Minyak Biji Kapuk Randu (Ceiba
Pentandra L) dengan Variasi Waktu Lama Pengadukan Pada Reaksi
Transesterifikasi” SKRIPSI Universitas Negeri Yogyakarta