Anda di halaman 1dari 14

MELAKUKAM PERAWATAN MANAJEMEN NYERI

A. Pengertian dan Manajemen Nyeri

Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila
seseorang pernah mengalaminya ( Tamsuri, 2007 ). Menurut international association for
study of plain ( IASP ) nyeri adalah sensori subyektif dan emosional tidak menyenangkan dan
didapat karena kerusakan jaringan actual atau potensial, atau mengambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.

Manajemen nyeri adalah suatu tindakan keperawatan yang dilakukan perawat dengan
tujuan untuk meredakan/ menyurangi keluhan nyeri yang dirasakan klien.

B. Jenis –Jenis Nyeri


Ada tiga jenis-jenis nyeri yaitu :

a. Nyeri perifer.
Nyeri ini ada tiga macam :

1) Nyeri superfisial, yakni rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit
dan mukosa.
2) Nyeri viseral, yakni rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor
nyeri di rongga abdomen, kranium, dan toraks.
3) Nyeri alih, yakni nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari
jaringan penyebab nyeri.
b. Nyeri sentral. Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medula spinalis, batang otak,
dan talamus.
c. Nyeri psikogenik. Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata lain,
nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita sendiri. Seringkali, nyeri ini muncul karena
faktor psikologis, bukan fisiologis.
Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas dua, yaitu :

a. Nyeri akut.
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awitan gejalanya
mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai
dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya meningkatkan persepsi
nyeri. Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera fisik.
a. Berlangsung tdk lebih dari 6 bulan

b. Gejalanya mendadak

c. Penyebab dan lokasi nyeri sudah di ketahui

d. Ditandai dengan penegangan otot dan kecemasan

b. Nyeri kronis.
Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri bisa diketahui atau tidak.
Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan. Selain itu,
penginderaan nyeri menjadi lebih dalam sehingga penderita sukar untuk menentukan
lokasinya. Dampak dari nyeri ini antara lain penderita menjadi lebih mudah tersinggung dan
sering mengalami insomnia. Akibatnya, mereka menjadi kurang perhatian, sering merasa
putus asa, dan terisolir dari kerabat dan keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam
periode waktu tertentu. Ada kalanya penderita terbebas dari rasa nyeri (mis: sakit kepala
migrain). Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan
sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera pesifik.

Dapat diambil kesimpulan bahwa nyeri kronis itu:

a. Berlangsung lebih dari 6 bulan

b. Sumber nyeri bisa di ketahui/tidak

c. Hilng tmbul

d. Tidak dapat di sembuh

e. Pengindraan nyeri lebih mendalam

f. Sulit menunjukan lokasi

Klasifikasi Nyeri

A. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi

1) Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah
dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat),
dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri akut berdurasi
singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setalh area yang
rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).

2) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu
priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya
berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry, 2007).

C.Jenis jenis manajemen nyeri

Ada beberapa tindakan manajemen nyeri yaitu manajemen nyeri secara farmakologis dan
manajemen nyeri non farmakologis. Penatalaksaan nyeri farmakologi mencakup penggunaan
opioid (narkotika), obat obatan, anti-inflamasi nonopoid/ nonsteroid (NSAIDS) dan analgesik
penyerta atau koanalgesik. Adapun manajemen nyeri secara non farmakologis ada beberapa
metode yang dapat di gunakan dalam manajemen nyeri,

yaitu:

 Distraksi

Distraksi dapat menurunkan nyeri, menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi


sistem kontrol desendens, yang mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri yang
ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk
menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri (Brunner & Suddarth, 1996).
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan
perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialaminya.
Ada berbagai macam bentuk distraksi yakninya:

1. Distraksi visual
 Membaca atau menonton televisi
 Imajinasi terbimbing
 Menonton pertandingan olahraga yang di sukai pasien
2. Distraksi auditor
 Bercanda (humor)
 Mendengarkan musik
3. Distraksi taktil
 Pernapasan lambat dan berirama
 Masase atau pijat
 Memegang atau mengelus binatang peliharaan atau mainan yang di
sukai pasien
4. Distraksi intelektual
 Teka teki silang
 Permainan kartu
 Melakukan hobi (yang tidak memperparah keadaan pasien)

 Relaksasi.

Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri
kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi
pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-
ketegangan otot (McCaffery, 1989).
Ada tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu : posisi yang tepat, pikiran
beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi pasien diatur senyaman mungkin dengan semua
bagian tubuh disokong. Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara.
Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan
dan merasakan betapa nyaman hal tersebut. Pasien bernapas beberapa kali dengan irama
normal. Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan membiarkan
hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat minta pasien untuk mengkonsentrasikan
pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan dan hangat
Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan perut,
punggung dan kelompok otot-otot yang lain. Setelah pasien merasa rileks, pasien dianjurkan
bernapas secara pelan-pelan. Bila nyeri menjadi hebat, pasien dapat bernapas dangkal dan
cepat.Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa
keuntungan, antara lain :
1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
 Guided Imagery
Rank (2011) menyatakan guided imagery merupakan teknik perilaku kognitif
dimanaseseorang dipandu untuk membayangkan kondisi yang santai atautentang
pengalaman yangmenyenangkan. Guided imagery dapat berfungsi sebagai pengalih
perhatian dari stimulus yangmenyakitkan dengan demikian dapat mengurangi respon
nyeri (Jacobson, 2006). Mekanismeimajinasi positif dapat melemahkan
psikoneuroimmunologi yang mempengaruhi respon stres,selain itu dapat melepaskan
endorphin yang melemahkan respon rasa sakit dan dapat mengurangirasa sakit atau
meningkatkan ambang nyeri (Hart, 2008).
 Kompres Hangat

Kompres hangat dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus


danmelancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan mengurangi
ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan aliran menstruasi, dan
meredakan Vasokongesti pelvis ( Bobak, 2005). Menurut Perry & Potter (2005).
prinsip kerja kompres hangat dengan mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus
kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari bulibulike dalam tubuh
sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah danakan terjadi penurunan
ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akanberkurang atau hilang. Menurut
Price & Wilson (2005).
cara ini efektif untukmengurangi nyeri atau kejang otot. Prinsip kerja kompres hangat
dengan menggunakan buli-buli panas yang di bungkus kain dengan cara pemindahan
secarakonduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli kedalam tubuh sehinggaakan
menyebabkan pelebaran pembuluh dara yang akan menurunkan ketegangan otot dan
meningkatkan aliran darah.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MANAJEMEN NYERI
I. NON-FARMAKOLOGI
A. TEKNIK NAPAS DALAM

Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang mengalami
nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,
kecemasan sehingga mencegah hebatnya stimulasi nyeri.

1. Tahap prainteraksi
a. Membaca atau identifikasi data pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam terapeutik kepada pasien
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga
3. Tahap kerja
a. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada yang kurang jelas
b. Atur posisi pasien agar rileks tanpa ada beban fisik
c. Instruksikan pasien untk tarik nafas dalam sehingga rongga paru terisi udara
d. Instruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara membiarkannya
keluar dari setiap bagian anggota tubuh, pada waktu bersamaan minta pasien
untuk memusatkan perhatian betapa nikmatnya rasa tersebut
e. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat (1-3 menit)
f. Instruksikan pasien untuk bernafas dalam, kemudian menghembuskan secara
perlahan dan merasakan udara dan rasakan udara mengalir keseluruh tubuh
g. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara yang
mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki dan rasakan
kehangatannya
h. Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini apabila rasa nyeri
dirasakan kembali oleh pasien
i. Setelah pasien merasakan ketenangan dan kenyaman, mintalah pasien untuk
melakukan nya secara mandiri.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
5. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksanaan tindakan
b. Catat respons pasien terhadap teknik napas dalam
c. Paraf dan nama perawat jaga

B. DISTRAKSI

Suatu metode untuk menghilangkan dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-
hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dirasakan.

1. Tahap prainteraksi
a. Membaca atau identifikasi data pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam terapeutik kepada pasien
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga
3. Tahap kerja
a. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika kurang jelas
b. Tanyakan keluhan pasien
c. Menjaga privacy klien
d. Memulai dengan cara yang baik dan tepat
e. Mengatur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
f. Memberikan penjelasan pada pasien beberapa cara distrasi
- Bernafas pelan-pelan
- Massage sambil bernafas pelan-pelan
- Mendengarkan musik atau lagu sambil menepuk-nepuk jari kaki
- Membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata
- Menonton tv
- Berbincang-bincang dengan orang lain
g. Menganjurkan pasien untuk melakukan salah satu teknik distraksi tersebut
h. Menganjurkan pasien untuk mencoba teknik tersebut bila terasa nyaman atau
ketidaknyamanan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
5. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksanaan tindakan
b. Catat respons pasien
c. Paraf dan nama perawat jaga

C. IMAJINASI TERBIMBING
Suatu teknik relaksasi yang bertujuan mengurangi stres dan meningkatkan perasaan
tenang dan damai serta merupakan obat penenang untuk situasi yang sulit dalam
kehidupan. Imajinasi terbimbing merupakan suatu teknik untuk mengkaji kekuatan
pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk menciptkan bayangan gambar yang
membawa ketenangan dan keheningan (National safety council ,2004)
1. Tahap prainteraksi
a. Membaca atau identifikasi data pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat (jika diperlukan )
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam terapeutik kepada pasien
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga
3. Tahap kerja
a. Bantu klien ke posisi yang nyaman
- Posisi bersandar dan minta klien untuk menutup matanya
-Gunakan sentuhan jika klien terasa nyaman
b. Implementasikan tindakan untuk menimbulkan relaksasi
-Minta klien untuk memikirkan hal- hal yang menyenangkan atau pengalaman yang
membuat penggunaan semua indra dengan suara yang lembut
-Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayangan daan saat itu perawat tak perlu
bicara lagi
-Jika klien menunjukkan tanda- tanda agitasi, gelisah arau tidak nyaman, hentikan
latihan dan memulainya lagi ketika klien sudah siap.
-Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah15 menit klien harus meemperhatikan
tubuhnya. Biasanya klien rileks setelah menutup mata atau mendengarkan musik yang
lembut sebagai background yang membantu
-Catat hal -hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk digunakan pada latihan
selanjutnya dengan menggunakan informasi yang spesifik yang diberikan klien dan
tidak membuat perubahan pernytaan klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
5. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksanaan tindakan
b. Catat respons pasien
c. Paraf dan nama perawat jaga

D. PEMIJATAN
Pengurutan dan pemijatan yang menstimulasi sirkulasi darah serta metabolisme dalam
jaringan.
1. Tahap prainteraksi
a. Membaca atau identifikasi data pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat (handuk, miyak pelumas atau lotion)
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam terapeutik kepada pasien
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga
3. Tahap kerja

a. Atur klien dalam posisi telungkup. Jika tidak bisa, dapat diatur dengan posisi
miring.
b. Letakkan Sebuah bantal kecil di bawah perut klien untuk menjaga posisi yang
tepat
c. Tuangkan sedikit lotion ke tangan. Usap kedua tangan sehingga lotion rata pada
permukaan tangan.
d. Lakukan masase pada punggung. Masase dilakuka dengan menggunakan jari-jari
dan telapak tangan, dan tekanan yang halus.
e. Metode masase :
- Selang-seling tangan. Masase punggung dengan tekanan pendek, cepat,
bergantian tangan

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
5. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksanaan tindakan
b. Catat respons pasien
c. Paraf dan nama perawat jaga

 Menggunakan musik untuk mengontrol nyeri


 Pilih musik yang sesuai dengan selera klien, pertimbangkan usia dan latar
belakang
 Gunakan earphone supaya tidak mengganggu klien atau staf yang lain, dan
membantu klien berkonsentrasi pada musik
 Pastikan tombol-tombol kontrol di radio atau pesawat tapi mudah di tekan, di
manipulasi dan di bedakan
 Minta anggota keluarga untuk membawa pesawat tape dari rumah
 Apabila nyeri yang dirasakan klien akut, kuatkan volume musik. Apabila
nyeri berkurang, kurangi volume
 Apabila tersedia musik later, pilih jenis musik umum yang sesuai dengan
keinginan klien
 Minta klien berkonsentrasi pada musik dan mengikuti irama dengan
mengetuk-ngetukkan jari atau menepuk-nepuk paha
 Hindari interupsi yang diakibatkan cahaya yang remang-remang dan hindari
menutup gorden atau pintu
 Instruksikan klien untuk tidak menganalisa musik. "Nikmati musik ke mana
pun musik membawa Anda"
 Tinggalkan klien sendirian ketika mereka mendengarkan musik.

II. FARMAKOLOGI

Analgesik dan Indikasi

1. Analgesik Non-Narkotik
a. Asetaminofen (Tylenol), indikasi nyeri pasca operasi ringan
b. Asam Asetilsalisilat (Aspirin), indikasi demam
2. NSAID
a. Ibuprofen (Motrin, Nuprin), indikasi dismenore
b. Naproksen (Naprosyn), indikasi nyeri kepala vaskular
c. Indometasin (Indocin), indikasi artritis
d. Tolmetin (Tolectin), indikasi cedera atletik jaringan lunak
e. Piroksikam (Feldene), indikasi gout
f. Ketorolak (Toradol), indikasi nyeri pasca operasi dan nyeri traumatik berat
3. Analgesik Narkotik
a. Meperidin (Demerol), indikasi nyeri kanker (kecuali meperidin)
b. Metilmorfin (Kodein), Morfin Sulfat, Fentanil, Butofanol dan Hodromorfon HCL
indikasi infark miokard
4. ADJUVAN
a. Amitriptilin, indikasi cemas
b. Hidroksin, indikasi depresi
c. Klorpromazin, indikasi mual
d. Diazepam, indikasi muntah
MELAKUKAM PERAWATAN KOLOSTOMI

A. Definisi

Menjaga higienitas dengan mengosongkan kantung kolostomi dan membersihkan lokasi


kolostomi secara teratur.

B. Tujuan
1. Mencegah kebocoran
2. Mencegah ekskoriasi kulit dan stoma
3. Memantau stoma dan kulit sekitarnya
4. Mengajarkn pasien dan keluarganya mengenai cara perawatam kolostomi dan kantung
penampungnya

C. Perangkat Alat

Nampan berisi :

1. Sarung karet
2. Sprei panjang
3. Duk
4. Sarung tangan bersih
5. Kapas usap dan potongan-potongan kasa
6. Waslap
7. Air dalam baskom
8. Sabun dalam wadah
9. Kantung kolostomi dengan klem
10. Panduan ukuran stoma
11. Salep zinc oksida
12. Pelapis kulit
13. Pispot dengan penutup

D. Indikasi
 Pasien Atresia ani
 Mega colone
 Ca Rekti
 Ca kolone

E. Kontra Indikasi
 Baru menjalani pembedahan jahitan belum pulih
 Penyakit menetap di dalam kolon
 Fasilitas kebersihan tidak adekuat

F. Prosedur
No. Tindakan Keperawatan Rasionalisasi
1. jelaskan prosedur pada pasien dan jelaskan Membantu mendapatkan kerja-
bagaimana ia dapat bekerjasama. sama dari pasien
2. Ambil semua peralatan yang diperlukan dan Pengaturan yang baik
letakkan di dekat Anda. memudahkan melakukan kerja
3. Cuci tangan dan pakai sarung tangan. mencegah penyebaran mikro-
organisme.
4. Berikan privasi dan bantu pasien berada pada Posisi yang baik me-
posisi yang nyaman (fowler, semifowler, berdiri, mungkinkan pasien untuk
atau duduk di kamar mandi). melihat bagaimana proedur
dilakukan sebagai persiapan
belajar.
5. Kosongkan katung yang sudah terisi sebagian ke Mengosongkan kantung se-
dalam pispot bila kantung tersebut mempunyai belum melepas kantung akan
saluran pembuangan. mencegah tumpahnya feses.
Kantung yang penuh dapat
lepas dan bocor.
6. Lepaskan kantun secara perlahan mulai dari Pelepasan secara perlahan
bagian atas sambil mengencangkan kulit perut. melindungi kulit dibawahnya
Jika ada tahanan, gunakan air hangat atau zat dari cedera dan meminimalisasi
anti-perekat untuk memudahkan pelepasan. rasa tidak nyaman pada pasien.
7. Gunakan kertas tissue untuk mengangkat sisa Kasa menyerap sekret apapun
feses dari stoma. Tutup stoms dengan kasa. yang keluar dari stoma sambil
membersihkan kulit.
8. Bersihkan dan keringkan kulit di sekitar stoma
scara perlahan. Sabun da zat pembersih ringan
dapat digunakan sesuai peraturan institusi.
9. Periksa tampilan kulit di sekitar stoma dan Perubahan pada tampilan
stoma itu sendiri. Stoma berwarna pink normal dapat merupakan
kemerahan dan agak basah dianggap normal. indikasi adanya anemia,
gangguan sirkulasi, dan harus
dilaporkan pada dokter.
10. Oleskan pelindung kulit jenis pasta (Zinc Membuat permukaan menjadi
oksida) jika diperlukan dan biarkan pasta mulut untuk penempelan
mengering selama 1 – 2 menit. pelapisan kulit dan jantung.
11. Tempelkan pelindung kulit dan kantung secara
bersamaan
a. Pilih ukuran lubang stona dengan
memakai panduan ukuran stoma
b. Samakan dengan ukuran lingkaran pada
bagian belakang tengah pelapis kulit
c. Gunakan gunting untuk memotong
lubang 6 mm atau 3 mm lebih besar dari
stoma
d. Lepaskan bagian belakang pelapis kulit
untuk memaparkan bagian yang lengket
e. Angkat kasa yang menutupi stoma
f. Rekatkan pelapis kulit dan kantung pada Menempelkan pelapis kulit dan
stoma dan tekan ke kulit secara perlahan kantung secara bersamaan pada
sambil meratakan kerutan. Tahan stoma memudahkan pema-
kantung pada tempatnya selama 5 menit sangan bagian pasien.
(gambar 5.10(a) Penempelkan kantung yang
baik akan mencegah keluarnya
bau tidak sedap dan feses dari
dalam kantung.
12. Masukkan pengharum ke dalam kantung bila
perlu.
13. Tutup kantung bila ada saluran keluarnya Kantung yang tertutup rapat
dengan cara melipat ujungnya ke arah atas dan tidak akan bocor dan
gunakan klem atau penjepit sesuai petunjuk menimbulkan rasa malu serta
pabrik pembuatnya. tidak nyaman pada pasien.
14. Buang pada tempatnya peralatan yang sudah Mencegah penyebaran mikro-
terpakai, buang sarung tangan dan cuci tangan. organisme.
15. catat penampakan stoma, kondisi kulit di sekitar Memudahkan kelanjutan pera-
stoma, dan reaksi pasien terhadap prosedur. watan.

MENGOSONGKAN KANTUNG KOLOSTOMI TANPA MENGGANTINYA

No. Tindakan Keperawatan Rasionalisasi


1. Kosongkan isi kantung ke dalam pispot atau pembilasan memberikan pe-
toilet. Bilas kantung dengan air suam-suam nampakan yang bersih dan
kuku. meminimalisasi bau tidak
sedap.
2. Bersihkan 5 cm bagian bawah kantung dengan Mengeringkan bagian bawah
tissue toilet. kantung akan mengangkat pula
sisa feses yang ada.
3. Masukkan pengharum ke dalam kantung dan Mencegah bau tidak sedap.
lipat ujung kantung serta pasang klem. Klem menguatkan penutupan
kantung.
4. Buang semua peralatan yang sudah dipakai, Mencegah penyebaran mikro-
buang sarung tangan dan cuci tangan. organisme.
5. Catat prosedur dan reaksi pasien terhadap Memastikan komunikasi di
prosedur. antara staf perawat.

Referensi :

Clinical Nursing Skill edisi I

Anda mungkin juga menyukai