Anda di halaman 1dari 8

Tugas Ujian

Oleh:
Muna, S.Ked

1830912320059

Penguji:
dr. H. Iwan Aflanie, M. Kes, Sp. F, SH

BAGIAN/SMF FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FK UNLAM/RSUD ULIN

BANJARMASIN

Februari, 2020
Pertanyaan

1. Seorang laki-laki usia 25 tahun ditemukan meninggal dengan luka terbuka tepi rata, sudut
tajam, panjang 4,5 cm, dan lebar 1 cm, kedalaman 6 cm menembus dinding dada. Pada
pemeriksaan luka menembus mengenai otot jantung dan bilik kanan. Kaku seluruh sendi,
tidak ada lebam dan tidak ada pembusukan. Buatlah deskripsi luka dan kesimpulan VeR!
2. Luka terbuka, tepi rata, kedua sudut tajam, tanjang 8 cm, lebar 1,5 cm, kedalaman 3 cm,
luka memotong kulit dan otot. Buatlah deskripsi luka dan kesimpulan VeR!
3. Seorang perempuan berusia 24 tahun, pekerjaan mahasiswa, mengaku telah dipukul
suaminya dan melapor ke polisi, dan dibawa ke IGD tempat anda bekerja. Diameter 4
cm, memar di kepala, setelah diperiksa tidak ada defisit neurologis, setelah beberapa jam,
pasien dipulangkan. Buatlah deskripsi luka dan kesimpulanVeR!
4. Apa yang disebut malpraktek? Berikan satu contohnya!
5. Sebutkan tanda-tanda asfiksia yang ditemukan pada PL dan PLPD pada jenazah!
6. Jika ada pesawat yang jatuh di landasan pacu, gagal landing lalu terbakar. 18 orang dapat
dikenali dan 2 orang tidak dapat dikenali (1 laki-laki dan 1 perempuan). Tentukan
identifikasi yang cocok untuk diperiksa!
7. Lakukan review dan telaah kasus Mirna dan berikan tanggapan, kelemahan, dan aspek
pembuktian (hukum dan medis)!
8. Lakukan review dan telaah kasus dr. Dewa Ayu dan berikan tanggapan, kelemahan, dan
aspek pembuktian (hukum dan medis)!
Jawaban

1. Terdapat luka terbuka pada dada kiri, ujung luka pertama lima sentimeter di sebelah kiri
garis tengah tubuh bagian depan dan lima belas sentimeter di atas garis setinggi pusar. Ujung
luka kedua sembilan koma lima sentimeter di sebelah kiri garis tengah tubuh bagian depan
dan lima belas sentimeter di atas garis setinggi pusar. Luka terbuka dengan salah satu sudut
tajam, menembus rongga dada dan mengenai bilik kanan. Panjang luka empat koma lima
sentimeter, lebar satu sentimeter dan kedalaman enam sentimeter. Luka hanya satu dibagian
dada----------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Terdapat luka terbuka pada lengan bawah tangan kiri depan, ujung luka pertama enam
sentimeter di sebelah kanan garis tengah tubuh bagian depan dan tiga sentimeter dari bawah
lipatan tangan. Ujung luka kedua empat belas sentimeter dari garis tengah tubuh bagian
depan dan dua sentimeter dari bawah lipatan tangan. Luka terbuka dengan tepi rata dan
kedua sudut tajam, luka memoong kulit dan otot. Panjang luka delapan sentimeter, lebar satu
koma lima sentimeter dan kedalaman tiga sentimeter. Luka hanya satu dibagian lengan
bawah tangan kiri depan. Dasar luka adalah otot-----------------------------------------------------
Kesimpulan nomor 1 dan 2
1. Telah diperiksa seorang jenazah laki-laki berusia dua puluh lima tahun, panjang badan
seratus tujuh puluh satu sentimeter-----------------------------------------------------------------
---------
2. Terdapat luka tusuk pada dada kiri yang menembus bilik kanan jantung akibat
persetubuhan dengan benda tajam------------------------------------------------------------------
3. Terdapat luka iris pada lengan kiri bawah tangan kiri depan akibat persentuhan dengan
benda tajam--------------------------------------------------------------------------------------------
4. Sebab kematian sesuai poin dua luka tusuk pada dada kiri yang menembus rongga dada
dan mengenai jantung akibat persentuhan dengan beda tajam----------------------------------
5. Sebab kematian korban diperkirakan dua belas sampai dua puluh empat jam sebelum
dilakukan pemeriksaan-------------------------------------------------------------------------------
3. Pada dahi kanan terdapat luka memar berjarak lima sentimeter dari sumbu tubuh dan dua
sentimeter dari tengah atas alis kanan. Luka tertutup dengan diameter empat sentimeter,
jumlah satu di dahi. Bentuk luka bulat dan batas luka tidak teratur--------------------------------
Kesimpulan:
1. Telah diperiksa seorang perempuan berusia dua puluh empat tahun, berat badan lima
puluh tiga kilogram dan tinggi badan lima puluh tiga sentimeter------------------------------
2. Terdapat luka memar pada dahi kanan akiban persentuhan dengan benda tumpul----------
3. Kelainan pada poin dua di atas tidak menimbulkan penyakit dan tidak menghalangi
pekerjaan korban--------------------------------------------------------------------------------------
4. Malpraktek berasal dari kata mala yang artinya tidak baik, dan praktik yang artinya
pelaksanaan pekerjaan. Dalam bidang kesehatan, malpraktik medis merupakan pelaksanaan
pekerjaan dokter yang tidak baik. Malpraktek adalah prakter kedokteran yang salah atau
yang tidak sesuai dengan standar profesi atau standar prosedur professional. Pengertian
malpraktek secara umum adalah adanya kesembronoan (professional misconduct) atau
ketidakcakapan yang tidak dapat diterima (ureasonable luck of skill) yang diukur dengan
ukuran yang terdapat pada tingkat keterampilan yang sesuai dengan derajat ilmiah yang
lazim dipraktikan di setiap situasi dan kondisi di dalam komonitas anggota profesi yang
mempunyai reputasi dan keahlian rata-rata.
Contoh: seorang dokter membuka praktek aborsi (medical misconduct)
5. Tanda-tanda asfiksia pada pemeriksaan luar :
-Muka dan ujung-ujung ekstremitas sianotik (warna biru keunguan) yang disebabkan tubuh
mayat lebih membutuhkan HbCO2 daripada HbO2.
-Tardieu’s spot pada konjungtiva bulbi dan palpebra. Tardieu’s spot merupakan bintik-bintik
perdarahan (petekie) akibat pelebaran kapiler darah setempat.
-Lebam mayat cepat timbul, luas, dan lebih gelap karena terhambatnya pembekuan darah
dan meningkatnya fragilitas/permeabilitas kapiler. Hal ini akibat meningkatnya kadar CO2
sehingga darah dalam keadaan lebih cair.
-Lebam mayat lebih gelap karena meningkatnya kadar HbCO2.
-Busa halus keluar dari hidung dan mulut. Busa halus ini disebabkan adanya fenomena
kocokan pada pernapasan kuat.

Tanda-tanda asfiksia pada pemeriksaan dalam :


-Organ dalam tubuh lebih gelap & lebih berat
-Ejakulasi pada mayat laki-laki akibat kongesti / bendungan alat tubuh & sianotik
-Darah termasuk dalam jantung berwarna gelap dan lebih cair.
-Tardieu’s spot pada pielum ginjal, pleura, perikard, galea apponeurotika, laring, kelenjar
timus dan kelenjar tiroid.
-Busa halus di saluran pernapasan.
-Edema paru.
-Kelainan lain yang berhubungan dengan kekerasan seperti fraktur laring, fraktur tulang
lidah dan resapan darah pada luka
6. Metode yang cocok digunakan adalah identifikasi komparatif (membandingkan data) karena
dalam komunitas yang terbatas dan hanya ada dua korban yang belum bisa diidentifikasi,
kedua korban juga sudah diketahui jenis kelaminnya berbeda. Dapat juga menggunakan
metode ekslusi, yaitu dari daftar penumpang yang telah diketahui nama korban dikurangi
korban yang belum diketahui identitasnya, ini semakin mudah karena korban yang belum
diketahui jenis kelaminnya berbeda.
7. Kasus Mirna:
Mirna tewas pada 6 Januari 2016 usai menyeruput es kopi Vietnam di Kafe Olivier. Kopi
itu dipesankan Jessica Kumala Wongso sebelum Mirna dan temannya, Hanie Juwita Boon, tiba
di Olivier.

Dalam kasus ini, Jessica Wongso didakwa telah meracuni Mirna Salihin. Dia dituding
menaruh racun sianida ke dalam gelas kopi yang diminum Mirna. Jessica didakwa dengan Pasal
340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana dan terancam kurungan maksimal seumur hidup
atau hukuman mati.

Hasil otopsi yang dilakukan terhadap jenazah Mirna, ditemukan adanya pendarahan pada
lambung dikarenakan adanya zat yang bersifat korosif masuk dan merusak mukosa lambung.
Belakangan diketahui, zat korosif tersebut berasal dari Sianida.

Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri juga sudah mengeluarkan hasil pemeriksaan
sampel kopi yang diminum Wayan Mirna Salihin. Hasilnya, dari sampel kopi itu ditemukan 15
gram racun sianida. Sebagai perbandingan, 90 miligram sianida bisa menyebabkan kematian
pada orang dengan berat badan 60 kilogram. Sekitar 90 miligram, jika dalam bentuk cairan,
dibutuhkan 3-4 tetes saja. Sedangkan 15 gram, sekitar satu sendok teh.

Kelemahan pada kasus ini adalah tidak dilakukannya otopsi secara menyeluruh. Tidak
adanya otopsi menyuluruh menyebabkan tidak dapatnya menyingkirkan penyebab lain kematian
dari korban. Berdasarkan aturan terkait autopsi tertuang dalam Pasal 133 dan Pasal 134 Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Seharusnya penyelidikan lebih berfokus ke bagian organ tubuh Mirna, bukan hanya gelas
minuman saja. Cara penyidik yang memindahkan minuman ke botol tidak ideal, karena barang
bukti bisa direkayasa.
Banyak kontroversi yang beredar terkait pembunuhan berencana yang mengakibatkan
Wayan Mirna Salihin meninggal karena diracun saat meminum kopi es ala Vietnam. Salah satu
kontroversi yang paling diperdebatkan adalah tidak terdapat rekaman yang secara otentik
menunjukkan bahwa Jessica benar-benar menuangkan sianida ke dalam es kopi yang diminum
Mirna, tetapi terdapat beberapa menit rekaman di mana Jessica menaruh tas belanja di samping
kopi yang diminum Mirna sedemikian rupa sehingga es kopi tersebut tertutup dan tidak dapat
ditangkap oleh kamera CCTV.

Beberapa kontorversi lainnya yang muncul:


-Beredar kutipan pembicaraan WhatsApp antara Jessica, Mirna, Hani, dan seorang temannya
bernama Vera tertanggal 1 Januari 2016. Dalam kutipan pembicaraan tersebut, Jessica sempat
bertanya perihal dokter umum yang melakukan praktik di Grand Indonesia.
-Netizen dihebohkan dengan beredarnya foto dua orang wanita yang diduga sebagai Jessica dan
Mirna berada di sebuah kamar. Sebelumnya juga beredar kabar bahwa Jessica merupakan
penyuka sesama jenis atau lesbian. Jessica membantah hal tersebut.
-Ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin menjelaskan bahwa dirinya sempat membaca pesan-pesan
di aplikasi WhatsApp di ponsel milik anaknya sesaat setelah anaknya meninggal. Edi
menyebutkan, bahwa ada salah satu percakapan antara Jessica dan Mirna yang menyebutkan
bahwa Jessica menginginkan untuk dicium oleh Mirna.

8.Kasus dr. Dewa Ayu:


Dokter Dewa Ayu Sasiarsy divonis penjara oleh Mahkamah Agung (MA) karena gagal
menyelamatkan nasib pasiennya. Kejadian yang menimpa dr Ayu berlangsung pada April 2010
lalu. Kala itu, dr Ayu kala itu bersama rekannya yaitu dr Hendry Simanjuntak dan dr
HendySiagian sedang menangani pasien rujukan Puskesmas di daerah Manado. Karena keadaan
terdesak, dr Ayu melakukan tindakan operasi cito secsio sesaria. Tetapi tindakan itu gagal
menyelamatkan pasien. Selang beberapa waktu pasca kejadian, dr Ayu malah mendapat
dipanggil oleh kepolisian. Dia dilaporkan oleh keluarga pasien karena melakukan operasitanpa
izin. Pada persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Manado, dr Ayu dkk dituntut 10 bulan
penjara. Tapi dr Ayu divonis bebas karena tidak terbukti melakukan malpraktik.

Tindakan SC emergensi merupakan sesuatu yang umum terjadi pada kamar bersalin
karena selama dilakukan observasi dapat terjadi hasil diluar perkiraan seperti tidak turun nya
kepala janin atau pembukaan yang tidak lengkap dalam batas waktunya bahkan ada keadaan-
keadaan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti gawat nafas pada bayi atau adanya
kejang pada ibu.
Indikasi dilakukannya SC adalah:
1.Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolute
b) Placenta previa
c) Ruptura uteri mengancam
d) Partus Lama
e) Partus Tak Maju
f) Pre eklampsia, dan Hipertensi
2. Indikasi Janin
a) Kelainan Letak
b) Gawat Janin
c) Janin Besar

Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menangani kasus itu mengajukan kasasi dan
dikabulkan MA lewat putusan yang dikeluarkan pada 18 November 2012 lalu. Kasasi ini
memerintahkan dokter Ayu dan rekannya untuk dipenjara selama 10 bulan. Duduk sebagai ketua
majeliskasasi ialah hakim agung Artidjo Alkotsar dibantu Dudu Duswara dan Sofyan Sitompul
sebagai hakim anggota. Majelis menyatakan, tiga dokter itu terbukti melakukan kesalahan seperti
diatur dalam Pasal 359 KUHP. Maka, majelis kasasi menjatuhkan hukuman kepada tiga dokter
muda itu pidana penjara masing-masing 10 bulan. "Menyatakan para terdakwa dr Dewa Ayu
Sasiary Prawani, dr Hendry Simanjuntak, dan dr Hendy Siagian telah terbukti secara sahdan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana perbuatan yang karena kealpaannya
menyebabkan matinya orang lain," demikian bunyi putusan kasasi seperti dimuat di laman MA.
Dalam putusan, majelis kasasi menemukan kesalahan yang dilakukan dr Ayu dan dua koleganya.
Kesalahan para dokter itu, menurut hakim, yakni tidak mempertimbangkan hasil rekam medis
dari puskesmas yang merujuk Siska Makatey.

Rekam medis itu menyatakan, saat masuk Rumah Sakit (RS) Prof RF Kandou,
Malalayang, Manado, keadaan Siska Makatey adalah lemah. Selain itu, status penyakitnya
adalah berat. Kesalahan kedua, seperti dalam pertimbangan majelis kasasi, sebelum menjalankan
operasi darurat kelahiran atau cito secsio sesaria, ketiga dokter itu tidak pernah menyampaikan
kepada keluarga pasien setiap risiko dan kemungkinan yang bakal terjadi,termasuk risiko
kematian. Dalam dakwaan jaksa bahkan dijelaskan, tanda tangan Siska yang tertera dalam surat
persetujuan pelaksanaan operasi berbeda dengan tanda tangan Siska padakartu tanda penduduk
(KTP) dan kartu Askes-nya. Dokter Hendy-lah yang bertanggung jawab untuk meminta tanda
tangan Siska. Kesalahan ketiga, para dokter itu melakukan kelalaian yang menyebabkan udara
masuk ke dalam bilik kanan jantung Siska. Hal itu menghambat aliran darah yang masuk ke
paru-paru hingga terjadi kegagalan fungsi jantung. Berefek domino, halitu mengakibatkan
kegagalan fungsi jantung. Dalam dakwaannya, jaksa menjabarkan, sebelum melakukan operasi,
dokter tidak melakukan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan jantung dan foto rontgen
dada. Padahal, sebelum dibius, tekanan darah Siska tergolong tinggi,yaitu mencapai 160/70.
Pemeriksaan jantung baru dilakukan pasca-operasi dilaksanakan.

Informed consent terdiri dari dua kata, yaitu ”Informed” yang berarti suatu
pemberitahuan dan ”Consent” yang berarti suatu persetujuan. Informasi/keterangan yang wajib
diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran dilaksanakan adalah:
1. Diagnosa yang telah ditegakkan.
2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran tersebut.
5. Konsekuensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara pengobatan
yang lain.
6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.
Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan persetujuan
tindakan kedokteran :
a. Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.
b. Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.
Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan persetujuan
tindakan kedokteran adalah:
Dalam keadaan gawat darurat (emergensi), dimana dokter harus segera bertindak untuk
menyelamatkan jiwa.
Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi situasi
dirinya.

Dalam kasus ini sebaiknya tidak langsung diajukan ke MK tetapi terlebih dahulu diajukan
seperti ke majelis kehormatan disiplin kedokteran Indonesia. Hal ini bertujuan untuk dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu apakah tindakan yang dilakukan dokter menyalahi SOP atau tidak
dan dapat dijelaskan tindakan yang terkait dengan perjalanan penyakit pasien. Apabila selama
permerisaan dokter melakukan tindakan diluar SOP maka dapat dilanjutkan ke pengak hukum.

Kelalaian medik adalah salah satu bentuk dari malpraktik medis, sekaligus merupakan
bentuk malpraktik medis yang paling sering terjadi. Kelalaian dapat terjadi dalam 3 (tiga)
bentuk, yaitu :
Malfeasance; melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat/ layak (unlaw
atau improper). Misalnya melakukan tindakan medis tanpa indikasi yang memadai. Dapat
dibantah karena dokter sudah melakukan SC sesuai indikasi.
Misfeasance; melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan dengan
tidak tepat (improper performance). Misalnya melakukan tindakan medis yang menyalahi
prosedur. Dapat dibantah karena Majelis Kehormatan dan Etika Profesi Kedokteran (MKEK)
menyatakan tidak ditemukan adanya kesalahan atau kelalaian para terdakwa dalam melakukan
operasi pada pasien Sehingga dokter tidak dapat dituduh melakukan malpraktek.
Nonfeasance; tidak melakukan tindakan medis yang merupakan kewajiban baginya.
Dapat dibantah karena dokter melaksanakan SC darurat.

Anda mungkin juga menyukai