PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari akan ditemukan senyawa dalam tiga keadaan
yaitu asam, basa, dan netral. Ketika mencicipi rasa jeruk maka akan terasa asam
karena jeruk mengandung asam. Sedangkan ketika mencicipi sampo maka akan
terasa pahit karena sampo mengandung basa. Namun sangat tidak baik apabila
untuk mengenali sifat asam atau basa dengan mencicipinya karena mungkin saja
zat tersebut mengandung racun atau zat yang berbahaya.
Sifat asam dan basa suatu zat dapat diketahui menggunakan sebuah
indikator. Indikator yang sering digunakan antara lain kertas lakmus, fenolftalein,
metil merah dan brom timol biru. Indikator tersebut akan memberikan perubahan
warna jika ditambahkan larutan asam atau basa. Indikator ini biasanya dikenal
sebagai indikator sintetis. Dalam pembelajaran kimia khususnya materi asam dan
basa indikator derajat keasaman diperlukan untuk mengetahui pH suatu larutan.
Karena itu setiap sekolah seharusnya menyediakan indikator sintetis untuk
percobaan tersebut. Tetapi pada kenyataannya, tidak semua sekolah mampu
menyediakan indikator sintetis. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain sehingga
proses pembelajaran tetap berjalan lancar indikator pH sintetis dapat diganti
dengan alternatif lain berupa indikator pH dari bahan-bahan alam atau tanaman.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya yaitu apakah indicator tumbuhan itu?
C. Tujuan
Adapun tujuannya adalah yaitu untuk mengetahui indicator tumbuhan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
disebutkan dalam sub-bab sebelumnya yakni hydrangea. Namun tumbuhan lain
pun dapat menjadi indikator keasaman suatu tanah. Jika suatu daerah tanahnya
terlalu asam atau terlalu basa maka tumbuhan yang tumbuh di tanah tersebut
menjadi kerdil, bahkan tidak ada tanaman yang bisa hidup di tanah tersebut
(Bertollo, P. (1998).
Tanaman-tanaman yang kami gunakan sebagai indikator, terkadang,
bahkan seringkali diabaikan kita. Padahal tanaman-tanaman tersebut selain
sebagai tanaman hias, makanan ternak, atau sebagai sayuran, memiliki manfaat
lain yang belum diketahui banyak orang Seperti bunga terompet biru yang biasa
terdapat di tepi jalan, pekarangan, lapangan, tepi sawah, bahkan di tepi
got/saluran air yang sering diabaikan, diinjak-injak, atau dijadikan pakan ternak
ternyata bermanfaat bunganya untuk dijadikan indikator asam basa. Baik berupa
cairan maupun dalam bentuk kertas lakmus. Namun tidak semua bunga dapat
dijadikan indikator. Hanya bunga-bunga tertentu yang dapat dijadikan indicator
(Bertollo, P. 1998).
Selain itu ekstrak bunga yang bisa dijadikan indikator pun tidak semuanya
bisa dijadikan bahan kertas lakmus. Hanya yang memiliki keawetan warna yang
cukup saja yang bisa dijadikan kertas lakmus. Indikator lakmus yang biasa
dijumpai di laboratorium pun sebenarnya terbuat dari kertas yang direndam
dalam ekstrak lumut kerak atau lichenes. Namun untuk menguji suatu zat yang
asam dan basa dibutuhkan 2 jenis kertas lakmus; lakmus biru dan lakmus merah.
Sedangkan kertas lakmus sederhana buatan memiliki keunggulan yang tidak
dimiliki kertas lakmus biasa, karena lakmus dari ekstrak bunga terompet ungu
bersifat universal atau dapat bereaksi baik dengan asam maupun basa (Bray, E.A.
1997).
3
1. Tumbuhan sebagai indikator kemungkinan bersifat steno
2. Tumbuhan terdiri atas banyak spesies merupakan indikator yang lebih baik
daripada kalau terdiri atas sedikit spesies
3. Sebelum mempercayai sebagai suatu indikator harus dibuktikan dulu di
tempat-tempat lain
4. Banyaknya hubungan antara spesies, populasi dan komunitas sering
memberikan petunjuk sebagai indikator yang lebih dapat dipercaya daripada
spesies tunggal
C. Tipe-tipe Indikator Tumbuhan
Tipe yang berbeda dalam indikator tumbuhan mempunyai peranan yang
berbeda dalam aspek tertentu(Anonymous. 2010):
1. Indikator tumbuhan untuk pertanian
Kebanyakan indikator tumbuhan menentukan apakah tanah cocok untuk
pertanian atau tidak. Petumbuhan tanaman pertanian dapat berbeda di
beberapa kondisi lingkungan yang berbeda dan jika tumbuh dengan baik di
suatu tanah berarti tanah itu cocok untuk tanaman itu. Sebagai suatu contoh,
rumput-rumput pendek menandakan bahwa tanah di situ keadaan airnya
kurang. Adanya rumput yang tinggi dan rendah menandakan tanah tempat
tumbuh rumput itu subur, dengan demikian juga cocok untuk pertanian
2. Indikator tumbuhan untuk overgrazing
Kebanyakan tumbuhan yang menderita perlakuan karena adanya
manusia/hewan yang kurang makan ini mengalami modifikasi sehingga
vegetasinya berbentuk padang rumput. Sedangkan padang rumput sendiri
kalau mengalami overgrazing akan mengalami kerusakan dan produksinya
sebagai makanan ternak akan turun. Tumbuhan yang tahan tidak rusak tetapi
seperti istirahat. Beberapa tumbuhan menunjukkan sifat yang karakteristik
bahwa di situ terjadi overgrazing. Biasanya hal itu dicirikan dengan adanya
beberapa gulma semusim atau gulma tahunan berumur pendek, antara lain
seperti Polygonum, Chenopodium, Lepidium dan Verbena. Beberapa
4
tumbuhan tidak menunjukkan atau sedikit menunjukkan adanya peristiwa itu,
yaitu seperti : Opuntia, Grindelia, Vernonia.
3. Indikator tumbuhan untuk hutan
Beberapa tumbuhan menunjukkan tipe hutan yang karakteristik dan
dapat tumbuh pada suatu areal yang tidak terganggu. Pada umumnya di sini
tumbuhan yang ada menunjukkan bahwa sifat pertumbuhannya sesuai dengan
kondisi hutan sehingga bila di situ dijadikan hutan kemungkinannya akan
berhasil.
4. Indikator tumbuhan untuk humus
Beberapa tumbuhan dapat hidup pada humus yang tebal. Monotropa,
Neottia dan jamur menunjukkan adanya humus di dalam tanah
5. Indikator tumbuhan untuk kelembaban
Tumbuhan yang lebih suka hidup di daerah kering akan menunjukkan
kandungan air tanah yang rendah di dalam tanah, antara lain seperti :
Saccharum munja, Acacia, Calotropis, Agare, Opuntia dan Argemone.
Sedangkan Citrullus dan Eucalypus tumbuh di tanah yang dalam. Tumbuhan
hidrofit menunjukkan kandungan air tanah yang jenuh atau di paya. Vegetasi
Mangrove dan Polygonus menunjukkan tanah mengandung air yang beragam
6. Indikator tumbuhan untuk tipe tanah
Beberapa tumbuhan seperti : Casuarina equisetifolia, Ipomoea,
Citrullus, Cilliganum polygonoides, Lycium barbarum dan Panicum tumbuh
di tanah pasir bergeluh. Imperata cylindrica tumbuh di tanah berlempung.
Kapas suka tumbuh di tanah hitam
7. Indikator tumbuhan untuk reaksi tanah
Rumex acetosa Rhododendron, Polytrichum dan Spagnum menunjukkan
tanah kapur. Beberapa lumut menunjukkan tanah berkapur dan halofit
menunjukkan tanah bergaram.
5
8. Indikator tumbuhan untuk mineral
Beberapa tumbuhan suka tumbuh di tanah-tanah dengan kandungan
mineral yang khas, tumbuhan semacam ini disebut Metallocolus atau
Metallophytes.
6
sensitive terhadap SO2 dan halide.
D. Pengenalan Indikator
Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan
asam dan basa. Dengan indikator, kita dapat mengetahui suatu zat bersifat asam
atau basa. Indikator juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan
suatu asam atau basa. Indikator yang sering tersedia di laboratorium adalah
kertas lakmus karena praktis dan harganya murah Beberapa jenis tanaman dapat
dijadikan sebagai indikator. Seperti yang kami gunakan pada karya ilmiah remaja
ini. Ada pula tanaman bunga yang menjadi indikator keasam basaan tanah tempat
ia ditanam. Yaitu bunga hydrangea atau lebih dikenal dengan nama bunga panca
warna. Bunga hydrangea ini akan berwarna biru jika ditanam di tanah yang
terlalu asam (Anonymous. 2010).
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanaman dapat berfungsi sebagai indikator kondisi lingkungannya.
Tanaman bereaksi terhadap kondisi tanah maupun perubahan cuaca. Komposisi
tanaman di suatu kawasan, mencerminkan karakter utama ekosistem di lokasi
tersebut. Sebab sifat tanaman juga berbeda-beda. Ada yang menuntut kandungan
Nitrogen rendah, keasaman tinggi, kelembaban tertentu atau juga suhu tertentu.
Parameter ini merupakan nilai indikator yang dapat digunakan untuk membuat
klasifikasi habitat.
B. Penutup
Dari makalah ini masih banyak kekurangannya, mungkin hal itu akan
diteruskan lagi oleh pembaca sebagai tambahan dalam Nematelminthes. Untuk
lebih berkembangnya kemampuan penulis dalam penulisan makalah, penulis
berharap kritik dan saran dari pembaca baik dari segi struktur penulisan
makalah, isi makalah dan aturan-aturan lainnya dalam penulisan makalah.
8
DAFTAR PUSTAKA
Bray, E.A. 1997. Plant responses to water deficit. Trend in Plant Sci. 2:48-54.
Campbell, N.A, J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2003. Biologi Jilid 1 (Terjemahan)
Erlangga. Jakarta.