Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERAWATAN PADA IBU POST PARTUM

OLEH KELOMPOK II :

Nova Rahmayanti Riska Sulistiya Ningrum


Firawati Ali Saputri Nining Susilawati
Siti Nur Faisyah Muh. Adha Afnur
Khairul Nasri Ardilan
Ismail M Takanama Almania
Hariadin Sevta Nidia
Ati Muliati Asri Rahmawati
Nela Afriyanti Dewi Mutmainnah
Andi Nur Aini Rika Purnamasari
Wa Ode Nili Sagita Amelia Rizky

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN D-III KEPERAWATAN
2019-2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat berupa kesehatan dan
kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Tentang Perawatan Pada Ibu Post Partum.
Salawat dan salam kami ucapkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita semua
dari alam kebodohan hingga ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Makalah Tentang Perawatan Pada Ibu Post Partum ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
pembaca serta dapat bermanfaat bagi kita semua. Kiranya Makalah ini dapat dijadikan pegangan terkait
dengan materi bersangkutan. Dengan paparan materi, penyajian, dan dengan bahasa yang sederhana
diharapkan dapat membantu menguasai materi dengan mudah.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami
mengharapkan saran dan masukan dari pembaca sekalian untuk penyempurnaan makalah kami yang akan
datang. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

Kendari, Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................


DAFTAR ISI .................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pemantauan Involusi Uteri...................................................................
B. Perawatan Vulva Masa Nifas...............................................................
C. Perawatan Luka Perineum....................................................................
D. Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas ( Breast Care )............................
E. Askep Involusi Uteri………………………………………………….

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra – hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8
minggu. (Askeb Ibu Masa Nifas, 2011)
Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan,
dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi. (Bennet dan Brown, 1999, P : 590)
Pada masa nifas, ibu akan mengalami perubahan perasaan, dimana keadaan ini disebut Post
Partum Blues. Post Partum Blues termasuk depresi ringan yang terjadi pada ibu-ibu setelah
melahirkan. Sekitar 70% dari semua ibu yang melahirkan pernah mengalami Post Partum
Blues (The NFC Foundation, 2000).
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis.
Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50 %
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2006 : 122).
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita
yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di
tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus
dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari
dan pada waktu sesudah selesai membuang hajat.
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara
paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada
masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI
(Prawirohardjo, 2006).

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana konsep pemantauan involusi uteri
2) Bagaimana konsep perawatan vulva masa nifas
3) Bagaimana konsep perawatan luka perineum
4) Bagaimana konsep perawatan payudara pada ibu nifas (breast care)

C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui pemantauan involusi uteri
2) Untuk mengetahui perawatan vulva masa nifas
3) Untuk mengetahui perawatan luka perineum
4) Untuk mengetahui perawatan payudara pada ibu nifas (breast care)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemantauan Involusi Uteri


1) Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. (Ambarwati dan Wulandari, 2008)
Menurut (Hincliff, 1999) Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari suatu organ
setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah
melahirkan.

2) Proses Involusi Uterus


Ischemi pada miometrium disebut juga lokal ischemia, yaitu kekurangan darah
pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup
lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi
ke uterus di dalam masa hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan
pertumbuhan janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus
dapat mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi,
maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa. Dan aliran darah dialirkan ke
buah dada sehingga peredaran darah ke buah dada menjadi lebih baik. Demikianlah
dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan mengalami kekurangan darah sehingga
jaringan otot-otot uterus mengalami otropi kembali kepada ukuran semula.

3) Bekas Implantasi Uteri


Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol. Otot-otot uterus berkontraksi
segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman-anyaman
otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir.
Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum
uteri segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 sering disangka
sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu diameternya menjadi 3,5
cm dan pada 6 minggu 2,4 cm dan akhirnya pulih.

4) Lokia
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Menurut Rustam Mochtar (1998) pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah
dan warna sebagai berikut :
a. Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa. Lanugo dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
c. Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
d. Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu
e. Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lokia astastis lokia tidak lancar keluarnya.

5) Teknik Pengukuran Involusi Uteri


Pengukuran involusi uteri dilakukan dengan cara palpasi, yaitu dengan
mengumpulkan uterus, setelah itu diraba dan diukur dengan jari seberapa jarak uterus
antara pusat sampai simpisis.

B. Perawatan Vulva Masa Nifas


1) Pengertian
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien
wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus
istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea)
harus dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali
sehari dan pada waktu sesudah selesai membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin
biasanya masih muda dan sehat, daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian
serta perawatan protektif.
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali sehari), biasanya daerah
perineum dicuci sendiri dengan menggunakan air dalam botol atau wadah lain yang
disediakan khusus untuk keperluan tersebut. Penggantian tampon harus sering dilakukan,
sedikitnya sesudah pencucian perineum dan setiap kali sehabis ke belakang atau sehabis
menggunakan pispot. Payudara harus mendapatkan perhatian khusus pada saat mandi
yang bisa dilakukan dengan memakai spons atau shower dua kali sehari. Payudara
dibasuh dengan menggunakan alat pembasuh muka yang disediakan khusus untuk
keperluan ini. Kemudian masase payudara dilakukan dilakukan dengan perlahan – lahan
dan puting secara hati – hati ditarik keluar. Jangan menggunakan sabun untuk
membersihkan putting

2) Tujuan
a. Untuk mencegah infeksi
b. Untuk penyembuhan luka jahitan perineum.
c. Untuk kebersihan perineum, vulva juga memberikan rasa nyaman bagi klien.

3) Persiapan Alat
a. Kapas sumblimat
b. Alas pantat
c. Botol cebok berisi larutan desinfektan sesuai dengan kebutuhan
d. Betadin dan kain kasa
e. Bengkok

4) Cara Ibu Nifas Melakukan Vulva Hygiene Sendiri.


Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri Ibu nifas
adalah sebagai berikut :
a) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Langkah pertama ibu
membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, kemudian
membersihkan daerah anus. Dan sebaiknya ibu membersihkan daerah sekitar vulva
setiap kali selesai BAK atau BAB.
b) Mengganti pembalut atau kain pembalut 2 kali sehari, kain dapat digunakan ulang
jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
c) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya.
d) Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah tersebut (Saifuddin, 2002).

5) Penatalaksanaan
Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat memberikan penjelasan
terlebih dahulu tentang hal yang akan dilakukan kepada klien.
Pelaksanaan
1) Pintu dan jendela ditutup dan jika perlu pasanglah sampiran
2) Alat-alat didekatkan pada pasien dan pasien diberitahu tentang hal yang akan
dilakukan
3) Perawat mencuci tangan
4) Pakaian pasien bagian bawah dikeataskan atau dibuka.
5) Pengalas dan dipasang dibawah bokong pasien, sikap pasien dorsal recumbent
6) Perawat memakai sarung tangan (tangan kiri)
7) Siram vulva dengan air cebok yang berisi larutan desinfektan
8) Kemudian ambil kapas sublimat untuk membuka labia minora. vulva dibersihkan
mulai dari labia minora kiri, labia minora kanan, labia mayora kiri, labia mayora
kanan, vestibulum, perineum.
9) Cara mengusap dari atas ke bawah bila masih kotor diusap lagi dengan kapas
sublimat yang baru hingga bersih.
10) Keadaan perineum diperhatikan jahitannya, bagaimana jahitannya apakah masih
basah, apakah ada pembengkakan, iritasi dan sebagainya
11) Jahitan perineum dikompres dengan betadin
12) Setelah selesai pasien dirapihkan dan posisinya diatur kembali
13) Peralatan dibereskan, dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula.

C. Perawatan Luka Perineum


1) Pengertian
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,
psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004).
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus
(Danis, 2000). Post Partum adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan
kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan
perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai
dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.

2) Tujuan Perawatan Perineum


Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah
terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya
infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau
aborsi.

3) Bentuk Luka Perineum


a. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit
dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002).
b. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara
vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang
dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan
robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi
lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat
dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai
keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini
lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai dalam proses
persalinan yaitu :
 Episiotomi medial
 Episiotomi mediolateral
Sedangkan rupture meliputi :
 Tuberositas ischia
 Arteri pudenda interna
 Arteri rektalis inferior

4) Dampak Dari Perawatan Luka Perinium


Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut
ini :
a) Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
b) Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih
ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi
kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
c) Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian
pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga,
2004).

5) Waktu Perawatan
a) Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka
ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada
perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
b) Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
c) Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang
letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan.

6) Penatalaksanaan
Langkah-langkah pejahitan robekan perineum :
a) Persiapan Alat
1) Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
- Wadah berisi : Sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa
steril, pincet
- Kapas DTT
- Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT
- Patahkan ampul lidokain
2) Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur
3) Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4) Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva / perineum ibu
5) Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir
6) Pakaian satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
7) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi tabung suntik dengan
lidokain dan letakkan kembali ke dalam wadah DTT
8) Lengkapi pemakaian sarunga tangan pada tangan kiri
9) Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan satu arah dari
vulva ke perineum
10) Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya
merupakan derajat satu atau dua.

b) Anestesi Lokal
1) Beritahu ibu tentang apa yang akan dilakukan
2) Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura posterior yaitu bagian sudut bahwa
vulva.
3) Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap
4) Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum
5) Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik sepanjang luka
pada mukosa vagina
6) Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan
7) Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan

c) Penjahitan Laserasi pada Perineum


1) Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa vagina.
Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek. Sisakan
benang kira-kira 1 cm.
2) Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin hymen
3) Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke
belakang cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar
pada luka perineum
4) Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam luka untuk
mengetahui letak ototnya.
5) Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah menjahit kearah
vagina dengan menggunakan jahitan subkutikuler
6) Pidahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di belakang cincin
hymen untuk diikat dengan simpul mati dan dipotong benangnya
7) Masukkan jari ke dalam rectum
8) Periksa ulang kembali pasa luka
9) Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi
yang diinginkan
10) Nasehati ibu untuk :
- Menjaga perineum selalu bersih dan kering
- Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
- Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 x per hari
- Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka

D) Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas ( Breast Care)


1) Pengertian perawatan payudara pada masa nifas
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada
masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI
(prawirohardjo,2006).
Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan pada payudara selama
kehamilan (terutama pada trimester 3) dan setelah persalinan dimulai sedini mungkin
yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Dilakukan 2 x sehari (saleha, 2009).
Perawatan payudara (Breast care) adalah suatu cara merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI, selain itu untuk
kebersihan payudara dan bentuk puting susu yang masuk ke dalam atau datar. Puting
susu demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui dengan baik
dengan mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk mengusahakan agar puting
susu lebih mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga sangat penting memperhatikan
kebersihan personal hygine (Rustarmadji, 2006).

2) Tujuan perawatan payudara


Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara
semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut :
- Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
- Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
- Untuk menonjolkan puting susu
- Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
- Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
- Untuk memperbanyak produksi ASI
- Untuk mengetahui adanya kelainan
Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1
– 2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari (sulistiyawati, 2009).

3) Persiapan perawatan payudara


 Persiapan Alat:
- Baby oil/minyak kelapa
- Kapas/kassa secukupnya
- Handuk 1 buah
- Waslap bersih 2 buah
- Bengkok/ember
- Baskom berisi cairan (air hangat dan dingin)
- BH yang bersih, menyangga payudara dan dapat menyerap keringat Ibu
 Pelaksanaan:
- Memberikan prosedur yang akan dilaksanakan
- Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman
- Mengatur posisi klien dan alat-alat peraga supaya mudah dijangkau
- Cuci tangan sebelum dilaksanakan perawatan payudara
- Pasang handuk di pinggang klien satu dan yang satu dipundak
- Ambil kapas dan basahi dengan minyak dan kemudian tempelkan pada areola
mamae selama 5 menit kemudian bersihkan dengan diputar.
- Kedua tangan diberi minyak dengan rata kemudian lakukan pengurutan (Suherni,
2009).

4) Cara perawatan payudara


Langkah-langkah pengurutan payudara :
 Pengurutan pertama
Terdiri dari empat gerakan yang dilakukan pada kedua payudara selama lima
menit. Berikut tahap-tahap yang dilakukan pada pengurutan pertama:
- Licinkan kedua tangan dengan minyak
- Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara
- Lakukan pengurutan, dimulai kearah atas, lalu telapak tangan kiri kearah sisi kiri
dan telapak tangan kanan ke arah sisi kanan
- Lakukan terus pengurutan ke bawah / ke samping. Selanjutnya, pengurutan
melintang. Telapak tangan mengurut ke depan, lalu kedua tangan dilepas dari
payudara
- Ulang gerakan 20-30 kali tiap satu payudara
 Pengurutan kedua
Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara
dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini sekitar
30 kali.
 Pengurutan ketiga
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan
kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan. Lakukan
dua kali gerakan pada setiap payudara.

 Pengompresan
Lakukan tahap pengompresan. Sebelumnya, siapkan alat berupa dua buah
wadah/baskom kecil yang masing-masing diisi dengan air hangat dan air dingin serta
dua buah waslap. Selanjutnya, kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama
dua menit, lalu ganti dengan kompres waslap dingin selama satu menit. Kompres
bergantian selama tiga kali berturut-turut dan akhiri dengan kompres air hangat.

 Perawatan puting susu


Berikut ini langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merawat puting susu
a) Kompres kedua puting susu dengan kapas yang telah dibasahi minyak selama lima
menit agar kotoran disekitar puting mudah terangkat
b) Jika puting susu normal, lakukan perawatan berikut. Oleskan minyak pada ibu jari
dan telunjuk, lalu letakkan keduannya pada puting susu. Lakukan gerakan
memutar kearah dalam sebanyak 30 kali putaran untuk kedua puting susu. Gerakan
ini untuk meningkatkan elastisitas otot puting susu
c) Jika puting susu datar atau masuk kedalam, lakukan tahap berikut :
- Letakkan kedua ibu jari di sebelah kiri dan kanan puting susu, kemudian tekan
dan hentakkan ke arah luar menjauhi puting susu secara perlahan
- Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah puting susu, lalu tekan
serta hentakkan ke arah luar menjauhi puting susu secara perlahan.
Catatan :
- Hindari gerakan yang dapat memarkan puting susu
- Hindari penarikan puting susu dan payudara keluar karena dapat merusak
jaringan-jaringan payudara
- Hindari penggesekan diatas payudara karena dapat menimbulkan rasa panas
pada kulit payudara
Selesai melakukan perawatan payudara, pakailah bra atau BH yang
menyangga payudara dengan sempurna. Diharapkan dengan melakukan perawatan
payudara, proses menyusui nantinya dapat berjalan dengan lancar.

5) Perawatan payudara dengan masalah


 Putting susu lecet
Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting susu, ibu bisa mengistirahatkan 24
jam pada payudara yang lece dan memerah ASI secara manual dan di tampung pada
botol steril lalu di suapkan menggunakan sendok kecil . Olesi dengan krim untuk
payudara yang lecet. Bila ada madu, cukup di olesi madu pada puting yang lecet
(Mellyna, 2009).

 Penyumbatan kelenjar payudara


Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian
perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hatilah pada area yang
mengeras. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui
bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan
menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyusui, sehingga bisa
mengeringkannya dengan efektif. Lanjutkan dengan mengeluarkan air susu dari
payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan
isi payudara yang sakit tersebut. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi
dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi
dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area
yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah
puting susu. (Suririnah, 2007).

 Pengerasan payudara
Menyusui secara rutin sesuai dengan kebutuhan bisa mambantu mengurangi
pengerasan, tetapi jika bayi sudah menyusui dengan baik dan sudah mencapai berat
badan ideal, ibu mungkin harus melakukan sesuatu untuk mengurangi tekanan pada
payudara. Sebagi contoh, merendam kain dalam air hangat dan kemudian di
tempelkan pada payudara atau mandi dengan air hangat sebelum menyuusi bayi.
Mungkin ibu juga bisa mengeluarkan sejumlah kecil ASI sebelum menyusui, baik
secara manual atau dengan menggunakan pompa payudara. Untuk pengerasan yang
parah, gunakan kompres dingin atau es kemasan ketika tidak sedang menyusui untuk
mengurangi rasa tidak nyaman dan mengurangi pembengkakan (Nichol, 2006).

E) Askep
Konsep Keperawatan

a) Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada ibu dengan masalah involusi uteri yaitu :

1) Lihat catatan persalinan


2) Proses dan tipe persalinan
3) Kaji fsktor predisposisi
4) Pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital, observasi abdomen dan palpasi fundus uteri
(untuk mengetahui posisi, kontraksi
5) Observasi sumber pendarahan
6) Observasi kondisi perineum : untuk pendarahan (jumlah, karekteristik, kondisi luka
perineum)
7) Massase fundus perlahan : cek pendarahan ( menetes, segar, memancar)
8) Segera siapkan pemeriksan laboratorium : hemoglobin, hematocrit, chithing, bleeding
time

b) Diagnosa Keperawatan
Diagnose yang daoat ditemukan pada ibu dengan masalah involusi uteri atau
subinvolusi uteri :

1) Hipovolemia berhubungan dengan oendarahan pervaginam


2) Ketidaknyamanan pascapartum b.d involusi uterus
3) Risiko Infeksi berhubungan dengan adanya sisa plasenta dan selaput ketuban.
4) ansietas b.d kurang terpapar informasi

c) Kriteria Hasil Dan Intervensi Keperawaran

1) Hipovolemia berhubungan dengan pendarahan pervaginam


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatana selama …x 24 jam maka tingkat
pendarahan menurun dengan kriteria hasil :

 Pendarahan vagina menurun


 Hemoglobin membaik
 Tekanan darah membaik
 Suhu tubuh menbaik

Intervensi : manajemen perdarahan pervaginam pasca persalinan

Observasi :

 Periksa uterus (mis. UTF sesuai hari melahirkan, membulat, dan keatas/lembek)
 Identifikasi penyebab kehilangan darah (mis. Atonia uteri atau robekan jalan
lahir)
 Identifikasi keluhan ibu (mis. Keluar banyak darah, pusing, pandangan kabur)
 Identifikasi riwayat pendarahan pada kehamilan lanjut (mis. Abruption, PIH,dan
plasenta previa)
 Monitor resiko terjadinya pendarahan
 Monitor jumlah kehilangan darah
 Monitor kadar hb, ht, pt dan apt sebelum dab sesudah pendarahan
 Monitor fungsi neorologi
 Monitor membrane mukosa, brusing dan adanya petechie

Terapeutik :

 Lakukan penekanan pada daerah pendarahan, jika perlu


 Berikan kompres dingin, jika perlu
 Pasang oksimetri
 Berikan oksigen nasal 3L/menit
 Posisikan supine
 Pasang iv line dengan selang infus tranfusi
 Pasang kateter untuk meningkatkan kontraksi uterus
 Lakukan pijat uterus untuk merangsang kontaksi uterus

Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian tranfusi dara, jika perlu


 Kolaborasi pemberian uterotonoka, antikoagulan, jika perlu

2) Ketidak nyamanan pascapartum b.d involusi uterus


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x 24 jam maka status
nyamanan pasca partum meningkat dengan kriteria hasil :
 Keluhan tidak nyaman menurun
 Meringis menurun
 Luka episiotomy menurun
 Kontraksi uterus menurun

Intervensi : Perawatan Kenyamanan

Observasi :
 Identifikasi gejalah yang tidak menyenangkan (mis. Nyeri)
 Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perawasaannya

Terapeutik :

 Berikan posisi yang nyaman


 Berikan kompres dingin dan hangat

Edukasi :

 Ajarkan teraoi relaksasi


 Ajarkan latihan pernapasan

Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian analgesic, antipruritus, antihistamin, jika perlu

3) Risiko Infeksi berhubungan dengan adanya sisa plasenta dan selaput ketuban

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. X24 jam maka tingkat
infeksi menurun dengan kriteria hasil :

 Demam menurun
 Kemerahan menurun
 Nyeri menurun
 Bengkak menurun
 Kultur area luka membaik

Intervensi : Pencegahan Infeksi

Observasi :

 Monitor tanda dan gejalah infeksi local dan sistemik

Terapeutik :

 Pertahankan teknik aseptic pada pasien resiko tinggi


 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien

Edukasi :

 Jelaskan tanda dan gejalah infeksi


 ajarkan memeriksa kondisi luka
 ajarkan mencuci tangan yang benar

kolaborasi :

 kolaborasi pemebrian imunisasi, jika perlu

4) Ansietas b.d kurang terpapar informasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x 24 jam maka tingkat


ansietas menurun dengan kriteria hasil :

 perilaku gelisa menurun


 perilaku tegang menurun
 kosentrasi membaik
 pola tidur membaik

Intervensi : Reduksi Ansietas

Observasi :

 Identifikasi tingkat ansietas meningkat


 Monitor tanda-tanda ansietas(verbal dan nonverbal)

Terapeutik :

 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan


 Didkusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi :

 jelaskan prosedur, termaksud sensasi yang mungkin dialami


 informasikan secara factual mengenal diagnosis, pengobatan, dan prognosis
 anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 latih teknik relaksasi

Kolaborasi :

kolaborasi pemebrian obat antiansietas, jika perlu


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan,
dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita
yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di
tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus
dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari
dan pada waktu sesudah selesai membuang hajat.
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara
paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada
masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI
(Prawirohardjo, 2006).

B. Saran
Pengetahuan akan perawatan masa nifas sangat penting untuk dikuasai. Karena dalam
periode masa nifas banyak sekali perubahan yang terjadi pada pasien sehingga perlu
perawatan yang benar agar tubuh kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA

Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media
Jakarta
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai