Anda di halaman 1dari 5

Hingga saat ini tidak ada 1 definisi hukum yang dapat diterima secara umum.

Pada
dasarnya setiap ahli mendefinisikan hukum secara berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan
karena ruang lingkup yang luas sedangkan manusia memiliki keterbatasan pemahaman
sehingga setiap orang mendefinisikan hukum yang dianggapnya penting. Selain itu definisi
tersebut dipengaruhi oleh latar belakang masing-masing ahli.

1. Marcus Tullius Cicero (Inggris, Romawi Kuno)


Hukum adalah akal tertinggi yang ditanamkan oleh alam dalam diri manusia untuk
menetapkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.

Cicero adalah ahli hukum dan negarawan Romawi ternama, ia sangat


dipengaruhi oleh Aliran Stoa.1 Aliran hukum stoa ini dipengaruhi oleh ajaran hukum
alam. Menurut aliran ini hukum alam adalah apa yang diajarkan alam kepada mahluk
hidup termasuk manusia, jadi hukum alam itu bukan hanya untuk manusia melainkan
untuk semua mahluk hidup jadi hukum alam itu universal. Hukum alam ini isi
konkretnya adalah tunduk pada Tuhan, hormat menghormati, saling memaafkan dan
jujur dengan kata lain manusia ini hidup penuh dengan keluruhan (ratio recte vivendi).
Semua manusia ini bersumber kepada hukum alam (ius naturale) maka semua manusia
adalah sama. Lalu, manusia sebagai mahluk yang memiliki akal menciptakan hukum
positif.
Hukum positif ini dibagi menjadi ius gentium dan ius civile. Ius gentium adalah
hukum bangsa-bangsa yang bersifat universal. Ius Civile adalah hukum yang khusus
bagi suatu bangsa sesuai dengan kekhasan bangsa itu. Hukum positif ini tidak boleh
bertentangan dengan hukum alam. Aliran stoa mengakui bahwa akal manusia
membentuk hukum positif dan akal manusia juga yang menentukan keadilan. Keadilan
yang dimaksud disini berkaitan dengan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dilakukan.2 Jadi, kesimpulannya akal adalah dasar terbentuknya hukum positif dan
keadilan.

Cicero juga cenderung menyamakan alam dengan akal. Cicero berpendapat


bahwa hukum yang sesungguhnya adalah akal yang benar yang sesuai dengan alam,

1
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014, hlm. 274.
2
Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2011, hlm. 110.
sifatnya universal bisa diterapkan dimanapun, tidak berubah dan abadi, menuntut
kewajiban melalui perintah dan mencegah perbuatan yang salah melalui larangan.
Menurut Cicero perintah dan larangan ini hanya berfungsi untuk orang yang baik-baik
sedangkan bagi orang yang sesat tidak akan berpengaruh. Menurut Cicero mengubah
hukum alam adalah suatu dosa sehingga menurutnya hukum alam tidak akan berubah
dan abadi karena hukum tersebut dibuat oleh Tuhan dan hanya akan ada satu penguasa
yaitu Tuhan.3

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian hukum menurut


Cicero ini tidak dapat diterapkan untuk saat ini. Pada dasarnya objek hukum positif
tidak sepasti hukum alam. Kehidupan manusia ini dinamis bahkan keadaan alampun
berubah sehingga tidak mungkin hukum positif tidak diubah. Tidak mungkin juga
semua hukum diberlakukan secara universal karena setiap negara bahkan daerah
memiliki sejarah, tradisi dan sistem hukum yang berbeda.

Namun memang pengetian hukum Cicero ini harus dipahami secara historis
karena pada saat itu Cicero berpendapat bahwa hukum harus diberlakukan universal
untuk Roma dan Athena bukan untuk seluruh dunia. Jika Pengertian Cicero ini
dikaitkan dengan masa saat ini maka ius gentium adalah hukum nasional seperti KUHP,
KHUPerdata, dan ius civile adalah hukum adat. Pendapat Cicero tentang hukum alam
yang mengatur seluruh alam dengan perintah dan larangannya kami anggap sudah tidak
relevan karena pengertian hukum Cicero dipengaruhi oleh ajaran agama dan saat ini
hukum positif tidak diatur oleh metode keilmuan pasti dan alam, dan juga perlu adanya
campur tangan negara dalam membentuk hukum positif saat ini.

2. Thomas Aquinas (Abad Pertengahan)


Hukum adalah peraturan yang berasal dari akal untuk kebaikan umum yang dibuat
oleh seorang yang mempunyai kewajiban untuk menjaga masyarakatnya dan
mengundangkannya.

Thomas Aquinas digolongkan ke dalam penganut aliran hukum kodrat atau


hukum alam yang irasional artinya menurut aliran ini sumber hukum adalah Tuhan

3
Satjipto Rahardjo, Loc.Cit, hlm. 275.
sendiri. Thomas Aquinas membagi 4 macam hukum yaitu lex aeterna, lec naturalis, lex
divina dan lex humana. Lex aeterna adalah Hukum Tuhan yang hanya ada pada Tuhan
dan hanya dapat ditangkap sebagian oleh manusia melalui akalnya. Bagian yang bisa
ditangkap oleh manusia adalah lex naturalis yaitu Hukum alam. Lex Divina adalah
hukum positif Tuhan/ wahyu yang tercantum dalam Kitab Suci baik perjanjian baru
maupun perjanjian lama. Lex humane adalah hukum positif yang didefinisikan oleh
Thomas Aquinas diatas. Akal merupakan sumber utama hukum. Hukum yang tidak adil
dan tidak dapat diterima akal, yang bertentangan dengan norma alam maka tidak dapat
disebut sebagai hukum.4

Selain 4 macam hukum diatas Thomas berpendapat tentang hukum alam dan
keadilan. Hukum alam adalah hukum yang ada dalam diri manusia berupa kemampuan
untuk membedakan yang baik dan yang jahat. Yang baik harus dilakukan dan yang
jahat harus dihindari. Lalu hukum alam tersebut dibagi menjadi dua golongan yaitu
hukum alam primer dan hukum alam sekunder. Hukum alam primer adalah hukum yang
harus dirumuskan ke dalam norma-norma karena bersifat umum berlaku bagi semua
manusia. Pada hukum primer ini terdapat keadilan (seperti konsep stoa) yaitu
berikanlah kepada orang apa yang menjadi haknya dan jangan merugikan orang lain.
Hukum alam sekunder adalah hukum yang berbentuk norma-norma jadi merupakan
rumusan konkret dari hukum alam primer contohnya norma-norma tertentu seperti
jangan membunuh, jangan mencuri, hormatilah orang tua.5

Thomas Aquinas ini menganut kedaulatan Tuhan oleh karena itu yang dimaksud
dengan seorang yang mempunyai kewajiban untuk menjaga masyarakatnya dan
mengundangkannya dalam definisi diatas adalah wakil Tuhan. Prinsipnya adalah
kekuasaan negara itu berasal dari Tuhan oleh karena itu seorang penguasa negara
hanyalah sebagai wakil Tuhan saja bukan menjalankan kekuasaan sendiri atau
kekuasaan milik negara. Pemikiran ini disebabkan kepercayaan masyarakat kepada
agama pada saat itu. Pada saat itu juga ada dua organisasi kekuasaan yang berlaku yaitu
negara yang diperintah oleh seorang raja dan organisasi kekuasaan negara yang
diperintah oleh paus.

4
Satjipto Rahardjo, Loc.Cit, hlm. 280.
5
Hyronimus Rhiti, Loc.Cit, hlm. 112.
Yang menjadi permasalahan adalah kaidah hukum mana yang berlaku kaidah
hukum yang dari negara atau kaidah hukum dari gereja. Selama kedua kaidah hukum
ini tidak bertentangan maka tidak akan memimbulkan masalah namun permasalahan
akan muncul ketika kedua kaidah tersebut bertentangan. Artinya harus dicari mana
kaidah hukum yang lebih tinggi. Oleh karena kekuasaan tertinggi adalah Tuhan maka
yang berlaku adalah kaidah hukum Gereja.6

Dari penjelasan diatas terlihat bahwa pengertian hukum menurut Thomas


Aquinas sudah tidak relevan untuk digunakan saat ini. Hal tersebut dikarenakan definisi
ini berdasarkan kepada kedaulatan Tuhan sedangkan saat ini negara kita menganut
kedaulatan rakyat. Oleh karena itu hukum yang berlaku saat ini bukanlah hukum yang
dibentuk berdasarkan pengaruh agama melainkan untuk kepentingan rakyat.

3. Hugo Grotius / Hugo de Groot (Belanda, Zaman Reinaisance)

Hukum adalah aturan tentang tindakan moral yang mewajibkan apa yang benar.

Hugo Grotius disebut dengan bapak Hukum Internasional karena berjasa dalam
merintis hukum internasional. Hukum internasional saat itu adalah hukum yang
mengikat semua raja secara nasional. Menurut Grotius, sifat manusia yang khas adalah
keinginannya untuk bermasyarakat, untuk hidup tenang dengan sesamanya, ini sesuai
dengan moral manusia. Menurutnya, prinsip hukum alam berasal dari akal manusia
tersebut yang menginginkan suatu masyarakat yang penuh damai dan prinsip tersebut
terlepas dari perintah Tuhan. Menurutnya hukum alam ini sangat kekal hingga Tuhan
pun tidak dapat mengubahnya.7

Hukum alam ini ditentukan manusia secara rasional bukan berdasarkan


kehendak Tuhan. Jadi, jika 2 kali 2 itu 4 maka Tuhan tidak bisa mengubahnya menjadi
5. Grotius berpendapat bahkan sekalipun Tuhan itu tidak ada, atau tidak memperdulikan
manusia maka akal itu akan dapat memimpin manusia. Disamping hukum alam Grotius
mengakui pula adanya hukum positif. Hukum positif adalah hukum yang berlaku dalam
negara kaena disetujui dan disahkan oleh yang berwibawa. Pada dasarnya memang

6
I Gde Pantja Astawa dan Suprin Na’a, Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara, Bandung: PT Refika
Aditama, 2009, hlm.109.
7
Hyronimus Rhiti, Loc.Cit, hlm. 113.
hukum positif ini tidak boleh bertentangan dengan hukum alam. Namun, tetap saja
hukum alam ini dapat disimpangi jika untuk kepentingan umum.

Berdasarkan penjelasan diatas terlihat bahwa pengertian hukum menurut Hugo


Grotius lebih relevan untuk saat ini dibandingkan pengertian hukum Thomas Aquinas
ataupun Cicero. Pengertian hukum yang dibuat Thomas dan Cicero dipengaruhi oleh
agama sedangkan pengertian hukum menurut Grotius tidak dipengaruhi agama. Selain
itu aturan yang dimaksud dalam definisi hukum tersebut bisa menyimpang dari
ketentuan hukum alam. Hal ini relevan untuk saat ini karena pada dasarnya negara dapat
mengambil hak milik pribadi demi kepentingan umum bahkan dalam ranah hukum
pidana negara dapat mencabut hak asasi manusia demi kepentingan umum hal ini
dibuktikan dengan adanya hukuman mati.

Anda mungkin juga menyukai