Manajemen Farmakologi Akut Spinal Cord Cedera
Manajemen Farmakologi Akut Spinal Cord Cedera
Manajemen Farmakologi Akut Spinal Cord Cedera
Alok Sharma
Pendahuluan
Perawatan medis untuk cedera akut korda spinalis telah sangat maju dalam 50 tahun terakhir.
Kemajuan signifikan terlihat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk terapi obat yang efektif
(misalnya metilprednisolon) untuk cedera akut korda spinalis dan teknik pencitraan radiologi
yang lebih baik untuk mendiagnosis kerusakan korda spinalis yang dapat meningkatkan
kemungkinan perbaikan pasien dengan cedera korda spinalis.
Biasanya, residual white matter yang mengandung bagian-bagian dari traktus ascending dan
traktus decending tetap utuh yang memungkinan pemulihan neurologis. Namun penyembuhan
ini terjadi selama menit dan jam pertama setelah cedera, pada fase sekunder proses degeneratif
dimulai dari cedera mekanik awal yang sebanding dengan besarnya kerusakan diawal.
Namun demikian, kontinuitas anatomi awal kerusakan korda spinalis dalam sebagian besar kasus
diperlukan pengobatan farmakologis pada kasus yang mengganggu kaskade sekunder, jika
diterapkan secara dini, dapat meningkatkan penyembuhan dan menjaga jaringan saraf korda
spinalis dengan demikian dapat mempertahankan susunan anatomi yang diperlukan untuk
mengembalikan fungsional secara cepat dan tepat.
Strategi terapi untuk penanganan pengobatan cedera akut korda spinalis harus didasarkan pada
faktor-faktor berikut :
Rasional ilmiah.
Ketersediaan
GM - 1 Ganglioside
Dalam sebuah penelitian kecil dari 37 pasien, Geisler dkk., menunjukkan bahwa GM - 1
ganglioside lebih baik dibandingkan dengan penggunaan plasebo. Penelitian ini dikritik karena
jumlah sampel yang tidak memadai. Pada tahun 1992, studi multicenter pada penggunaan GM-1
ganglioside dalam penatalaksanaan cedera akut korda spinalis mulai dilaksanakan. Melalui studi
prospektif, double-blind, randomized dan stratified trial terdaftar 797 pasien. Pasien secara acak,
dibagi ke dalam 3 kelompok penelitian, yaitu pemberian plasebo, dosis rendah pemberian GM -
1 (300 mg dengan dosis loading dan dilanjutkan 100 mg/hari selama 56 hari) dan dosis tinggi
pemberian GM - 1 (600 mg dengan dosis loading dan dilanjutkan 200 mg/hari selama 56 hari).
Placebo atau GM - 1 diberikan 23 jam akhir pada pemberian metilprednisolon lewat infus.
Pada akhir penelitian, 37 pasien dinilai tidak memenuhi syarat, dan 760 pasien digunakan untuk
analisis efikasi primer. Para penulis tidak menemukan perbedaan mortalitas yang signifikan
antara pengobatan tiga kelompok tersebut. Para penulis tidak mengidentifikasi proporsi yang
lebih tinggi pada pasien dengan pemulihan fungsi motorik yang nyata pada 26 minggu, ketika
mereka membandingkan pasien GM - 1 yang diobati dengan kelompok plasebo dalam analisis
efikasi primer mereka.
Bukti medis yang tersedia tidak memberikan manfaat klinis yang signifikan dari pemberian GM-
1 ganglioside dalam pengobatan pasien dengan cedera akut korda spinalis.
Metilprednisolon
Studi secara randomized pada pemberian metilprednisolon dalam pengobatan cedera akut korda
spinalis memberikan bukti yang signifikan dalam meningkatkan pemulihan fungsi motorik jika
diberikan dalam waktu 8 jam dari awal cedera.
Cedera primer dari korda spinalis menunjukkan kerusakan mekanis awal akibat deformasi lokal
korda spinalis. Tekanan langsung dan kerusakan elemen saraf dan pembuluh darah melalui
retaknya fragmen tulang atau dics material terjadi setelah trauma mekanik.
Mekanisme sekunder disebabkan oleh cedera primer. Mekanisme sekunder meliputi kaskade
biokimia dan proses seluler seperti kelainan elektrolit yang ditandai dengan berkurangnya
cadangan fosfat energi tinggi, pembentukan radikal bebas, iskemia pada pembuluh darah, edema
jaringan, asidosis laktat, reaksi inflamasi pasca trauma dan apoptosis atau kematian sel yang
terprogram.
Lipid peroksidasi.
Menjaga metabolisme.
Telah diketahui bahwa, sistem saraf pusat merupakan satu-satunya jaringan yang tidak mampu
mengalami regenerasi. Oleh karena itu, diperlukan strategi terapi yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan sel-sel saraf untuk bertahan hidup dengan kondisi yang buruk, cedera
maupun kerusakan.
Konsep Idling Neuron
Neuron idling adalah jaringan yang masih hidup, tetapi neuron ini telah mengalami kerusakan
berkelanjutan sehingga menurun fungsinya. Penumbras (antara sel-sel mati dan sel-sel normal)
merupakan struktur yang tidak mati tetapi disfungsional. Jika pengobatan efektif, penumbra
dapat dikembalikan menjadi normal. Jika pengobatan tidak efektif, penumbra akan menjadi
bagian dari sel-sel mati dan akan mengalami defisit neurologis menetap.
Bukti klinis
Tabel 1 dan 2 memberikan gambaran dari uji klinis dengan metilprednisolon pada cedera akut
korda spinalis. Analisis subkelompok menunjukkan bahwa pasien yang diobati dalam
8 jam dan mereka yang dirawat dengan dosis yang lebih tinggi, akan pulih lebih cepat dari pasien
pada dosis yang lebih rendah dan pasien dirawat setelah 8 jam .
NASCIS I
Studi pertama National Acute Spinal Cord Injury Study ( NASCIS I), dilaporkan pada tahun
1984, membandingkan efektivitas pemberian 100 mg metilprednisolon secara bolus dan
kemudian 100 mg dalam sehari setelah pemberian pertama selama 10 hari dengan pemberian
1000 mg bolus dan 1000 mg sehari selama 10 hari pada 330 pasien cedera akut dinilai 6 minggu
dan 6 bulan setelah cedera. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan dalam pemulihan
neurologis (baik dalam fungsi motorik atau sensorik) antara kelompok perlakuan baik di 6
minggu atau 6 bulan setelah terjadinya trauma.
Para penulis melaporkan bahwa pemberian metilprednisolon dalam waktu 8 jam dari cedera
berhubungan dengan peningkatan yang signifikan dalam fungsi motorik dan sensorik
dibandingkan dengan pasien yang menerima metilprednisolon 8 jam setelah cedera dan pasien
yang diberikan nalokson atau plasebo.
NASCIS II
Sebuah uji multicenter NASCIS II, yang dimulai pada tahun 1985 dengan menggunakan
dosis metilprednisolon yang lebih tinggi (30 mg/kg sebagai bolus dan kemudian 5,4 mg/kg/jam
melalui infus selama 23 jam). Pasien-pasien kemudian dibandingkan dengan pasien yang
mengalami cedera sama yang menerima nalokson (5,4 mg/kg bolus dan kemudian dilanjutkan
pemberian melalui infus 4,0 mg/kg/jam selama 23 jam) atau plasebo. Pasien secara acak dipilih
dari salah satu dari tiga kelompok pengobatan dalam waktu 12 jam dari cedera akut korda
spinalis. Empat ratus delapan puluh tujuh pasien dimasukkan ke dalam penelitian ini.
162 pasien diberi metilprednisolo , 154 diberi nalokson dan 171 pasien dalam kelompok kontrol
plasebo. Fungsi neurologis diperiksa dalam 6 minggu, 6 bulan dan 1 tahun.
NASCIS III
NASCIS III menggunakan uji klinis randomized, double-blind yang membandingkan efektivitas
metilprednisolon yang diberikan selama 24 jam dengan metilprednisolon yang diberikan selama
48jam. Kriteria yang dimasukkan sama dengan yang dijelaskan pada NASCIS II pada
pengambilan pasien. Pasien dinilai secara neurologis menurut NASCIS I dan II (perubahan skor
motorik dan sensorik) dan dengan perubahan dalam ukuran kemandirian fungsional/Fungsional
independent measure (FIM) pada 6 minggu dan 6 bulan.
Empat ratus sembilan puluh sembilan pasien yang dimasukkan ke penelitian ini, 166 pasien
diberikan metilprednisolon dalam 24 jam yang dimasukkan dalam kelompok (24 MP) , 167 di
berikan tirilazad mesylate pada 48 jam dimasukkan dalam kelompok (48 TM) dan 166 diberikan
metilprednisolon dalam 48 jam yang dimasukkan dalam kelompok (48 MP).
Para penulis melaporkan bahwa pasien dalam kelompok 48 MP menunjukkan peningkatan dan
pemulihan motorik pada 6 minggu dan pada 6 bulan follow –up dibandingkan dengan kelompok
24 MP dan 48 TM. Ketika terapi dimulai antara 3 dan 8 jam setelah cedera, efek
dari regimen kelompok 48 MP pada perubahan skor motorik terlihat signifikan pada 6 minggu
dan 6 bulan follow - up dibandingkan dengan pasien dalam kelompok 24 MP dan 48TM.
Ketika pengobatan dimulai dalam waktu 3 jam dari cedera, pola pemulihan diamati pada ketiga
kelompok perlakuan secara bersamaan. Secara keseluruhan, metilprednisolon meningkatkan
pemulihan neurologis (fungsi motorik, sensasi tusukan jarum dan sentuh) sebesar 20%.
Para penulis menyimpulkan bahwa pasien dengan cedera akut korda spinalis yang menerima
metilprednisolon dalam waktu 3 jam cedera harus dipertahankan pada 24 MP regimen. Pada
pemberian metilprednisolon selama 3-8 jam setelah cedera, mereka merekomendasikan
pemberian regimen metilprednisolon selama 48 jam.
Laporan NASCIS II secara jelas menyatakan bahwa tidak ada manfaat pemberian
metilprednisolon yang diamati pada kelompok studi secara keseluruhan. Dalam analisis
sebelumnya dari pasien yang diobati, relatif mengalami penyembuhan setelah cedera (dalam
waktu 8 jam, ini merupakan waktu yang tepat memulai terapi pada pasien cedera akut korda
spinalis, dan satu-satunya dikotomi dianalisis), pasien diobati dengan metilprednisolon pulih
secara signifikan lebih baik dibandingkan pasien yang diobati dengan plasebo. Pemeriksaan efek
obat sebagai fungsi waktu cedera adalah hipotesis utama dalam desain kedua NASCIS II dan III.
George dkk., 1995 Gambaran retrospektif dari 145 pasien cedera Tidak ada perbedaan dalam
akut korda spinalis, 80 diobati dengan hasil mortalitas atau
metilprednisolon dibandingkan dengan 65 neurologis antara kelompok
yang tidak menerima metilprednisolon
Gerndt dkk., 1997 Gambaran retrospektif dengan riwayat Pasien yang diobati
kontrol 231 pasien cedera akut korda spinalis, metilprednisolon mengalami
91 dikeluarkan. perbandingan komplikasi peningkatan yang signifikan
medis di antara 93 pasien metilprednisolon pada pneumonia
dibandingkan dengan 47 yang tidak
menerima kortikosteroid
Poynton dkk., 1997 Analisis Case -Control dari 71 pasien cedera Tidak ada perbedaan pada
akut korda spinalis, 63 diikuti dari 13 bulan hasil
sampai 57 bulan. Sekitar 38 pasien diobati
dengan metilprednisolon dibandingkan
dengan 25 pasien yang tidak menerima
metilprednisolon 8 jam setelah cedera
Pointillart dkk., Multisenter , prospektif, uji klinis acak dari Tidak ada perbedaan yang
2000 106 pasien SCI akut diobati dengan signifikan dalam hasil
metilprednisolon , nimodipin atau keduanya neurologis
Matsumoto dkk., Prospective randomized, double-blind study Pasien yang mendapatkan
2001 membandingkan kejadian komplikasi medis metilprednisolon memiliki
antara 46 pasien cedera akut korda spinalis, insiden komplikasi yang lebih
23 diobati dengan metilprednisolon, 23 tinggi
dengan plasebo
Perbandingan pasien yang diobati dengan plasebo sebelum dengan setelah 8 jam bukan
merupakan perbandingan acak, dan tidak ada alasan untuk mengharapkan pasien memiliki
karakteristik sama. Waktu yang dibutuhkan untuk memulai terapi sebagian besar merupakan
fungsi dari seberapa cepat pasien dirawat di rumah sakit dan ada banyak alasan mengapa hal ini
dapat bervariasi tergantung keparahan cedera. Satu-satunya perbandingan yang valid untuk
analisis adalah orang-orang yang dilaporkan, yaitu perbandingan pengobatan (yang acak) dalam
periode waktu awal dan akhir.
Bila pengobatan dimulai dengan metilprednisolon dalam waktu 3 jam dari cedera, maka
terapi pemeliharaan harus diberikan selama 24 jam.
Bila pengobatan dimulai dengan metilprednisolon antara 3 dan 8 jam dari cedera, maka
terapi pemeliharaan harus diberikan selama 48 jam
Prosedur statistik yang digunakan untuk menganalisis NASCIS II dan III terutama analisis
kovarians, yang merupakan bentuk standar analisis untuk setiap uji coba terkontrol secara acak.
Metodologi ini dijelaskan dalam teks standar.
Dalam NASCIS III , ada Ketidakseimbangan Pengacakan
Fungsi neurologis dasar dikontrol di semua analisis statistik dan seperti yang diharapkan, analisis
multivariat dari dua kelompok metilprednisolon menunjukkan penurunan yang berbeda ketika
jumlah yang diambil berbeda. Pada analisis kontrol dari hasil publikasi awal .
Laporan NASCIS III menunjukkan keparahan cedera dari semua pasien dalam penelitian. Secara
keseluruhan, untuk fungsi motorik, 35,2 % adalah quadriplegic, 31,0% paraplegic, 13,4%
quadriparetic dan 4,0% paraparetic, dan 14,4 % normal, meskipun semua respon motorik normal
namun beberapa sudah kehilangan fungsi sensorik. Setelah memperhitungkan kriteria eksklusi
(luka tembak, dll ), populasi penelitian mencerminkan pola cedera korda spinalis yang terlihat di
bagian gawat darurat rumah sakit. NASCIS II dan III menunjukkan efektifitas metilprednisolon
pada pasien dengan cedera berat, didefinisikan sebagai yang memiliki defisit neurologis lengkap
sesuai dengan tingkat cedera. Professional biostatistik antara peneliti dan penulis NASCIS
merupakan bagian dari proses review di NEJM dan JAMA dan bagian dari panel NIH yang
mengawasi percobaan trial. Prosedur statistik standar yang digunakan, definisi neurologis dan
fungsional yang digunakan adalah standar kriteria yang diumumkan oleh American Spinal Injury
association, didukung oleh Medical Society Internasional Paraplegia dan banyak digunakan
untuk tujuan klinis dan penelitian di seluruh dunia.
NASCIS dataset tersedia untuk badan-badan yang diakui dan kelompok yang mengajukan
proposal yang menggambarkan terkait penelitian ini dapat menggunaan data dan menunjukkan
bahwa memiliki suatu teknis, biostatistikal dan keahlian klinis untuk mengetahui dan
menganalisis data yang kompleks dalam cara yang tidak biasa. Sejak didirikan NASCIS peneliti
didanai oleh NIH untuk analisis NASCIS II dan III, ada kekhawatiran mengenai analisis yang
tidak selesai dikerjakan, yang mendahului publikasi analisis yang sama melalui
investigator awal.
Penelitian NASCIS didanai oleh United States National Institute of Neurological Disease and
Stroke. Namun, tanggung jawab dalam mencari indikasi untuk menggunakan obat untuk cedera
korda spinalis dari pharmaceutical company manufacturing the compound, Pharmacia-Upjohn
Inc. NASCIS tersedia untuk tujuan mencari persetujuan peraturan untuk menggunakan
metilprednisolon dalam negara. Yang perlu kita ketahui, persetujuan FDA belum tercapai, tetapi
indikasi telah disetujui dan diperoleh di sejumlah besar negara-negara lain.
Di banyak negara, dokter telah menggunakan metilprednisolon untuk cedera korda spinalis sejak
tahun 1990. Data NASCIS II mendukung penggunaan metilprednisolon dan tidak berubah sejak
tahun 1990 .
Penelitian pada hewan memiliki dua peran dalam mengembangkan bukti berdasarkan ilmiah
yaitu melakukan pengujian terapi pada manusia setelah percobaan yang dilakukan pada hewan
telah berhasil, dan mereka memberikan alasan biologis berupa kumpulan bukti yang nyata. Bukti
kuat dari kucing dan model lainnya menggunakan metilprednisolon dalam meningkatkan
generasi neurore dan dapat meningkatkan peran lainnya pada tingkat molekuler yang merupakan
bukti tambahan yang logis untuk mendukung pada percobaan manusia. Hal ini sangat sulit tetapi
sangat penting bagi penelitian manusia dan merupakan penyebab keprihatinan bahwa uji coba
metilprednisolon dan terapi lain yang tidak jadi dilakukan. Saat ini, bukti efektifitas dan
keamanan utama dari tiga percobaan dan bukti sekunder dari uji coba terkait kondisi klinis dan
studi hewan, seperti yang dilaporkan dalam Review Cochrane, mendukung penggunaan pada
saat ini.
Bukti eksperimental
Studi eksperimental tentang Efektifitas Metilprednisolon dan Deksametason dalam
Pengobatan Cedera Akut Korda Spinalis pada Tikus
Grup B : Mereka yang mengalami kompresi korda spinalis, diikuti dengan pengobatan dengan
salah satu dari tiga modalitas.
Kombinasi metilprednisolon dan hipotermia lebih efektif dalam perbaikan klinis dan pemulihan
histopatologis dibandingkan dengan obat tunggal. Metilprednisolon, hipotermia dan nalokson,
ketiga modalitas pengobatan dikatakan efektif dalam mendukung pemulihan klinis dan
histopatologi. Tetapi metilprednisolon telah menunjukkan keberhasilan yang maksimal yang
secara statistik signifikan dibandingkan dengan pengobatan lainnya.
Penelitian ini merekomendasikan pada dekompresi cedera akut korda spinalis dengan aplikasi
lokal hipotermia dan untuk memulai metilprednisolon sedini mungkin.
Sementara operasi elektif telah dilakukan pada korda spinalis (terutama korda spinalis
leher dan punggung), akan lebih bermanfaat memulai penggunaan metilprednisolon
sebagai dosis bolus dimulai dari operasi dan berlanjut sebagai dosis pemeliharaan
sepanjang durasi operasi.
Setelah menyelesaikan operasi, saline dingin digunakan untuk mengirigasi dura selama
beberapa menit. Hal ini tidak hanya membantu dalam homeostasis, tetapi menjaga dan
cenderung mengurangi defisit neurologis pasca-operasi.
Komplikasi
Komplikasi pernapasan
Insiden komplikasi pernapasan lebih tinggi dengan metilprednisolon, khususnya pada pasien
yang tidak sadar yang menggunakan ventilator. Sebelum uji coba CRASH, beberapa pusat
mengunakan metilprednisolon untuk cedera kepala. Ditemukan bahwa pada pasien ini sulit
untuk lepas dari ventilator. Uji coba CRASH menunjukkan peningkatan mortalitas sebanyak
3% pada kelompok pemakaian metilprednisolon, yang memaksa peneliti untuk
mengakhiri eksperimen. Komplikasi pernapasan merupakan masalah serius yaitu seseorang
harus menempatkan pasien pada ventilator yang lebih tinggi, baik fisioterapi dan ventilasi
yang baik.
Komplikasi gastrointestinal