Anda di halaman 1dari 26

ASPEK LEGAL PALIATIVE CARE

SITI FADLILAH
Latar Belakang
 Berdasarkan National Consensus Project For Quality Palliative Care
(NCP, 2013) pedoman praktik klinis untuk perawat palliative dalam
meningkatkan kualitas pelayanan palliative terdiri dari 8 domain
diantaranya:
o Domain 1 : structure and proses of care
o Domain 2 : Physical Aspect Of Care
o Domain 3: Psychological And Psychiatric Aspect Of Care
o Domain 4 : Social Aspect Of Care
o Domain 5 : Spiritual, Religious, And Existential Aspect Of Care
o Domain 6 : Culture Aspect Of Care
o Domain 7 : Care Of The Patient At End of life
o Domain 8 : Ethical And Legal Aspect Of Care
Domain 1 : Structure and
Proses of Care

Menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan


bagi para profesional paliatif dalam
memberikan perawatan yang
berkesinambungan pada pasien dan keluarga.
Domain 2 : Physical Aspect Of
Care

Ccara yang dilakukan untuk mengukur


dan mendokumentasikan rasa nyeri dan
gejala lain yang muncul seperti menilai,
mengelola gejala dan efek samping yang
terjadi pada masalah fisik pada pasien.
Domain 3: Psychological And Psychiatric
Aspect Of Care

Cara yang dilakukan untuk menilai status


psikologis pasien dan keluarga seperti
mengukur, mendokumentasikan, mengelola
kecemasan, dan gejala psikologis lainnya
Domain 4 : Social Aspect Of Care

Cara yang dilakukan untuk mendiskusikan


segala informasi, mendiskusikan tujuan
perawatan, dan memberikan dukungan sosial
yang komperhensif
Domain 5 : Spiritual, Religious, And
Existential Aspect Of Care

Cara yang dilakukan untuk menyediakan atau


memfasilitasi diskusi terkait kebutuhan
spiritual pasien dan keluarga
Domain 6 : Culture Aspect Of Care
Cara yang dilakukan menilai budaya dalam proses
pengambilan keputusan dengan memperhariakn
preferensi pasien atau keluarga memahami bahasa
yang digunakan serta ritual-ritual budaya yang
dianut pasien dan keluarga
Domain 7 : Care Of The Patient At
End of life

Cara yang dilakukan untuk menggali lebih


dalam tentang kesiapan menghadapi kematian
dan duka cita setelah kematian bagi keluarga
yang ditinggalkan.
Domain 8 : Ethical And Legal
Aspect Of Care

Cara yang dilakukan untuk membuat perencanaan


dengan memperhatian preferensi pasien dan
keluarga sebagai penerima layanan dengan tidak
melanggar norma dan aturan yang belaku
Domain 8 : Ethical And Legal
Aspect Of Care
1. Semua perawat harus meninjau kembali asuhan
keperawatan yang telah diberikan dan semua
dokumentasinya
2. Semua perawat harus menjaga prinsip etik
berdasarkan komite etik keperawatan
3. Semua perawat harus mengerti hukum aspect
palliative dan mencari pakar hukum jika
diperlukan
Keputusan Menteri Kesehatan RI

NOMOR : 812/Menkes/SK/VII/2007

TENTANG

KEBIJAKAN PERAWATAN PALIATIF


MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM
PERAWATAN PALIATIF

 Persetujuan tindakan medis/informed


consent untuk pasien paliatif.
 Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien
paliatif
 Perawatan pasien paliatif di ICU
 Masalah medikolegal lainnya pada
perawatan pasien paliatif
Informed Consent
 Pasien harus memahami perawatan paliatif  komunikasi yang intensif
dan berkesinambungan.
 Pelaksanaan informed consent  diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
 Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan  pasien sendiri
apabila masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga terdekatnya.
Pasien telah tidak kompeten, maka keluarga terdekatnya melakukannya
atas nama pasien.
 Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh
pesan atau pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten
 Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan
paliatif dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan, dan
informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama
Resusitasi/Tidak Resusitasi
 Keputusan dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh
Tim Perawatan paliatif.
 Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada
saat pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.
 Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki
resusitasi, sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya
untuk membuat keputusan telah dipahaminya. Keputusan
tersebut dapat diberikan dalam bentuk pesan (advanced directive)
atau dalam informed consent menjelang ia kehilangan
kompetensinya.
Resusitasi/Tidak Resusitasi
 Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat
keputusan tidak resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam
advanced directive tertulis  dalam keadaan tertentu dan atas
pertimbangan tertentu yang layak dan patut, permintaan
tertulis oleh seluruh anggota keluarga terdekat dapat
dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya.
 Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak
melakukan resusitasi sesuai dengan pedoman klinis
Perawatan Pasien Paliatif di ICU

 Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU


mengikuti ketentuan-ketentuan umum yang
berlaku .
 Dalam menghadapi tahap terminal, Tim
perawatan paliatif harus mengikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian
peralatan life-supporting
Masalah Medikolegal
 Tim Perawatan Paliatif bekerja berdasarkan
kewenangan yang diberikan oleh Pimpinan Rumah
Sakit, termasuk pada saat melakukan perawatan di
rumah pasien.
 Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran
harus dikerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan
pertimbangan yang memperhatikan keselamatan
pasien tindakan-tindakan tertentu dapat
didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis
yang terlatih. Komunikasi antara pelaksana dengan
pembuat kebijakan harus dipelihara.
Medikolegal Euthanasia

 Rasjidi, (2010) Kata eutanasia berasal dari bahasa


Yunani yaitu
"eu" (baik) dan "thanatos" (maut, kematian) 
kematian yang baik
 Hippokrates pertama kali menggunakan istilah "e
utanasia" ini pada sumpah Hippokrates yang dituli
s pada masa 400-300 SM.
Definisi Euthanasia
Dengan sengaja tidak melakukan sesuatu
memperpanjang hidup seseorang pasien
atau sengaja melakukan sesuatu
memperpendek atau mengakhiri hidup
seorang pasien, dan ini dilakukan untuk
kepentingan pasien sendiri.
Definisi Euthanasia (Kode Etik
Kedokteran)
 Berpindahnya ke alam baka dengan tenang
& aman tanpa penderitaan, buat yang berim
an dengan nama Tuhan di bibir.
 Waktu hidup akan berakhir, diringankan pe
nderitaan si sakit dengan memberi obat pen
enang.
 Mengakhiri penderitaan & hidup seorang sa
kit dengan sengaja atas permintaan pasien se
ndiri & keluarganya
Pseudo-Euthanasia
Menurut Leenen dalam Achadiat (2007) ada 4 betuk golongan
pseudo-euthanasia ialah :
1.Pengakhiran perawatan medik karena gejala mati otak atau
batang otak.
2.Pasien menolak perawtan atau bantuan medik terhadap dir
inya.
3.Berakhirnya kehidupan akibat keadaan darurat karena kuas
a tidak terlawan (force majure).
4.Penghentian perawatan/pengobatan/bantuan medik yang
diketahui tidak ada gunanya.
Jenis-Jenis Eutanasia

Eutanasia pasif
Eutanasia aktif
Penerapan Hukum Positif Pada Kasus
Eutanasia di Indonesia
 Sutarno (2012) Berdasarkan hukum di Indonesia m
aka etanasia adalah sesuatu perbuatan yang melawa
n hukum.
 Pasal 344 Kitab Undang-undang hukum pidana
 ”Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain
atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkan
nya dengan nyata dan sungguh-
sungguh, dihukum penjara selama-
lamanya 12 tahun
Prinsip-Prinsip Etik
1. Autonomy (otonomi )
2. Non maleficience (tidak merugikan)
3. Veracity (kejujuran)
4. Beneficienec (berbuat baik)
5. Justice (keadilan)
6. Kerahasiaan (confidentiality)
7. Akuntabilitas (accountability)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai