Anda di halaman 1dari 80

i

KATA PENGANTAR

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang


diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan
pada data dan informasi yang sudah dipublikasikan oleh Kementerian/Lembaga, instansi
internasional, asosiasi, maupun hasil dari diskusi terbatas perkembangan ekonomi yang
dilakukan bersama dengan beberapa Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi
ekonomi.

Publikasi triwulan I tahun 2019 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai
perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan I tahun 2019. Dari sisi
perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan
negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian
nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I tahun 2019
dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, investasi dan kerja sama internasional,
industri dalam negeri, serta perekonomian daerah.

Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak
perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari
pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan publikasi
ini dapat tercapai.

Jakarta, Mei 2019

Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS


Ringkasan Eksekutif
Sebagian besar negara mengalami perlambatan ekonomi efek perang dagang. Hanya
Amerika Serikat yang pertumbuhannya tetap meningkat. Pada triwulan I tahun 2019,
perekonomian Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih cepat sebesar 3,2 persen (YoY).
Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi masyarakat yang tumbuh mencapai 2,7 persen
(YoY), khususnya konsumsi barang (2,9 persen, YoY).iImpor tumbuh lebih lambat (1,6
persen, YoY).

Perekonomian Tiongkok tumbuh stabil pada triwulan I tahun 2019 sebesar 6,4 persen
(YoY). Penyelesaian perang dagang yang belum mencapai kesepakatan, menahan
pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Namun kondisi tersebut diimbangi dengan stimulus
moneter yang diberlakukan sehingga perekonomian dapat tetap tumbuh. Perlambatan
ekonomi juga terjadi di kawasan Eropa. Negara-negara di kawasan tersebut seperti
Spanyol dan Perancis mengalami perlambatan pertumbuhan masing-masing sebesar 1,1
dan 2,4 persen.

Akibat perekonomian global yang masih belum stabil, sebagian besar negara berhati-hati
dengan menahan tingkat suku bunganya. Di sisi lain, harga komoditas internasional
bergerak turun selama triwulan I tahun 2019. Meski begitu, harga minyak mentah justru
mengalami peningkatan. Hal ini merupakan keberhasilan bagi negara-negara yang
tergabung dalam OPEC+ yang sepakat menurunkan produksinya untuk kembali
menaikkan harga minyak.

Ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2019 itumbuh sebesar 5,07 persen (YoY),
sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2018. Pertumbuhan tersebut
merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir, menunjukkan adanya penguatan
ekonomi domestik. Secara kewilayahan, hampir semua kawasan mengalami
pertumbuhan positif, kecuali kawasan Maluku dan Papua. Perkembangan perekonomian
domestik banyak dipengaruhi oleh kondisi geopolitik global, harga komoditas
internasional, agenda nasional, yakni Pemilihan Umum, serta perubahan musim panen.

Perkembangan sektor fiskal, digambarkan dengan realisasi penerimaan perpajakan,


dimana hingga akhir triwulan I tahun 2019 mencapai Rp350,1 triliun, meningkat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meski demikian, realisasi terhadap
target APBN relatif menurun. Pendapatan Negara dan Hibah turun dibandingkan tahun
sebelumnya, disebabkan oleh turunnya harga komoditas. Di sisi lain, realisai Belanja
Negara turun dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Kondisi ini disebabkan oleh
menurunnya Belanja Pemerintah Pusat (BPP) dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
(TKDD).

Sementara itu, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga
BI7DRR pada level 6,00 persen. Langkah tersebut merupakan upaya untuk
mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik yang diharapkan menjaga stabilisasi

i
nilai tukar Rupiah. Sepanjang triwulan I tahun 2019, nilai tukar Rupiah cenderung
menguat didukung oleh kinerja ekonomi domestik yang membaik. Di sisi lain, normalisasi
kebijakan Amerika Serikat mendorong masuknya portofolio ke negara-negara
berkembang. Inflasi dalam negeri berada dalam rentang ±3,5 persen, dan mencapai
tingkat terendah dalam sepuluh tahun terakhir yang didorong oleh turunnya harga
komoditas dan pangan.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I tahun 2019 surplus sebesar USD2,4
miliar, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai USD5,4
miliar. Kinerja tersebut lebih baik dari triwulan I tahun 2018 yang defisit. Surplus yang
terjadi didorong oleh turunnya defisit neraca transaksi berjalan serta tingginya surplus
transaksi modal dan finansal. Sementara itu, neraca perdagangan membaik , ditopang
oleh neraca perdagangan nonmigas yang meningkat serta defisit migas yang menurun.
Penerapan kebijakan terkait kerjasama energi berhasil membawa dampak positif pada
defisit neraca migas.

Perekonomian global kedepannya, diprediksi masih akan tumbuh melambat. Hal ini
ditandai dengan penurunan target pertumbuhan ekonomi oleh beberapa negara besar.
Perlambatan ini masih dibayangi oleh isu perang dagang yang masih belum menemukan
titik temu. Sementara perekonomian Indonesia diprediksi masih tumbuh positif dan stabil
pada 5,2 persen. Pertumbuhan didorong oleh konsumsi rumah tangga seiring stabilnya
tingkat inflasi dan meningkatnya bantuan sosial. Konsumsi LNPRT akan tumbuh
melambat pada sisa triwulan 2019 terkait dengan pelaksanaan pemilu nasional. Selain
itu, investasi juga akan melambat, pengaruh tahun politik. Ekspor dan impor juga
diprediksi melambat terkait lemahnya kondisi perekonomian global. Di sisi lain, sektor
Pertanian pada triwulan II tahun 2019 diprediksi meningkat seiring dengan pergeseran
masa panen.

Meski diperkirakan menguat, perekonomian domestik dibayangi beberapa risiko negatif


yang dapat membuat realisasi pertumbuhan ekonomi meleset. Beberapa risiko utamanya
adalah eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, harga komoditas
internasional yang menurun, realisasi pendapatan negara yang lebih rendah dari target,
ketidakpastian pasca pemilu nasional, dan kinerja sektor migas yang belum pulih.

ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................. .iii

Daftar Tabel ............................................................................................................... .iv

Daftar Gambar ........................................................................................................... .vi

Policy Brief: Analisis Defisit Ocean Freight di Indonesia ............................................. ..1

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN GLOBAL .............................................................. ..5

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA ......................................................... 13


1.Perkembangan Sektor Riil............................................................................................. 13
Perkembangan Ekonomi Nasional ............................................................................. 13
Perkembangan Ekonomi Regional ............................................................................. 16
Investasi ..................................................................................................................... 19
Sektor Industri ............................................................................................................ 25
2.Sektor Fiskal .................................................................................................................. 31
3.Moneter dan Jasa Keuangan ........................................................................................ 35
Perkembangan Moneter ............................................................................................ 35
Sektor Jasa Keuangan ................................................................................................. 39
4.Eksternal ....................................................................................................................... 47
Neraca Pembayaran ................................................................................................... 47
Perdagangan .............................................................................................................. 50
Kerjasama Ekonomi Internasional .............................................................................. 53

PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI ........................................................................ 59


Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Global ........................................................................ 59
Perkiraan Perekonomian Indonesia ................................................................................. 60

iii
Daftar Tabel
Tabel 1. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara ................................................................9
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menurut Jenis Pengeluaran (persen, YoY) .....14
Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi di Maluku dan Papua ......................................................17
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi ......................................................................17
Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi di Jawa ............................................................................18
Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera .....................................................................18
Tabel 7. Pertumbuhan Ekonomi di Bali dan Nusa Tenggara ...............................................19
Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi di Kalimantan ..................................................................19
Tabel 9. Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto ...............................................19
Tabel 10. Realisasi PMA dan PMDN Berdasarkan Kategori Utama Sektor Ekonomi ..........20
Tabel 11. Lima Sektor dengan Realisasi PMA Terbesar ......................................................20
Tabel 12. Lima Sektor dengan Realisasi PMDN Terbesar ...................................................21
Tabel 13. Realisasi dan Target Realisasi PMA dan PMDN dalam Triliun Rupiah .................21
Tabel 14. Proporsi PMA dan PMDN terhadap Realisasi Investasi (dalam Persen) .............21
Tabel 15. Realisasi PMA Berdasarkan Negara Asal Investasi ..............................................22
Tabel 16. Realisasi PMA Berdasarkan Lokasi (dalam triliun Rupiah) .................................22
Tabel 17. Realisasi PMDN Berdasarkan Lokasi (dalam triliun Rupiah) ...............................23
Tabel 18. Lima Provinsi dengan Realisasi PMA dan PMDN Terbesar .................................23
Tabel 19. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ..................28
Tabel 20. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (triliun Rupiah) ..........................34
Tabel 21. Perkembangan Komponen Pembiayaan (triliun Rp) ...........................................34
Tabel 22. Suku Bunga Operasi Moneter BI 7 Day Reverse Repo Rate Triwulan I
Tahun 2019 (persen) ..........................................................................................35
Tabel 23. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan I Tahun 2019 .................................................37
Tabel 24. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen ..............................................38
Tabel 25. Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM), Januari–Maret 2019 ...............................38
Tabel 26. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional di Indonesia
Tahun 2018-2019 (miliar Rupiah) .....................................................................41
Tabel 27. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah 2018 –2019 (miliar Rupiah) ...45
Tabel 28. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Tahun 2018-2019 (miliar Rupiah) .........45
Tabel 29. Pertumbuhan Aset IKNB Syariah 2018–2019 (miliar Rupiah) ............................47
Tabel 30. Neraca Perdagangan dan Tingkat Pertumbuhan Ekspor Impor ..........................50
Tabel 31. Nilai dan Tingkat Pertumbuhan Ekspor...............................................................51
Tabel 32. Perkembangan Nilai Ekspor Nonmigas Berdasarkan 10 Negara Tujuan
Ekspor Utama ....................................................................................................51
Tabel 33. Nilai dan Tingkat Pertumbuhan Impor ................................................................52
Tabel 34. Perkembangan Niai Impor Nonmigas Berdasarkan 10 Negara Asal
Impor Utama ......................................................................................................53
Tabel 35. Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia ............................................54
Tabel 36. Nilai Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Preferensi .....................55
Tabel 37. Nilai Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Nonpreferensi ..............55
Tabel 38. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA ................................56
Tabel 39. Proyeksi Pertumbuhan Menurut Kawasan .........................................................59

iv
Tabel 40. Konsensus Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ......................................60
Tabel 41. PDB Berdasarkan Pengeluaran............................................................................61
Tabel 42. PDB Berdasarkan Pengeluaran............................................................................61

v
Daftar Gambar
Gambar 1. Perbandingan Rasio Volume Muatan terhadap Jumlah Kapal
Tahun 1990-2018 (DWT/unit) ............................................................................... 1
Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I Tahun 2019 di Beberapa Negara ................... 8
Gambar 3. Perkembangan Harga Minyak Mentah ............................................................... 10
Gambar 4. Perkembangan Harga Gas Alam ......................................................................... 10
Gambar 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ...................................................................... 13
Gambar 6. Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga dan Investasi terhadap PDB .............. 15
Gambar 7. Indeks Tendensi Bisnis Tahun 2018-2019 ........................................................... 16
Gambar 8. Pertumbuhan dan Kontribusi Ekonomi Spasial ................................................... 16
Gambar 9. Pertumbuhan Industri Pengolahan Nonmigas .................................................... 25
Gambar 10. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan I-2019 ..... 25
Gambar 11. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan I-2019 ....... 26
Gambar 12. Ekspor Produk Industri ...................................................................................... 26
Gambar 13. Investasi Domestik (PMDN) Sektor Industri...................................................... 27
Gambar 14. Investasi Asing (PMA) Sektor Industri ............................................................... 27
Gambar 15. Perkembangan Produksi Mobil ......................................................................... 28
Gambar 16. Perkembangan Penjualan Mobil ....................................................................... 29
Gambar 17. Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Semen ........................................... 29
Gambar 18. Purchasing Manager Index (PMI) Sektor Manufaktur ...................................... 30
Gambar 19. Nilai Ekspor Jasa Perjalanan .............................................................................. 30
Gambar 20. Jumlah Wisatawan Mancanegara ..................................................................... 31
Gambar 21. Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan (triliun Rupiah) .......................... 32
Gambar 22. Perkembangan Komponen Belanja Negara ...................................................... 32
Gambar 23. Perkembangan Realisasi Defisit APBN .............................................................. 34
Gambar 24. Perkembangan Utang Pemerintah Pusat .......................................................... 35
Gambar 25. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah .................................................................... 36
Gambar 26. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5, Maret 2012 – Maret 2019
(2010=100) ........................................................................................................ 36
Gambar 27. Perkembangan Uang Beredar Triwulan I Tahun 2019 ...................................... 37
Gambar 28. Perkembangan Indeks Harga Pangan Strategis Nasional
Januari– Maret 2019, (2019=100) ................................................................... 39
Gambar 29. Kinerja Perbankan Konvensional ...................................................................... 39
Gambar 30. Pertumbuhan DPK Bank Konvensional ............................................................. 40
Gambar 31. Pertumbuhan Kredit Bank Konvensional .......................................................... 40
Gambar 32. Capaian Penyaluran KUR................................................................................... 42
Gambar 33. Pertumbuhan Total Aset Industri Asuransi 2018-2019 ..................................... 42
Gambar 34. Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun
2018-2019 ......................................................................................................... 42
Gambar 35. Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham 2018-2019 ................ 43
Gambar 36. Perkembangan Obligasi Korporasi 2018-2019 .................................................. 43
Gambar 37. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah 2018-2019 ..................................... 44
Gambar 38. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Perbankan Syariah
2018 – 2019 ...................................................................................................... 44

vi
Gambar 39. Perkembangan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ISSI dan JII 2018-2019
(dalam juta Rupiah) ........................................................................................... 46
Gambar 40. Perkembangan Outstanding Sukuk Korporasi 2018-2019 (triliun Rupiah) ....... 46
Gambar 41. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (miliar USD) ............................ 48
Gambar 42. Neraca Jasa Perjalanan dan Transportasi ......................................................... 49
Gambar 43. Neraca Pendapatan Primer dan Sekunder ........................................................ 49
Gambar 44. Neraca Transaksi Finansial Indonesia ............................................................... 50

vii
i
ii
Policy Brief: Analisis Defisit Ocean Freight di Indonesia
Latar Belakang

Defisit Ocean Freight diidentifikasi Indonesia, karena faktor kapasitas


menjadi salah satu penyebab terjadinya muatan. Wilmsmeier dan Zarzoso (2009)
defisit transaksi berjalan di Indonesia, menyatakan, semakin tinggi kapasitas
khususnya pada komponen neraca jasa. muatan suatu kapal akan mendorong
Temuan Skha Consulting pada tahun tingkat efisiensi jauh lebih tinggi.
2018 menunjukkan defisit ocean freight
Data United Nations Conference on
mencapai USD5,5 miliar atau sekitar 70
Trade and Development (UNCTaD) kurun
persen dari total defisit neraca jasa
waktu 1990-2018, rasio volume muatan
secara keseluruhan.
kapal asing jauh lebih tinggi
Studi Ridwan dkk (2016) mengungkapkan dibandingkan jumlah kapal yang
penyebab tingginya defisit ocean freight berbendera Indonesia. Rata-rata kapal
bersumber dari dominasi penggunaan asing dapat mengangkut muatan 15.000
kapal asing dalam aktivitas perdagangan Dead Weight Ton (DWT), lebih tinggi
luar negeri. Hal yang mendorong dibandingkan rata-rata kapal Indonesia
tingginya penggunaan kapal asing di yang hanya 5.000 DWT.

Gambar 1. Perbandingan Rasio Volume Muatan terhadap Jumlah Kapal Tahun 1990-2018 (DWT/unit)
30.000

25.000

20.000

15.000

10.000

5.000

Berbendera Asing Berbendera Indonesia

Sumber: United Nations Conference on Trade and Development

Hasil Focus Group Discussion (FGD) dan Rekomendasi Kebijakan

Berdasarkan Focus Group Discussion diantaranya insentif pembiayaan.


(FGD), rendahnya muatan kapal Minimnya dukungan dari sisi
Indonesia disebabkan beberapa hal pembiayaan terhadap industri

1
perkapalan tercermin suku bunga yang skema Cost Insurance Freight (CIF).
diberlakukan. Data Otoritas Jasa Skema ini dinilai merugikan industri
Keuangan (OJK) per Januari 2019, rata- pengangkutan domestik, sebab
rata suku bunga di sektor transportasi Indonesia tidak memiliki daya tawar
sebesar 10,2 persen atau lebih tinggi dalam memilih kapal untuk pengiriman
dibandingkan negara tetangga seperti barang.
Singapura yang hanya 5 persen.
Pada skema FoB, eksportir Indonesia
Dampak tingginya suku bunga hanya bertanggung jawab terhadap
menyebabkan Non Performing Loan barang yang diekspor hingga pelabuhan.
(NPL) di industri perkapalan lebih tinggi Sementara aktivitas pengangkutan
dari rata-rata nasional. Pada tahun 2018, dibebankan sepenuhnya kepada importir
rata-rata NPL industri perkapalan barang dari luar negeri. Artinya dalam
mencapai 4,09 persen lebih tinggi dari pemilihan kapal untuk mengirim barang
nasional sebesar 2,37 persen. tersebut keluar negeri ditentukan oleh
importir. Hal tersebut menyebabkan
Selain faktor minimnya insentif
peluang pemakaian kapal domestik
pembiayaan, prospek bisnis
menjadi minim.
pengangkutan oleh kapal domestik juga
menjadi perhatian lainnya. Pemerintah Sementara pada skema CIF, importir
melalui Kementerian Perdagangan telah Indonesia tidak bertanggung jawab
menerbitkan regulasi berupa Peraturan terhadap pengiriman barang dari luar
Menteri Perdagangan (Permendag) No. negeri ke Indonesia. Aktivitas dari mulai
80 tahun 2018 mengenai kewajiban pengiriman barang hingga pelabuhan
eksportir dan importir nasional untuk sepenuhnya menjadi tanggung jawab
menggunakan kapal domestik. eksportir luar negeri. Seperti pada halnya
skema FoB, skema ini juga kurang
Aturan ini menjadi keuntungan bagi para
menguntungkan bagi industri
pengusaha jasa angkutan nasional,
pengangkutan domestik sebab eksportir
sehingga permintaan jasa kapal domestik
luar negeri akan cenderung memilih
dapat meningkat. Namun, belum adanya
kapal asing sebagai transportasi
petunjuk teknis mengenai implementasi
pengangkutan.
aturan ini menimbulkan pertanyaan di
kalangan pengusaha, sehingga memicu Berdasarkan beberapa temuan di atas,
ketidakpastian. Jika aturan tersebut maka ada beberapa rekomendasi
memiliki kejelasan dari sisi teknis, maka kebijakan awal yang dapat diterapkan.
pengusaha dapat memperkirakan jumlah Pertama, penerapan subsidi bunga. Dihn,
kapal yang dibutuhkan, termasuk dkk (2013) menyatakan, skema subsidi
mengajukan pembiayaan untuk membeli bunga efektif untuk mengurangi beban
kapal dengan kapasitas besar. pelaku usaha dalam mengajukan
pembiayaan ke sektor perbankan. Jika
Hal lain yang menjadi perhatian adalah
pemerintah mampu menyediakan skema
skema perdagangan luar negeri (Term of
kebijakan pembiayaan berbunga rendah
Trade). Saat ini aktivitas ekspor
seperti hanya Kredit Usaha Rakyat (KUR),
Indonesia menggunakan skema Free on
Board (FoB) dan Impor menggunakan

2
maka bisa jadi insentif bagi pelaku usaha Adanya peralihan ini akan memberi
jasa pengangkutan di Indonesia. peluang lebih besar bagi penggunaan
jasa angkutan kapal domestik karena
Kedua, penyusunan petunjuk teknis
posisi daya tawar Indonesia akan jauh
Permendag No 80 tahun 2018 secara
lebih besar.
menyeluruh dan sesegera mungkin. Hal
ini penting agar para pelaku usaha Beberapa rekomendasi kebijakan ini
memahami secara menyeluruh sehingga masih bersifat sementara, dan masih
tidak terjadi mis-komunikasi dalam memerlukan kajian lebih mendalam.
implementasi aturan tersebut Namun sebagai tahap awal, beberapa
kedepannya. rekomendasi ini dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan dominasi
Ketiga, peralihan skema perdagangan.
kapal asing dalam aktivitas perdagangan
Skema aktivitas ekspor diusulkan beralih
luar negeri Indonesia.
dari FoB menjadi CIF dan skema aktivitas
impor beralih dari CIF menjadi FoB.

3
4
5
6
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN GLOBAL
Pertumbuhan ekonomi dunia sepanjang tidak berubah dibandingkan
triwulan I tahun 2019 masih melambat. pertumbuhan ekonomi triwulan IV tahun
2018. Inflasi Tiongkok pada triwulan I
Pada triwulan I tahun 2019, perlambatan tahun 2019 sebesar 2,3 persen, lebih
pertumbuhan ekonomi terjadi di tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebagian besar negara. Hanya Amerika sebelumnya maupun triwulan I tahun
Serikat yang mampu tumbuh lebih cepat 2018 yang sebesar 2,1 persen. Perang
dari triwulan I tahun 2018. Sementara dagang yang belum mencapai
pertumbuhan Tiongkok tidak berbeda kesepakatan hingga akhir Maret 2019
dari triwulan sebelumnya namun membuat pelaku ekonomi di Tiongkok
melambat dibanding periode yang sama lebih berhati-hati. Stimulus kebijakan
pada tahun sebelumnya. moneter yang diterapkan oleh bank
Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh sentral Tiongkok membantu
3,2 persen (YoY) pada triwulan I tahun pertumbuhan ekonomi Tiongkok tetap
2019, lebih tinggi dari pertumbuhan stabil.
pada triwulan I tahun 2018. Cadangan devisa Tiongkok meningkat
Pertumbuhan tersebut melampaui pada triwulan I tahun 2019. Sepanjang
ekspektasi pasar yang memprediksi periode tersebut, cadangan devisa
pertumbuhan ekonomi triwulan I berada Tiongkok naik 0,85 persen dari triwulan
pada kisaran 2,2-2,4 persen. Pendorong sebelumnya, ditopang oleh penguatan
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat Yuan dan kebijakan proteksi impor.
adalah meningkatnya konsumsi Cadangan devisa triwulan ini sebesar
masyarakat sebesar 2,7 persen (YoY), USD3.098 miliar masih lebih kecil dari
khususnya konsumsi barang (2,9 persen, cadangan devisa pada triwulan I tahun
YoY). Impor tumbuh melambat sebesar 2018 yang mencapai USD3.142 miliar
1,6 persen (YoY) sedangkan atau turun sebesar 1,4 persen.
pertumbuhan ekspor stabil sebesar 2,3
persen (YoY). Pertumbuhan impor Pertumbuhan negara-negara di Kawasan
Amerika Serikat melambat dampak Eropa pada triwulan I tahun 2019 secara
perang dagang yang terjadi dengan umum tumbuh lebih lambat
Tiongkok dan lesunya perekonomian dibandingkan dengan triwulan I tahun
domestik. 2018. Pertumbuhan ekonomi Italia
menurun dari sebelumnya 1,37 persen
Inflasi di Amerika Serikat meningkat 0,8 (YoY) pada triwulan I tahun 2018,
persen pada triwulan I tahun 2019. menjadi 0,05 persen (YoY) pada triwulan
Harga makanan naik 3,0 persen I tahun 2019. Kinerja tersebut lebih baik
sementara harga energi turun sebesar dari triwulan sebelumnya yang
16,7 persen. terkontraksi sebesar -0,01 persen.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok Pertumbuhan ekonomi Perancis dan
bergerak stabil pada triwulan I tahun Spanyol juga mengalami perlambatan
2019 sebesar 6,4 persen (YoY). Angka ini masing-masing sebesar 1,12 dan 2,43

7
persen. Tingkat inflasi di Kawasan Eropa menjadi 6,4 persen. Kondisi tersebut
cenderung stabil sebesar 1,6 persen, merupakan yang terendah sejak tahun
tidak berubah dibandingkan triwulan 2000. Negara Uni Eropa dengan tingkat
sebelumnya. pengangguran tertinggi adalah Yunani
sebesar 18,5 persen.
Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I
Tahun 2019 di Beberapa Negara Tingkat pengangguran di Singapura pada
8 triwulan I tahun 2019 meningkat menjadi
7 3,2 persen setelah pada periode
6 sebelumnya sebesar 3,1 persen. Pelaku
bisnis di Singapura berusaha untuk
5
mempertahankan laba di tengah lesunya
4
perekonomian dengan melakukan
3
pengurangan pekerja terutama di sektor
2 manufaktur.
1
Sebagian besar negara menahan
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 kenaikan suku bunga kebijakan.
-1
2017 2018 2019 Bank Sentral Tiongkok, The People Bank
Tiongkok Amerika Serikat of China (PBoC), menahan tingkat suku
Korea Italia bunga bank sentral sepanjang triwulan I
Perancis tahun 2019 pada level 2,25 persen.
Sumber: CEIC Keputusan ini diambil sebagai upaya
Tingkat pengangguran menurun untuk menjaga pertumbuhan ekonomi
sepanjang awal tahun 2019. dalam negeri. PBoC menilai pemotongan
suku bunga merupakan langkah terakhir
Tingkat pengangguran di AS mengalami yang akan diambil untuk mendorong
penurunan sepanjang triwulan I tahun aktivitas perekonomiannya.
2019. Meskipun tingkat PHK pada
triwulan ini meningkat hingga 10,3 The Fed menahan suku bunga sepanjang
persen, namun tingkat pengangguran triwulan I tahun 2019. Hal ini dilakukan
masih tetap terjaga. Pada Maret 2019, atas pertimbangan laju inflasi yang tetap
tingkat pengangguran sebesar 3,8 persen rendah sebesar 1,9 persen dan
lebih rendah dibandingkan periode yang pengangguran yang menurun, sehingga
sama pada tahun sebelumnya yang belum dirasa perlu untuk menaikkan
mencapai 4,0 persen. tingkat suku bunga acuannya. Langkah
tersebut juga merupakan bentuk
Hal yang sama juga terjadi di kawasan antisipasi dari ketidakpastian
Eropa. Tingkat pengangguran di Eropa perekonomian.
menurun selama triwulan I tahun 2019.
Pada Januari dan Februari, tingkat Kebijakan The Fed mempengaruhi
pengangguran sebesar 6,5 persen, lebih keputusan Bank Indonesia untuk
rendah dari bulan sebelumnya yang mempertahankan suku bunga pada level
sebesar 6,6 persen. Pada bulan Maret, 6,00 persen sepanjang triwulan I tahun
tingkat pengangguran kembali turun 2019. Langkah tersebut diambil sejalan

8
dengan upaya Bank Indonesia melemah dibanding awal tahun 2019
memperkuat ketahanan eksternal yang sebesar JPY109,74 per USD.
terutama untuk menurunkan defisit
Nilai tukar Yuan bergerak menguat
neraca transaksi berjalan ke batas yang
terhadap Dolar AS pada triwulan I tahun
aman serta mempertahankan daya tarik
2019. Pada Februari 2019, Yuan menguat
aset keuangan domestik.
tertinggi selama triwulan I tahun 2019
Tabel 1. Suku Bunga Kebijakan Beberapa hingga level CNY6,6 per USD. Hingga
Negara akhir Maret, nilai tukar Yuan ditutup
Jan Feb Mar pada level CNY6,7 per USD.
ASEAN
Harga sebagian besar komoditas
Indonesia 6,00 6,00 6,00 internasional cenderung bergerak
Thailand 1,75 1,75 1,75 turun.
Filipina 4,75 4,75 4,75
Harga beberapa komoditas pertanian
Malaysia 3,25 3,25 3,25
pada triwulan I tahun 2019 naik, seperti
Vietnam 6,25 6,25 6,25
kakao (2,1 persen, YoY), jagung (2,3
Negara Maju persen, YoY), dan gandum (4,3 persen,
Kawasan YoY). Sementara itu, harga kedelai turun
0,00 0,00 0,00
Eropa
Amerika sebesar -10 persen (YoY).
2,25-2,5 2,25-2,5 2,25-2,5
Serikat
Inggris 0,75 0,75 0,75
Harga batubara sepanjang periode
Januari-Maret 2019 turun USD5,4
Jepang -0,1 -0,1 -0,1
menjadi USD93,1/MT pada akhir Maret
Sumber: CEIC
2019. Turunnya harga batubara didorong
Sepanjang triwulan I tahun 2019 nilai oleh lesunya permintaan akibat
tukar Rupiah bergerak fluktuatif. Kondisi perlambatan ekonomi global dan
pasar keuangan yang masih menghadapi pemberlakuan proteksi impor yang
ketidakpastian pasar global, membuat dilakukan oleh Tiongkok. Selain itu harga
pergerakan Rupiah sensitif. Pada awal minyak sawit sepanjang triwulan I tahun
tahun 2019, nilai tukar Rupiah berada 2019 juga bergerak turun. Rata-rata
pada level Rp14.458 per USD. harga minyak kelapa sawit sebesar
Dibandingkan dengan awal tahun, USD586,9 per MT, turun dibandingkan
Rupiah menguat pada akhir Maret ke periode yang sama tahun 2018 (USD850
level Rp14.243 per USD. Penguatan per MT).
tertinggi terjadi pada minggu pertama
Harga komoditas logam dan mineral,
bulan Februari yang menempatkan
mayoritas melemah sepanjang triwulan I
Rupiah pada level Rp13.920 per USD.
tahun 2019. Semua komoditas
Nilai tukar Yen sepanjang triwulan I mengalami perlambatan dipengaruhi
tahun 2019 cenderung melemah. dampak perang dagang antara AS dan
Pelemahan tertinggi terjadi pada awal Tiongkok. Harga komoditas emas juga
Maret yang mencapai JPY111,9 per USD. turun sebesar -1,86 persen dibandingkan
Pada akhir triwulan I tahun 2019, Yen triwulan I tahun 2018. Komoditas seng
ditutup pada level JPY110,86 per USD, turun hingga -20,7 persen. Selain itu

9
harga logam dan aluminium juga anjlok Gambar 4. Perkembangan Harga Gas Alam
masing-masing sebesar -19,2 dan 13,5 10
persen. 8
6
Harga minyak mentah menunjukkan
4
tren meningkat sepanjang triwulan I
2
tahun 2019.
0
Hingga Maret 2019 harga rata-rata sudah Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

kembali ke level USD63,79 per barel. 2017 2018 2019


Peningkatan ini disebabkan oleh Gas Alam (Europe) Gas Alam (US)
pemangkasan produksi oleh negara-
negara peserta OPEC+ serta pengenaan Sumber: World Bank
sanksi Amerika Serikat kepada Venezuela
Sementara itu, harga gas alam
sebagai salah satu produsen utama
mengalami tren menurun sepanjang
minyak dunia. Berkurangnya suplai
triwulan I tahun 2019 dengan harga rata-
minyak mentah global pada akhirnya
rata USD2,9 per mmbtu (gas alam
berhasil meningkatkan harga minyak
Eropa). Harga gas alam yang berasal dari
mentah dunia. Selain itu, kondisi
Eropa dan Amerika Serikat lebih rendah
tersebut ikut meningkatkan harga
dari triwulan sebelumnya maupun
minyak mentah Indonesia (ICP) hingga
triwulan I tahun 2018. Turunnya harga
USD60,49 per barrel. Namun, harga
gas alam disebabkan oleh oversupply dan
minyak mentah secara rata-rata pada
menurunnya permintaan setelah musim
triwulan I tahun 2019 masih lebih rendah
dingin berakhir.
dibandingkan triwulan I tahun 2018
maupun triwulan sebelumnya.

Gambar 3. Perkembangan Harga Minyak


Mentah
80

60

40

20

0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2017 2018 2019

Crude Oil; Brent Crude Oil; Dubai


Crude Oil; WTI

Sumber: World Bank

10
11
12
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA
1. Perkembangan Sektor Riil

Perkembangan Ekonomi Nasional

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tumbuh sebesar 10,36 persen, 9,99


triwulan I tahun 2019 meningkat. persen, dan 9,03 persen.

Target pertumbuhan ekonomi tahun Industri pengolahan tumbuh melambat.


2019 yang ditetapkan sebesar 5,3 persen
Industri Pengolahan merupakan sektor
dirasa sulit untuk dicapai melihat
sumber pertumbuhan tertinggi pada
pertumbuhan pada triwulan pertama.
triwulan ini dengan sumbangan terhadap
Perekonomian Indonesia tumbuh
pertumbuhan mencapai 0,83 persen.
sebesar 5,07 persen (YoY), meningkat
Pertumbuhan industri pengolahan
tipis dibandingkan periode yang sama
sebesar 3,86 persen, lebih rendah
tahun 2018. Namun, pertumbuhan
dibandingkan triwulan I tahun 2018
tersebut lebih rendah bila dibandingkan
maupun triwulan sebelumnya yang
dengan triwulan sebelumnya, sesuai
masing-masing sebesar 4,6 persen dan
dengan pola musiman. Angka tersebut
4,25 persen. Kinerja tersebut terutama
merupakan pertumbuhan tertinggi pada
dipengaruhi oleh Industri Batubara dan
triwulan I dalam lima tahun terakhir,
Pengilangan Migas semakin terkontraksi
yang menunjukkan adanya penguatan
hingga -4,19 persen dibandingkan
ekonomi domestik.
triwulan sebelumnya yang hanya sebesar
Gambar 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia -0,01 persen (YoY), juga lebih rendah dari
5,27 triwulan I tahun 2018 (0,66 persen, YoY).
5,19 5,17 5,18
Namun demikian, subsektor Industri
Tekstil dan Pakaian Jadi mendorong
5,06 5,06 5,07 perkembangan sektor dengan
5,01 5,01
pertumbuhan yang mencapai 18,98
persen, lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya (10,82 persen, YoY) maupun
triwulan I tahun 2018 (7,46 persen, YoY).
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Produksi yang meningkat dari subsektor
2017 2018 2019 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
Sumber: Badan Pusat Statistik dipengaruhi oleh momentum pemilu
serta persiapan menjelang bulan
Perkembangan Produk Domestik Bruto
Ramadhan dan Idul Fitri.
dari sisi lapangan usaha menunjukkan
Jasa Perusahaan, Jasa lainnya, dan Selain industri yang disebutkan
Informasi dan Komunikasi merupakan sebelumnya, pemilu juga mendorong
sektor dengan pertumbuhan tertinggi pertumbuhan pada subsektor Industri
pada triwulan ini yang masing-masing Kertas dan Barang dari Kertas;
Percetakan dan Reproduksi Media

13
Rekaman sebesar 9,22 persen (YoY) api dan transportasi laut yang tumbuh
meskipun lebih rendah dari triwulan signifikan sebesar 6,78 persen dan 5,62
sebelumnya yang mencapai 10,28 persen.
persen. Pertumbuhan triwulan ini masih
Konsumsi LNPRT tumbuh paling tinggi
lebih tinggi dari triwulan I tahun 2018
dari sisi pengeluaran.
yang sebesar -5,99 persen. Hal tersebut
didorong oleh aktivitas kampanye yang Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan
telah dimulai sejak akhir tahun 2018 ekonomi triwulan I tahun 2019 didorong
hingga menjelang bulan pemilihan. oleh Konsumsi LNPRT yang tumbuh
mencapai 16,9 persen (YoY).
Pertumbuhan sektor Pertanian
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari
melambat disebabkan perubahan masa
triwulan I tahun 2018 yang sebesar 8,1
panen.
persen maupun dari triwulan
Sementara itu, terkontraksinya sebelumnya sebesar 10,79 persen.
pertumbuhan subsektor Tanaman Pertumbuhan tersebut didorong oleh
Pangan sebesar -5,94 persen peningkatan aktivitas partai politik dan
memperlambat pertumbuhan di sektor organisasi masyarakat berskala nasional
Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan pada masa kampanye Pemilu 2019.
Perikanan. Pertumbuhan pada triwulan
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
ini sebesar 1,81 persen (YoY), lebih kecil
Menurut Jenis Pengeluaran (persen, YoY)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
2018 2019
mencapai 3,87 persen (YoY) maupun Jenis Pengeluaran
Q1 Q4 Q1
triwulan I tahun 2018 yang sebesar 3,34 Konsumsi RT 4,94 5,08 5,01
persen (YoY). Faktor gagal panen dan Konsumsi LNPRT 8,10 10,79 16,93
pergeseran masa panen raya Konsumsi 2,71 4,56 5,21
Pemerintah
menyebabkan perlambatan tersebut. PMTB 7,94 6,01 5,03
Tanaman pangan diperkirakan akan Ekspor 5,94 4,33 -2,08
panen pada bulan April. Impor 12,64 7,10 -7,75
PDB 5,06 5,18 5,07
Kinerja sektor Transportasi dan Sumber: Badan Pusat Statistik
Pergudangan melambat.
Konsumsi Rumah Tangga dan Investasi
Pertumbuhan sektor Transportasi dan yang merupakan penggerak
Pergudangan pada triwulan I tahun 2019 perekonomian Indonesia tumbuh
sebesar 5,25 persen, lebih lambat melambat pada triwulan ini. Investasi
dibandingkan triwulan I tahun 2018 (8,56 tumbuh dibawah pertumbuhan Produk
persen, YoY) maupun triwulan Domestik Bruto. Perlambatan kedua
sebelumnya (5,34 persen, YoY). Hal sektor tersebut membuat perekonomian
tersebut terutama disebabkan oleh tidak tumbuh maksimal.
tingginya harga tiket pesawat sehingga
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
pertumbuhan Angkutan Udara
yang tumbuh sebesar 5,01 persen pada
terkontraksi hingga -10,15 persen pada
triwulan ini lebih rendah dibanding
triwulan ini. Kondisi ini mendorong
triwulan I tahun 2018 yang sebesar 5,08
terjadinya pergeseran penumpang pada
persen, namun lebih tinggi dari triwulan I
moda transportasi lainnya yakni kereta

14
tahun 2018 (4,94 persen, YoY). Ekspor dan impor terkontraksi
Pendorong pertumbuhan terutama dari sepanjang triwulan I tahun 2019.
kelompok Kesehatan dan Pendidikan
Aktivitas ekspor barang maupun jasa
sebesar 5,66 persen dan kelompok
mengalami penurunan yang
Makanan dan Minuman Selain Restoran
menyebabkan pertumbuhan ekspor total
sebesar 5,29 persen.
terkontraksi hingga -2,08 persen pada
Pertumbuhan investasi sebesar 5,03 triwulan I tahun 2019. Angka tersebut
persen mengalami perlambatan lebih rendah bila dibandingkan dengan
dibandingkan triwulan sebelumnya (6,01 triwulan I tahun 2018 (5,94 persen, YoY)
persen, YoY) maupun triwulan I tahun maupun triwulan sebelumnya (4,33
2018 yang mencapai 7,94 persen. Hal ini persen, YoY). Volume ekspor komoditas
sejalan dengan turunnya indikator utama nonmigas turun sepanjang
investasi swasta maupun pemerintah. triwulan ini. Selain itu, ekspor migas juga
Turunnya investasi pemerintah mengalami penurunan volume yang
tercermin dari realisasi belanja modal disertai penurunan harga komoditas
yang terkontraksi sebesar 6,7 persen dunia sehingga terkontraksi sebesar -
pada triwulan ini. Investasi Mesin dan 9,42 persen (YoY). Selain itu, permintaan
Peralatan tumbuh melambat menjadi 8,4 dari beberapa negara mitra dagang juga
persen dari tahun lalu yang rata-rata turun terkait dengan lesunya kondisi
mampu mencapai 20 persen. ekonomi global.

Gambar 6. Perkembangan Konsumsi Rumah Di sisi lain, impor terkontraksi lebih


Tangga dan Investasi terhadap PDB dalam dari ekspor hingga -7,75 persen
(YoY), lebih rendah dari pertumbuhan
9,00
pada triwulan sebelumnya maupun
8,00
triwulan I tahun 2018. Penurunan nilai
7,00
6,00
dan volume impor migas menyebabkan
5,00
kontraksi hingga -22,95 persen. Di sisi
4,00
lain, volume impor nonmigas turun
3,00 terutama pada barang modal dan bahan
2,00 baku yang masing-masing terkontraksi
1,00 sebesar -4,64 dan 7,17 persen. Seiring
0,00 dengan turunnya aktivitas ekspor dan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 impor barang pada triwulan I tahun
2016 2017 2018 2019 2019, impor jasa untuk jasa angkutan
juga turut terkontraksi.
PDB
Indeks Tendensi Bisnis menunjukkan
Pengeluaran Konsumsi Rumah
optimisme yang lebih rendah.
Tangga
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Sesuai dengan prediksi triwulan
Sumber: Badan Pusat Statistik sebelumnya, kondisi bisnis membaik
namun optimisme pelaku bisnis pada
triwulan I tahun 2019 kembali menurun
dengan Indeks Tendensi Bisnis (ITB)

15
sebesar 102,1. Kondisi bisnis yang menurun dibanding triwulan sebelumnya
membaik dan optimisme pelaku bisnis (110,54). Sejalan dengan kondisi bisnis,
tertinggi terdapat pada sektor Jasa kondisi ekonomi konsumen dapat
Keuangan dan Asuransi. Sementara dikatakan meningkat namun dengan
kondisi bisnis terendah terjadi pada tingkat optimisme yang lebih rendah dari
sektor Pertambangan dan Penggalian triwulan sebelumnya.
yang memiliki indeks sebesar 92,04. Pada
triwulan II tahun 2019, kondisi bisnis Perkembangan Ekonomi Regional
seluruh lapangan usaha diperkirakan Sebagian besar kawasan mengalami
akan meningkat kecuali sektor pertumbuhan positif kecuali Maluku
Pertambangan dan Penggalian. Selain itu dan Papua.
optimisme pelaku usaha juga
diperkirakan meningkat. Rata-rata perekonomian Maluku dan
Papua mengalami kontraksi -10,44
Gambar 7. Indeks Tendensi Bisnis Tahun persen (YoY), tumbuh lebih lambat
2018-2019
dibandingkan triwulan I tahun 2018 yang
112,82 mencapai 17,2 persen (YoY) maupun
108,05 triwulan sebelumnya dengan
106,28 106,44
104,71 pertumbuhan -9,4 persen (YoY).
102,10 Perlambatan ini dipengaruhi oleh
penurunan yang signifikan di sektor
utama perekonomian Maluku dan Papua
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2* yaitu Pertambangan dan Penggalian.
2018 2019 Gambar 8. Pertumbuhan dan Kontribusi
Ekonomi Spasial
Catatan: 59,0
ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200
dengan indikasi sebagai berikut:
a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada
triwulan berjalan menurun dibanding 21,4
4,6 8,3 6,5
triwulan sebelumnya 5,7 5,3 6,1
4,5 3,0 2,2
b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis
pada triwulan berjalan tidak mengalami
-10,4
perubahan (stagnan) dibanding triwulan
sebellumnya Sumatera Jawa Bali dan Kalimantan Sulawesi Maluku
Nusa dan Papua
c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis Tenggara
pada triwulan berjalan lebih baik
(meningkat)dibanding triwulan Kontribusi Pertumbuhan
sebelumnya
d. * = Angka perkiraan Sumber: Badan Pusat Statistik
Sumber: BPS, diolah
Papua memiliki proporsi terbesar bagi
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan perekonomian Maluku dan Papua, yaitu
I tahun 2019 sebesar 104,35, lebih tinggi mencapai 51,79 persen. Pada triwulan I
dibandingkan periode yang sama tahun tahun 2019, perekonomian Papua
sebelumnya sebesar 103,83 namun terkontraksi semakin dalam menjadi

16
sebesar-20,13 persen (YoY), sebesar 6,14 persen bagi perekonomian
dibandingkan dengan triwulan IV tahun nasional.
2018 yang sebesar -17,79 persen (YoY)
Sulawesi Tengah merupakan provinsi
maupun triwulan I tahun 2018 sebesar -
dengan pertumbuhan tertinggi di
11,12 (YoY). Pertumbuhan tersebut
Sulawesi yang tumbuh mencapai 6,77
dipengaruhi oleh lapangan usaha
persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan
Pertambangan dan Penggalian yang
ditopang oleh lapangan usaha
terkontraksi hingga -23,55 persen yang
Pertambangan dan Penggalian sebesar
disebabkan oleh penurunan nilai
17,50 persen. Struktur lapangan usaha
produksi PT Freeport. Jika perekonomian
Sulawesi Tengah didominasi oleh empat
Papua dihitung tanpa sektor usaha
lapangan usaha utama, yaitu: Pertanian,
Pertambangan dan Penggalian,
Kehutanan dan Perikanan;
pertumbuhannya sebesar 6,3 persen
Pertambangan dan Penggalian; Industri
(YoY). Penurunan produksi tersebut juga
Pengolahan; serta Konstruksi. Sementara
berdampak pada ekspor luar negeri yang
itu dari sisi pengeluaran, sumber
terkontraksi hingga -63,6 (YoY).
pertumbuhan tertinggi berasal dari
Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi di Maluku dan ekspor yang tumbuh sebesar 12,7 persen
Papua (YoY).
Pertumbuhan Proporsi
(%YoY) terhadap Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi
Pulau (%) Pertumbuhan Proporsi
Q1- Q1- Q1- Q1- (%, YoY) terhadap Pulau
2018 2019 2018 2019 (%)
Maluku 5,4 6,3 11,7 13,2 Q1- Q1- Q1- Q1-
Maluku 7,9 7,7 9,7 11,4 2018 2019 201 2019
Utara 8
Papua Barat 5,9 -0,3 21,5 23,6 Sulut 6.62 6,58 12,5 12,44
Papua 26,5 -20,1 57,1 51,8 Sulteng 6.63 6,77 16,1 16,47
Rata-rata 17,2 -10,4 100 100 Sulsel 7.35 6,56 49,9 49,92
Sumber: Badan Pusat Statistik Sultra 6.15 6,33 12,5 12,49
Gorontalo 6.13 6,72 4,24 4,21
Sementara itu, perekonomian Sulawesi Sulbar 5.57 5,21 4,62 4,47
tumbuh paling cepat diantara kawasan Rata-rata 6,83 6,51 100 100
yang lain, yakni sebesar 6,51 persen, Sumber: Badan Pusat Statistik
meningkat dibandingkan dengan
Kontribusi Jawa terhadap ekonomi
triwulan IV tahun 2018 yang sebesar 6,2
nasional sebesar 59,03 persen . Rata-rata
persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi di Jawa sebesar
provinsi di Sulawesi diatas 6 persen
5,66 persen (YoY), sedikit menurun
kecuali Sulawesi Barat dengan laju
dibandingkan triwulan sebelumnya. DKI
pertumbuhan sebesar 5,21 persen.
Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat
Pertumbuhan tersebut lebih rendah dari
merupakan provinsi dengan proporsi
triwulan I tahun 2018 (5,57 persen, YoY)
perekonomian terbesar di Jawa. DI
maupun dari triwulan sebelumnya (5,32
Yogyakarta tumbuh paling cepat di pulau
persen, YoY). Secara keseluruhan,
Jawa dengan pertumbuhan sebesar 7,5
kawasan Sulawesi memberi kontribusi
persen lebih tinggi dari triwulan

17
sebelumnya maupun triwulan I tahun dari triwulan sebelumnya maupun
2018. triwulan I tahun 2018. Peningkatan
tersebut disebabkan oleh meningkatnya
Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi di Jawa
produksi batubara, naiknya produksi
Pertumbuhan Proporsi
(%, YoY) terhadap minyak dan gas bumi serta penemuan
Pulau (%) cadangan gas baru di Blok Sakakemang.
Q1- Q1- Q1- Q1-
2018 2019 2018 2019 Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera
DKI Jakarta 5,95 6,23 29,5 29,94 Pertumbuhan Proporsi
(%, YoY) terhadap Pulau
Jawa Barat 5,90 5,43 22,4 22,42
(%)
Jawa 5,37 5,14 14,42
14,6 Q1- Q1- Q1- Q1-
Tengah
DIY 5,41 7,50 1,49 1,51 2018 2019 2018 2019
Jawa TImur 5,42 5,51 24,9 24,69 Aceh 3,22 3,88 4,80 4,72
Banten 5,84 5,42 7,03 7,03 Sumut 4,73 5,30 23,1 23,33
Rata-rata 5,70 5,66 100 100 Sumbar 4,71 4,78 7,15 7,14
Riau 2,84 2,88 23,2 22,42
Sumber: Badan Pusat Statistik
Jambi 4,61 4,73 6,43 6,48
Sumber pertumbuhan tertinggi DI Sumsel 5,86 5,68 12,9 13,13
Bengkulu 5,10 5,01 2,07 2,13
Yogyakarta pada triwulan I tahun 2019
Lampung 5,09 5,18 10,4 10,59
adalah sektor Konstruksi yang tumbuh
Kep.
hingga 20,62 persen. Pembangunan jalan Bangka 2,51 2,79 2,30 2,19
serta bandara Yogyakarta International Belitung
Airport menjadi pendorong laju Kep. Riau 4,48 4,76 7,68 7,88
Rata-rata 4,34 4,55 100 100
pertumbuhan konstruksi. Dari sisi
pengeluaran, Pembentukan Modal Tetap Sumber: Badan Pusat Statistik
Bruto (PMTB) merupakan sumber Bali dan Nusa Tenggara tumbuh sebesar
pertumbuhan ekonomi tertinggi yakni 4,64 persen (YoY), lebih tinggi dari
2,57 persen dengan pertumbuhan triwulan IV tahun 2018 yang sebesar 4,4
sebesar 10,39 persen. persen (YoY). Bali merupakan provinsi
Sumatera tumbuh sebesar 4,55 persen dengan proporsi perekonomian terbesar
(YoY), cenderung stagnan dibandingkan di Bali dan Nusa Tenggara, yaitu
triwulan IV tahun 2018 yang tumbuh mencapai sebesar 51,9 persen. Pada
sebesar 4,5 persen (YoY). Sumatera triwulan I tahun 2019, Bali tumbuh
Utara, Riau, dan Sumatera Selatan sebesar 5,9 persen (YoY), lebih rendah
memiliki proporsi terbesar pada dari triwulan IV tahun 2018. Sementara
perekonomian Sumatera yaitu masing- itu, Nusa Tenggara Barat kembali
masing sebesar 23,3 persen, 22,4 persen tumbuh positif (2,12 persen, YoY) setelah
dan 13,1 persen. Sumatera Selatan mengalami kontraksi sebesar -1,4 persen
merupakan provinsi dengan (YoY) pada triwulan IV tahun 2018 akibat
pertumbuhan tertinggi di Sumatera yakni gempa bumi. Pembangunan sarana dan
sebesar 5,68 persen. Pertumbuhannya prasarana fisik pasca bencana
terutama didorong oleh sektor utamanya mendorong peningkatan di sektor
yaitu Pertambangan dan Penggalian yang Konstruksi yang merupakan sektor
tumbuh sebesar 9,41 persen, lebih tinggi dengan pertumbuhan tertinggi sebesar
8,14 persen.

18
Tabel 7. Pertumbuhan Ekonomi di Bali dan Pertambangan dan Penggalian, tumbuh
Nusa Tenggara positif sebesar 7,19 persen.
Pertumbuhan Proporsi
(%, YoY) terhadap Pulau Investasi
(%)
Q1- Q1- Q1- Q1- Pembentukan Modal Tetap Bruto pada
2018 2019 2018 2019 triwulan I tahun 2019 tumbuh sebesar
Bali 5,58 5,94 51,4 51,85 5,03 persen YoY
NTB 0,06 2,12 27,5 26,82
NTT 5,01 5,09 21,2 21,33 Dalam perhitungan PDB sisi pengeluaran,
Rata-rata 3,77 4,64 100 100
komponen Pembentukan Modal Tetap
Sumber: Badan Pusat Statistik
Bruto (PMTB) triwulan I tahun 2019
Kawasan Kalimantan secara keseluruhan tumbuh sebesar 5,03 persen (YoY) dan
merupakan kontributor pertumbuhan terkontrkasi sebesar -5,74 persen (QtQ).
terbesar ketiga setelah Jawa dan Pada komponen PMTB, pertumbuhan
Sumatera. Kontribusi Kalimantan pada triwulan I tahun 2019 (YoY) didorong
pertumbuhan ekonomi nasional sebesar oleh pertumbuhan Bangunan 5,48
8,26 persen. Sementara itu, rata-rata persen; Mesin dan Kendaraan sebesar
pertumbuhan ekonomi di Kalimatan 3,34 persen; CBR sebesar 9,32 persen
adalah sebesar 5,3 persen (YoY), lebih dan Produk Kekayaan Intelektual sebesar
rendah dari triwulan IV tahun 2018 yang 9,13 persen.
sebesar 5,5 persen (YoY). Tabel 9. Perkembangan Pembentukan Modal
Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi di Kalimantan Tetap Bruto
Proporsi
Pertumbuhan Proporsi Nilai (Miliar Rupiah)
Kategori PDB thd
(%, YoY) terhadap Pulau
Pengeluaran 2018 2018 2019 Total
(%)
Tw-I Tw-IV Tw-I PDB (%)
Q1- Q1- Q1- Q1- Pembentukan
2018 2019 2018 2019 Modal Tetap 820,6 914,3 861,8 32,2
Kalbar 5,06 5,07 15,8 16,11 Bruto (PMTB)
Kalteng 4,47 6,03 11,4 11,61 a. Bangunan 611,9 676,9 645,5 24,2
Kalsel 4,98 4,08 13,4 13,11 b. Mesin dan
84,4 104,7 91,5 3,3
Kaltim 1,77 5,36 52,4 51,9 Kendaraan
Kaltara 5,76 7,13 7,0 7,28 c. Kendaraan 51,1 51,2 47,4 1,6
d. Peralatan
Rata-rata 3,24 5,33 100 100 15,0 15,2 14,0 0,5
lainnya
Sumber: Badan Pusat Statistik e. CBR 39,8 46,7 43,5 1,7
f. Produk
Kalimantan Timur memiliki proporsi Kekayaan 18,3 19,6 20,0 0,8
tertinggi sebesar 51,9 persen terhadap Intelektual
Total PDB
perekonomian Kalimantan. Pada Pengeluaran
2.498,5 2.638,9 2.625,0 100
triwulan I tahun 2019, Kalimantan Timur Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
tumbuh sebesar 5,4 persen (YoY), lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan I tahun 2019, realisasi
Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh PMA mencapai USD7.194,6 sedangkan
peningkatan pada sektor Konstruksi yang realisasi PMDN mencapai Rp87,2 triliun
tumbuh mencapai 16,14 persen. Sektor Realisasi PMA pada triwulan I tahun
utama Kalimantan Timur yakni 2019 adalah sebesar USD7.194,6 juta.

19
Nilai ini mengalami penurunan sebesar tahun sebelumnya. Kenaikan PMDN
11,5 persen dibandingkan dengan terjadi pada sektor tersier sebesar 36,6
periode yang sama tahun sebelumnya. persen dan sektor primer sebesar 12,3
Berdasarkan komposisi antarsektor, persen. Sedangkan pada sektor
realisasi PMA didominasi oleh sektor sekunder, realisasi PMDN mengalami
tersier yakni sebesar 62.3 persen. penurunan sebesar 24,8 persen (YoY).
Berdasarkan komposisi antarsektor,
Realisasi PMDN pada triwulan I tahun
realisasi PMDN pada triwulan I tahun
2019 sebesar Rp87,2 triliun. Nilai ini
2019 juga didominasi oleh sektor tersier
mengalami kenaikan sebesar 14,2 persen
yakni sebesar 60,6 persen.
dibandingkan dengan periode yang sama
Tabel 10. Realisasi PMA dan PMDN Berdasarkan Kategori Utama Sektor Ekonomi
Periode PMA (Triliun Rupiah) PMDN (Triliun Rupiah)
Primer Sekunder Tersier Total Primer Sekunder Tersier Total
2018 Tw-I 18.56 46.35 57.06 121.96 16,29 21,4 38,66 76,35
2018 Tw-IV 18.03 36.11 56.67 110.80 14,25 20,41 52,27 86,93
2019 Tw-I 12.54 28.10 67.28 107.92 18,29 16,1 52,81 87,2
Pertumbuhan
-30,42 -22,17 18,71 -2,60 28,35 -21,12 1,03 0,31
(QtQ)
Pertumbuhan
-32,41 -39,37 17,91 -11,51 12,28 -24,77 36,60 14,21
(YoY)
Proporsi (%) 11,62 26,04 62,34 100 20,97 18,46 60,56 100
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Catatan:
Kurs 2018 Tw-I: Rp13.400/USD
Kurs 2018 Tw-IV: Rp13.400/USD
Kurs 2019 Tw-I: Rp15.000/USD

Tabel 11. Lima Sektor dengan Realisasi PMA Terbesar


Sektor Nilai (Triliun Rupiah) Proporsi (%) Pertumbuhan YoY (%)
Transportasi, Gudang dan
24.63 22.82 400.66
Telekomunikasi
Listrik, Gas dan Air 22.90 21.22 77.58
Perumahan, Kawasan Industri dan
14.24 13.20 -49.79
Perkantoran
Pertambangan 9.22 8.55 -4.01
Industri Logam Dasar, Barang Logam,
9.17 8.50 -0.63
Bukan Mesin dan Peralatannya
Gabungan Sektor Lainnya 27.76 25.72 23.29
Total 107.92 100.00 -11.51
Sumber: BKPM, diolah
Catatan:
Kurs 2018 Tw-I: Rp13.400/USD
Kurs 2018 Tw-IV: Rp13.400/USD
Kurs 2019 Tw-I: Rp15.000/USD
Realisasi PMA terbesar adalah sektor Sektor dengan kontribusi terbesar pada
Transportasi, Gudang dan realisasi PMA adalah: (1) Transportasi,
Telekomunikasi. Gudang, dan Telekomunikasi; (2) Listrik,
Gas dan Air; (3) Perumahan, Kawasan
Industri dan Perkantoran; (4)

20
Pertambangan; dan (5) Industri Logam Total Realisasi PMA dan PMDN pada
Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan triwulan I tahun 2019 sebesar Rp195,1
Peralatannya. Lima sektor di atas triliun
berkontribusi sebesar 74,28 persen
Total realisasi PMA dan PMDN pada
terhadap total realisasi PMA pada
triwulan I tahun 2019 adalah sebesar
triwulan I tahun 2019.
Rp195,1 triliun, mencapai 24,63 persen
Tabel 12. Lima Sektor dengan Realisasi PMDN dari target realisasi investasi tahun 2019
Terbesar yakni Rp792 triliun. Realisasi PMA dan
Nilai
Proporsi Pertumbuhan PMDN pada periode yang sama tahun
Sektor (Triliun
(%) YoY (%) sebelumnya sebesar Rp185,3 triliun,
Rupiah)
Konstruksi 19,25 22,08 47,59 tumbuh sebesar 5,29 persen.
Transportasi,
Gudang dan 12,71 14,58 23,82 Tabel 14. Proporsi PMA dan PMDN terhadap
Telekomunikasi Realisasi Investasi (dalam Persen)
Listrik, Gas dan
10,29 11,80 32,45 Target Target
Air Periode PMA PMDN RKP RPJMN
Industri (Tahunan) (Tahunan)
8,93 10,24 -6,61
Makanan
Tanaman 2018 Tw-I 58,77 41,23 37,6 37,6
Pangan, 2018 Tw-IV 53,25 46,75 37,6 37,6
8,76 10,04 -17,53
Perkebunan, dan
Peternakan 2019 Tw-I 55,30 44,70 38,9 38,9
Gabungan Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
59,94 68,74 16,93
Sektor Lainnya
Total 87,20 100 14,2 Kontribusi PMDN terhadap Total
Sumber: BKPM, diolah Realisasi Investasi pada triwulan I tahun
2019 sebesar 44,70 persen
Realisasi PMDN terbesar adalah sektor
Konstruksi Realisasi PMDN pada triwulan I tahun
Sektor dengan kontribusi terbesar pada 2019 berkontribusi sebesar 44,70 persen
terhadap total Realisasi Investasi.
realisasi PMDN adalah: (1) Konstruksi; (2)
Realisasi ini sudah mencapai target
Transportasi, Gudang, dan
Telekomunikasi; (3) Listrik, Gas, dan Air; dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
(4) Industri Makanan; dan (5) Tanaman tahun 2019 yakni 38,9 persen.
Pangan, Perkebunan, dan Peternakan.
Lima sektor di atas berkontribusi sebesar
68,74 persen terhadap total realisasi
PMDN pada triwulan I tahun 2019.

Tabel 13. Realisasi dan Target Realisasi PMA dan


PMDN dalam Triliun Rupiah
Kategori 2018 Tw-I 2018 Tw-IV 2019 Tw-I
PMA 108.9 99.0 107.9
PMDN 76.4 86.9 87.2
Total 185.3 185.9 195.1
Target RKP 765.0 765.0 850.0
Sumber: BKPM, diolah

21
Tabel 15. Realisasi PMA Berdasarkan Negara Tabel 16. Realisasi PMA Berdasarkan Lokasi
Asal Investasi (dalam triliun Rupiah)
Realisasi PMA (Triliun Proporsi Proporsi
2018 2018 2019
Rupiah) thd Periode thd Total
Negara Asal Tw-I Tw-IV Tw-I (%)
2018 2018 2019 Total
Tw-I Tw-IV Tw-I (%) Jawa 79.63 61.50 62.48 57.90
Singapura 39.72 37.37 25.85 23.95 Sumatera 19.89 16.44 14.58 13.51
Tiongkok 10.14 8.23 17.39 16.12 Sulawesi 7.46 11.04 10.53 9.76
Jepang 20.43 17.99 17.00 15.76 Kalimantan 4.85 9.32 8.48 7.86
Malaysia 4.12 8.91 10.58 9.81 Papua 5.54 7.23 5.31 4.92
Hong Kong 7.74 5.62 8.74 8.10 Maluku 0.67 1.38 3.54 3.28
Negara Bali dan
39.81 32.68 28.35 26.27 Nusa 3.92 3.89 3.00 2.78
Lainnya
Total 121.96 110.80 107.92 100 Tenggara
Sumber: BKPM, diolah Total 121.96 110.80 107.92 100
Catatan: Sumber: BKPM, diolah
Kurs 2018 Tw-I: Rp13.400/USD
Kurs 2018 Tw-IV: Rp13.400/USD Realisasi PMA di Pulau Jawa
Kurs 2019 Tw-I: Rp15.000/USD berkontribusi sebesar 57,9 persen
terhadap total realisasi PMA
Negara Asal Investasi terbesar pada
adalah Singapura, Tiongkok, Jepang, Realisasi PMA di Jawa pada triwulan I
Malaysia, dan Hong Kong tahun 2019 mencapai USD5.308,5 juta,
memberikan kontribusi terbesar
Berdasarkan negara asal investasi, lima
terhadap total realisasi PMA yakni 57,9
negara asal investasi yang berkontribusi
persen. Sementara itu berdasarkan
terbesar pada realisasi PMA triwulan I
tingkat pertumbuhan (YoY), daerah yang
tahun 2019 adalah Singapura sebesar
mengalami pertumbuhan realisasi PMA
24,0 persen; Tiongkok sebesar 16,1
terbesar adalah Maluku yakni 430,3
persen; Jepang sebesar 15,8 persen;
persen (YoY).
Malaysia sebesar 9,8 persen; dan Hong
Kong sebesar 8,1 persen. Lima negara Realisasi PMDN di Pulau Jawa
asal investasi tersebut berkontribusi berkontribusi sebesar 53,7 persen
sebesar 73,7 persen terhadap total terhadap total realisasi PMDN
realisasi PMA pada triwulan I tahun
Realisasi PMDN di Jawa pada triwulan I
2019.
tahun 2019 mencapai Rp46,81 triliun,
memberikan kontribusi terbesar
terhadap total realisasi PMDN yakni 53,7
persen. Sementara itu berdasarkan
tingkat pertumbuhan (YoY), daerah yang
mengalami pertumbuhan realisasi PMDN
terbesar adalah Papua yakni 1.495,8
persen (YoY). Jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, realisasi PMDN di
Papua turun sebesar 39,5 persen.

22
Tabel 17. Realisasi PMDN Berdasarkan Lokasi (dalam triliun Rupiah)
2018 2018 2019 Proporsi thd
Periode YoY (%) QtQ (%) Total (%)
Tw-I Tw-IV Tw-I
Jawa 40.69 46.26 46.81 15.03 1.19 53.68
Kalimantan 15.85 8.45 12.91 -18.55 52.91 14.81
Sulawesi 6.23 9.72 3.50 -43.76 -63.98 4.02
Bali dan Nusa Tenggara 2.40 1.10 2.22 -7.49 102.58 2.55
Sumatera 10.04 20.26 21.08 110.02 4.04 24.18
Papua 0.00 0.09 0.05 1,495.84 -39.51 0.06
Maluku 1.14 1.06 0.62 -45.69 -41.35 0.71
Total 76.35 86.93 87.20 14.20 0.31 100
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Tabel 18. Lima Provinsi dengan Realisasi PMA


dan PMDN Terbesar
PMA PMDN
Realisasi PMA dan PMDN terbesar
Proporsi
terdapat di Jawa Baratdan DKI Jakarta
Nilai Nilai Proporsi
thd
Provinsi (Triliun Provinsi (Triliun thd Total Lima provinsi yang berkontribusi
Total
Rupiah) Rupiah) (%)
(%) terbesar pada realisasi PMA triwulan I
Jawa Jawa tahun 2019 adalah Jawa Barat sebesar
25.77 23.88 11.56 13.26
Barat Barat
Daerah Daerah 23,9 persen; Provinsi DKI Jakarta sebesar
Khusus
14.33 13.28
Khusus
10.41 11.94
13,3 persen; Provinsi Jawa Tengah
Ibukota Ibukota sebesar 10,8 persen; Provinsi Banten
Jakarta Jakarta
Jawa Jawa sebesar 7,5 persen; dan Provinsi Jawa
11.65 10.80 9.95 11.41
Tengah Timur Timur sebesar 6,3 persen. Sedangkan
Jawa pada realisasi PMDN, lima provinsi yang
Banten 8.07 7.48 9.77 11.20
Tengah
Kepulauan berkontribusi terbesar pada triwulan I
6.84 6.33 Riau 8.22 9.42
Riau tahun 2019 adalah Provinsi Jawa Barat
Sumber: BKPM, diolah sebesar 13,3 persen; Provinsi DKI Jakarta
Catatan: sebesar 11,9 persen; Provinsi Jawa Timur
Kurs 2018 Tw-I: Rp13.400/USD
sebesar 11,4 persen; Provinsi Jawa
Kurs 2018 Tw-IV: Rp13.400/USD
Kurs 2019 Tw-I: Rp15.000/USD Tengah sebesar 11,2 persen; Provinsi
Riau sebesar 9,4 persen.

23
BOX 1

Pelaksanaan Musrenbangnas 2019 untuk Menyongsong Visi Indonesia 2045


Pembukaan Musrenbangnas 2019 pada tanggal 9 Mei 2019 lalu, dihadiri oleh Presiden
Republik Indonesia yang menyampaikan arahan bagi para Menteri dan Kepala Daerah. Dalam
acara tersebut, Presiden menyampaikan optimismenya bahwa Indonesia memiliki peluang
besar untuk masuk ke dalam lima negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada tahun
2045.

Penyelenggaraan Musrenbangnas tahun ini ditujukan untuk menyusun rancangan awal


Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2020 hingga Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2045. Dalam acara tersebut juga diluncurkan visi Indonesia 2045 atas
dasar gagasan Presiden yang disebut Impian Indonesia 2045. Dalam visi tersebut disampaikan
bahwa pada tahun 2045 Indonesia akan menjadi negara maju dengan Produk Domestik Bruto
kelima terbesar dengan pertumbuhan rata-rata 5,4-6 persen setiap tahunnya. Untuk
merealisasikannya, Presiden menyampaikan arahan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi bangsa ini.

Pertama, dengan mendorong pemerataan infrastruktur. Presiden RI menekankan bahwa


dengan ketersediaan infrastruktur secara merata, akan meningkatkan konektivitas antar
daerah dan kawasan industri. Sehingga pembangunan infrastruktur utama menjadi pekerjaan
pemerintah pusat sedangkan pemerintah daerah bertugas untuk menghubungkannya dengan
pusat ekonomi daerah. Ketika perekonomian semua daerah dapat tumbuh positif, Indonesia
akan mampu menjadi negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia pada tahun
2045.

Kedua, melakukan reformasi struktural/birokrasi. Penyederhanaan birokrasi adalah sebuah


langkah yang harus diambil karena terkait secara langsung dengan kemudahan proses
perijinan dan aktivitas ekonomi. Dengan birokrasi yang semakin sederhana, pengambilan
keputusan akan semakin cepat dan fleksibel. Birokrasi sejak dahulu dipandang sebagai
hambatan dalam pembangunan karena proses perijinan yang berbelit-belit. Dengan sistem
yang lebih sederhana dan efisien, proses investasi serta ekspor akan berjalan lebih lancar yang
kemudian berdampak pada turunnya defisit neraca pembayaran.

Ketiga, pembangunan sumber daya manusia (SDM). Industri 4.0 yang tengah digaungkan
menuntut banyak keahlian baru. Pergeseran industri yang berkembang menyebabkan
hilangnya beberapa pekerjaan namun diimbangi dengan munculnya jenis pekerjaan baru.
Indonesia harus mampu menyediakan pekerja-pekerja dengan kualifikasi keahlian yang sesuai
dengan kebutuhan industri yang akan datang. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu
bekerja bersama-sama untuk menyediakan sistem pendidikan yang dapat mendukung
pengembangan SDM yang dibutuhkan, terutama SMK dan vokasi. Dari segi kesehatan,
permasalahan gizi buruk harus ditangani secara optimal.

24
Sektor Industri domestik menjelang hari raya, terutama
subsektor tekstil dan pakaian jadi.
Industri pengolahan nonmigas tumbuh
lebih rendah. Pada triwulan I tahun 2019,
pertumbuhan industri pengolahan
Nilai tambah sektor industri pengolahan nonmigas sebesar 48,9 persen masih
nonmigas pada triwulan I tahun 2019 disumbang oleh industri makanan
sebesar Rp675 triliun atau tumbuh minuman atau setara dengan 2,35
sebesar 4,80 persen dari triwulan I tahun persen dari 4,8 persen. Peningkatan
2018 (YoY). Pertumbuhan tersebut lebih permintaan domestik menjelang hari
rendah dibandingkan triwulan I tahun raya dan peningkatan produksi CPO
sebelumnya, sehingga kontribusi industri masih menjadi pendorong pertumbuhan
pengolahan nonmigas pada triwulan I subsektor makanan dan minuman.
turun menjadi 17,86 persen
dibandingkan triwulan I tahun 2018 Gambar 10. Pertumbuhan Subsektor Industri
(17,92 persen). Pengolahan Non Migas Triwulan I-2019

Gambar 9. Pertumbuhan Industri Pengolahan SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR… 4,80


Nonmigas Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 18,98
Industri Pengolahan Tembakau 16,10
Industri Furnitur 12,89
5,05 5,07
5,17 Industri Kimia, Farmasi dan Obat… 11,53
5,03 5,07 Industri Kertas dll 9,22
4,77
4,88 4,85 4,80
Industri Logam Dasar 8,59
Industri Makanan dan Minuman 6,77
4,43
Industri Pengolahan Lainnya 5,36
Industri Mesin dan Perlengkapan 1,29
Industri Barang Logam dll 0,41
-1,15
2015 2016 2017 2018 TW1-2019
Industri Barang Galian bukan Logam -5,07
Industri Karet, Barang dari Karet… -6,52
Pertumbuhan PDB Nasional
Industri Alat Angkutan -6,61
SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NONMIGAS Industri Kayu dll -8,56

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Badan Pusat Statistik

Subsektor tekstil dan pakaian jadi, Penurunan pertumbuhan industri


pengolahan tembakau, dan furnitur pengolahan nonmigas pada triwulan I
menjadi subsektor industri pengolahan tahun 2019 salah satunya didorong oleh
nonmigas dengan pertumbuhan pertumbuhan negatif subsektor industri
tertinggi, yaitu masing-masing 18,98 alat angkutan (-6,61 persen) yang
persen, 16,10 persen, dan 12,89 persen. disebabkan oleh penurunan produksi
Pertumbuhan subsektor tersebut kendaraan bermotor, utamanya produksi
didorong oleh peningkatan permintaan mobil sedan.

25
Gambar 11. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan I-2019

6,0
0,39
5,0 0,67

4,0 1,03

3,0 1,20

2,0

1,0 2,35

0,0
Makanan & Tekstil Kimia Farmasi Tembakau Logam Dasar Lainnya MANUFAKTUR
Minum Non-MIGAS

Sumber: Badan Pusat Statistik

Ekspor manufaktur pada triwulan I tahun Gambar 12. Ekspor Produk Industri
2019 masih melanjutkan tren penurunan
35000 30,0
sejak triwulan IV tahun 2018. Pada 29.922 25,0
triwulan I tahun 2019, nilai ekspor 30000
20,0
produk industri Indonesia mencapai 25000 15,0
USD29,9 miliar atau menurun 6,61
20000 10,0
persen dibandingkan triwulan I tahun
5,0
2018. Menurunnya harga komoditas 15000 0,0
dunia, termasuk CPO, serta perang
10000 -5,0
dagang yang terjadi antara Tiongkok dan
-10,0
Indonesia membuat permintaan produk 5000 -6,6
-15,0
ekspor Indonesia, yang merupakan
0 -20,0
bahan baku dari produk manufaktur Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
lainnya menjadi berkurang. Salah satu 2017 2018 2019
strategi jangka menengah untuk Ekspor Produk Industri (juta USD, sb. kiri)
mendorong ekspor manufaktur Pertumbuhan Ekspor Produk Industri (persen, sb. kanan, y-
Indonesia adalah melalui investasi, on-y)
Sumber: Badan Pusat Statistik
terutama mengundang perusahaan
manufaktur yang berorientasi ekspor Pada triwulan I tahun 2019, nilai PMDN
untuk berinvestasi di Indonesia. sektor industri pengolahan mencapai
Sementara dalam jangka pendek, USD 16,09 miliar atau menurun sebesar
peningkatan ekspor dapat dilakukan 24,78 persen (YoY). Subsektor dengan
melalui pembukaan akses pasar baru. nilai PMDN terbesar adalah industri
makanan sebesar USD8,9 miliar, yang
diikuti dengan industri logam dasar,
barang dari logam, bukan mesin dan

26
perlengkapannya dan industri kimia dan industri makanan minuman, industri
farmasi dengan nilai investasi masing- kulit, industri mineral non logam, dan
masing USD2,68 miliar dan USD1,06 industri lainnya yang tumbuh positif jika
miliar. Pada triwulan I tahun 2019, hanya dibandingkan dengan realisasi investasi
realisasi investasi pada subsektor industri pada triwulan I tahun 2018.
kayu, industri kertas dan percetakan,
Gambar 14. Investasi Asing (PMA) Sektor
serta industri lainnya yang mencatatkan
Industri
pertumbuhan positif jika dibandingkan
dengan realisasi investasi pada triwulan I
4500 0
tahun 2018 lalu.
4000 -5
Gambar 13. Investasi Domestik (PMDN) Sektor 3500 -10
Industri 3000 -15
30000 10 2500 -20
1873,4
2000 -25
5
25000 1500 -30
0
1000 -35
20000
16.099 -5 500
-39,4
-40

15000 -10 0 -45


Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
-15
10000 2017 2018 2019
-20 PMA (juta USD,sb. kiri)
-24,78
5000 Pertumbuhan PMA (%, sb. kanan, y-on-y)
-25
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
0 -30
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Investasi menjadi salah satu faktor
2017 2018 2019 utama dalam meningkatkan
PMDN (Juta USD, sb. kiri)
pertumbuhan industri pengolahan,
Pertumbuhan PMDN (%,sb. kanan, terutama industri pengolahan yang
y-o-y)
berbasis ekspor. Namun demikian,
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
realisasi invetasi sektor industri
Pada triwulan I tahun 2019, nilai PMA pengolahan sejak tahun 2017 selalu
sektor industri pengolahan mencapai dalam tren penurunan. Mayoritas
USD1,87 miliar atau menurun sebesar investor yang datang ke Indonesia
39,37 persen (YoY). Subsektor dengan berinvestasi di sektor pertambangan
nilai PMA terbesar adalah industri logam maupun tersier (jasa). Salah satu alasan
dasar, barang dari logam, bukan mesin investasi di sektor manufaktur kurang
dan perlengkapannya dengan nilai diminati adalah tingginya risiko di sektor
investasi USD611 juta, dan subsektor manufaktur, termasuk inkonsistensi
industri makanan, serta industri kimia regulasi antara pusat dan daerah
dan farmasi dengan nilai investasi maupun regulasi antar lembaga
masing-masing USD383,2 juta dan pemerintah. Sinkronisasi kebijakan pusat
USD314 juta. Pada triwulan I tahun 2019, dan daerah serta kepastian regulasi bagi
hanya realisasi investasi pada subsektor sektor industri pengolahan (termasuk

27
kebijakan perdagangan) menjadi salah PDB perdagangan besar dan eceran,
satu cara untuk meningkatkan investasi, reparasi mobil, dan sepeda motor pada
khususnya investasi di sektor industri triwulan I tahun 2019, mencapai Rp350,7
pengolahan. triliun, tumbuh sebesar 5,29 persen
dibandingkan dengan periode yang sama
Perdagangan besar dan eceran,
tahun sebelumnya. Pertumbuhan (YoY)
reparasi mobil, dan sepeda motor
triwulan ini lebih besar daripada
tumbuh sebesar 5,29 persen (YoY)
pertumbuhan (YoY) triwulan sebelumnya
yakni 4,4 persen.

Tabel 19. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Tingkat Pertumbuhan Proporsi thd
Nilai (Triliun Rupiah) (%) Total PDB
Kategori PDB
Lapangan Usaha Lapangan Usaha
2018 2019 (%)
2018 Tw-I QtQ YoY
Tw-IV Tw-I
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil 333,1 346,3 350,7 1,3 5,3 13,4
dan Sepeda Motor
Perdagangan Mobil,
Sepeda Motor, dan 64,5 66,8 66,8 -0,1 3,5 2,5
Reparasinya
Perdagangan Besar dan
Eceran, bukan Mobil 268,6 279,4 283,9 1,6 5,7 10,8
dan Motor
Total PDB Lapangan
2.498,5 2.638,9 2.625,0 -0,5 5,1 100
Usaha
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Produksi dan penjualan mobil tumbuh Gambar 15. Perkembangan Produksi Mobil
melambat, sementara produksi semen 400000 20,00
meningkat. 350000
314.901 15,00
300000
Produksi mobil di triwulan I tahun 2019 10,00
mencapai 314.901 unit, turun sebesar 250000
5,00
4,61 persen dibandingkan dengan 200000
0,00
triwulan I tahun 2018. Penurunan 150000
produksi tersebut utamanya disebabkan -5,00
100000
-4,61
oleh penurunan produksi Sport Utilities 50000 -10,00
Over 3000cc (54,3 persen) dan
0 -15,00
kendaraan sedan (42,33 persen). Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2017 2018 2019
Produksi mobil (unit, sb.kiri)
Pertumbuhan (y-o-y,%,sb.kanan)

Sumber: CEIC

28
Gambar 16. Perkembangan Penjualan Mobil ekspor semen dari 701 ribu ton pada
triwulan I tahun 2018 menjadi 1,23 juta
350000 20,0
ton pada triwulan I tahun 2019 atau
15,0 meningkat 75,98 persen. Sikap wait and
300000
253.863 10,0 see pada tahun politik ini juga
250000
5,0 mempengaruhi realisasi proyek
200000 konstruksi.
0,0

150000 -5,0 Gambar 17. Produksi, Penjualan Domestik, dan


Ekspor Semen
-10,0
100000
-15,0 25,0
-13,07
50000
-20,0

0 -25,0 20,0
16,95
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2017 2018 2019 15,0
Penjualan Mobil (Unit, sb. kiri)

Pertumbuhan Penjualan Mobil (persen, sb. 10,0


15,72
kanan, y-on-y)
Sumber: CEIC
5,0
Penjualan mobil pada triwulan I tahun
2019 mencapai 253.863 unit, atau ,0 1,23
mengalami penurunan sebesar 13,07 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
persen dibandingkan dengan triwulan I 2017 2018 2019
tahun 2018. Penurunan produksi Penjualan Semen (Juta Ton, sb. kiri)
tersebut utamanya disebabkan oleh Ekspor (Juta Ton, sb. kiri)
penurunan penjualan sedan (-27,17 Produksi Semen (Juta Ton, sb. kiri)
persen) dan Double Cabin lebih dari 24
Sumber: CEIC
ton (-23,06 persen).
Permintaan domestic terhadap produk
Salah satu alasan penurunan produksi
manufaktur melemah.
dan penjualan kendaraan bermotor di
awal tahun 2019 ini adalah produsen Nilai PMI Indonesia pada bulan Januari,
dan konsumen masih menahan konsumsi Februari, dan Maret 2019 adalah 49,9;
dan produksinya, terutama produksi 50,10; dan 51,20 dengan rata-rata 50,40
dengan model yang baru serta selama triwulan I tahun 2019. Meskipun
menunggu hasil pemilu. masih menunjukkan ekspansi, namun
secara nilai, indeks pada triwulan ini
Produksi semen pada triwulan I tahun
lebih rendah dibandingkan dengan
2019 mencapai 16,95 juta atau
triwulan sebelumnya. Laporan Nikkei
meningkat 3,23 persen. Penjualan semen
Market menyebutkan pelemahan
domestik mencapai 15,72 juta ton, atau
permintaan terhadap produk manufaktur
menurun sebesar 0,01 persen (YoY).
Indonesia, utamanya permintaan
Peningkatan produksi semen di
domestik salah satunya dipicu oleh
Indonesia juga diikuti oleh peningkatan
penurunan harga komoditas. Angka PMI

29
meningkat pada bulan Maret 2019 yang meningkat untuk persiapan bulan
disebabkan permintaan domestik mulai Ramadan dan Idul Fitri.

Gambar 18. Purchasing Manager Index (PMI) Sektor Manufaktur

Sumber: CEIC

Nilai ekspor jasa perjalanan Indonesia Gambar 19. Nilai Ekspor Jasa Perjalanan
pada triwulan I tahun 2019 mencapai 4500 25,00
USD3,40 miliar atau meningkat 1,23 19,94
4000
persen dibandingkan triwulan I tahun 17,9317,19 20,00
2019. Perlambatan ekspor jasa 3500 3.404,17
14,67
perjalanan tersebut tidak seiring dengan 3000 13,05 15,00
peningkatan kunjungan wisatawan 2500 9,81
mancanegara dan lebih disebabkan 7,73 10,00
2000
stagnansi rata-rata pengeluaran
wisatawan mancanegara yang berada di 1500 5,00
1,23
level USD1.100 per orang per kunjungan. 1000 -0,90
0,00
500

0 -5,00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2017 2018 2019

Nilai Ekspor Perjalanan (Juta USD)


Pertumbuhan (%, y-o-y)

Sumber: Bank Indonesia

30
Gambar 20. Jumlah Wisatawan Mancanegara 2. Sektor Fiskal
5.000 35,0
Realisasi penerimaan perpajakan
4.500
30,0 hingga Maret 2019 mengalami
4.000 30,69 3.815
peningkatan dibandingkan dengan
29,55
3.500 25,0 periode yang sama ditahun 2018.
3.000
20,0 Hingga akhir Maret 2019, Pendapatan
2.500 21,91
15,0
Negara dan Hibah telah mencapai
2.000 Rp350,1 triliun, atau meningkat 5,0
10,17
1.500 14,85 14,44
10,0 persen dibandingkan periode yang sama
11,46
1.000 tahun sebelumnya. Meskipun mengalami
5,0
500 6,79 peningkatan, namun realisasinya
0 4,10 0,0 terhadap target APBN relatif menurun.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Hingga akhir Maret 2019, Pendapatan
2017 2018 2019 Negara dan Hibah telah mencapai 16,2
persen dari target APBN, sedangkan
Jumlah Wisman (orang, BPS)
pada periode yang sama tahun 2018
Pertumbuhan (%, y-o-y, sb. kanan) Pendapatan Negara dan Hibah telah
Sumber: Badan Pusat Statistik mencapai 17,6 persen dari target APBN.
Penurunan ini utamanya disebabkan
Pada triwulan I tahun 2019, jumlah oleh menurunnya harga komoditas yang
wisatawan mancanegara (wisman) berdampak pada komponen-komponen
mencapai 3,81 juta orang, atau penyusun Pendapatan Negara dan
meningkat 4,10 persen dibandingkan Hibah.
dengan triwulan I tahun 2018.
Perlambatan pertumbuhan jumlah Sebagai kontributor utama dari
kunjungan wisatawan mancanegara Penerimaan Perpajakan, hingga akhir
tersebut lebih disebabkan efek musiman Maret 2019 Pajak Penghasilan (PPh)
dari pariwisata, dimana pada awal tahun telah mencapai Rp157,3 atau tumbuh 9,0
jumlah kunjungan pada umumnya terjadi persen dibanding periode yang sama
perlambatan atau penurunan kunjungan. tahun 2018. Kondisi perekonomian yang
relatif stabil menjadi salah satu
Peningkatan jumlah kunjungan pendorong kenaikan pajak penghasilan.
wisatawan tidak diriingi dengan Adapun Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
peningkatan devisa yang signifikan. sebagai salah satu komponen penyusun
Seperti yang sudah disebutkan pendapatan negara, telah mencapai
sebelumnya rata-rata pengeluaran Rp89,9 triliun hingga Maret 2019. Jumlah
wisatawan mancanegara juga mengalami ini mengalami penurunan 8,9 persen
stagnansi. Hal tersebut dapat menjadi apabila dibandingkan dengan periode
indikasi bahwa jenis destinasi wisata di yang sama tahun 2018. Penurunan ini
Indonesia tidak terdiversifikasi sehingga disebabkan oleh pemberian fasilitas
wisatawan yang datang tidak tertarik kelonggaran restitusi dipercepat yang
untuk tinggal lebih lama dan berlaku sejak April 2018.
membelanjakan uangnya.

31
Gambar 21. Realisasi Komponen Penerimaan Pemerintah Pusat (BPP) dan Transfer ke
Perpajakan (triliun Rupiah) Daerah dan Dana Desa (TKDD) menjadi
157,3 faktor penyebab rendahnya realisasi
144,3 Belanja Negara.

98,7 Hingga akhir Maret 2019, realisasi


89,9
Belanja Pemerintah Pusat (BPP)
mencapai Rp260,7 triliun atau meningkat
11,4 persen dibandingkan dengan
21,4
8,0 9,8 9,6 periode yang sama tahun 2018. Akan
1,6 1,8
tetapi, apabila dibandingkan dengan
Pajak Pajak PBB dan Pajak Cukai Pajak target APBN, realisasi sampai dengan
Penghasilan Pertambahan Lainnya Perdagangan
Nilai Internasional Maret 2019 sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan periode yang sama
Maret 2018 tahun sebelumnya. Hingga Maret 2019,
Maret 2019 Belanja Pemerintah Pusat mencapai 16,0
Sumber: Kementerian Keuangan persen dari target APBN lebih rendah
dibandingkan dengan Maret 2018 yaitu
Hingga Maret 2019, Penerimaan Negara 16,1 persen. BPP masih menjadi
Bukan Pajak (PNBP) telah mencapai komponen utama dari Belanja Negara
Rp70,0 triliun, turun 1,6 persen dengan proporsi 57,7 persen.
dibandingkan dengan realisasi Maret
2018. Turunnya penerimaan migas Gambar 22. Perkembangan Komponen Belanja
menjadi salah satu penyebab Negara
perlambatan PNBP. Adapun penurunaan
penerimaan migas ini diakibatkan oleh
16,1 16,0
relatif rendahnya harga realisasi ICP dan Belanja Pemerintah
Pusat %APBN %APBN
komoditas primer selama triwulan
pertama 2019.

Realisasi Belanja Negara, hingga akhir Desember 2018 Desember 2019


Maret 2019 telah mencapai Rp452,1
miliar, tumbuh 7,7 persen dibandingkan
Belanja Transfer Ke 24,2 23,1
dengan periode yang sama tahun 2018. Daerah dan Dana %APBN %APBN
Meskipun mengalami peningkatan Desa
secara nominal, namun realisasi Belanja
Negara sampai dengan periode Maret
2019 lebih rendah dibandingkan dengan Sumber: Kementerian Keuangan
periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan realisasi BPP terhadap APBN
Hingga Maret 2019, realisasi Belanja
ini salah satunya disebabkan oleh
Negara telah mencapai 18,4 persen dari
rendahnya realisasi Belanja Modal.
target APBN, sedangkan hingga Maret
Hingga akhir Maret 2019, realisasi
2018 realisasi belanja negara telah
Belanja Modal sebesar Rp9,1 triliun atau
mencapai 18,9 persen dari APBN. Relatif
4,8 persen dari target APBN atau
menurunnya realisasi Belanja
menurun 6,7 persen dibandingkan Maret

32
2019. Meskipun realisasi penyerapan Rp191,3 triliun, atau meningkat 3,0
belanja modal relatif menurun, namun persen dibandingkan dengan periode
hal ini tidak berarti menurunnya kualitas yang sama tahun 2018. Sama seperti
belanja produktif Pemerintah. Hingga BPP, realisasi TKDD terhadap target
akhir Maret 2019, Pemerintah telah APBN hingga Maret 2019 lebih rendah
mengalokasikan Belanja Modal untuk dibandingkan dengan Maret 2018.
preservasi rekonstruksi serta rehabilitasi Adapun hingga Maret 2019, realisasi
jalan, pembangunan jalan serta TKDD terhadap target APBN mencapai
prasarana perkerataapian dan 23,1. persen sedangkan sampai dengan
pembangunan infrastruktur pertanian Maret 2018 sebesar 24,2 persen. Relatif
(bendungan dan irigasi). Selain itu, rendahnya realisasi komponen Dana
belanja modal juga telah digunakan Perimbangan dan Dana Desa terhadap
untuk akuisisi kebutuhan peralatan dan target menjadi penyebab dari rendahnya
mesin bagi Kementerian Pertahanan, capaian TKDD terhadap target APBN.
Kepolisian RI, Kementerian Agama serta
Dana Perimbangan, sebagai komponen
Badan Pusat Statistik.
terbesar dari TKDD telah mencapai
Selanjutnya, penurunan realisasi BPP Rp176,0 triliun hingga triwulan I tahun
hingga Maret 2019 juga disebabkan oleh 2019 atau tumbuh 3,5 persen
rendahnya Belanja Subsidi, yang dibandingkan dengan triwulan I tahun
mengalami penurunan hingga 13,8 2018. Meskipun tumbuh, namun realisasi
persen dibandingkan dengan Maret Dana Perimbangan terhadap target
2018. Penurunan kebutuhan Belanja APBN hingga Maret 2019 relatif rendah
Subsidi disebabkan oleh penurunan dibandingkan periode yang sama tahun
harga minyak (Indonesia crude price/ICP) 2018. Penurunan realisasi pada seluruh
selama triwulan I tahun 2019. Lebih komponen Dana Perimbangan, menjadi
lanjut, subsidi nonmigas belum penyebab dari penurunan ini.
terrealisasi karena masih berlangsungnya
Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai
proses administrasi dan verifikasi di
komponen terbesar dari Dana
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
Perimbangan sebesar Rp138,4 triliun
Meskipun terdapat penurunan, namun atau meningkat 3,8 persen sampai
secara umum BPP senantiasa diarahkan dengan Maret 2019. Apabila
untuk menjaga kualitas dari belanja. dibandingkan dengan target APBN,
Salah satunya melalui peningkatan realisasi DAU hingga Maret 2019 sebesar
kualitas dan kuantitas Belanja Bantuan 33,1 persen, sedikit lebih rendah
Sosial melalui Program Keluarga dibandingkan dengan Maret 2018 yaitu
Harapan, Bantuan Pangan Non-Tunai, 33,2 persen. Adapun Dana Transfer
Program Indonesia Pintar, dan Penerima Khusus (DTK) mengalami penurunan baik
Bantuan Iuran. Dengan program- dari segi nominal maupun realisasinya
program ini, kualitas BPP dapat terhadap APBN. Sampai dengan Maret
senantiasa terjaga. 2019, DTK telah mencapai Rp17,6 trliun,
turun 11,6 persen dibandingkan Maret
Adapun belanja TKDD sampai dengan
2018. Selain itu, apabila dibandingkan
triwulan I tahun 2019 telah mencapai
dengan target APBN, realisasi DTK hingga

33
Maret 2019 sebesar 8,8 persen atau dilengkapi oleh Pemerintah Kabupaten
lebih rendah dibandingkan dengan menjadi penyebab utama dari
periode yang sama tahun sebelumnya keterlambatan realisasi Dana Desa.
yaitu sebesar 10,7 persen. Belum adanya Berdasarkan performa Penerimaan dan
penyaluran DAK Fisik kepada Pemerintah struktur Belanja Negara diatas, maka
Daerah hingga akhir Maret 2019 menjadi defisit anggaran hingga Maret 2019 telah
penyebab dari rendahnya realisasi DTK. mencapai sebesar Rp102,0 triliun.
Hal ini karena Pemerintah Daerah masih Besaran defisit ini meningkat 18,7 persen
dalam tahap penyelesaian dibandingkan dengan Maret 2018, yaitu
pengadaan/lelang, sehingga belum dapat sebesar Rp85,9 triliun. Meningkatnya
disampaikan syarat daftar kontrak defisit anggaran ini juga berbanding lurus
kegiatan untuk penyaluran DAK Fisik dengan peningkatan kebutuhan
tahap pertama. pembiayaan. Khususnya untuk
pembiayaan utang yang telah mencapai
Tabel 20. Komposisi Transfer ke Daerah dan
49,5 persen dari target APBN.
Dana Desa (triliun Rupiah)
Maret 2018 Maret 2019 Gambar 23. Perkembangan Realisasi Defisit
Keterangan % % APBN
Nominal Nominal
APBN APBN
Maret 2018 Maret 2018
Transfer Ke 175,3 24,8 181,2 23,9
0 0
Daerah -85,800 -102,00
Dana 170,1 25,1 176,0 24,3 -50
Perimbangan -100
Dana Bagi 16,9 18,9 20,0 18,8 -150 -0,5
Hasil
Dana Alokasi -200
133,3 33,2 138,4 33,1 -0,58
Umum -250 -0,63
Dana Transfer
-1
19,9 10,7 17,6 8,8 -300
Khusus
-350
Dana Otonomi 2,6 12,3 0,2 0,9
Khusus dan -400 -1,5
Penyeimbang -450
Dana Insentif 2,7 31,8 5,0 50,0 Rp Triliun %PDB
-500
Daerah
Dana Desa -550 -2
10,3 17,2 10,1 14,4
Total 185,7 24,2 191,3 23,1 Sumber: Kementerian Keuangan
Sumber: Kementerian Keuangan
Tabel 21. Perkembangan Komponen
Lebih lanjut, hingga akhir Maret 2019, Pembiayaan (triliun Rp)
realisasi Dana Desa telah mencapai Maret-2019 Maret-2019
Jenis
Rp10,1 triliun atau 14,4 persen dari
Pembiayaan % %
target APBN. Realisasi ini lebih rendah Nominal Nominal
APBN APBN
baik dari segi nominal maupun terhadap Utang (neto) 150,6 37,7 177,9 49,5
target APBN. Dari segi nominal, realisasi Investasi 0,0 0,0 (2,0) 2,64
Pinjaman 0,07 1,01 (1,6) -67,5
Dana Desa hingga akhir Maret menurun Penjaminan - 0,0 - 0,0
1,9 persen. Dari segi realisasi terhadap Lainnya 0,04 22,6 0,0 0,0
target APBN, hingga Maret 2019 Dana Total (neto) 152,2 46,7 177,5 60,0
Desa telah mencapai 14,4 persen lebih Sumber: Kementerian Keuangan
rendah dibandingkan Maret 2018 yaitu
Peningkatan defisit ini juga turut
sebesar 17,2 persen. Masih adanya
berdampak pada kenaikan stok utang
persyaratan administrasi yang belum

34
Pemerintah Pusat, yang telah mencapai tetap mempertahankan besaran BI
Rp4.567,3 triliun hingga akhir Maret 7DRR. Langkah ini sejalan dengan upaya
2019. Meskipun mengalami peningkatan, mempertahankan daya tarik aset
namun Pemerintah senantiasa menjaga keuangan domestik sehingga dapat
utang Pemerintah Pusat pada tingkat mengontrol aliran modal untuk menjaga
yang berkelanjutan (sustainable). Hal ini stabilisasi nilai tukar Rupiah. Kedepan,
dapat terlihat dari rasio utang Bank Indonesia memiliki ruang untuk
Pemerintah yang masih relatif jauh dari melakukan pelonggaran kebijakan
ambang batas aman yang ditetapkan moneter melalui penurunan suku bunga
oleh UU No. 17 Tahun 2003 tentang acuan.
Keuangan Negara, yaitu 60,0 persen
Tabel 22. Suku Bunga Operasi Moneter BI 7
PDB.
Day Reverse Repo Rate Triwulan I Tahun 2019
Gambar 24. Perkembangan Utang Pemerintah (persen)
Pusat Bulan
Tenor
Jan Feb Mar

6000 35,0 7 hari 6,00 6,00 6,00

29,8 30,1 2 minggu 6,20 6,05 6,05


29,5
5000 28,3 30,0 1 bulan 6,40 6,24 6,25
27,5
Sumber: Bank Indonesia, diolah
4000 25,0 Rupiah menguat didukung kondisi
4.567,3
4.418,3 eksternal dan internal.
4.010,3
3000 3.515,5 20,0
3.165,1 Langkah kebijakan tersebut mendukung
apreasiasi nilai tukar Rupiah. Penguatan
2000 15,0 Rupiah pada triwulan I tahun 2019
2015 2016 2017
2018 Maret
ditandai dengan Rupiah yang stabil pada
2019
Utang Pemerintah Pusat kisaran Rp14.000 hingga Rp14.200 per
Rasio Utang (%PDB) USD selama tiga bulan terakhir. Pada
awal triwulan I tahun 2019 nilai mata
Sumber: Kementerian Keuangan uang Rupiah menguat terhadap Dolar
(USD) mencapai Rp14.390, kemudian
3. Moneter dan Jasa Keuangan
melemah tipis pada pertengahan
Perkembangan Moneter Februari hingga ditutup pada Rp14.243
pada akhir Maret 2019. Penguatan
BI mempertahankan suku bunga Rupiah pada awal triwulan I tahun 2019
kebijakan BI 7-day Reverse Repo Rate didorong oleh masuknya investasi
sebesar 6,00 persen. portofolio asing ke pasar negara
berkembang yang dipengaruhi
Pada Januari 2019, Bank Indonesia (BI)
penurunan harga minyak dunia serta
mempertahankan suku bunga kebijakan
normalisasi kebijakan moneter AS yang
BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR)
membawa sentimen positif bagi
sebesar 6,00 persen. Hingga akhir
perekonomian domestik. Dari sisi
triwulan I tahun 2019, Bank Indonesia
internal, penguatan nilai tukar Rupiah

35
didukung kinerja ekonomi domestik yang Gambar 26. Real Effective Exchange Rate
terus membaik. ASEAN-5, Maret 2012 – Maret 2019
(2010=100)
Gambar 25. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
120 110,49

15.500 115 108,2


110
15.000 1 Jan 2019 105,8
Rp 14.390 105
USD - IDR (Rupiah)

14.500 100

Indeks
90,38
95
14.000
90
31 Mar 2019
13.500 Rp 14.243 85
89,05
80
13.000

12.500
Jul-17

Jul-18
Apr-17

Okt-17

Apr-18

Okt-18
Jan-17

Jan-18

Jan-19

INDONESIA THAILAND
MALAYSIA FILIPINA
USD-IDR…
SINGAPURA
Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: Bloomberg, diolah

Selama triwulan I tahun 2019, nilai Likuiditas perekonomian meningkat


tukar Rupiah REER relatif lebih baik sebagai akibat dari peningkatan
dibandingkan dengan mata uang pertumbuhan M1.
negara peers.
Secara umum, likuiditas perekonomian
Pada triwulan I tahun 2019, indeks nilai atau uang beredar dalam arti luas (M2)
tukar Rupiah (Real Effective Exchange pada triwulan I tahun 2019 mengalami
Rate/REER) Indonesia adalah 90,38. pertumbuhan yang meningkat
Selama periode triwulan I tahun 2019, dibandingkan dengan akhir triwulan IV
nilai REER Indonesia menurun dan tahun 2018. Posisi M2 pada akhir
berada dibawah nilai wajarnya (par). Hal triwulan I tahun 2019 tumbuh 6,99
ini berdampak terhadap terjaganya daya persen (YoY) sebesar Rp5.745,06 triliun,
saing Indonesia dalam perdagangan lebih tinggi dibanding pertumbuhan
internasional. Nilai REER Indonesia lebih triwulan IV tahun 2018 yang mencapai
rendah dibandingkan negara-negara 6,29 persen.
sekawasan ASEAN yaitu Thailand,
Singapura, dan Filipina, meski Peningkatan pertumbuhan M2
dibandingkan dengan Malayasia REER dipengaruhi peningkatan komponen
Indonesia lebih tinggi. Nilai REER negara uang beredar dalam arti sempit (M1).
kawasan ASEAN tertinggi adalah Thailand Selama triwulan I tahun 2019,
sebesar 110,49, Singapura sebesar pertumbuhan M1 adalah sebagai
108,20, dan Filipina sebesar 105,90. berikut: 3,83 persen pada Januari, 2,65
persen pada November, dan 4,80 persen
pada Desember. PertumbuhanM2
didukung peningkatan komponen giro

36
Rupiah. Komponen lain yang persen. Selanjutnya, jika dilihat secara
berkontribusi terhadap peningkatan bulanan (MtM) pergerakan inflasi setiap
likuiditas perekonomian adalah surat bulan sebesar 0,32 persen, -0,08 persen,
berharga selain saham. dan 0,35 persen.

Pertumbuhan uang kuasi yang Tabel 23. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan I
cenderung stabil menahan laju Tahun 2019
pertumbuhan M2. Selama triwulan I, Persentase (%)
peningkatan pertumbuhan uang kuasi Jan Feb Mar

sebagai berikut: 6,04 persen pada Year-on-Year (YoY) 2,82 2,57 2,48
Januari, 7,06 persen pada Februari, dan Month-to-month (MtM) 0,32 -0,08 0,11
6,99 persen pada Maret. Faktor lain yang
Year-to-Date (YtD) 0,32 0,24 0,35
meredam pertumbuhan M2 pada akhir
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
triwulan I adalah pertumbuhan kredit
yang hanya mencapai 11,5 persen, Inflasi komponen volatile foods (MtM)
menurun dari Februari sebesar 12 persen mengalami inflasi pada Januari sebesar
dan Januari sebesar 11,9 persen. 0,97, kemudian pada Februari hingga
Gambar 27. Perkembangan Uang Beredar
Maret secara berturut-turut mengalami
Triwulan I Tahun 2019 deflasi sebesar 1,30 dan 0,02. Deflasi
8% dipengaruhi turunnya harga-harga
7,06%
6,99% pangan utama akibat siklus musim
panen. Rendahnya harga pangan
Pertumbuhan YoY (%)

6,04% 6,49%
6% dipengaruhi lonjakan pasokan akibat
5,51% 5,98% siklus musim panen. Secara tahunan
4,80% (YoY), inflasi komponen volatile foods
4% 3,83% pada triwulan I tahun 2019 mengalami
penurunan berturut-turut sebesar 1,76
2,65% persen, 0,33 persen, dan 0,16 persen.
2%
Jan Feb Mar Sementara itu, komponen administered
prices (MtM) mengalami deflasi pada
Pertumbuhan M2, %YoY
Januari sebesar 0,12, selanjutnya pada
Pertumbuhan M1, %YoY Februari dan Maret mengalami inflasi
Pertumbuhan Uang Kuasi, %YoY secara berturut-turut sebesar 0,06
Sumber: Bank Indonesia, diolah persen dan 0,08 persen. Peningkatan
tarif angkutan udara secara persisten
Inflasi mencapai tingkat terendah memberikan andil terhadap inflasi
dalam sepuluh tahun terakhir. administered price. Berdasarkan data
Sepanjang awal tahun 2019, inflasi tahunan (YoY) inflasi komponen
berada dalam rentang target yang administered price (YoY) pada triwulan I
ditetapkan yakni ± 3,5 persen. Terpantau tahun 2019 menurun secara berturut-
pada bulan Januari-Maret 2019, inflasi turut sebesar 3,39 persen, 3,38 persen,
tahunan (YoY) masing-masing sebesar 3,25 persen.
2,82 persen, 2,57 persen dan 2,48

37
Komponen inti (MtM) mengalami tidak wajar. Selanjutnya, inflasi
penurunan dari Januari-Maret 2018, kelompok makanan jadi, minuman,
secara berturut-turut sebesar 0,30 rokok, dan tembakau dipengaruhi
persen, 0,26 persen dan 0,16 persen. peningkatan harga rokok kretek filter.
Berdasarkan data tahunan (YoY) inflasi Kelompok pengeluaran lain yang
inti pada Januari-Februari 2019 stabil menyumbang inflasi adalah kelompok
pada 3,06 persen kemudian turun kesehatan dan kelompok sandang.
menjadi 3,03 persen pada Maret 2019.
Tabel 25. Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM),
Inflasi inti yang terjaga diatas level 3,00
Januari–Maret 2019
persen mencerminkan fundamental Persentase (%)
inflasi relatif stabil dan baik. Dengan Kelompok Pengeluaran
Jan Feb Mar
demikian, meskipun berdasarkan data UMUM (headline) 0,32 -0,08 0,11
bulanan (MtM) inflasi inti menurun, Bahan Makanan 0,92 -1,11 -0,01
namun secara tahunan (YoY) stabil. Transpor, Komunikasi, dan
-0,16 0,05 0,10
Jasa Keuangan
Tabel 24. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Makanan Jadi, Minuman,
Komponen 0,27 0,31 0,21
Rokok, dan Tembakau
Komponen Kesehatan 0,27 0,36 0,24
Inti Volatile Adinistered
Perumahan, Air, Listrik,
Foods Price 0,28 0,25 0,11
Gas, dan Bahan bakar
YoY (%)
Jan 3,06 1,76 3,39 Pendidikan, Rekreasi, dan
0,24 0,11 0,06
Feb 3,06 0,33 3,38 Olah raga
Mar 3,03 0,16 3,25 Sandang 0,47 0,27 0,23
MtM (%) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Jan 0,30 0,97 -0,12
Feb 0,26 -1,30 0,06
Mar 0,16 -0,02 0,08 Setelah diteliti lebih lanjut, deflasi pada
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kelompok pengeluaran bahan makanan
tercermin pada penurunan indeks harga
Inflasi yang semakin menurun pada
pangan strategis nasional. Secara umum
triwulan I tahun 2019 utamanya
indeks harga komoditas bahan-bahan
dipengaruhi penurunan harga pada
Kelompok Bahan Makanan mengikuti pokok nasional menurun. Pada triwulan I
siklus panen. Lonjakan pasokan tahun 2019, indeks harga komoditas
menyebabkan harga komoditas pangan bahan-bahan pokok nasional cenderung
menurun. Kelompok lain yang menurun. Cabai merah mengalami
berkontribusi terhadap penurunan inflasi penurunan harga terendah, diikuti
adalah Kelompok Perumahan, Air, Listrik, daging ayam dan cabai rawit.
Gas, dan Bahan bakar. Penurunan harga
minyak dunia dan batu bara yang diiringi
penguatan nilai tukar Rupiah menahan
laju inflasi harga energi.

Inflasi pada kelompok Transpor,


Komunikasi, dan Jasa Keuangan
utamanya dipengaruhi peningkatan
harga tarif angkutan udara dengan pola

38
Gambar 28. Perkembangan Indeks Harga Perbankan Konvensional Kinerja
Pangan Strategis Nasional Januari–Maret 2019, perbankan konvensional secara umum
(2019=100) mengalami peningkatan pada triwulan I
130 tahun 2019. Hal tersebut tercermin dari
peningkatan rasio kecukupan modal,
120 119,35 perbaikkan fungsi intermediasi, dan
kualitas penyaluran kredit yang relatif
110 100,82 baik. Rasio kecukupan modal (CAR)
100,81
Indeks Harga

100,42
mengalami peningkatan, yaitu dari 23,0
100 99,92 pada triwulan IV tahun 2018 menjadi
97,62
92,56 23,4 pada triwulan I tahun 2019, berada
90 90,69 jauh diatas ketentuan minimum yaitu 8
89,27 persen. Selain itu, fungsi intermediasi
88,92
80 perbankan konvensional juga meningkat,
yang tercermin dari menurunnya rasio
70 LDR pada triwulan I tahun 2019, meski
Jan-19 Feb-19 Mar-19
masih sedikit melampaui threshold yang
Minyak Goreng Daging Sapi ditentukan. Indikator selanjutnya adalah
Daging Ayam Telur Ayam rasio kredit bermasalah (Non-Performing
Beras Medium Gula Pasir
Cabai Rawit Cabai Merah
Loan/ NPL). Pada triwulan I tahun 2019,
Bawang Merah Bawang Putih rasio kredit bermasalah tetap stabil di
angka yang rendah, meskipun sedikit
Sumber: Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
meningkat jika dibandingkan dengan
Nasional
triwulan sebelumnya.
Penurunan harga mayoritas komoditas
Gambar 29. Kinerja Perbankan Konvensional
pangan pokok pada triwulan I tahun
2019 utamanya disebabkan lonjakan 96% 25%

pasokan. Penurunan inflasi harga bahan 95%


makanan bersifat temporer, menimbang 94% 20%
LDR (%)

pada akhir April inflasi kelompok bahan 93%


NPL dan CAR (%)

makanan dan makanan jadi akan kembali 15%


92%
meningkat akibat naiknya permintaan
91%
masyarakat di Indonesia menjelang 10%
90%
bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
89% 05%
Sektor Jasa Keuangan 88%
87% 00%
Kinerja sektor jasa keuangan tetap I IV I
terjaga, ditopang oleh kinerja 2018 2018 2019
perbankan dan lembaga keuangan LDR 90% 95% 94%
nonbank yang mengalami peningkatan NPL 03% 02% 03%
serta kinerja pasar modal yang tetap CAR 23% 23% 23%
terkendali . Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (diolah)

39
Selanjutnya, kinerja perbankan Gambar 31. Pertumbuhan Kredit Bank
konvensional juga didukung oleh Dana Konvensional
Pihak Ketiga (DPK) dan kredit yang
5.500 15%
tumbuh positif. Pada triwulan I tahun
2019, DPK tumbuh sebesar 7,5 persen

Pertumbuhan Kredit (%)


5.300

Total Kredit (Rp Triliun)


(YoY), lebih tinggi jika dibandingkan
5.100 10%
dengan triwulan sebelumnya yang hanya
tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY). Secara 4.900
umum, peningkatan pertumbuhan
4.700 5%
tersebut didorong oleh pertumbuhan
deposito yang merupakan komponen 4.500
terbesar DPK, serta diikuti oleh
4.300 0%
pertumbuhan giro yang juga I IV I
berkontribusi dalam peningkatan
2018 2018 2019
pertumbuhan total DPK.
Total Kredit (Rp)
Pertumbuhan Tot. Kredit
Gambar 30. Pertumbuhan DPK Bank Pertumbuhan KI
Konvensional Pertumbuhan KMK
5.800 14% Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (diolah)
Pertumbuhan DPK (%)

5.700 12% Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan


Total DPK (Rp)

5.600 10% pertumbuhan DPK diimbangi juga oleh


pertumbuhan kredit yang positif. Pada
5.500 8%
triwulan I tahun 2019, pertumbuhan
5.400 6% kredit bahkan tetap stabil tumbuh dua
5.300 4% digit sejak pertengahan tahun 2018,
meskipun sedikit melambat jika
5.200 2%
dibandingkan dengan triwulan
5.100 0% sebelumnya. Pertumbuhan kredit
I IV I tersebut didorong oleh jenis kredit
2018 2018 2019 investasi yang tumbuh cukup tinggi, yaitu
Total DPK (Rp) 13,6 persen (YoY) pada triwulan I tahun
Pertumbuhan Total DPK 2019. Sementara jenis kredit yang lain
Pertumbuhan Deposito
Pertumbuhan Tabungan yaitu kredit konsumsi dan kredit modal
Pertumbuhan Giro kerja juga tumbuh positif, meskipun
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (diolah) sedikit melambat jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Apabila
ditinjau lebih lanjut, secara sektoral,
penyaluran kredit perbankan mengalami
peningkatan hampir pada semua sektor
pada triwulan I tahun 2019. Peningkatan
terbesar terjadi pada sektor
pertambangan dan penggalian yaitu
sebesar 31,5 persen (YoY) dan sektor
konstruksi yaitu sebesar 27,1 persen

40
(YoY). Dari sisi volume, sektor sebesar 59 persen, sementara 41 persen
perdagangan besar dan eceran masih selebihnya disalurkan ke sektor
mendominasi penyerapan kredit dengan nonproduksi. KUR telah disalurkan
kontribusi sebesar 25,6 persen atau kepada 1,3 juta debitur dengan rasio
Rp972.700 miliar, dan selanjutnya diikuti tingkat kredit macet sebesar 0 persen.
oleh sektor industri pengolahan sebesar Hal ini menunjukkan bahwa nasabah
9,3 persen atau Rp384.080 miliar.
penerima KUR dapat mengembalikan
Penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat) dana pinjaman dengan tepat waktu.
atau pembiayaan yang diberikan oleh Selanjutnya jika ditinjau lebih lanjut,
perbankan kepada UMKMK, pada penyaluran KUR masih didominasi oleh
triwulan I tahun 2019, mencapai Rp38 skema KUR Mikro (65,2 persen), lalu
triliun atau telah mencapai 27 persen diikuti dengan skema KUR Kecil (34,4
dari target yang ditetapkan sebesar persen) dan KUR TKI (0,35 persen).
Rp140 triliun. Proporsi KUR terbesar
disalurkan ke sektor nonproduksi, yaitu

Tabel 26. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional di Indonesia Tahun 2018-2019
(miliar Rupiah)
2018 2019
Sektor
I IV I
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 319.600 354.878 354.080
Perikanan 10.639 12.137 12.343
Pertambangan dan Penggalian 104.750 137.912 137.750
Industri Pengolahan 793.325 899.088 868.891
Listrik, gas dan air 154.238 170.190 186.861
Konstruksi 254.714 316.097 323.777
Perdagangan Besar dan Eceran 885.838 975.995 972.700
Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan
97.367 99.751 100.369
minum
Transportasi, pergudangan dan komunikasi 192.105 217.323 213.971
Perantara Keuangan 211.490 244.486 232.258
Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa
225.520 248.218 253.836
Perusahaan
Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
21.981 25.068 26.006
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 10.166 12.322 12.664
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 19.799 22.698 23.117
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan
70.715 79.914 81.217
dan Perorangan lainnya
Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 2.703 2.715 2.734
Badan Internasional dan Badan Ekstra
152 173 172
Internasional Lainnya
Kegiatan yang belum jelas batasannya 3.488 2.257 1.593
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (31 Maret 2019)

41
Gambar 32. Capaian Penyaluran KUR I tahun 2019 sebesar Rp1.249,2 triliun,
atau tumbuh sebesar 3,3 persen (QtQ)
Capaian Capaian
dibandingkan dengan triwulan IV tahun
Sektor Sektor Non
Produksi 2018.
Produksi
Gambar 34. Perkembangan Jumlah Aset Bersih
Januari- 15 22 dan Jumlah Investasi Dana Pensiun 2018-2019
Maret triliun triliun 300 268
2019
266
250
(41%) (59%) 264
200

Rp Miliar
Rp Miliar
262
Sumber: Kemenko Perekonomian (31 Maret 150 260
2019) 100
258
256
Sementara dari segi sektor penerima 50
254
KUR, penyaluran KUR masih didominasi 0 252
oleh sektor perdagangan yaitu sebesar I IV I
59,6 persen, kemudian diikuti oleh 2018 2019
sektor pertanian, perburuan, dan Jumlah Aset Neto Jumlah Investasi
kehutanan yaitu sebesar 23,4 persen.
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 33. Pertumbuhan Total Aset Industri
Asuransi 2018-2019 Dana Pensiun. Pada triwulan I tahun
2019, industri dana pensiun mengalami
1.260 3,5% perkembangan yang positif, salah
1.240 3,0% satunya tercermin dari peningkatan
1.220
1.200
2,5% jumlah aset neto dan jumlah investasi
1.180 2,0% dana pensiun. Jumlah investasi dana
1.160 1,5% pensiun pada triwulan I tahun 2019
1.140
1,0% mencapai Rp266,3 miliar atau tumbuh
1.120
1.100 0,5% sebesar 3,6 persen (YoY) bila
1.080 0,0% dibandingkan dengan triwulan I tahun
I IV I 2018. Sejalan dengan hal tersebut,
2018 2019 jumlah aset neto pada dana pensiun juga
Total Aset (Dalam Triliun Rp) mengalami peningkatan sebesar 4,4
Pertumbuhan Aset Industri (QtQ) persen (YoY) apabila dibandingkan
dengan triwulan I tahun 2018.
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Asuransi. Kinerja industri asuransi pada Pasar Modal. Kinerja pasar modal pada
triwulan I tahun 2019 meningkat setelah triwulan I tahun 2019 relatif membaik
mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan kondisi tahun
pada akhir tahun 2017. Hal tersebut 2018 yang cukup berfluktuasi, terutama
salah satunya didorong oleh percepatan karena pengaruh ketidakpastian global.
pertumbuhan aset industri asuransi. Kinerja pasar modal yang atraktif
Total aset industri asuransi pada triwulan ditandai dengan masuknya dana asing

42
dalam jumlah besar (capital Inflow) sejak Gambar 36. Perkembangan Obligasi Korporasi
awal tahun 2019. 2018-2019

Pada pasar saham, kondisi pasar saham 430


mengalami penguatan pada triwulan I 425
tahun 2019, setelah sempat melemah
420
pada pertengahan tahun 2018. Hal
415

triliun Rupiah
tersebut salah satunya ditunjukkan oleh
perkembangan nilai kapitalisasi pasar 410

dan Indeks Harga Saham Gabungan 405


(IHSG) yang positif. IHSG ditutup pada 400
level 6.525,2 pada triwulan I tahun 2019, 395
atau tumbuh sebesar 5,4 persen (YoY)
390
dibandingkan dengan triwulan I tahun
385
2018.
I IV I
Gambar 35. Perkembangan IHSG dan Nilai 2018 2019
Kapitalisasi Pasar Saham 2018-2019

6.600 7.400 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan


Nilai Kapitalisasi Pasar

7.300
6.500 Sementara pada pasar obligasi korporasi,
(triliun Rupiah)

7.200
6.400
7.100
kondisi pasar obligasi korporasi kembali
IHSG (Rp)

6.300 7.000 menguat pada awal tahun 2019, setelah


6.900 sempat mengalami perlambatan
6.200
6.800 pertumbuhan pada akhir tahun 2018.
6.100 Pada triwulan I tahun 2019, total nilai
6.700
6.000 6.600 obligasi korporasi tercatat sebesar
I IV I Rp424,1 triliun, meningkat jika
2018 2019 dibandingkan dengan triwulan I tahun
Nilai Kapitalisasi Pasar IHSG
2018 yang hanya mencapai Rp400,9
triliun.
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Perbankan Syariah. Perbankan Syariah
Sejalan dengan peningkatan IHSG, nilai pada triwulan I tahun 2019 mengalami
kapitalisasi pasar saham juga mengalami peningkatan kinerja yang cukup baik.
pertumbuhan positif setelah sempat Dari sisi likuiditas, kondisi likuiditas
menurun pada triwulan IV tahun 2018. perbankan syariah cukup memadai,
Nilai kapitalisasi pasar saham pada ditunjukkan oleh besaran Financing to
triwulan I tahun 2019 sebesar Rp7.356,4 Deposit Ratio (FDR) yang terjaga pada
triliun, atau tumbuh sebesar 6,8 persen kisaran 80–90 persen, meskipun sedikit
(YoY) jika dibandingkan dengan nilai menurun jika dibandingkan dengan
pada triwulan I tahun 2018. triwulan sebelumnya. Selanjutnya dari
sisi kualitas pembiayaan, kualitas
pembiayaan cukup stabil, tercermin dari
nilai Non-Performing Financing (NPF)

43
perbankan syariah yang tidak banyak perbankan syariah, yaitu sebesar 23,69
berubah, yaitu dari 3,3 persen pada persen (YoY). Sementara Bank Umum
triwulan IV tahun 2018, menjadi 3,4 Syariah (BUS) hanya tumbuh sebesar
persen pada triwulan I tahun 2019. Dari 6,04 persen (YoY).
sisi permodalan, kondisi permodalan
Gambar 38. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
perbankan syariah mengalami
dan Kredit Perbankan Syariah 2018 – 2019
peningkatan, tercermin dari nilai Capital
Adequacy Ratio (CAR) yang meningkat 400.000 20,0
sebesar 1,83 persen (QtQ) pada triwulan 350.000 18,0
16,0
I tahun 2019.

Pertumbuhan (%)
300.000
14,0

Trilliun (RP)
250.000 12,0
Gambar 37. Perkembangan Kinerja Perbankan
200.000 10,0
Syariah 2018-2019
150.000 8,0
89,00 25,00 6,0
100.000
4,0
88,00 50.000 2,0
20,00
0 0,0
87,00 I IV I
CAR & NPF (%)

86,00 15,00 2018 2019


FDR (%)

85,00 DPK
10,00
Pembiayaan
84,00
Pertumbuhan DPK (YoY)
5,00
83,00 Pertumbuhan Pembiayaan (YoY)
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
82,00 0,00
I IV I* Catatan: Angka triwulan I tahun 2019
2018 2019 merupakan angka bulan Februari
FDR 84,32 88,18 85,67
CAR 18,47 20,39 20,30 Dari jenis penggunaan, pertumbuhan
NPF 3,86 3,26 3,44 pembiayaan untuk investasi
mendominasi pertumbuhan pembiayaan
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan bank syariah secara umum. Sementara
Catatan: Angka triwulan I tahun 2019 itu, di saat yang sama Dana Pihak Ketiga
merupakan angka bulan Februari
(DPK) perbankan syariah tumbuh sebesar
0,77 persen (QtQ) atau sebesar 10,24
Kegiatan intermediasi perbankan syariah
persen (YoY). Komposisi DPK perbankan
pada bulan Februari 2019 mengalami
syariah ditopang oleh DPK pada Unit
peningkatan. Kondisi ini tercermin dari
Usaha Syariah yang tumbuh signifikan
pembiayaan perbankan syariah yang
sebesar 20,63 persen (YoY).
tumbuh sebesar 11,99 persen (YoY) pada
Februari 2019, meskipun sedikit
melambat jika dibandingkan dengan
triwulan IV tahun 2018. Jika ditinjau lebih
lanjut, pembiayaan oleh Unit Usaha
Syariah (UUS) paling dominan
menyumbang pertumbuhan pembiayaan

44
Tabel 27. Perkembangan Pembiayaan yang relatif pesat pada triwulan I tahun
Perbankan Syariah 2018 –2019 2019. Pertumbuhan pembiayaan bank
(miliar Rupiah) syariah pada triwulan I tahun 2019
Pembiayaan 2018 2019 mencapai 13,79 persen (YoY) atau 2,71
Berdasarkan
Jenis Akad I IV I persen lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya.
Pembiayaan
67.502 75.730 76.241 Pertumbuhan pembiayaan terbesar
Investasi
disumbangkan oleh pembiayaan
Pembiayaan
97.471 105.055 104.236 konsumsi sebesar 17,11 persen (YoY)
Modal Kerja
atau meningkat sebesar 2,58 persen
Pembiayaan (QtQ). Kondisi ini didorong oleh
121.648 139.408 140.506
Konsumsi
pertumbuhan kredit pembiayaan
Total
286.621 320.193 320.983 perumahan atau KPR. Sementara itu,
Pembiayaan
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan jenis Pembiayaan Investasi dan
Catatan: Angka triwulan I tahun 2019 Pembiayaan Modal Kerja juga mengalami
merupakan angka bulan Februari pertumbuhan pada periode yang sama.
Secara umum, jumlah pembiayaan bank Pembiayaan Investasi dan Pembiayaan
syariah yang disalurkan kepada Modal Kerja masing-masing tumbuh
masyarakat mengalami pertumbuhan sebesar 12,73 persen (YoY) dan 10,31
persen (YoY).
Tabel 28. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Tahun 2018-2019 (miliar Rupiah)
2018 2019
Sektor
I IV I
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 10.238 11.846 11.361
Perikanan 1.048 1.186 1.174
Pertambangan dan Penggalian 6.551 5.562 5.196
Industri Pengolahan 21.440 23.210 25.067
Listrik, gas dan air 11.266 14.635 16.334
Konstruksi 20.819 23.701 26.720
Perdagangan Besar dan Eceran 31.920 33.781 33.343
Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan
3.657 4.454 4.660
Minum
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 9.645 9.177 9.121
Perantara Keuangan 17.794 18.498 17.528
Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 12.089 13.218 12.896
Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
9 4 9
Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 4.940 5.026 5.501
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.963 4.345 4.901
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan
4.953 5.644 5.477
Perorangan lainnya
Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 323 369 372
Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional
0 0 -
Lainnya
Kegiatan yang belum jelas batasannya 1.238 878 816
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Catatan: Angka triwulan I ahun 2019 merupakan angka bulan Februari

45
Ditinjau secara sektoral, sektor pada triwulan I tahun 2019. Nilai
Perdagangan Besar dan Eceran serta kapitalisasi ISSI meningkat relatif kuat
sektor Kontruksi masih mendominasi hingga Rp3.798 triliun, atau tumbuh 3,61
penyerapan pembiayaan yang disalurkan persen dari triwulan sebelumnya (QtQ).
yaitu masing-masing sebesar 19,24 Sementara itu, pada periode yang sama
persen dan 13,50 persen dari total nilai kapitalisasi saham blue chip JII
pembiayaan. Nilai penyaluran ke sektor menunjukkan penguatan senilai Rp2.302
Perdagangan Besar dan Eceran serta triliun, atau tumbuh 2,81 persen dari
sektor Kontruksi masing-masing sebesar triwulan sebelumnya (QtQ).
Rp33.343 miliar dan Rp26.720 miliar. Penguatan nilai kapitalisasi ISSI dan JII
Sementara itu, sektor dengan kontribusi menunjukkan performa kinerja pasar
penyaluran terendah adalah sektor modal syariah yang baik di tengah
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan eksposur perekonomian global yang
dan Jaminan Sosial Wajib dengan nilai dinamis seperti terjadinya
pembiayaan sebesar Rp9 miliar. Adapun proteksionisme beberapa negara
dari sisi pertumbuhan, pembiayaan menyusul perang dagang AS dan
sektor Listrik, Gas dan Air tumbuh Tiongkok, eskalasi krisis di Turki dan
sebesar 45 persen (YoY). Argentina, serta rencana kenaikan suku
Gambar 39. Perkembangan Nilai Kapitalisasi bunga acuan Fed Rate.
Pasar Saham ISSI dan JII 2018-2019
Gambar 40. Perkembangan Outstanding Sukuk
(dalam juta Rupiah)
Korporasi 2018-2019 (triliun Rupiah)
4,0
250 30
3,5
3,0 200 25

2,5 20
150
2,0
15
1,5
100
1,0 10

0,5 50 5
0,0
I IV I 0 0
I IV I
2018 2019
2018 2019
ISSI JII
Sukuk korporasi SBSN
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Sumber: Otoritas Jasa Keuangan dan DJPPR
Kemenkeu
Pasar Modal Syariah. Seiring dengan
penguatan Indeks Harga Saham Sejalan dengan tren IHSG, ISSI dan JII,
Gabungan, Indeks Saham Syariah nilai outstanding sukuk korporasi pada
Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index triwulan I tahun 2019 mengalami
(JII) juga turut mengalami penguatan peningkatan yang cukup signifikan

46
sebesar 11,91 persen dari triwulan jumlah aset Industri Keuangan Non-Bank
sebelumnya (QtQ) atau sebesar 44,82 Syariah (IKNBS) dibanding triwulan yang
(YoY) menjadi Rp24,62 triliun pada sama tahun sebelumnya. Secara umum,
triwulan I tahun 2019. Kondisi pasar aset Industri Keuangan Non-Bank Syariah
sukuk korporasi cenderung tumbuh mengalami penurunan sebesar 3,86
stabil, hal ini tercermin dari nilai persen menjadi Rp94,20 triliun (YoY).
outstanding yang terus meningkat baik Apabila ditinjau lebih rinci, Lembaga
secara triwulanan maupun tahunan. Pembiayaan Syariah mengalami
Namun demikian, nilai outstanding sukuk penurunan aset secara signifikan sebesar
korporasi masih jauh jika dibandingkan 20,37 persen dibanding triwulan yang
dengan sukuk negara, sehingga pasar sama tahun sebelumnya (YoY), atau dari
sukuk korporasi masih perlu dilakukan Rp32,77 triliun pada triwulan I tahun
pendalaman agar dapat memberikan 2018 menjadi Rp26,10 triliun pada
dukungan pembiayaan bagi triwulan I tahun 2019.
pembangunan ekonomi nasional.
Walaupun secara umum total aset IKNB
Tabel 29. Pertumbuhan Aset IKNB Syariah menurun, aset Lembaga Keuangan Mikro
2018–2019 (miliar Rupiah) Syariah meningkat paling tinggi yaitu
2018 2019 sebesar 140,59 persen menjadi Rp278
Uraian miliar (YoY). Diikuti oleh peningkatan
I IV I pada aset Lembaga Jasa Keuangan
Khusus Syariah sebesar 11,68 persen
Asuransi Syariah 42.742 41.959 42.692
menjadi Rp25,13 triliun (YoY) sisanya
Lembaga Jasa aset Asuransi Syariah turun sebesar 0,12
Keuangan Khusus 22.501 25.730 25.129
persen menjadi Rp42,69 triliun (YoY).
Syariah
Lembaga
Pembiayaan 32.774 25.757 26.098
4. Eksternal
Syariah
Lembaga Neraca Pembayaran
Keuangan Mikro 116 247 278
Syariah Neraca pembayaran surplus, ditopang
Pertumbuhan surplus transaksi modal dan finansial
Aset IKNB (YoY) - 6,01 -2,24 -4,01 yang lebih besar dari defisit transaksi
(%)
berjalan.
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Catatan: Angka triwulan I tahun 2019 Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)
merupakan angka bulan Februari
pada triwulan I tahun 2019 mengalami
IKNB Syariah. Pada triwulan I tahun surplus sebesar USD2,4 miliar. Kinerja
2019, secara keseluruhan Industri tersebut meningkat dibandingkan
Keuangan Non-Bank Syariah dengan triwulan I tahun 2018 yang
menunjukkan perkembangan yang defisit sebesar USD3,8 miliar namun
kurang positif. Kondisi ini tercermin dari lebih rendah dari triwulan IV tahun 2018
adanya penurunan secara umum pada yang sebesar USD5,4 miliar. Surplus NPI
pada triwulan ini terjadi seiring

47
membaiknya defisit neraca transaksi Neraca perdagangan nonmigas
berjalan serta diimbangi dengan surplus meningkat, defisit perdagangan migas
transaksi modal dan finansial yang cukup membaik.
tinggi. Neraca transaksi modal dan
Neraca perdagangan barang surplus
finansial surplus sebesar USD10,1 miliar,
sebesar USD1,1 miliar, meningkat
lebih tinggi dibandingkan triwulan I
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tahun 2018 (USD2,3 miliar).
defisit USD2,6 miliar namun lebih rendah
Gambar 41. Perkembangan Neraca dari triwulan I tahun 2018 (USD2,3
Pembayaran Indonesia (miliar USD) miliar). Neraca perdagangan nonmigas
meningkat tajam menjadi USD2,5 miliar
20 140 dibandingkan triwulan sebelumnya yang
15 120 sebesar USD0,09 miliar, meskipun masih
100
10 lebih rendah dibandingkan triwulan I
80
5 tahun 2018 yang mencapai USD4,4
60
0 miliar. Sementara itu, neraca
40
-5 20
perdagangan migas masih mengalami
-10 0 defisit sebesar USD1,9 miliar, membaik
-15 -20 dibandingkan defisit yang terjadi pada
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 triwulan I tahun 2018 (USD2,4 miliar)
2018 2019 dan triwulan sebelumnya (USD2,8
Transaksi Berjalan miliar). Perbaikan tersebut merupakan
Transaksi Modal dan Finansial disebabkan oleh penerapan kebijakan
Neraca Keseluruhan energi yang dijalankan oleh pemerintah
Posisi Cadangan Devisa
untuk membeli minyak mentah dari
Sumber: Bank Indonesia Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Selain itu, penurunan impor minyak juga
Defisit neraca transaksi berjalan pada dipengaruhi oleh konsumsi BBM
triwulan ini sebesar USD6,9 miliar, lebih mengikuti pola musiman.
baik dari triwulan sebelumnya yang
defisit hingga USD9,2 miliar. Di tengah Defisit neraca perdagangan jasa
lesunya perekonomian dunia dan melebar.
turunnya harga komoditas, penurunan Pada triwulan I tahun 2019, defisit
defisit tersebut terutama disebabkan neraca perdagangan jasa mencapai
oleh penurunan impor yang lebih dalam USD1,8 miliar, lebih tinggi dibandingkan
dibandingkan penurunan ekspor. Hal ini triwulan I tahun 2018 maupun triwulan
dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah sebelumnya yang sebesar USD1,6 miliar.
yang melakukan upaya pengendalian Kinerja sebagian besar komponen jasa
impor atas beberapa komoditas sejak mengalami penurunan kecuali jasa
akhir tahun 2018. transportasi, jasa keuangan, dan jasa
telekomunikasi komputer dan informasi
yang defisitnya lebih baik dari triwulan I

48
tahun 2018 maupun triwulan Perbaikan yang terjadi sesuai dengan
sebelumnya. Meningkatnya defisit data historis yang mana defisit pada
neraca perdagangan jasa dipengaruhi triwulan pertama selalu lebih kecil dari
oleh menurunnya surplus jasa perjalanan triwulan sebelumnya. Kondisi ini
menjadi USD1,4 miliar. Pada triwulan I terutama disebabkan oleh menurunnya
tahun 2018 dan triwulan IV tahun 2018, pembayaran jasa freight seiring kegiatan
ekspor impor yang belum padat pada
surplus neraca perjalanan mencapai
awal tahun.
USD1,5 miliar. Penurunan tersebut
seiring dengan berkurangnya jumlah Gambar 43. Neraca Pendapatan Primer dan
wisatawan mancanegara (wisman) yang Sekunder
berkunjung ke Indonesia. Tingginya 4,0
kunjungan wisman pada periode 2,0
Penerimaan
sebelumnya yang terkait dengan 0,0 Pendapatan
penyelenggaraan IMF-World Bank -2,0 Primer
Pembayaran
Annual Meeting serta Asian Games dan -4,0
Pendapatan
Asian Para Games menyebabkan -6,0 Primer
penurunan yang drastis pada triwulan I -8,0 Penerimaan
Pendapatan
tahun 2019. -10,0
Sekunder
-12,0 Pembayaran
Gambar 42. Neraca Jasa Perjalanan dan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Pendapatan
Transportasi Sekunder
2018 2019

Sumber: Bank Indonesia


2019

Q1

Q4 Pada triwulan I tahun 2019, neraca


pendapatan primer kembali defisit
Q3 sebesar USD8,1 persen, lebih besar dari
2018

Q2
triwulan I tahun sebelumnya. Defisit
tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya
Q1 defisit pada pendapatan investasi
sebesar USD7,7 miliar. Di sisi lain, neraca
-5,0 0,0 5,0
pendapatan sekunder meningkat
Impor Perjalanan Ekspor Perjalanan menjadi USD1,87 miliar dibandingkan
Impor Transportasi Ekspor Transportasi triwulan I tahun 2018 (USD1,44 miliar).
Peningkatan tersebut didorong oleh
Sumber: Bank Indonesia
turunnya pembayaran transfer lainnya
Di sisi lain, defisit jasa transportasi juga menjadi USD0,29 miliar.
mengalami kinerja yang lebih baik. Pada
triwulanI tahun 2019, defisit jasa
transportasi sebesar USD1,86 miliar,
sedikit lebih kecil dibandingkan defisit
pada triwulan I tahun 2018 (USD1,88
miliar) maupun defisit yang terjadi pada
triwulan sebelumnya (USD2,5 miliar).

49
Gambar 44. Neraca Transaksi Finansial Perdagangan
Indonesia
Tabel 30. Neraca Perdagangan dan Tingkat
12,00 Pertumbuhan Ekspor Impor
10,00 2018 2018 2019
Tahun
Tw-I Tw-IV Tw-I
8,00
Neraca Perdagangan (Juta USD)
6,00 Total 314,4 -4.871,4 -193,4
Migas -2.680,6 -3.094,4 -1.344,0
4,00
Non Migas 2.995,0 -1.777,0 1.150,6
2,00 Pertumbuhan YoY (%)
0,00 Total Ekspor 8,69 -0,70 -8,50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Total Impor 20,05 12,29 -7,40
-2,00 Ekspor Migas 1,23 8,74 -15,17
2018 2019 Impor Migas 2,35 11,96 -28,98
-4,00
Ekspor Nonmigas 9,51 -1,68 -7,83
Investasi Langsung Investasi Portofolio Impor Nonmigas 23,93 12,36 -3,50

Investasi Lainnya
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumber: Bank Indonesia Neraca perdagangan Indonesia pada


triwulan I tahun 2019 mengalami defisit
Pertumbuhan transaksi modal dan sebesar USD193,4 juta.
finansial didukung optimisme investor.
Neraca perdagangan Indonesia pada
Transaksi modal dan finansial mencapai triwulan I tahun 2019 defisit sebesar
USD10,1 miliar mencerminkan USD193,4 juta. Pada sektor nonmigas,
optimisme investor terhadap Indonesia mengalami surplus sebesar
perekonomian domestik. Meskipun jauh USD1.150,6 juta, namun defisit yang
lebih tinggi dari triwulan I tahun 2018 terjadi pada sektor migas masih lebih
(USD2,3 miliar), namun masih lebih besar yakni USD1.344,0 juta Jika dilihat
rendah dibandingkan dengan triwulan dari tingkat pertumbuhannya (YoY),
sebelumnya yang mencapai USD15,9 secara keseluruhan ekspor pada triwulan
miliar. Hal ini sebagian besar dipengaruhi I tahun 2019 mengalami penurunan yang
oleh turunnya investasi portofolio lebih besar daripada impor. Pada sektor
sebesar 48 persen (QtQ). Selain itu, nonmigas, penurunan ekspor lebih besar
investasi lainnya mengalami defisit daripada penurunan impor, namun
sebesar USD0,58 miliar setelah pada sebaliknya pada sektor migas. Secara
triwulan sebelumnya surplus hingga keseluruhan, baik ekspor maupun impor
USD3,5 miliar. pada triwulan I tahun 2019 tumbuh
negatif sebesar 8,5 persen dan 7,4
Cadangan devisa Indonesia pada
persen (YoY). Hal ini masih tidak lepas
triwulan I tahun 2019 sebesar USD124,5
dari pengaruh perlambatan
miliar. Jumlah tersebut setara dengan
perekonomian global yang terjadi pada
pembiayaan 6,8 bulan impor dan utang
akhir tahun 2018.
luar negeri pemerintah, lebih tinggi dari
standar kecukupan internasional yang
sekitar 3 bulan impor.

50
Total ekspor Indonesia pada triwulan I 11,23 persen dan 9,18 persen terhadap
tahun 2019 sebesar USD40,5 miliar, total ekspor nonmigas.
turun 8,5 persen.
Tabel 31. Nilai dan Tingkat Pertumbuhan
Total ekspor Indonesia pada triwulan I Ekspor
Kategori 2018 Tw-I 2018 Tw-IV 2019 Tw-I
tahun 2019 adalah sebesar USD40,5
Nilai Ekspor 44.272,9 44.977,3 40.510,2
miliar, turun sebesar 8,5 persen (YoY). (Juta USD)
Ekspor nonmigas pada triwulan I tahun Migas 4.052,5 4.654,4 3.437,8
Minyak 1.224,7 1.116 349,3
2019 sebesar USD37,1 miliar, lebih kecil
Mentah
7,8 persen dibandingkan periode yang Hasil Minyak 354,3 391 249,6
sama tahun 2018. Adapun pada ekspor Gas 2.473,5 3.147 2.838,9
Nonmigas 40.220,4 40.322,9 37.072,4
migas mencapai USD3,4 miliar, turun Pertanian 774,0 934,2 785,8
sebesar 15,2 (YoY). Industri 32.039,5 32.396,2 29.922,4
Pertambangan 7.406,9 6.992,5 6.394,2
Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, dan lainnya
India, dan Singapura. Pertumbuhan 8,79 -1,01 -8,50
Ekspor (YoY%)
Migas 1,80 8,98 -15,17
Berdasarkan negara tujuan ekspor, Minyak -23,25
Tiongkok merupakan negara tujuan Mentah -12,59 -71,48
ekspor terbesar dengan nilai ekspor Hasil Minyak -19,24 0,35 -29,57
Gas 15,52 29,69 14,77
mencapai USD5.236,0 juta atau sebesar Nonmigas 9,44 -2,05 -7,73
14,12 persen dari total ekspor nonmigas. Pertanian -9,41 -0,76 1,53
Negara tujuan ekspor terbesar lainnya Industri 4,50 -1,30 -6,51
Pertambangan 41,51 -5,17 -14,07
adalah Amerika Serikat dan Jepang, dan lainnya
masing-masing berkontribusi sebesar Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel 32. Perkembangan Nilai Ekspor Nonmigas Berdasarkan 10 Negara Tujuan Ekspor Utama
Nilai Ekspor (Juta USD) Pertumbuhan (%) Proporsi thd
Total Ekspor
Negara
2018 Nonmigas
2018 Tw-I 2019 Tw-I QtQ YoY
Tw-IV (%)
Tiongkok 6.337,7 5.871,5 5.236,0 -10,8 -17,4 14,1
Amerika
4.421,2 4.473,6 4.164,8 -6,9 -5,8 11,2
Serikat
Jepang 4.081,0 3.798,0 3.404,5 -10,4 -16,6 9,2
India 3.204,6 3.566,4 3.008,2 -15,7 -6,1 8,1
Singapura 2.442,5 2.316,1 1.998,5 -13,7 -18,2 5,4
Korea
1.633,8 1.941,5 1.757,7 -9,5 7,6 4,7
Selatan
Malaysia 1.861,5 1.939,4 1.751,4 -9,7 -5,9 4,7
Filipina 1.523,5 1.629,2 1.602,7 -1,6 5,2 4,3
Thailand 1.462,6 1.329,7 1.393,9 4,8 -4,7 3,8
Vietnam 910,9 1.382,7 1.160,1 -16,1 27,4 3,1
10 Terbesar 27.879.2 28.248,2 25.477,9 -9,8 -8,6 68,7
Lainnya 12.341,2 12.074,7 11.594,5 -3,9 -6,1 31,3
Total
40.220,4 40.322,9 37.072,4 -8,1 -7,8 100
Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

51
Negara tujuan ekspor nonmigas utama Total impor Indonesia pada triwulan I
pada triwulan I tahun 2019 antara lain: tahun 2019 turun 7,4 persen (YoY).

Berdasarkan nilai ekspor, golongan Nilai total impor Indonesia pada triwulan
barang Bahan Bakar Mineral dan Lemak I tahun 2019 mencapai USD40,7 miliar,
& Minyak Hewan/Nabati berkontribusi turun 7,4 persen dibandingkan periode
paling besar yakni berturut-turut sebesar yang sama tahun 2018. Sementara itu,
15.26 persen dan 11,66 persen terhadap nilai impor nonmigas pada triwulan I
total ekspor nonmigas. Kedua golongan tahun 2019 mencapai USD35,9 miliar
tersebut tumbuh negatif masing-masing atau turun sebesar 3,5 persen
sebesar -9,27 persen dan -16,32 persen dibandingkan periode yang sama tahun
(YoY). Sementara itu, golongan sebelumnya. Adapun pada sektor migas,
Kendaraan dan Bagiannya dan golongan nilai impor mencapai USD4,8 miliar atau
Besi dan Baja justru tumbuh positif yakni turun sebesar 29,0 persen.
berturut-turut sebesar 8,94 persen dan
Negara asal impor nonmigas utama
30,33 persen YoY.
adalah Tiongkok, Jepang, Thailand,
Tabel 33. Nilai dan Tingkat Pertumbuhan Impor Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
Kategori 2018 Tw-I 2018 Tw-IV 2019 Tw-I
Nilai Impor
43,958.50 49,848.70 40,703.60
Berdasarkan negara asal impor, Tiongkok
(USD Juta) merupakan negara asal impor nonmigas
Barang
3,942.90 4,398.00 3,378.80 terbesar dengan nilai impor mencapai
Konsumsi
Bahan Baku 32,824.50 37,414.90 30,580.60 USD10.419,81 juta atau sebesar 29,01
Barang Modal 7,191.10 8,035.80 6,744.20
persen dari total impor nonmigas.
Migas 6,733.10 7,748.80 4,781.80
Minyak Mentah 2,353.90 2,207.10 1,160.70 Negara asal impor terbesar lainnya
Hasil Minyak 3,715.80 4,734.50 3,112.30 adalah Jepang dan Thailand, masing-
Gas 663.40 807.20 508.80
Non Migas 37,225.40 42,099.90 35,921.80
masing berkontribusi sebesar 11,05
Pertanian 43,958.50 49,848.70 40,703.60 persen dan 6,75 persen terhadap impor
Industri 3,942.90 4,398.00 3,378.80 nonmigas.
Pertumbuhan
20.09 12.17 -7.40
Impor (YoY%)
Barang
21.73 10.71 -14.31
Konsumsi
Bahan Baku 18.38 13.60 -6.84
Barang Modal 27.55 6.70 -6.21
Migas 2.36 11.10 -28.98
Minyak Mentah 42.61 4.39 -50.69
Hasil Minyak -11.16 16.83 -16.24
Gas -10.96 -0.08 -23.30
Non Migas 23.97 12.37 -3.50
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

52
Tabel 34. Perkembangan Niai Impor Nonmigas Berdasarkan 10 Negara Asal Impor Utama
Nilai Impor (Juta USD) Pertumbuhan (%) Proporsi thd
Total Impor
Negara 2018 Nonmigas (%)
2018 Tw-I 2019 Tw-I QtQ YoY
Tw-IV

Tiongkok 10.164,9 12.755,1 10.419,8 -18,3 2,5 29,0


Jepang 4.331,8 4.643,9 3.970,7 -14,5 -8,3 11,1
Thailand 2.564,5 2.657,9 2.424,1 -8,8 -5,5 6,8
Amerika
2.137.9 1.670,8 1.954,7 16,9 -8,6 5,4
Serikat
Korea Selatan 1.934,5 2.037,9 1.838,5 -9,8 -4,9 5,1
Singapura 2.442,2 2.194,2 1.759,8 -19,8 -27,9 4,9
Malaysia 1.482,5 1.701,9 1.481,1 -12,9 -0,1 4,1
India 1.107,5 1.241,4 1.139,5 -8,2 2,9 3,2
Australia 1.135,8 1.405,1 1.035,7 -26,3 -8,8 2,9
Vietnam 968,9 914,8 960,4 4,9 -0,9 2,7

10 Terbesar 28.270,5 31.223,1 26.984,3 -13,6 -4,6 75,1

Lainnya 8.954,9 10.876,8 8.937,5 -17,8 -0,2 24,9


Total
37.225,4 42.099,9 35.921,8 -14,7 -3,5 100
Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Kerjasama Ekonomi Internasional Beberapa poin penting yang dapat


dilakukan kedua negara termasuk
Pemerintah Republik Indonesia dan kebijakan bea masuk barang,
Pemerintah Persemakmuran Australia perdagangan jasa, perdagangan
secara resmi menandatangani elektronik, investasi, dan lainnya.
Indonesia-Australia Comprehensive
Economic Partnership Agreement (IA- Sebagai bagian dari perjanjian IA-CEPA,
CEPA). Australia akan mengeliminasi 100 persen
pos tarif (6.474 pos tarif) menjadi 0
Penandatanganan dilakukan pada
persen. Sementara itu, Indonesia akan
tanggal 4 Maret 2019 di Ballroom Hotel
mengeliminasi 94 persen pos tarif secara
JS Luwansa, Jakarta, oleh Menteri
Perdagangan RI Enggartiasto Lukita dan bertahap, terutama pada sektor
Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan otomotif, tekstil, alas kaki, agribisnis,
Investasi Australia Simon Birmingham. makanan dan minuman, serta furnitur.
Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, juga hadir Ke depannya, perjanjian IA-CEPA akan
pada acara penandatanganan tersebut. memasukkan ketentuan tentang
langkah-langkah nontarif, termasuk
Perjanjian IA-CEPA bersifat
sanitary, phytosanitary, serta kerjasama
komprehensif, berkualitas tinggi, dan
ekonomi dan teknis.
menguntungkan secara ekonomi.

53
Tabel 35. Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia
No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun
1 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 1993
2 Indonesia-United States Free Trade Agreement Proposed/under study 1997
3 East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) Proposed/under study 2004
ASEAN-People's Republic of China Comprehensive Economic
4 Signed and In Effect 2005
Cooperation Agreement
Comprehensive Economic Partnership for East Asia
5 Proposed/under study 2005
(CEPEA/ASEAN+6)
ASEAN-[Republic of] Korea Comprehensive Economic
6 Signed and In Effect 2007
Cooperation Agreement
7 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect 2008
8 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 2008
9 ASEAN-Pakistan Free Trade Agreement Proposed/under study 2009
10 ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Agreement Signed and In Effect 2010
ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation
11 Signed and In Effect 2010
Agreement
India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation
12 Negotiations launched 2011
Arrangement
Indonesia-European Free Trade Association Free Trade
13 Negotiations launched 2011
Agreement
14 Indonesia-Taipei, China FTA Proposed/under study 2011
Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing
15 Signed and In Effect 2011
Countries
Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Negotiations Concluded
16 2018
Agreement (signed 2019)
17 Indonesia-Republic of Korea Free Trade Agreement Negotiations launched 2012
18 Indonesia-Pakistan Free Trade Agreement Signed and In Effect 2013
19 Regional Comprehensive Economic Partnership Negotiations launched 2013
20 Free Trade Area of the Asia Pacific Proposed/under study 2014
21 Indonesia-Peru FTA Proposed/under study 2014
Trade Preferential System of the Organization of the Islamic
22 Signed but not yet In Effect 2014
Conference
23 ASEAN-EU Free Trade Agreement Proposed/under study 2015
24 ASEAN-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement Proposed/under study 2016
25 Eurasian Economic Union-Indonesia Proposed/under study 2016
26 Indonesia-Ukraine Free Trade Agreement Proposed/under study 2016
27 ASEAN-Canada FTA Proposed/under study 2017
28 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2017
29 Indonesia-Chile Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2017
30 Indonesia-Turkey FTA Negotiations launched 2017
31 Indonesia-Gulf Cooperation Council Free Trade Agreement Proposed/under study 2018

54
No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun
32 Indonesia-Kenya Free Trade Agreement Proposed/under study 2018
33 Indonesia-Morocco Free Trade Agreement Proposed/under study 2018
34 Indonesia-Mozambique Free Trade Agreement Negotiations launched 2018
35 Indonesia-South Africa Free Trade Agreement Proposed/under study 2018
36 Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2018
Sumber: Asia Regional Integration Center (ADB)

Tabel 36. Nilai Ekspor Berdasarkan Surat Tabel 37. Nilai Ekspor Berdasarkan Surat
Keterangan Asal (SKA) Preferensi Keterangan Asal (SKA) Nonpreferensi
Nilai Ekspor (Juta USD) Nilai Ekspor (Juta USD)
Form Form
2018 Tw-I 2018 Tw-IV 2019 Tw-I 2018 Tw-I 2018 Tw-IV 2019 Tw-I

Form A 6.047,67 15.566,64 7.465,34 Form AJCEP 45,5 246,5 226,8

Form AANZ 1.044,93 534,39 434,79 Form ANEXO III 11,9 11,1 12,7

Form AI 2.708,01 3.057,58 3.315,89 Form B 4.584,1 3.939,5 3.670,6

Form AK 1.661,65 1.737,09 2.693,87 Form ICO 297,6 241,9 309,3

Form COA 4,13 3,22 2,07 Form TP 6,9 5,7 6,5


Sumber: Kementerian Perdagangan
Form D 6.145,83 6.419,98 6.758,04
Form E 6.259,61 9.966,79 7.115,03
Form GSTP 4,87 3,60 4,44
Form HANDICRAFT BATIK 0,00 0,00 0,00
Form HANDICRAFT
0,00 0,00 0,00
GOODS
Form HANDICRAFT
0,55 0,17 0,35
PRODUCT
Form ICC 0,00 0,00 0,00
Form IJEPA 1.818,95 1.605,69 1.896,13
Form IP 384,17 442,02 367,80
Sumber: Kementerian Perdagangan

55
Tabel 38. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA
Kawasan / 2017 2018
Negara Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca
KAWASAN ASIA TIMUR
Jepang 4.997,6 4.341,6 656,0 4.225,3 3.978,3 246,9
Korea Selatan 2.120,8 2.232,7 -111,9 2.082,8 2.129,8 -47,1
Tiongkok 6.780,3 10.223,5 -3.443,2 5.753,8 10.507,4 -4.753,6
KAWASAN ASIA TENGGARA
Thailand 1.741,7 2.577,4 -835,7 1.629,9 2.437,6 -807,8
Singapura 3.317,0 4.865,5 -1.548,5 3.160,9 3.603,8 -442,9
Filipina 1.523,9 228,1 1.295,9 1.604,8 207,5 1.397,4
Malaysia 2.306,7 2.183,6 123,1 1.954,4 1.932,3 22,2
Myanmar 273,2 49,7 223,5 200,9 38,3 162,6
Kamboja 114,4 8,3 106,1 138,9 12,4 126,5
Brunei
Darussalam 11,9 1,3 10,6 16,9 8,1 8,8
Laos 1,2 8,1 -6,8 1,8 8,9 -7,2
Vietnam 916,8 969,4 -52,5 1.160,9 960,9 200,0
KAWASAN ASIA SELATAN
India 3.209,2 1.118,7 2.090,5 3.019,7 1.146,0 1.873,7
Pakistan 558,1 137,5 420,6 512,8 92,9 419,9
Bangladesh 482,2 25,3 456,9 628,2 22,1 606,1
KAWASAN EROPA
Turki 352,5 152,6 199,9 275,9 89,3 186,7
KAWASAN AFRIKA
Mesir 247,4 38,3 209,1 292,3 48,9 243,3
Nigeria 94,0 597,2 -503,1 106,3 516,3 -409,9
KAWASAN OCEANIA
Australia 667,8 1.425,7 -757,9 475,1 1.163,9 -688,9
Selandia Baru 119,6 196,7 -77,1 101,2 170,9 -69,7
KAWASAN TIMUR TENGAH
Iran 94,3 168,5 -74,2 18,9 7,2 11,7
Sumber: Badan Pusta Statistik, diolah

56
57
Wa

58
PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Global
Pertumbuhan ekonomi dunia pada diantaranya Jerman, Perancis, dan Italia.
tahun 2019 diprediksi masih melambat Peningkatan pengeluaran Jerman akan
memperkecil surplus, sementara defisit
Uni Eropa dan Tiongkok telah
yang terjadi di Perancis dan Italia
mengumumkan pemangkasan target
diprediksi meningkat.
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019.
Tiongkok menetapkan target Proyeksi pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonominya menjadi 6,0- Tiongkok pada tahun 2019 sebesar 6,2
6,5 persen pada tahun 2019. Sementara persen. Proyeksi dengan pertumbuhan
Eropa memperkirakan perekonomiannya yang melambat tersebut merupakan
akan tumbuh melambat sebesar 1,3 dampak dari berlanjutnya proses
persen, menyusul perlambatan aktivitas penyeimbangan kembali aktivitas
ekonomi Jerman dan isu Brexit yang perekonomian domestik maupun
belum berakhir. eksternal.

IMF memprediksi perekonomian global Tabel 39. Proyeksi Pertumbuhan Menurut


hanya mampu tumbuh hingga 3,5 persen Kawasan
pada tahun 2019. Proyeksi tersebut lebih Kawasan 2019 2020
rendah 0,2 persen dari proyeksi yang Asia Timur dan Pasifik 6,0 6,0
Eropa dan Asia Tengah 2,3 2,7
dikeluarkan bulan Oktober 2018. World Amerika Latin dan Karibia 1,7 2,4
Bank mengeluarkan prediksi yang lebih Timur Tengah dan Afrika 1,9 2,7
rendah dengan perekonomian global Utara
Asia Selatan 7,1 7,1
pada tahun 2019 tumbuh hanya sebesar Afrika Sub-Sahara 3,4 3,6
2,9 persen. Sementara pertumbuhan Global 2,9 2,8
negara-negara maju diproyeksikan Sumber: World Bank
sebesar 2 persen pada tahun 2019.
World Bank memproyeksikan
Perekonomian AS pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
diperkirakan tumbuh melambat sebesar tahun 2019 sebesar 5,2 persen dan
2,5 persen. Hal tersebut diperkirakan meningkat pada tahun 2020 menjadi 5,3
terjadi karena memudarnya stimulus persen. Ekspansi ekonomi Thailand
fiskal. Di sisi lain, peningkatan tarif diperkirakan melambat menjadi 3,8
perdagangan akan membebani kinerja persen. Kawasan Asia Timur dan Pasifik
ekspor dan impor. sendiri diprediksi masih menjadi salah
satu kawasan dengan pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa
tercepat, stabil pada angka 6 persen
pada tahun 2019 diperkirakan sebesar
pada tahun 2019.
1,6 persen. Pertumbuhan pada tahun
2020 diperkirakan lebih lambat. Proyeksi Kawasan Eropa dan Asia Tengah
pertumbuhan yang menurun sebagai diprediksi melambat menjadi 2,3 persen
dampak dari perlambatan ekonomi disebabkan pertumbuhan beberapa
negara-negara di kawasan Eropa negara besar yang melambat. Kawasan

59
dengan pertumbuhan ekonomi tercepat akan melambat pada sisa tahun 2019,
yakni Asia Selatan diprediksi meningkat tetapi secara tahunan masih tetap
menjadi 7,1 persen pada tahun 2019. tumbuh double digit, seiring dengan
Perekonomian kawasan Amerika Latin pelaksanaan pemilu nasional. Konsumsi
dan Karibia, Timur Tengah dan Afrika pemerintah diperkirakan akan
Utara, serta Afrika Sub-Sahara juga mengalami akselerasi dibandingkan
diprediksi tumbuh lebih cepat. tahun 2018 seiring dengan realisasi
belanja pemerintah yang relatif tinggi,
Perkiraan Perekonomian Indonesia terlepas dari kemungkinan lebih
Perekonomian Indonesia pada tahun rendahnya realisasi pendapatan negara
2019 diprediksi masih tumbuh positif dari target.
dan stabil. Investasi diperkirakan akan tumbuh
Dengan melihat berbagai kondisi pada melambat dibandingkan tahun 2018
triwulan I tahun 2019, pertumbuhan didorong oleh lebih rendahnya belanja
ekonomi 2019 diproyeksikan mencapai modal dan faktor tahun politik yang
5,2 persen, lebih rendah dari target mendorong investor untuk menahan
APBN yaitu 5,3 persen. Proyeksi tersebut investasi. Namun meski melambat,
sejalan dengan proyeksi beberapa tetapi pertumbuhan investasi
lembaga internasional, seperti IMF, diperkirakan relatif terjaga pada tingkat
World Bank, dan OECD. Namun, 6,2 persen. Berakhirnya pemilu nasional
konsensus ekonom market diperkirakan akan memberikan kepastian
memperkirakan pertumbuhan ekonomi yang mendorong peningkatan investasi
yang lebih rendah, yakni sebesar 5,1 pada sisa tahun 2019.
persen. Ekspor dan impor diperkirakan tumbuh
Tabel 40. Konsensus Proyeksi Pertumbuhan masing-masing 3,2 dan 2,1 persen di
Ekonomi Indonesia 2019, lebih rendah dari pertumbuhan
Lembaga 2018. Masih lambatnya pertumbuhan
2019
ekonomi global dan stagnannya harga
IMF 1) 5,2
komoditas utama ekspor, terutama
World Bank 2) 5,2
minyak sawit dan batu bara, akan
OECD 3) 5,2
menahan pertumbuhan ekspor. Tidak
ADB4) 5,2 hanya itu, perang dagang antara Amerika
Market (Bloomberg) 5,1 dengan Tiongkok juga menekan ekspor
Bappenas 5) 5,2 Indonesia, mengingat Tiongkok
1) 2)
Sumber: WEO April 2019 GEP Januari 2019 merupakan mitra dagang utama
3) 4)
Economic Outlook April 2019 ADO April Indonesia.
5)
2019 Perhitungan Bappenas

Pertumbuhan ekonomi 2019 didorong


oleh stabilnya pertumbuhan konsumsi
rumah tangga seiring dengan stabilnya
tingkat inflasi dan meningkatnya bantuan
sosial. Pertumbuhan konsumsi LNPRT

60
Tabel 41. PDB Berdasarkan Pengeluaran pengolahan nonmigas. Pergeseran masa
Komponen Pengeluaran 20181) 2019p2) panen akan mendorong pertumbuhan
Konsumsi Rumah Tangga 5,1 5,0 sektor pertanian yang tinggi pada
Konsumsi LNPRT 9,1 12,2
triwulan II tahun 2019. Secara
Konsumsi Pemerintah 4,8 5,0
PMTB/Investasi 6,7 6,2 keseluruhan tahun 2019, sektor
Ekspor 6,5 3,2 pertanian diperkirakan tumbuh
Impor 12,0 2,1
PDB 5,2 5,2
melambat dibandingkan tahun
1) 2)
Sumber: BPS, Perhitungan Bappenas sebelumnya.

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan Meski masih diperkirakan tumbuh


ekonomi diperkirakan akan didorong menguat, tetapi perekonomian masih
oleh pertumbuhan yang tinggi di sektor dibayangi risiko negatif.
jasa, di antaranya jasa informasi dan Pertama, meningkatnya eskalasi perang
komunikas, keuangan dan asuransi, serta dagang antara Amerika dengan
transportasi dan pergudangan. Ketiga Tiongkok. Risiko perang dagang yang
sektor tersebut diperkirakan mampu lebih tinggi dapat meningkatkan
tumbuh lebih tinggi di atas pertumbuhan ketidakpastian global dan mendorong
ekonomi nasional. pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih
Tabel 42. PDB Berdasarkan Pengeluaran rendah dari perkiraan. Selain berpotensi
Komponen Pengeluaran 20181) 2019p2) berdampak pada realisasi pertumbuhan
Pertanian 3,9 3,5 ekspor yang lebih rendah, ketidakpastian
Pertambangan 2,2 2,1 ekonomi global yang meningkat dapat
Industri Pengolahan 4,3 4,6
berdampak pula pada realisasi
Pengadaan Listrik 5,5 2,4
Pengadaan Air 5,5 4,2 pertumbuhan investasi yang lebih
Konstruksi 6,1 5,9 rendah.
Perdagangan 5,0 5,2
Transportasi 7,0 7,0 Kedua, pergerakan harga komoditas
Penyediaan Akomodasi 5,7 5,7
Informasi dan Komunikasi 7,0 7,0 internasional. Di satu sisi, hingga awal
Jasa Keuangan dan 4,2 6,1 bulan Mei, harga komoditas ekspor
Asuransi utama Indonesia, CPO dan batubara,
Real Estat 3,6 4,9
Jasa Perusahaan 8,6 8,3 cenderung menurun dibandingkan
Administrasi Pemerintah 7,0 4,0 dengan tahun 2018. Penurunan yang
Jasa Pendidikan 5,4 6,0 lebih tajam dapat berdampak negatif
Jasa Kesehatan 7,1 7,5
Jasa Lainnya 9,0 9,0 terhadap perkiraan pertumbuhan
1) 2)
Sumber: BPS, Perhitungan Bappenas ekspor. Namun disisi lain, harga minyak
dunia yang sempat melemah pada awal
Sektor dengan dengan kontribusi besar tahun kembali mengalami peningkatan.
terhadap PDB, industri pengolahan dan Meningkatnya harga minyak dunia akan
pertanian, diperkirakan akan tumbuh membantu meningkatkan realisasi
lebih tinggi dibandingkan realisasi pendapatan negara dan menjaga
triwulan I tahun 2019. Industri realisasi belanja pemerintah sesuai
pengolahan diperkirakan tumbuh 4,6 rencana.
persen pada akhir tahun 2019, didorong
utamanya oleh pertumbuhan industri Ketiga, realisasi pendapatan negara yang
lebih rendah dari target. Hingga bulan

61
April 2019, realisasi pendapatan negara II tahun 2019. Namun bila suasana politik
tumbuh 0,6 persen, lebih rendah tidak kembali mereda dengan cepat,
dibandingkan tahun 2018 yang tumbuh maka realisasi pertumbuhan investasi
15,3 persen. Sementara realisasi belanja dapat lebih rendah dari perkiraan.
negara masih sejalan dengan
Kelima, kinerja sektor migas yang belum
pertumbuhannya tahun 2018. Dengan
pulih. Penyebab utama rendahnya
realisasi tersebut, terdapat risiko
realisasi pertumbuhan industri
penyesuiaan belanja negara ke depan.
pengolahan pada triwulan I tahun 2019
Namun risiko tersebut diperkirakan
adalah kontraksi sebesar 4,2 persen yang
terbatas, seiring dengan masih
terjadi pada industri pengolahan migas.
tersedianya ruang bagi peningkatan
Jika pertumbuhan industri pengolahan
defisit.
migas tidak kembali pada pola
Keempat, ketidakpastian pasca pemilu normalnya dalam sisa tahun 2019, maka
nasional. Perkiraan pertumbuhan pertumbuhan industri pengolahan
investasi didasarkan pada asumsi berpotensi lebih rendah dari perkiraan,
peningkatan investasi seiring dengan bahkan lebih rendah dari tahun
kepastian yang meningkat pasca pemilu sebelumnya.
nasional yang mulai terjadi sejak triwulan

62
SUSUNAN TIM REDAKSI

Penanggungjawab
Ir. Bambang Prijambodo, MA

Pemimpin Redaksi
Eka Chandra Buana, SE, MA

Dewan Redaksi
Dr. Ir. Boediastoeti Ontowirjo, MBA
Dr. Muhammad Cholifihani, SE, MA
Dr. Ir. Yahya Rachmana Hidayat, MSc
Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, SP, MS, Ph.D
Dr. Haryanto, SE, MA
Ir. Imarita Trihanda, MS
Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM

Redaktur Pelaksana
Cut Sawalina, SE, Msi
Ichsan Zulkarnaen, SE, MSc, Ph.D
Mochammad Firman Hidayat, SE, MA
Toni Priyanto J, S.Kom, ME
Muhammad Fahlevy, SE, MA
Rosy Wediawaty, SE, MSE, MSc
Dra. Dwi Martini, ME
Yunus Gastanto, SE, PG.Dip
Tari Lestari, S.Si, SE, MS
Octal Pramudito, SE, MA
Yogi Harsudiono, SE, MPA
Istasius Angger Anindito, SE, MA
Ibnu Yahya, SE, M.Ec. Pol
Fajar Hadi Pratama, ST
Sukhad, S.IP
Drs. Muhammad Arif, Msi

63
Penulis
Geraldo Sihotang, SE
Filza Amalia, SE
Mochammad Firman Hidayat, SE, MA
Alfado Agustio, SE Sy, ME
Haqiqi Masnatin, SE
Salman Samir, SE, MSc
Rahma Hanii Maulida, SE
Indra Muhammad, SE
Aris Saputra, SE
Aldi Turindra Rachman
Deni Apriyanto
Hilda Roseline
Mutiara Maulidya
Widath Chaerunissa Ayuningtyas
Zakka Farisy
Ani Utami, SE

Distributor/Sirkulasi
Imam Musadad
Tulus Sujadi

Administrasi
Dina Fitriani, SPd

Editor
Rahma Hanii Maulida, SE

Grafis dan Layout


Hamdan Hasan, S.Kom

64
Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik membangun
dari pembaca.

Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut

ditpmas@bappenas.go.id

65
3

Anda mungkin juga menyukai