I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :
Dapat mengenal prinsip-prinsip hasil kali kelarutan.
Menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut.
Menghitung panas pelarutan (AH°) PbCl2, dengan menggunakan sifat ketergantungan Ksp pada
suhu.
II. Alat Ban Bahan Yang Digunakan
1. Alat yang digunakan
a. Rak tabung reaksi dan tabung reaksi
b. Erlenmeyer 250 ml
c. Buret 50 ml
d. Thermometer 0-100°C
e. Heater atau Water Batch
f. Alumunium Foil
g. Pipet ukur 10 ml 25 ml
h. Bola karet
Definisi Kelarutan
Kelarutan adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut.
Biasanya dinyatakan dalam satuan gram / liter atau mol / liter.
Berdasarkan definisi tersebut, maka larutan dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1) Larutan jenuh.
Adalah suatu keadaan ketika suatu larutan telah mengandung suatu zat terlarut dengan
konsentrasi maksimum.
2) Larutan kurang jenuh.
Adalah larutan yang masih dapat melarutkan zat terlarut.
3) Larutan lewat jenuh.
Adalah larutan yang sudah tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut, sehingga menyebabkan
terbentuknya endapan.
Kelarutan zat dalam suatu pelarut dipengaruhi oleh 3 hal yaitu :
a) Jenis Zat Terlarut.
Setiap zat mempunyai harga kelarutan yang berbeda-beda pada suatu pelarut. Pada umumnya,
semua senyawa ion dan asam mudah larut dalam air kecuali beberapa asam berikut ini : H2S,
H2SiO3, H3AsO4 dan H3SbO4.
b) Jenis Zat Pelarut.
Pelarut dibedakan menjadi 2 yaitu : pelarut polar dan non polar.
Pada umumnya, senyawa polar mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar mudah
larut dalam pelarut non polar.
Contoh pelarut polar : H2O dan NH3 cair.
Contoh pelarut non polar : C6H6 ( benzena ), minyak dan eter.
c) Suhu.
Pada suhu yang semakin tinggi, umumnya suatu zat akan semakin mudah larut.
Adanya kalor menyebabkan semakin renggangnya jarak antar partikel zat padat tersebut.
Akibatnya, kekuatan gaya antar partikel tersebut menjadi lemah sehingga partikel tersebut
mudah terlepas oleh adanya gaya tarik molekul-molekul air ( pelarut ).
Namun ada beberapa zat yang justru berkurang kelarutannya jika suhu dinaikkan. Misalnya : zat-
zat berwujud gas dan Na2SO4. 10 H2O, kelarutannya berkurang pada suhu di atas 32,4 oC.
Tetapan Hasil Kali Kelarutan ( Ksp )
Adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan jenuh garam yang sukar larut dalam air, setelah
masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien reaksi ionnya.
Hubungan Kelarutan ( s ) dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan ( Ksp )
Ada 3 cara untuk menentukan hubungan antara kelarutan ( s ) dengan tetapan hasil kali kelarutan
( Ksp ) yaitu :
a) Menuliskan persamaan reaksi kesetimbangannya
b) Menentukan hubungan antara konsentrasi ion-ion dengan kelarutan berdasarkan koefisien
reaksinya.
c) Menentukan hubungan antara Ksp dengan kelarutan ( s ) berdasarkan persamaan tetapan
hasil kali kelarutan.
Hasil kali kelarutan hasil kali konsentrasi ion-ion suatu elektrolit (Ksp) dalam larutan yang tepat
jenuh. Timbal Chlorida (PbCl2) jenuh dapat ditulis sebagai berikut :
Dalam larutan encer, aktivitas dapat dianggap sama dengan konsentrasi dalam satuan molar.
Nilai Ksp diatas sebagai konsentrasi hasil kali kelarutan PbCl2 secara matematika dapat ditulis :
[ Pb-2] [Cl-] < Ksp PbCl2 berbentuk larutan (belum terlihat endapan PbCl2 )
Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada table 2.1 pada tabung yang sudah terbentuk endapan dan
tabung yang belum terbentuk endapan, mengulangi langka diatas untuk menentukan
banyaknyana volume KCl 1,0 M yang dapat menyebabkan terbentuknya endapan sampai
ketelitian 0,1 M. Mencatat hasil pengamatan pada table 2.1 mencatat pula volume KCl 1,0 M
yang dapat menyebabkan terjadinya pengendapan suhu.
Pada tabung reaksi yang lain, menyiapkan larutan berikut table 2.2 :
Volume 0.075 M Volume 1,0 M Pembentukan
No Campuran Suhu °C
Pb(NO3)2 (ml) KCl (ml) endapan
1. 10 2,0
2. 10 2,5
3. 10 3,0
4. 10 3,5
5. 10 4,0
Menempatkan campuran yang terbentuk endapan pada penangas atau labu Erlenmeyer yang
dipanaskan seperti terlihat pada gambar, ketika penangas dipanaskan menggunakan thermometer
untuk mengaduk larutan secara perlahan-lahan (kecepatan pemanasan penangas kira-kira 1°C per
menit) mencatat suhu ketika endapan tepat larut. Melakukan hal yang sama untuk campuran-
campuran lain, mencatat semua hasil yang diperoleh pada table 2.2
LAPORAN PRAKTIKUM TITIK LELEH DAN TITIK NYAL (PENENTUAN TITIK LELEH DAN TITIK NYALA SUATU ZAT
I. TUJUAN
Setiap zat cair yang mudah terbakar memiliki tekanan uap yang merupakan fungsi dari temperatur cair,
dengan naiknya suhu, tekanan uap juga meningkat. Dengan meningkatnya tekanan uap, konsentrasi cairan yang
mudah terbakar menguap diudara meningkat.
Jika titik nyala lebih rendah dari temperatur cairannya maka uap diatas permukaannya siap untuk terbakar
atau meledak. Lebih rendah dari titik nyala adlah lebih berbahaya, terutama bila temperatur ambientnya labih dari
titik nyala.
Titik leleh itu sendiri berarti temperatur di mana padatan menjadi cairan pada tekanan normal.
V. CARA KERJA
Untuk Penentuan Titik Leleh :
1. Menggerus bahan atau sampel yang telah diketahui titik didihnya sebelumnya, kemudian diletakkan dikaca
arloji.
2. Memasukkan sampel kedalam pipa kapiler, kemudian memadatkannya dengan cara menjatuh-jatuhkan pipa
kapiler tersebut didalam pipa atau semacamnya yang lebih besar secara berulang-ulang
3. Meletakkan pipa kapiler pada bagian pemanasan pada alat penentu titik leleh.
4. Menyalakan pemanas alat penentu titik leleh.
5. Mengatur pemanasan dengan mengatur tombol coarse temperature control serta fine temperatur
control, sehingga kecepatan pemanasan menunjukkan kenaikan suhu 1-2°C per menit atau sesuai dengan
dengan kartu penunjuk yang ada pada bagian alas tersebut
6. Mengamati sampel yang diselidiki, menekan tombol display( display hold control) pada saat sampel
meleleh.
7. Membaca suhu atau titik leleh yang tertera pada alat.
1. Membersihkan alat yang akan dipakai untuk menghilangkan sisa-sisa minyak atau solvent.
2. Mengisi bejana logam dengan zat yang akan ditentukan titik nyalanya sampai dengan tanda batas,
kemudian menutup kembali bejana tersebut dengan penutupnya, lalu memasang stirer.
3. Memasang kabel penyambung arus dan menghubungkan selang gas pembakar.
4. Menyalakan gas pembakar, kemudian mengatur nyala apinya.
5. Menyalakan pemanas listriknya.
6. Mengatur pemanasan (pemanas listrik) sedemikian rupa sehingga kenaikan suhu pemanasan kira-kira 5°C /
menit. Jika termometer sudah menunjukkan suhu 15°C sebelum titik nyala yang diperkirakan, maka
melakukan test nyala dengan cara sebagai berikut:
Memutar tombol pembakar sehingga api gas masuk kedalam bagian atas bejana logam yang
berisi zat yang sedang dites, dan melakukan setiap selang kenaikan suhu 1°C selama kira-kira 1 detik, sampai uap
zat yang sedang dites terbakar. Maka pada saat pertama kali uap zat terbakar, suhu ditermometer
menunjukkan titik nyala dari zat tersebut.
Test nyala ini harus jelas dan diatur untuk jarak 4 mm, dan pada saat dilakukan tes nyalamaka
kecepatan pemanasan dikurangi menjadi 3-4°C/ menit
7. Mematikan kembali alat penentu titik nyala dan menyimpan kembali zat yang sudah dites serta
membersihkan logam bejana.