Pada suatu hari yang mendung, nyamuk Demam Berdarah berkeliaran, wabah diare dimana-mana,
virus corona belum usai juga. Terdapat 2 orang wanita berbincang-bincang di atas kasur yang
lembab dan berjamur.
Penderita : (uhuk.. uhuk...) “Beb aku batuk udah 2 bulan belum sembuh-sembuh
Teman : “udah minum obat? Kalo belum sembuh juga coba minum air jeruk nipis campur
kecap”.
Penderita :”udah beb aku udah minum segala macem obat, udah ke pantai pagi2 tapi belum
sembuh juga”.
Keesokan harinya Penderita melakukan Tes TB di puskesmas sesuai saran dari ibunya.
Penderita : “Sus jadi gini saya sudah batuk kurang lebih sudah 2 bulanan ini. Saya juga sudah
minum obat batuk dan beberapa obat tradisional tetapi tidak sembuh juga. Saya takut kalo saya
menderita TB paru.
Perawat puskesmas : “mba ini sebaiknya dilakukan tes dahak terlebih dahulu ya, nanti hasilnya
bisa keluar kira-kira 3 minggu lagi.
Keesokan harinya...
Penderita : “jadi gini bu saya batuk-batuk kurang lebih sudah 2 bulan. Kemarin saya sudah
melakukan tes TB paru dan hasilnya negatif, lalu dari perawat puskesmasnya menyarankan saya
untuk bertemu dengan ibu “
Konselor 1 : “sebelumnya mba sudah tau ini ruangan apa ? jadi ini ruangan khusus yang biasa
digunakan untuk konsultasi para penderita yang di curigai HIV. Sebelumnya saya mau tanya
kegiatan sehari-hari mba apa ya ?”
Konselor 1 : “ jadi ini saya jelaskan ya mba, mba dicurigai mengidap HIV ada beberapa faktor
yang menjadi penyebab tertularnya infeksi HIV yaitu bergonta ganti pasangan atau berhubungan
dengan yang sudah terinfeksi HIV, menggunakan jarum suntik, tatto, tindik bergantian, kira-kira
dari faktor yang sudah saya sebutkan tadi adakah yang mbak lakukan ?”
Penderita :” dari semua faktor yang sudah disebutkan tadi tidak ada yang saya lakukan”
Konselor 1 : “ tidak apa mba, tidak perlu ada yang disembunyikan, saya disini sudah disumpah
untuk menjaga privasi mba nya”
Penderita : “ hmmmm gimana yaaaa, jadi gini bu sebenarnya saya pernah main dengan seseorang
tapi saya tidak tau orang tersebut terkena HIV atau tidak.”
Konselor 1 : “Baiklah, kalau saran saya lebih baik mba melakukan tes VCT terlebih dahulu untuk
mendeteksi apakah mba terkena HIV atau tidak. Namun, apakah mba sudah siap apapun itu
hasilnya?”
Penderita : “Maaf Bu sebelumnya, tes VCT itu lama atau tidak ya Bu? Kalau tidak lama, apakah
saya bisa langsung tes?”
Konselor 1 : “Untuk tes VCT itu tidak memerlukan waktu yang lama mba. Saran saya, karena mba
juga sudah sampai di sini lebih baik langsung melakukan test VCT sekalian.”
Penderita : “Permisi Bu, saya ingin melakukan test VCT atas saran dari konselor Ibu Raka.”
Penderita : “jadi gini bu saya batuk-batuk kurang lebih sudah 2 bulan. Kemarin saya sudah
melakukan tes TB paru dan hasilnya negatif, lalu dari perawat puskesmasnya menyarankan saya
untuk melakukan tes VCT itu gimana prosedurnya ya bu?”
Petugas VCT : “Baik mbak, sebelumnya saya jelaskan. Tes VCT digunakan untuk mengetahui
apakah mbak menderita HIV atau tidak. Jadi nanti akan dilakukan pemeriksaan laborat dengan
cara pengambilan darah. Kemudian dari hasil laboratorium tersebut bisa diketahui apakah mbak
mengidap HIV atau tidak.”
Penderita : “lalu saya bisa tau hasilnya berapa lama setelah tes dilakukan bu ?”
Petugas VCT : ”untuk hasilnya bisa langsung diketahui hari ini mbak, jadi ditunggu saja.”
Konselor 2: “mbak sudah siap untuk apapun hasilnya ? menerima semua dengan lapang dada?”
Penderita : “ kok positif semua bu, ini artinya apa bu? Saya menderita HIV?”
Konselor 2: “jadi begini mbak, berdasarkan hasil laborat mbak positif HIV.”
Konselor 2: “iya mbak, berdasarkan hasil laboratorium mba positif menderita HIV. Saya harap
mba bisa menerima keadaan mba sekarang.