Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FISIKA LINGKUNGAN
“MATAHARI SEBAGAI SUMBER ENERGI UTAMA DALAM KEHIDUPAN”

(Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Fisika Lingkungan)

Dosen Pengampu
Dr. Sudarti, M.Kes

Disusun Oleh :
PUTRI AGVIOLITA
(170210102074)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1.1 Susunan Matahari

1. Lapisan Fotosfer

Lapisan pertama yang ada di matahari atau lapisan terluar dari matahari adalah fotosfer.
Fotosfer disebut juga dengan lapisan cahaya. Fotorser adalah bagian permukaan dari matahari
yang merupakan bola gas sangat besar dan mempunyai ketebalan sekitar 350 km dan batas- batas
dari lapisan ini tidak jelas. Fotosfer ini menyerupai piringan yang memiliki warna emas.

Dari sekian lapisan matahari, lapisan fotosfer inilah yang memancarkan cahaya yang
paling kuat, maka dari itu disebut juga sebagai lapisan cahaya. Cahaya kuat yang dipancarkan
oleh lapisan ini sebagian sampai ke Bumi dan kita kenal sebagai cahaya matahari. Selain cahaya
atau sinar, lapisan tersebut juga memancarkan energi panas yang bersamaan dengan sinar atau
cahaya matahari tersebut. Karena cahaya dan energi panas sudah dipancarkan atau disalurkan ke
sekitarnya, maka suhu lapisan ini menjadi yang paling rendah dari lapisan- lapisan matahari yang
lainnya.

Suhu yang dimiliki lapisan fotosfer ini sekitar 5.700 Kelvin.pada suhu yang demikian,
suatu benda dapat memancarkan cahaya kuning, karena sesuai dengan cahaya atau sinar matahari
yang mempunyai warna kekuning- kuningan. Selain cahaya yang silau dilihat oleh mata, pada
lapisan ini pula gelombang- gelombang cahaya diproduksi, seperti sinar inframerah dan
ultraviolet.
2. Lapisan Kromosfer

Lapisan selanjutnya setelah lapisan fotosfer adalah lapisan kromosfer. Lapisan kromosfer
ini merupakan lapisan yang berada di atas lapisan fotosfer. Lapisan kromosfer ini jug sering
dikatakan sebagai atmosfernya matahari dan lapisan kromosfer ini adalah bagian paling bawah
dari atmosfernya matahari. Lapisan kromosfer ini lebih tebal daripada lapisan fotosfer, yakni
sekitar 16.000 km (sangat tebal).

Lapisan kromosfer merupakan lapisan matahari yang mengandung pertikel- partikel


seperti proton, elektron, dan neutron. Suhu yang dimiliki oleh lapisan kromosfer ini rata- rata
sekitar 6.000 hingga 20.000 kelvin. Semakin ke dalam, suhu lapisan kromosfer ini akan semaki
panas. Pada dasarnya lapisan kromosfer ini adalah lapisan yang sulit untuk dilihat oleh mata
telanjang manusia. Namun, lapisan kromosfer ini bisa dilihat dengan mata telanjang manusia
apabila terjadi gerhana matahari total. Pada saat proses terjadi gerhana matahari total ini, lapisan
kromosfer tampak seperti cincin yang berwarna merah. Warna merah merupakan pembuktian
bahwa lapisan kromosfer ini memancarkan cahaya yang lebih lemah dari lapisan fotosfer.

Meskipun dapat dilihat dengan mata manusia ketika gerhana matahari, namun untuk
melihat lapisan tersebut dengan mata telanjang tanpa pengaman akan sangat berbahaya karena
sinar ultraviolet yang dipancarkan sangat cepat mernyebabkan kerusakan pada mata. Cahaya
yang dipancarkan lapisan kromosfer ini terbentuk dari gas- gas hidrogen. Di lapisan kromosfer
terjadi suatu loncatan- loncatan gas panas ke arah luar yang kemudian kembali masuk ke
matahari. Loncatan gas panas ini disebut sebagai prominences. Di lapisan kromosfer ini kita juga
mendapati suatu gelombang radio yang disbeut sebagai”radio bintang”.

3. Korona
Lapisan ketiga yang dimiliki oleh matahari adalah lapisan korona. Lapisan korona ini
merupakan lapisan matahari yang paling luar. Lapisan korona mencakup kedua lapisan yang
telah dijelaskan di atas (fotosfer dan kromosfer). Lapisan korona juga disebut sebagai lapisan
atmosfer matahari bagian luar. Korona ini juga merupakan lapisan yang berupa gas, meskipun
gas yang dimiliki sangatlah sedikit atau sangat tipis. Karena berbetuk gas yang tipis, maka
bentuk korona bisa beruah- ubah setiap waktu dan untuk menentukan batas- batas dari lapisan ini
sangatlah sulit. Lapisan korona ini seringkali terlihat sebagai mahkota yang berwarna putih
cemerlang yang mengelilingi matahari. Sementara ketika gerhana matahari (baca: gerhana bulan)
total terjadi, maka kita akan melihat lapisan ini memiliki warna yang keabu- abuan. Karena
mempunyai bentuk yang menyerupai mahkota, maka lapisan ini dinamakan sebagai korona yang
mempunyai arti “mahkota”.

Lapisan korona ini memiliki ketebalan sekitar 1.000.000 kelvin. Lapisan korona
merupakan lapisan matahari yang banyak mengandung atom besi, nikel, argon, dan juga zat
kapur. Kita dapat mengamati korona setiap waktu dengan menggunakan suatu alat yang disebut
dengan teleskop. Teleskop yang digunakan untuk mengamati lapisan korona disebut dengan
koronagraf.

4. Inti
Lapisan selanjutnya adalah lapisan inti matahari. Inti matahari ini merupakan bagian
terdalam yang dimiliki oleh matahari. Sehingga kita dapat mengetahui bahwa bagian inilah yang
mempunyai suhu paling tinggi diantara semua lapisan. Lapisan ini matahari ini mempunyai suhu
sekitar 15.000.000 kelvin. Karena memiliki suhu yang sangat tinggi, maka di lapisan inilah
terjadi reaksi fusi.

Reaksi fusi ini terjadi karena dalam inti matahari terdapat muatan- muatan yaitu proton
(atom yang memiliki muatan positif), elektronj (atom yang bermuatan negatif), dan neutron
(atom yang memiliki sifat netral). Pada bagian inti matahari ini terdapat gaya gravitasi yang
dapat menarik semua materi kemudian membentuk suatu tekanan.

Energi yang tercipta karena reaksi fusi atau reaksi termonuklir kemudian depancarkan ke luar
secara radiasi. Bagian inti matahari ini terdapat di sekitar 502.000 km dibawah permukaan
matahari. Bagian inti matahari ini mempunyai diameter sekitar 386.160 km. Besarnya inti
matahari ini memenuhi sekitar 25% dari total radisu matahari secara keseluruahan.

Ukuran Matahari
Matahari merupakan bintang yang paling besar yang ada di tata surya. Bintang
merupakan benda langit yang dapat memancarkan cahayanya sendiri, sehingga matahari ini
adalah benda langit (baca: ciri-ciri asteroid) terbesar yang dapat memancarkan cahaya dengan
sendirinya. Ukuran yang dimiliki matahari ini jauh lebih besar daripada yang dimiliki Bumi,
bahkan planet yang terbesar sekalipun. Ukuran diamater yang dimiliki oleh matahari ini adalah
sekitar 1.400.000 km, dan ukuran ini lebih besar sekitar 109 kali dari diameter yang dimiliki oleh
Bumi.

Dengan ukuran yang sedemikian besar, maka matahari ini mempunyai gaya gravitasi
yang paling besar pula. Oleh karena itulah matahari ini bisa menjadi pusat tata surya dan
mampu menarik planet- planet yang ada di sekitarnya hingga membentuk sebuah orbit. Melalui
orbit masing- masing, planet- planet tersebut mengitari matahari dan disebut sebagai peristiwa
revolusi.

Suhu Matahari
Sudah dikatakan sebelumnya bahwasannya matahari yang berpijar ini bukan semata-
mata hanya sinar biasa saja, namun dibalik sinar yang berpijar itulah ada suhu yang sangat
tinggi. Oleh karena itulah matahari ini mengandung panas yang sangat tinggi. Panas matahari
yang tinggi dan ditunjang dengan ukuran yang sangat besar menjadikan panas matahari ini terasa
jelas ke planet- planet lainnya. Bahkan panas matahari merupakan energi panas alami yang
paling besar di Bumi.

Suhu yang dimiliki matahari ini sangat tinggi dan setiap lapisannya mempunyai suhu
yang berbeda- beda. Suhu yang ada di matahari ini diukur dengan menggunakan satuan Kelvin.
Bagian dari matahari ini semakin dalam akan semaki panas. Berikut ini merupakan rincian suhu
dari per lapisan yang dimiliki oleh matahari:

 Lapisan fotosfer (lapisan paling luar), mempunyai suhu rata- rata 5700 Kelvin
 Lapisan kromosfer, mempunyai suhu sekitar 6.000 hingga 20.000 Kelvin
 Lapisan korona, mempunyai suhu sekitar 1 juta Kelvin

Itulah rincian suhu yang dimiliki masing- masing lapisan matahari. Panas matahari ini
sangat tinggi, maka dari itulah digunakan satuan Kelvin untuk mengukurnya. 1 Kelvin sendiri
apabila dikonversi menjadi Celcius , maka akan didapatkan angka sebesar -275, 15ᵒ C. Suhu
yang dimiliki matahari ini jauh lebih tinggi daripada Bumi. Maka dari itulah panas matahari ini
dapat digunakan untuk berbagai kegiatan.

1.2 Reaksi Inti Matahari Sebagai Sumber Radiasi


Reaksi Thermonuklir

Sudah sejak lama orang memikirkan dari mana asal energi matahari yang begitu panas
dan setiap hari dipancarkan ke bumi, namun sampai saat ini belum juga habis sumber energi
tersebut. Sampai dengan pertengahan abad ke 19, pada saat orang belum mengenal reaksi nuklir,
orang masih menganggap bahwa energi matahari berasal dari bola api besar yang sangat panas.
Kalau benar bahwa matahari berasal dari bola api besar, lantas timbul pertanyaan apa yang
menjadi bahan bakar bola api tersebut? Para ilmuwan pada saat itu belum bisa menjawab dengan
tepat. Mungkinkah kayu, batubara, minyak atau bahan bakar lainnya yang terdapat di matahari
yang dibakar berdasarkan reaksi kimia biasa sehingga timbul bola api besar tersebut? Kalau
benar bahan-bahan tersebut dibakar untuk menghasilkan energi matahari, maka berdasarkan
perhitungan reaksi kimia, energi yang dihasilkan hanya dapat bertahan beberapa ribu tahun saja.
Setelah itu matahari akan padam.
Padahal matahari telah memancarkan energinya sejak ratusan juta bahkan orde milyard
tahun yang lalu. Dengan demikian maka anggapan bahwa sumber energi matahari tersebut
berasal dari kayu, batubara, minyak atau bahan bakar lainnya adalah tidak benar. Para ahli
astronomi dan juga astrofisika pada saat ini telah memperkirakan bahwa unsur-unsur kimia yang
ada di bumi juga terdapat di matahari. Akan tetapi sebagian besar unsur kimia yang terdapat di
matahari tersebut, sekitar 80% berupa gas Hidrogen. Sedangkan unsur kedua yang banyak
terdapat di matahari adalah gas Helium, kurang lebih sebanyak 19 % dari seluruh massa
matahari. Sisanya yang 1 % terdiri atas unsur-unsur Oksigen, Magnesium, Nitrogen, Silikon,
Karbon, Belerang, Besi, Sodium, Kalsium, Nikel serta beberapa unsur lainnya.
Unsur-unsur kimia tersebut bercampur menjadi satu dalam bentuk gas sub atomik yang
terdiri atas inti atom, elektron, proton, neutron dan positron. Gas sub atomik tersebut
memancarkan energi yang amat sangat panas yang disebut "plasma". Energi matahari
dipancarkan ke bumi dalam berbagai macam bentuk gelombang elektromagnetis, mulai dari
gelombang radio yang panjang maupun yang pendek, gelombang sinar infra merah, gelombang
sinar tampak, gelombang sinar ultra ungu dan gelombang sinar -x. Secara visual yang dapat
ditangkap oleh indera mata adalah sinar tampak, sedangkan sinar infra merah terasa sebagai
panas. Bentuk gelombang elektromagnetis lainnya hanya dapat ditangkap dengan bantuan
peralatan khusus, seperti detektor nuklir berikut piranti lainnya. Pada saat matahari mengalami
plage yang mengeluarkan energi amat sangat panas, kemudian diikuti terjadinya flare yaitu
semburan partikel sub atomik keluar dari matahari menuju ke ruang angkasa, maka pada sistem
matahari diperkirakan telah terjadi suatu reaksi thermonuklir yang sangat dahsyat. Keadaan ini
diduga pertama kali pada tahun 1939 oleh seorang ahli fisika Amerika keturunan Jerman
bernama Hans Bethe. Menurut Bethe, energi matahari yang amat sangat panas tersebut
disebabkan oleh karena terjadi reaksi fusi atau penggabungan inti ringan menjadi inti yang lebih
berat. Reaksi thermonuklir yang berupa reaksi fusi tersebut adalah penggabungan 4 inti Hidrogen
menjadi inti Helium, berdasarkan persamaan reaksi inti berikut ini:

(H1 + H1 -> H2 + Beta+ + v + 0,42 MeV) x 2


(H1 + H2 -> He3 + Gamma + 5,5 MeV) x 2
He3 + He3 -> He4 + 2H1 + 12,8 MeV
---------------------------------------- +
H1 -> He4 + 2Beta+ + 2Gamma + 2v + 24,64 MeV

Menurut Bethe, reaksi inti yang serupa reaksi fusi tersebut di atas, dapat menghasilkan
energi panas yang amat sangat dahsyat. Selain dari itu, karena sebagian besar massa matahari
tersebut tersusun oleh gas Hidrogen (80%) dan gas Helium (19%), maka masih ada kemungkinan
terjadinya reaksi fusi lain berdasarkan reaksi rantai proton-proton sebagai berikut:

H1 + H1 -> H2 + Beta+ + v
H1 + H2 -> He3 + Gamma
He3 + He4 -> Be7 + Gamma
Be7 + Beta+ -> Li7 + Gamma + v
------------------------------------ +
Li7 + H1 -> He4 + He4

Terbentuknya gas Helium berdasarkan reaksi thermonuklir tersebut di atas juga


menghasilkan energi yang amat sangat panas. Kemungkinan lain, gas Helium juga dapat
terbentuk melalui reaksi nuklir berikut ini :
Be7 + H1 -> B8 + Gamma
B8 -> Be8 + Beta+ + v
Be8 -> He4 + He4

Walaupun reaksi inti tersebut di atas sudah dapat menghasilkan energi yang amat sangat
panas, ternyata masih ada kemungkinan lain untuk terjadinya reaksi thermonuklir matahari yang
menghasilkan energi yang jauh lebih dahsyat dan lebih panas lagi. Reaksi thermonuklir tersebut
akan mengikuti reaksi inti rantai Karbon - Nitrogen sebagai berikut :

C12 + H1 -> N13 + Gamma


N13 -> C13 + Beta+ + v
C13 + H1 -> N14 + Gamma
N14 + H1 -> O15 + Gamma
O15 -> N15 + Beta+ + v
N15 + H1 -> C12 + He4

Reaksi ratai Karbon - Nitrogen tersebut di atas, menghasilkan panas yang jauh lebih
panas dari pada reaksi rantai Proton - Proton maupun reaksi fusi Hidrogen menjadi Helium.
Reaksi-reaksi thermonuklir tersebut di atas dapat terjadi di matahari dan juga di bintang-bintang
yang tersebar di jagat raya ini. Reaksi thermonuklir sejauh ini dianggap sebagai sumber energi
matahari maupun energi bintang. Bintang yang bersinar lebih terang dari pada matahari kita yang
berarti pula bahwa suhunya jauh lebih panas, maka reaksi thermonuklir yang terjadi pada bintang
tersebut pada umumnya akan mengikuti reaksi rantai Karbon - Nitrogen.

Kapan Matahari Akan Padam?

Pertanyaan kapan matahari akan padam adalah suatu pertanyaan yang sulit dijawab
dengan pasti, apalagi kalau harus membuktikan kebenarannya. Namun sama halnya dengan
keingintahuan manusia untuk mengetahui berapa umur bumi atau kapan terbentuknya bumi ini,
maka para ahlipun berusaha dengan akalnya untuk memperkirakan kapan matahari akan padam.
Seperti telah diterangkan di muka, bahwa matahari akan padam manakala reaksi thermonuklir di
matahari telah berhenti. Apabila matahari padam, maka kehidupan di muka bumi akan berhenti.
Secara empiris telah dapat dibuktikan bahwa ada bintang yang pada mulanya bersinar terang,
akan tetapi kemudian sinarnya makin redup dan akhirnya padam. Keadaan ini telah direkam oleh
teleskop angkasa luar hubble. Atas dasar ini maka dapat saja matahari pada suatu saat akan
padam. Seorang fisikawan Jerman, Hermann von Helmholtz, pada tahun 1825 mengamati
perkembangan matahari yang ternyata diameter matahari setiap tahunnya menyusut 85 m. Kalau
pengamatan Helmholtz benar, maka berdasarkan perhitungan penyusutan diameter matahari,
umur matahari hanya akan bertahan untuk waktu 20.000.000 sampai dengan 25.000.000 tahun
sejak matahari mengalami penyusutan. Untuk kurun waktu itu, teori Helmholtz ini cukup
memuaskan para ilmuwan, sebelum akhirnya digugurkan oleh teori reaksi thermonuklir yang
masih bertahan sampai saat ini. Atas dasar teori thermonuklir sudah barang tentu teori Helmholtz
menjadi tidak benar, karena dalam kenyataannya matahari telah bersinar sejak orde
5.000.000.000 tahun yang lalu atau bahkan lebih dari itu, suatu umur yang melebihi perkiraan
Helmholtz.
Reaksi thermonuklir yang dikemukakan oleh Hans Bethe seperti yang telah diuraikan di
muka, sebenarnya mirip dengan reaksi kimia konvensional dalam arti bahwa reaksi masih dapat
berlangsung selama masih tersedia unsur atau reaktan yang menyebabkan terjadinya proses
reaksi thermonuklir tersebut. Pada reaksi thermonuklir yang terjadi di matahari, sebagai reaktan
utama adalah gas Hidrogen. Para ahli astronomi dan astrofisika berpendapat bahwa dengan
bertambahnya umur matahari, maka pemakaian Hidrogen untuk reaksi thermonuklir dalam
rangka mendapatkan energi yang amat sangat panas makin bertambah. Pada peristiwa ini energi
yang dihasilkan oleh reaksi thermonuklir juga bertambah, sehingga energi radiasi yang
dipancarkan matahari juga bertambah. Hal ini berarti pula suhu atmosfir bumi akan naik dan
bumi akan terasa makin panas.

Apabila pendapat para ahli astronomi dan astrofisika tersebut benar, yaitu dengan
bertambahnya umur matahari akan membuat persediaan gas Hidrogen pada permukaan matahari
berkurang, maka jelas bahwa cepat atau lambat matahari pada akhirnya akan padam.
Berdasarkan teori ini energi radiasi matahari diperkirakan masih dapat bertahan untuk jangka
waktu kurang lebih 10.000.000.000 tahun lagi, setelah itu matahari padam. Contohnya adanya
bintang yang pada saat ini sedang dalam proses menuju ke keadaan padam, telah dapat direkam
gambarnya oleh teleskop ruang angkasa Hublle. Hal ini secara empiris menunjukkan
kemungkinan yang sama dapat terjadi pada matahari kita. Namu apa yang terjadi akan terjadi
sebelum waku 10.000.000.000. tahun tersebut terjadi? Secara teori dalam perjalanan menuju
waktu 10.000.000.000. tersebut, suhu atmosfir bumi akan naik terus karena energi radiasi yang
datang dari matahari bertambah panas. Keadaan ini akan menyebabkan es yang ada di kutub
utara dan selatan akan mencair yang mengakibatkan tenggelammnya beberapa daratan atau garis
pantai akan bergeser ke arah daratan. Kota-kota yang berada di pantai akan tenggelam. Ini baru
merupakan bencana awal bagi kehidupan manusia di muka bumi ini. Bencana berikutnya adalah
menguapnya semua air yang ada di bumi ini, karena suhu atmosfir bumi makin panas yang pada
akhirnya tidak ada lagi air di muka bumi ini. Bumi yang menjadin kering kerontang tanpa air
sama sekali dan suhunya yang panas menyebabkan berakhirnya kehidupan di muka bumi ini.
Keadaan ini aka terjadi menjelang waktu mendekati 10.000.000.000 tahun yang akan datang.

Pada saat matahari kehabisan reaktan gas Hidrogen, maka reaksi thermonuklir benar-
benar akan berhenti dan ini berarti matahari padam. Matahari yang telah padam ini akan
mengeci;l (menyusust) menjadi suatu planet kecil yang dingin membeku yang disebut "White
dwarf" atau si kerdil putih yang bukan matahari lagi! Contoh bintang atau planet yang sudah
menjadi "white dwarf" di jagat raya ini cukup banyak, salah satunya planet bintang yang pada
saat ini sedang menuju kematian seperti yang direkam oleh teleskop ruang angkasa Hubble.
Sekali lagi keadaan tersebut akan terjadi 10.000.000.000 tahun yang akan datang. Keterangan ini
merupakan jawaban untuk pertanyaan kapan reaksi thermonuklir di matahari berhenti atau
matahari padam.
DAFTAR PUSTAKA

Bunjali, B. 2002. Kimia Inti. Bandung: Penerbit ITB.

Chang, R. 2010. Kimia Dasar Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jannah, dkk. 2013. Makalah Reaksi Inti. Palembang

Mariati. 2013. Konsep dan Aplikasi IPTEK Nuklir Di Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 19, No.1

Onsu dan Sajow. 2013. Inti Atom dan Radioaktivitas. Manado. Presentase.

Partana, dkk. 2003. Kimia Dasar 2. Yogyakarta: Jurusan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

Sari, dkk. 2011. Pengaruh Penambahan Cr2O3 Terhadap Densitas Pelet Sinter UO2. Jurnal Sains
MIPA. Vol.17, No.1.

Anda mungkin juga menyukai