Anda di halaman 1dari 4

HERPES SIMPLEX

A. ETIOLOGI
Penyakit Herpes Simplex disebabkan oleh virus herpes simplex yang
merupakan virus DNA. Herpes Simplex Virus temasuk kedalam subfamili
alphaherpesvirinae dimana siklus pertumbuhannya pendekdan sitolitik, serta menginfeksi
neuron secara laten.
Siklus pertumbuhan dari HSV berlangsung dengan relative cepat, berkisar
antara 8-16 jam untuk menyelesaikan siklus pertumbuhannya. Genom HSV cukup besar (
150 kbp ) dan dapat mengkode setidaknya 70 polipeptida. Dimana fungsi dari banyaknya
protein dalam replikasi masih belum diketahui.

B. JENIS-JENIS VIRUS HERPES SIMPLEK


HSV tipe 1, menyebabkan demam seperti pilek dengan menimbulkan luka di bibir
semacam sariawan. HSV jenis ini ditularkan melalui ciuman mulut atau bertukar alat
makan seperti sendok – garpu (misalnya suap-suapan dengan teman). Virus tipe 1 ini juga
bisa menimbulkan luka di sekitar alat kelamin.
HSV tipe 2; dapat menyebabkan luka di daerah alat vital sehingga suka disebut
genital herpes, yang muncul luka-luka di seputar penis atau vagina. HSV 2 ini juga bisa
menginfeksi bayi yang baru lahir jika dia dilahirkan secara normal dari ibu penderita
herpes. HSV-2 ini umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini juga sesekali
muncul di mulut. Dalam kasus yang langka, HSV dapat menimbulkan infeksi

C. PATOGENESIS
Infeksi primer: HSV masuk melalui defek kecil pada kulit atau mukosa dan
bereplikasi lokal lalu menyebar melalui akson ke ganglia sensoris dan terus bereplikasi.
Dengan penyebaran sentrifugal oleh saraf-saraf lainnya menginfeksi daerah yang lebih
luas. Setelah infeksi primer HSV masuk dalam masa laten di ganglia sensoris (Sterry,
2006).
Infeksi rekuren: pengaktifan kembali HSV oleh berbagai macam rangsangan
(sinar UV, demam) sehingga menyebabkan gejala klinis (Sterry, 2006).

Menurut Habif (2004) infeksi HSV ada dua tahap: infeksi primer, virus
menyerang ganglion saraf; dan tahap kedua, dengan karakteristik kambuhnya penyakit di
tempat yang sama. Pada infeksi primer kebanyakan tanpa gejala dan hanya dapat
dideteksi dengan kenanikan titer antibody IgG. Seperti kebanyakan infeksi virus,
keparahan penyakit meningkat seiring bertambahnya usia. Virus dapat menyebar melalui
udara via droplets, kontak langsung dengan lesi, atau kontak dengan cairan yang
mengandung virus seperti ludah. Gejala yang timbul 3 sampai 7 hari atau lebih setelah
kontak yaitu: kulit yang lembek disertai nyeri, parestesia ringan, atau rasa terbakar akan
timbul sebelum terjadi lesi pada daerah yang terinfeksi. Nyeri lokal, pusing, rasa gatal,
dan demam adalah karakteristik gejala prodormal. Vesikel pada infeksi primer HSV lebih
banyak dan menyebar dibandingkan infeksi yang rekuren. Setiap vesikel tersebut
berukuran sama besar, berlawanan dengan vesikel pada herpes zoster yang beragam
ukurannya. Mukosa membran pada daerah yang lesi mengeluarkan eksudat yang dapat
mengakibatkan terjadinya krusta. Lesi tersebut akan bertahan selama 2 sampai 4 minggu
kecuali terjadi infeksi sekunder dan akan sembuh tanpa jaringan parut (Habif, 2004).

Virus akan bereplikasi di tempat infeksi primer lalu viron akan ditransportasikan
oleh saraf via retrograde axonal flow ke ganglia dorsal dan masuk masa laten di ganglion.
Trauma kulit lokal (misalnya: paparan sinar ultraviolet, abrasi) atau perubahan sistemik
(misalnya: menstruasi, kelelahan, demam) akan mengaktifasi kembali virus tersebut yang
akan berjalan turun melalui saraf perifer ke tempat yang telah terinfeksi sehingga terjadi
infeksi rekuren. Gejala berupa rasa gatal atau terbakar terjadi selama 2 sampai 24 jam dan
dalam 12 jam lesi tersebut berubah dari kulit yang eritem menjadi papula hingga
terbentuk vesikel berbentuk kubah yang kemudian akan ruptur menjadi erosi pada daerah
mulut dan vagina atau erosi yang ditutupi oleh krusta pada bibir dan kulit. Krusta tersebut
akan meluruh dalam waktu sekitar 8 hari lalu kulit tersebut akan reepitelisasi dan
berwarna merah muda (Habif, 2004).

Infeksi HSV dapat menyebar ke bagian kulit mana saja, misalnya: mengenai jari-
jari tangan (herpetic whitlow) terutama pada dokter gigi dan perawat yang melakukan
kontak kulit dengan penderita. Tenaga kesehatan yang sering terpapar dengan sekresi oral
merupakan orang yang paling sering terinfeksi (Habif, 2004). Bisa juga mengenai para
pegulat (herpes gladiatorum) maupun olahraga lain yang melakukan kontak tubuh
(misalnya rugby) yang dapat menyebar ke seluruh anggota tim (Sterry, 2006).
D. PROGNOSIS
Pengobatan dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa
penyakit berlangsung lebih singkat dan rekuren lebih jarang.Pada orang dengan gangguan
imunitas, infeksi dapat menyebar ke organ-organ dalam dan dapat berakibat fatal.
Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa
(Handoko, 2010).

Penderita HSV harus menghindari kontak dengan orang lain saat tahap akut
sampai lesi sembuh sempurna. Infeksi di daerah genital pada wanita hamil dapat
menyerang bayinya, dan wanita tersebut harus memberi tahu pada dokter kandungannya
jika mereka mempunyai gejala atau tanda infeksi HSV pada daerah genitalnya (Shaw,
2006).

E. KOMPLIKASI
Komplikasinya yaitu: pioderma, ekzema herpetikum, herpeticwhithlow, herpes
gladiatorum (pada pegulat yang menular melalui kontak), esophagitis, infeksi neonatus,
keratitis, dan ensefalitis (McPhee, 2007).

Menurut Hunter (2003) komplikasi herpes simpleks adalah herpes ensefalitis atau
meningitis tanpa ada kelainan kulit dahulu, vesikel yang menyebar luas ke seluruh tubuh,
ekzema herpeticum, jaringan parut, dan eritema multiforme.
Selain itu masih terdapat lagi komplikasi lainnya yaitu :
1. HSV-1
a. Gingivostomatitis herpetik akut
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas
lesi-lesi vesikuloulseratif yang luas dari selaput lendir mulut, demam, cepat marah dan
limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek(sekitar 3-5 hari) dan lesi-lesi menyembuh
dalam 2-3 minggu.
b. Keratojungtivitis
Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat mengakibatkan
kebutaan.

c. Herpes Labialis
Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan
mukokutan bibir. Vesikel pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan menyembuh
tanpa jaringan parut. Lesi-lesi dapat kambuh kembali secara berulang pada berbagai
interval waktu.

2. HSV-2
a. Herpes Genetalis
Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada penis pria atau
serviks, vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa sangat nyeri dan diikuti dengan
demam, malaise, disuria, dan limfadenopati inguinal. Infeksi herpes genetalis dapat
mengalami kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan bersifat asimtomatik. Bersifat
simtomatik ataupun asimtomatik, virus yang dikeluarkan dapat menularkan infeksi pada
pasangan seksual seseorang yang telah terinfeksi.

b. Herpes neonatal
Herpes neonatal merupakan infeksi HSV-2 pada bayi yang baru lahir. Virus HSV-
2 ini ditularkan ke bayi baru lahir pada waktu kelahiran melalui kontak dengan lesi- lesi
herpetik pada jalan lahir. Untuk menghindari infeksi, dilakukan persalinan melalui bedah
caesar terhadap wanita hamil dengan lesi-lesi herpes genetalis.Infeksi herpes neonatal
hampir selalu simtomatik.

Anda mungkin juga menyukai