Anda di halaman 1dari 9

Hubungan Kebiasaan Merokok Cendana Medical Journal, Volume 15, Nomor 3, Desember

2018

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK PADA PEROKOK AKTIF DAN


PASIF DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU
DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG
Fransiskus Tandang, Anita Lidesna Shinta Amat, Prisca Deviani Pakan

ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Jumlah seluruh kasus
TB (Case Notification Rate)/CNR di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2015, CNR
tertinggi adalah Kota Kupang yakni 683 kasus, dengan kasus terbanyak terjadi pada jenis
kelamin laki-laki. Salah satu faktor risiko TB paru adalah kebiasaan merokok meliputi status
merokok, usia mulai merokok dan lama merokok. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
hubungan merokok pada perokok aktif dan pasif dengan kejadian TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Sikumana Kota Kupang. Metode penelitian ini merupakan penelitian
observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel pada penelitian
ini berjumlah 31 responden dan diambil menggunakan teknik sampling jenuh. Hasil analisis
data menggunakan uji chi quare. Hasil analisis data didapatkan variabel bebas yang
berhubungan dengan kejadian TB Paru di Puskesmas Sikumana Kota Kupang secara
signifikan adalah status merokok (P = 0,037, OR = 10,889),usia mulai merokok (P = 0,041,
OR = 21,000), dan lama merokok (P = 0,035, OR = 20,000), sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok pada perokok aktif dan pasif
dengan kejadian TB paru di Puskesmas Sikumana Kota Kupang.

Kata kunci: Tuberkulosis Paru, Status merokok, Usia Mulai Merokok, Lama Merokok

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit WHO telah merekomendasikan


infeksi menular yang disebabkan oleh strategi DOTS (Derectly Observed
Mycobacterium tuberculosis yang dapat Treatment Short-course) sebagai strategi
menyerang berbagai organ, terutama paru- penanggulangan secara ekonomis paling
paru. TB diperkirakan sudah ada sejak efektif (cost effect), yang terdiri dari 5
5000 tahun sebelum masehi, namun dalam (lima) elemen kunci: 1) Komitmen politis;
penemuan dan pengendalian penyakit ini 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang
terjadi dalam dua abad terakhir(1). terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka
pendek yang standar bagi semua kasus TB
Tuberkulosis merupakan salah satu dengan tata laksana kasus yang tepat,
dari 10 penyakit mematikan di dunia. Data termasuk pengawasan langsung
World Health Organisation (WHO) pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OAT
menyatakan bahwa Asia menduduki yang bermutu, dan 5) Sistem pencatatan
peringkat tertinggi di dunia(2). Indonesia dan pelaporan yang mampu memberikan
sendiri menduduki peringkat kedua penilaian terhadap hasil pengobatan pasien
tertinggi di Asia dengan jumlah kasus baru dan kinerja program secara keseluruhan.
60%. Berdasarkan hasil survei TB oleh
Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, Data Profil Kesehatan Kota Kupang
secara umum angka notifikasi BTA positif tahun 2015 menyatakan bahwa TB paru di
baru dari tahun ke tahun mengalami Provinsi Nusa Tenggara Timur jika dilihat
peningkatan, di mana pada tahun 2015, dari angka keberhasilan pengobatan TB
notifikasi kasus untuk semua kasus sebesar (succes rate) secara nasional (National
117 kasus per 100 penduduk(1). Succes rate) tidak mencapai target yang
sesuai baik pada tahun 2014 (91,04%)

Universitas Nusa Cendana 382


Hubungan Kebiasaan Merokok Cendana Medical Journal, Volume 15, Nomor 3, Desember
2018
maupun 2015 yakni (86,83%), sedangkan dengan desain kasus kontrol membuktikan
target nasional adalah 100%(5). Jumlah bahwa orang yang merokok memiliki risiko
seluruh kasus TB (Case Notification terkena TB paru 42,2% dibandingkan yang
Rate)/CNR di Provinsi Nusa Tenggara tidak merokok(4).
Timur tahun 2015, CNR tertinggi adalah
Kota Kupang yakni 683 kasus, dengan Berdasarkan penelitian Dewi (2016)
kasus terbanyak terjadi pada jenis kelamin menunjukkan bahwa angka keberhasilan
laki-laki. Hasil survei lima tahun terakhir pengobatan TB paru di Puskesmas
(2011-2015) menunjukkan adanya Sikumana sebesar 80,43%. Angka ini
kenaikan kasus TB yang signifikan di tergolong rendah dibandingkan puskesmas
wilayah Kota Kupang(3),(5). dengan jumlah kasus TB paru terbanyak
lainnya di Kota Kupang, seperti Puskesmas
Faktor yang menyebabkan Case Oesapa sebesar 84,44% dan Puskesmas
Notification Rate (CNR) di Kota Kupang Alak sebesar 88,89%(27).
mengalami peningkatan serta angka
keberhasilan (succes rate) yang tidak Berdasarkan pemaparan di atas,
mencapai target dapat disebabkan oleh secara umum ternyata perokok lebih sering
beberapa faktor risiko yang sulit untuk mengalami penyakit TB paru dan kebiasaan
dihindari. Salah satu faktor risiko TB paru merokok memegang peran penting.Oleh
adalah kebiasaan merokok. Penelitian oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
Risa Widyasari tahun 2011, menunjukkan melakukan penelitian mengenai hubungan
TB Paru dan merokok merupakan dua merokok pada perokok aktif dan pasif
masalah kesehatan masyarakat yang sangat dengan TB paru di wilayah kerja
signifikan dan saling berkaitan. Puskesmas Sikumana Kota Kupang.

Merokok dapat mengganggu Tujuan penelitian ini adalah


efektifitas sebagian mekanisme pertahanan menganalisis hubungan merokok pada
respirasi. Hasil dari asap rokok dapat perokok aktif dan pasif dengan kejadian TB
merangsang pembentukan mukus dan paru di wilayah kerja Puskesmas Sikumana
menurunkan pergerakan silia. Dengan Kota Kupang.
demikian terjadi penimbunan mukosa dan
peningkatan risiko pertumbuhan bakteri METODOLOGI PENELITIAN
termasuk M. Tuberculosis sehingga dapat
menimbulkan infeksi. Penelitian di India Jenis penelitian yang digunakan
oleh Kolppan pada tahun 2002 dengan merupakan penelitian analitik
desain kasus kontrol melaporkan bahwa observasional dengan desain cross
orang yang merokok memiliki risiko 2,48 sectional. Penelitian ini dilakukan di
kali lebih besar berisiko terkena TB paru wilayah kerja puskesmas Sikumana Kota
dibandingkan orang yang tidak merokok. Kupang,yang mencakup enam kelurahan
Sedangkan penelitian yang dilakukan di dalam wilayah KecamatanMaulafa meliputi
Kelurahan Sikumana, Kelurahan Oepura,
Indonesia (Rusnoto, 2008) dengan desain
Kelurahan Naikolan, Kelurahan Kolhua,
yang sama melaporkan bahwa orang yang
Kelurahan Belo dan Kelurahan Fatukoa.
memiliki kebiasaan merokok berisiko 2,56
kali lebih besar berisiko terkena TB paru
Waktu penelitian pada bulan
dibandingkan orang yang tidak pernah
Oktober– November 2017 dengan Populasi
merokok. Penelitian di Kuwait (Abal,
pada penelitian ini adalah semua pasien TB
2004) dengan desain kohort melaporkan
paru dan semua pasien yang berisiko
bahwa merokok tidak berisiko
menderita TB paru yang berdomisili dan
mempengaruhi konversi BTA TB paru.
berobat di Puskesmas Sikumana yang
Selain itu hasil penelitian Romlah (2015)
berjumlah 63 orang. Kriteria inklusi sampel
tentang hubungan merokok dan TB paru
penelitian ini adalah: responden yang

Universitas
383 Nusa Cendana 383
Universitas Nusa Cendana
Hubungan Kebiasaan Merokok Cendana Medical Journal, Volume 15, Nomor 3, Desember
2018
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Tabel 2. Karakteristik Responden menurut
Sikumana, pasien yang berobat di Jenis Kelamin
Puskesmas Sikumana pada bulan Oktober-
November 2017, pasien TB Paru dan No. Jenis Jumlah Persentase
pasien yang berisiko menderita TB paru Kelamin (%)
dan bersedia menjadi responden dengan 1. Laki-laki 22 71
menandatangani lembar informed consent. 2. Perempuan 9 29
Adapun kriteria ekslusi adalah sebagai
Total 31 100
berikut: berdomisili di luar wilayah kerja
Puskesmas Sikumana, pasien yang berobat
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui
di Puskesmas Sikumana bukan pada
bahwa distribusi responden menurut jenis
periode bulan Oktober-November 2017 dan
kelamin terbanyak adalah responden
pasien yang meninggal dunia.
dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 71%.
Metode yang digunakan untuk Karakteristik Responden menurut
memperoleh informasi dari responden Pendidikan
adalah menggunakan rekam medik, kartu
berobat serta wawancara menggunakan Tabel 3. Karakteristik Responden
kuesioner. menurut Pendidikan

HASIL DAN PEMBAHASAN No. Status Jumlah Persentase


Pendidikan (%)
Karaktristik Responden menurut Usia 1. Bersekolah 28 90,3
2. Tidak 3 9,7
Tabel 1. Karakteristik Responden
bersekolah
menurut Usia
Total 31 100
No. Usia Jumlah Persentase
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui
(Tahun) (%)
bahwa distribusi responden menurut
1. 20-29 7 22,6
pendidikan terbanyak adalah responden
2. 30-39 10 32,3
yang bersekolah sebesar 90,3%.
3. 40-49 4 12,9
4. 50-59 7 22,6
Karakteristik Responden menurut
5. 60-69 1 3,2
Pekerjaan
6. 70-79 2 6,5
Total 31 100 Tabel 4. Karakteristik Responden
Menurut Pekerjaan
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui
bahwa kategori usia responden paling No. Status Jumlah Persentase
banyak adalah responden dengan rentang Pekerjaan (%)
usia 30-39 tahun sebanyak 32,3%,
1. Bekerja 17 54,8
sedangkan yang paling sedikit adalah
2. Tidak 14 45,2
responden dengan rentang umur 60-69
bekerja
tahun sebesar 3,2%.
Total 31 100
Karakteristik Responden menurut
Jenis Kelamin Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui
bahwa distribusi responden menurut
pekerjaan terbanyak adalah responden
yang bekerja sebesar 54,8%.

Universitas Nusa Cendana 384


Hubungan Kebiasaan Merokok Cendana Medical Journal, Volume 15, Nomor 3, Desember
2018
Distribusi Responden berdasarkan
Kejadian TB Paru No Usia mulai Jumlah Presentase
merokok (%)
1 < 20 tahun 8 50
Tabel 5. Distribusi Responden 2 ≥ 20 tahun 8 50
berdasarkan Kejadian TB Paru Total 16 100

No. Kejadian Jumlah Persentase Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui


TB Paru (%) bahwa distribusi responden berdasarkan
1. Berisiko 8 25,8 usia mulai merokok kategori < 20 tahun
menderita dan ≥ 20 tahun sama yaitu sebesar 50%.
TB Paru
2. Penderita 23 74,2 Distribusi Responden berdasarkan
TB Paru Status Merokok
Total 31 100
Tabel 8. Distribusi Responden
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui berdasarkan Lama Merokok
bahwa distribusi responden berdasarkan
kejadian TB Paru terbanyak adalah No. Lama Jumlah Persentase
responden penderita TB Paru sebesar Merokok (%)
74,2%. 1. < 15 tahun 5 31,2
2. ≥ 15 tahun 11 68,8
Distribusi Responden berdasarkan Total 16 100
Status Merokok
Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui
Tabel 6. Distribusi Responden
bahwa distribusi responden berdasarkan
berdasarkan Status Merokok
lama merokok terbanyak adalah responden
dengan lama merokok ≥ 15 tahun sebesar
No. Status Jumlah Persentase 68,8%.
merokok (%)
1. Perokok 16 51,6 Tabulasi Silang Status Merokok
aktif dengan Kejadian TB Paru
2. Perokok 15 48,4
pasif Tabel 9. Tabulasi Silang Status Merokok
Total 31 100 dengan Kejadian TB Paru

Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui Kejadian TB Paru


bahwa distribusi responden berdasarkan Status Beresiko Penderita
merokok menderita TB TB Paru N %
status merokok terbanyak adalah
Paru
responden dengan kategori perokok aktif n % N %
sebesar 51,6%. Perokok 7 22,6 9 29 16 51,6
aktif
Distribusi Responden berdasarkan Usia Perokok 1 3,2 14 45,2 15 48,4
Mulai Merokok pasif
Total 8 25,8 23 74,2 31 100
P = 0,037, OR = 10,889
Tabel 7. Distribusi Responden
berdasarkan Usia Mulai
Tabel 9 menjelaskan bahwa
Merokok
responden yang berisiko menderita TB
paru, 22,6% dengan status perokok aktif
dan 3,2% dengan status perokok pasif.
Sedangkan responden yang penderita TB
Paru, 29% dengan status perokok aktif dan

Universitas
385 Nusa Cendana 385
Universitas Nusa Cendana
Hubungan Kebiasaan Merokok Cendana Medical Journal, Volume 15, Nomor 3, Desember
2018
45,2% dengan status perokok pasif. Hasil (0,041) < 0,05, maka dapat disimpulkan
uji chi square yang dilakukan terhadap ada hubungan antara usia mulai merokok
variabel status merokok dengan kejadian dengan kejadian TB Paru di Puskesmas
TB Paru tidak memenuhi syarat karena ada Sikumana Kota Kupang.
sel dengan frekuensi harapan < 5 dan >
20% keseluruhan sel, maka dilanjutkan Tabulasi Silang Lama Merokok dengan
dengan uji Fisher’s exast test diperoleh P = Kejadian TB Paru
0,037 dan nilai estimate menggunakan
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Tabel 11. Tabulasi Silang Lama
untuk menyatakan OR = 10,889. Hasil Merokok dengan Kejadian
analisis menunjukkan P (0,037) < 0,05, TB Paru
maka dapat disimpulkan ada hubungan
antara status merokok dengan kejadian TB Kejadian TB Paru
Paru di Puskesmas Sikumana Kota Kupang. Lama Beresiko Penderita
merokok menderita TB TB Paru N %
Paru
n % N %
Tabulasi Silang Usia Mulai Merokok < 15 5 31,3 0 0 5 31,3
dengan Kejadian TB Paru tahun
≥ 15 2 12,5 9 56,2 11 68,7
Tabel 10. Tabulasi Silang Usia Mulai tahun
Merokok dengan Kejadian TB Total 7 43,8 9 56,2 16 100
P = 0,035, OR = 20,000
Paru

Kejadian TB Paru
PEMBAHASAN
Usia Beresiko Penderita TB
mulai menderita TB Paru N %
merokok Paru Hubungan Status Merokok dengan
n % N % Kejadian TB Paru
< 20 6 37,5 2 12,5 8 50
tahun Hasil analisis univariat pada tabel 5,
≥20 1 6,3 7 43,7 8 50 dapat diketahui bahwa distribusi responden
tahun
Total 7 43,8 9 56,2 16 100 berdasarkan kejadian TB Paru paling
P = 0,041, OR = 21,000 banyak adalah responden penderita TB
Paru sebesar 74,2%.
Tabel 10 menjelaskan bahwa
responden yang bersiko menderita TB paru, Hasil analisis bivariat menunjukkan
37,5% dengan usia mulai merokok < 20 P=0,037, karena nilai P < 0,05 maka dapat
tahundan 6,3% dengan usia mulai merokok disimpulkan ada hubungan antara status
≥ 20 tahun. Sedangkan responden yang merokok dengan kejadian TB Paru di
penderita TB Paru, 12,5% dengan usia Puskesmas Sikumana Kota Kupang. Hasil
mulai merokok < 20 tahun dan 43,7% analisis juga didapat OR = 10,889 yang
dengan usia mulai merokok ≥ 20 tahun. menjelaskan bahwa seseorang dengan
Hasil uji chi square yang dilakukan status sebagai perokok aktif berisiko
terhadap variabel usia mulai merokok menderita TB Paru 10,889 kali lebih besar
dengan kejadian TB Paru tidak memenuhi daripada faktor lain diluar faktor merokok.
syarat karena ada sel dengan frekuensi
harapan < 5 dan > 20% keseluruhan sel, Penelitian ini sejalan dengan
maka dilanjutkan dengan uji Fisher’s exast penelitian yang dilakukan oleh Sarwani,
test diperoleh P = 0,041 dan nilai estimate dkk (2012) yang menyatakan bahwa ada
menggunakan Mantel-Haenszel Common hubungan yang bermakna antara merokok
Odds Ratio untuk menyatakan OR = dengan kejadian TB Paru (P = 0,022).
21,000. Hasil analisis menunjukkan P

Universitas Nusa Cendana 386


Hubungan Kebiasaan Merokok Cendana Medical Journal, Volume 15, Nomor 3, Desember
2018

Terdapat hubungan antara status Hasil analisis univariat pada tabel 7,


merokok dengan kejadian TB paru dapat diketahui bahwa distribusi responden
dikarenakan responden dengan status berdasarkan usia mulai merokok kategori
merokok kategori perokok aktif lebih 20 tahun dan ≥ 20 tahun sama yaitu
banyak yang menderita TB Paru yaitu 29%. sebesar50%.
Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa semakin banyak nikotin Hasil analisis bivariat menunjukkan P
yang dikonsumsi, semakin tinggi juga = 0,041, karena nilai P < 0,05 maka dapat
risiko untuk terkena penyakit-penyakit disimpulkan ada hubungan antara usia
berisiko tinggi akibat rokok seperti TB mulai merokok dengan kejadian TB Paru di
Paru. Hal ini dikarenakan nikotin dapat Puskesmas Sikumana Kota Kupang. Hasil
berakumulasi di dalam hati, ginjal, lemak analisis juga didapat OR = 21,000 yang
dan paru-paru. Nikotin bersifat toksik menjelaskan bahwa seseorang yang usia
terhadap jaringan syaraf, menyebabkan mulai merokok < 20 tahun berisiko
peningkatan tekanan darah sistolik dan menderita TB Paru 21,000 kali lebih besar
diastolik, takikardia dan lain-lain(14). daripada faktor lain terkait dengan perilaku
Responden dengan status merokok kategori merokok.
perokok pasif lebih banyak yang menderita
TB Paru yaitu sebesar 45,2%. Salah satu Hasil penelitian ini tidak sejalan
risiko terjadinya penyakit TB paru adalah dengan penelitian yang dilakukan oleh
paparan asap rokok yang dialami oleh Romlah (2015) yang menyatakan bahwa
perokok pasif. Semakin sering seseorang sebagian besar responden yang merokok
terpapar asap rokok maka akan semakin mulai dari usia < 20 tahun, sedangkan hasil
tinggi pula risiko terjadinya TB Paru, hal ini penelitian ini didapat proporsi responden
disebabkan karena udara yang terpapar asap untuk usia mulai merokok kategori < 20
rokok mengandung zat-zat kimia berbahaya
tahun dan ≥ 20 tahun adalah sama (50%).
yang dihasilkan oleh pembakaran rokok.
Terdapat hubungan antara usia mulai
Hubungan Usia Mulai Merokok dengan
merokok dengan TB Paru dikarenakan
Kejadian TB Paru
proporsi responden untuk usia mulai
Usia < 20 tahun merupakan masa merokok kategori < 20 tahun dan ≥ 20
remaja, masa awal seseorang dalam tahun adalah sama. Hasil analisis juga
menyesuaikan diri terhadap pola-pola menunjukkan bahwa usia < 20 tahun yang
kehidupan dan harapan-harapan sosial baru, menderita TB Paru lebih sedikit dibanding
dikatakan sebagai masa sulit bagi individu dengan yang tidak menderita TB Paru. Hal
karena pada masa kini seseorang dituntut ini disebabkan karena sebagian besar
untuk melepaskan ketergantungannya responden yang menderita TB Paru yang
terhadap orang tua dan berusaha untuk bisa merupakan perokok aktif lupa usia pertama
mandiri. Pada masa remaja, ada sesuatu kali merokok sehingga mereka
yang lain yang sama pentingnya dengan menyimpulkan bahwa usia pertama kali
kedewasaan, yaitu solidaritas kelompok merokok ≥ 20 tahun. Saran peneliti untuk
dan melakukan apa yang dilakukan oleh penelitian selanjutnya adalah diperlukan
kelompok. Apabila dalam suatu kelompok skala batasan kepercayaan pada kuesioner
remaja telah melakukan kegiatan merokok penelitian.
maka individu remaja merasa harus
melakukannya juga. Individu remaja
tersebut mulai merokok karena individu
dalam kelompok remaja tersebut tidak
ingin dianggap sebagai orang asing, bukan
karena individu tersebut menyukai rokok(4).

Universitas
387 Nusa Cendana 385
Universitas Nusa Cendana
Hubungan Kebiasaan Merokok Cendana Medical Journal, Volume 15, Nomor 3, Desember
2018
Hubungan Lama Merokok dengan KESIMPULAN
Kejadian TB Paru
1. Ada hubungan antara status merokok
Seseorang yang telah merokok dengan kejadian TB Paru di
bertahun-tahun, akan mengalami dampak Puskesmas Sikumana Kota Kupang
buruk yang ditimbulkan dari asap rokok, (P = 0,037, OR = 10,889).
misalnya keluhan perih di mata, sesak
napas dan batuk. Semakin lama durasi 2. Ada hubungan antara usia mulai
merokok seseorang, semakin besar pula merokok dengan kejadian TB Paru di
kemungkinan terserang penyakit seperti TB Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Paru(4). (P= 0,041, OR = 21,000).

Hasil analisis univariat pada tabel 11 3. Ada hubungan antara lama merokok
menjelaskan bahwa responden yang bukan dengan kejadian TB Paru di
penderita TB paru, 31,3% dengan lama Puskesmas Sikumana Kota Kupang
merokok < 15 tahun dan 12,5% dengan (P = 0,035, OR =20,000).
lama merokok ≥ 15 tahun. Sedangkan
responden yang penderita TB Paru, 0% SARAN
dengan lama merokok < 15 tahun dan 1. Bagi tenaga kesehatan disarankan
56,2% dengan lama merokok ≥ 15 tahun. untuk meningkatkan preventif dan
promosi melalui penyuluhan tentang
Hasil analisis bivariat menunjukkan P
faktor risiko kejadian TB Paru
0,035, karena nilai P < 0,05 maka dapat kepada masyarakat setempa tuntuk
disimpulkan ada hubungan antara lama meningkatkan pengetahuan
merokok dengan kejadian TB Paru di masyarakat agar bisa mengurangi
Puskesmas Sikumana Kota Kupang. Hasil risiko terinfeksi TB Paru.
analisis juga didapat OR = 20,000 yang
menjelaskan bahwa seseorang yang lama 2. Memperluas penelitian tentang faktor
merokok ≥ 15 tahun berisiko menderita TB risiko TB Paru selain status merokok,
Paru 20,000 kali lebih besar daripada faktor usia mulai merokok, lama merokok
lain terkait dengan perilaku merokok. Hasil seperti jenis kelamin, Indeks Masa
penelitian ini sejalan dengan penelitian Tubuh (IMT), kontak langsung
yang dilakukan oleh Romlah (2015) yang dengan penderita TB Paru, kepadatan
menyatakan bahwa durasi merokok pada hunian rumah, kebiasaan membuang
sebagian besar responden adalah ≥ 15 ludah, jenis rokok, jumlah rokok yang
tahun. dihisap serta meningkatkan
kedalaman analisis ke tahap yang
Terdapat hubungan antara lama lebih tinggi seperti ke tahap analisis
merokok dengan TB Paru dikarenakan multivariat.
responden yang lama merokok ≥ 15 tahun
lebih banyak yang menderita TB paru 3. Bagi masyarakat disarankan agar
dibandingkan dengan yang tidak menderita meningkatkan pengetahuan tentang
TB Paru. Hal ini sesuai dengan teori yang risiko terjadinya TB Paru sehingga
menyatakan bahwa semakin lama durasi bisa lebih dini melakukan
merokok seseorang, semakin besar pula pencegahan terhadap kejadian TB
kemungkinan terserang penyakit seperti TB Paru.
Paru(4).

Universitas Nusa Cendana 388


Hubungan Kebiasaan Merokok Cendana Medical Journal, Volume 15, Nomor 3, Desember
2018
DAFTAR PUSTAKA Antonio, Luiz Raggio Ronir, Ruffino-
Netto Antonio, Scartozzoni Samara
1. Kementerian Kesehatan Republik Marcio P, Poliana TA. Knowledge
Indonesia Direktorat Jenderal and practices of medical students to
Pengendalian Penyakit Dan prevent tuberculosis transmission in
Penyehatan Lingkungan. Pedoman Rio de Janeiro, Brazil [Internet]. 2008
Nasional PenaggulanganTB. Jakarta; [cited 2014 Apr 20].
2011.
11. Abebe Gameda, Deribew Amare,
2. WHO. Global Tuberculosis Report Apers Ludwig, Woldemichael Kifle,
[Internet]. 2012 [cited 2014 Jan 24]. Shiffa Jaffer, Tesfaye
Markos,Abdissa Alemseged, Deribie
3. Kementerian Kesehatan Republik Fetene, Jira Chali, Bezabih
Indonesia. Keputusan Menteri Mesele,Aseffa Abraham, Duchateau
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Luc CR. Knowledge, Health Seeking
364/MENKES/SK/V/2009 tentang Behavior and Perceived Stigma
Pedoman Penanggulangan towards Tuberculosis among
Tuberkulosis. (TB).2009 Tuberculosis Suspects in a Rural
Community in Southwest
4. WHO. Global Tuberculosis Report Ethiopia [Internet]. 2010 [cited 2014
[Internet]. 2013 [cited 2014 Jan 24]. Apr 22].

5. Badan Penelitian dan Pengembangan 12. Manulu Sahap P Helper SB. Aspek
Kesehatan Republik Indonesia. Riset Pengetahuan Sikap Dan Perilaku
Kesehatan Dasar. 2013. Masyarakat kaitannya dengan
Tuberkulosis [internet].2011 [cited
6. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa 2014 Apr 10].
Tenggara. Profil Kesehatan Provinsi
Nusa Tenggara Timur. 2012. 13. Jianiming Wang, Yang Fei,
Hongbing Shen BX. Gender
7. Dinas Kesehatan Kabupaten Ende. difference in knowledge of
Profil Kesehatan Kabupaten Ende. tuberculosis and associated health-
2013. care seeking behaviors:a cross
sectional study in a rural area of
8. Pertiwi Nurul Rikha, Waryanto Arie China [internet]. 2008 [cited 2014
SD. Hubungan Antara Karakteristik Apr 20].
Individu, Praktek Hygiene dan
Sanitasi Lingkuan dengan Kejadian 14. Wijaya AA. Merokok dan
Tuberkulosis Paru di Kecamatan Tuberkulosis [internet]. Jurnal
Semarang Utara Tahun 2011. J Tuberkulosis Indonesia.2012 [cited
Kesehat Masy [Internet]. 2012;1. 2014 Jan 20].
9. Kaona AD Frederick, Tuba Mary, 15. Awaisu Ahmed, Muhamed Haniki
Siziya Seter SL. An assessment of Nik Muhamad, Aziz Abd Noorizan,
factors contributing to treatment
Sulaiman Syed Azhar Syed NMN,
adherence and knowledge of TB
Noorliza, Muttalif Razak Abdul
transmission among patients on TB
MAA. Tobacco use prevalence,
treatment [Internet]. 2004 [cited 2014
knowledge, and attitudes among
Apr 16].
newly diagnosed tuberculosis patients
10. Teixeira Guimaraes Eleny, Menzies in Penang State .
Dick, Cunnah Jose Ledo Alves

Universitas
389 Nusa Cendana 389
385
Universitas Nusa Cendana
Hubungan Kebiasaan Merokok Cendana Medical Journal, Volume 15, Nomor 3, Desember
2018

Universitas Nusa Cendana 390

Anda mungkin juga menyukai