Pada
dasarnya setiap ahli mendefinisikan hukum secara berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan
karena ruang lingkup yang luas sedangkan manusia memiliki keterbatasan pemahaman
sehingga setiap orang mendefinisikan hukum yang dianggapnya penting. Selain itu definisi
tersebut dipengaruhi oleh latar belakang masing-masing ahli.
1
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014, hlm. 274.
2
Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2011, hlm. 110.
sifatnya universal bisa diterapkan dimanapun, tidak berubah dan abadi, menuntut
kewajiban melalui perintah dan mencegah perbuatan yang salah melalui larangan.
Menurut Cicero perintah dan larangan ini hanya berfungsi untuk orang yang baik-baik
sedangkan bagi orang yang sesat tidak akan berpengaruh. Menurut Cicero mengubah
hukum alam adalah suatu dosa sehingga menurutnya hukum alam tidak akan berubah
dan abadi karena hukum tersebut dibuat oleh Tuhan dan hanya akan ada satu penguasa
yaitu Tuhan.3
Namun memang pengetian hukum Cicero ini harus dipahami secara historis
karena pada saat itu Cicero berpendapat bahwa hukum harus diberlakukan universal
untuk Roma dan Athena bukan untuk seluruh dunia. Jika Pengertian Cicero ini
dikaitkan dengan masa saat ini maka ius gentium adalah hukum nasional seperti KUHP,
KHUPerdata, dan ius civile adalah hukum adat. Pendapat Cicero tentang hukum alam
yang mengatur seluruh alam dengan perintah dan larangannya kami anggap sudah tidak
relevan karena pengertian hukum Cicero dipengaruhi oleh ajaran agama dan saat ini
hukum positif tidak diatur oleh metode keilmuan pasti dan alam, dan juga perlu adanya
campur tangan negara dalam membentuk hukum positif saat ini.
3
Satjipto Rahardjo, Loc.Cit, hlm. 275.
sendiri. Thomas Aquinas membagi 4 macam hukum yaitu lex aeterna, lec naturalis, lex
divina dan lex humana. Lex aeterna adalah Hukum Tuhan yang hanya ada pada Tuhan
dan hanya dapat ditangkap sebagian oleh manusia melalui akalnya. Bagian yang bisa
ditangkap oleh manusia adalah lex naturalis yaitu Hukum alam. Lex Divina adalah
hukum positif Tuhan/ wahyu yang tercantum dalam Kitab Suci baik perjanjian baru
maupun perjanjian lama. Lex humane adalah hukum positif yang didefinisikan oleh
Thomas Aquinas diatas. Akal merupakan sumber utama hukum. Hukum yang tidak adil
dan tidak dapat diterima akal, yang bertentangan dengan norma alam maka tidak dapat
disebut sebagai hukum.4
Selain 4 macam hukum diatas Thomas berpendapat tentang hukum alam dan
keadilan. Hukum alam adalah hukum yang ada dalam diri manusia berupa kemampuan
untuk membedakan yang baik dan yang jahat. Yang baik harus dilakukan dan yang
jahat harus dihindari. Lalu hukum alam tersebut dibagi menjadi dua golongan yaitu
hukum alam primer dan hukum alam sekunder. Hukum alam primer adalah hukum yang
harus dirumuskan ke dalam norma-norma karena bersifat umum berlaku bagi semua
manusia. Pada hukum primer ini terdapat keadilan (seperti konsep stoa) yaitu
berikanlah kepada orang apa yang menjadi haknya dan jangan merugikan orang lain.
Hukum alam sekunder adalah hukum yang berbentuk norma-norma jadi merupakan
rumusan konkret dari hukum alam primer contohnya norma-norma tertentu seperti
jangan membunuh, jangan mencuri, hormatilah orang tua.5
Thomas Aquinas ini menganut kedaulatan Tuhan oleh karena itu yang dimaksud
dengan seorang yang mempunyai kewajiban untuk menjaga masyarakatnya dan
mengundangkannya dalam definisi diatas adalah wakil Tuhan. Prinsipnya adalah
kekuasaan negara itu berasal dari Tuhan oleh karena itu seorang penguasa negara
hanyalah sebagai wakil Tuhan saja bukan menjalankan kekuasaan sendiri atau
kekuasaan milik negara. Pemikiran ini disebabkan kepercayaan masyarakat kepada
agama pada saat itu. Pada saat itu juga ada dua organisasi kekuasaan yang berlaku yaitu
negara yang diperintah oleh seorang raja dan organisasi kekuasaan negara yang
diperintah oleh paus.
4
Satjipto Rahardjo, Loc.Cit, hlm. 280.
5
Hyronimus Rhiti, Loc.Cit, hlm. 112.
Yang menjadi permasalahan adalah kaidah hukum mana yang berlaku kaidah
hukum yang dari negara atau kaidah hukum dari gereja. Selama kedua kaidah hukum
ini tidak bertentangan maka tidak akan memimbulkan masalah namun permasalahan
akan muncul ketika kedua kaidah tersebut bertentangan. Artinya harus dicari mana
kaidah hukum yang lebih tinggi. Oleh karena kekuasaan tertinggi adalah Tuhan maka
yang berlaku adalah kaidah hukum Gereja.6
Hukum adalah aturan tentang tindakan moral yang mewajibkan apa yang benar.
Hugo Grotius disebut dengan bapak Hukum Internasional karena berjasa dalam
merintis hukum internasional. Hukum internasional saat itu adalah hukum yang
mengikat semua raja secara nasional. Menurut Grotius, sifat manusia yang khas adalah
keinginannya untuk bermasyarakat, untuk hidup tenang dengan sesamanya, ini sesuai
dengan moral manusia. Menurutnya, prinsip hukum alam berasal dari akal manusia
tersebut yang menginginkan suatu masyarakat yang penuh damai dan prinsip tersebut
terlepas dari perintah Tuhan. Menurutnya hukum alam ini sangat kekal hingga Tuhan
pun tidak dapat mengubahnya.7
6
I Gde Pantja Astawa dan Suprin Na’a, Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara, Bandung: PT Refika
Aditama, 2009, hlm.109.
7
Hyronimus Rhiti, Loc.Cit, hlm. 113.
hukum positif ini tidak boleh bertentangan dengan hukum alam. Namun, tetap saja
hukum alam ini dapat disimpangi jika untuk kepentingan umum.