Anda di halaman 1dari 40

RESUME TUTORIAL SKENARIO 1

SKENARIO 1 : STRATEGI BELAJAR DAN MENGATASI MASALAH BELAJAR

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK TUTORIAL N

Nur Atikah Luthfiyyah (192010101052)

Girindra Syifa F (192010101018)

Claudya Seline Diana Putri (192010101098)

Faradila Arsy (192010101056)

Ditya Pramudyaning Tias (192010101021)

Tiara Rahma Putritama (192010101143)

Dewi Rofiqoh Fillah Rohmania (192010101135)

Hafidh Restu Pranika (192010101053)

Setiari Hudan Amili (192010101149)

Diaz Erlangga Andisyah Putro (192010101142)

Muhammad Izzudin Amin (192010101037)

PEMBIMBING:

dr. Bagus Hermansyah, M. Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kelompok tutorial N dapat menyelesaikan
tugas resume tutorial 1 tepat pada waktunya.
Resume tutorial 1 ini dapat tersusun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami hendak mengucapkan terima kasih
banyak, khususnya kepada:
1. dr. Bagus Hermansyah, N Biomed selaku dosen pembimbing kami dalam
kelompok tutorial N Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
2. Segenap keluarga yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada kami.
3. Pihak-pihak lain yang turut membantu terselesaikannya resume tutorial 1 ini.
Kami menyadari bahwa resume tutorial 1 ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Kami mohon kritik dan saran yang membangun sebagai pedoman kami
dalam melangkah ke arah yang lebih baik. Semoga resume tutorial 1 ini dapat berguna
bagi kita semua.

Jember, 27 Agustus 2019


A. SKENARIO

SKENARIO 1 :

STRATEGI BELAJAR DAN MENGATASI MASALAH BELAJAR

SKENARIO

Seorang mahasiswa baru FK UNEJ sedang mengikuti perkuliahan di hari


pertamanya. Berbeda dengan saat SMA, disini, mahasiswa dituntut untuk aktif dalam proses
pembelajaran, sesuai dengan paradigma baru pendidikan kedokteran dengan menggunakan
SPICES-model. Model pembelajaran tersebut mengharuskan mahasiswa untuk merubah
cara belajarnya menjadi cara belajar orang dewasa, berpikir logis, dan kritis.

FK UNEJ menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan strategi


Problem Based Learning (PBL) yang diharapkan dapat menghasilkan dokter-dokter yang
kompeten sesuai dengan standar kompetensi dokter yang mampu mengembangkan diri
dengan Evidence Best Medicine (EBM). Untuk mencapai semua kompetensi tersebut
diperlukan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi informasi termasuk penelusuran
data literatur secara elektronik.
B. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Paradigma

Hasil diskusi :

a) Paradigma adalah cara pandang orang dan lingkungannya dari berbagai hal
mengenai cara berpikir dan berperilaku

Berdasarkan sumber :

a) Capra (1991) dalam bukunya Tao of Physics menyatakan bahwa paradigma adalah
asumsi dasar yang membutuhkan bukti pendukung untuk asumsi-asumsi yang
ditegakkannya, dalam menggambarkan dan mewarnai interpretasinya terhadap
realita sejarah sains.

b) Kuhn (1962) dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution menyatakan


bahwa paradigma adalah gabungan hasil kajian yang terdiri dari seperangkat konsep,
nilai, teknik dll yang digunakan secara bersama dalam suatu komunitas untuk
menentukan keabsahan suatu masalah berserta solusinya.

2. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

Hasil diskusi :

a) Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah Suatu konsep kurikulum yang menekankan


kompetensi atau kemampuan pada setiap peserta pembelajar.

Menurut sumber :

a) Menurut Eve Krakow (2003) mengemukakan bahwa pengajaran berbasis


kompetensi adalah keseluruhan tentang pembelajaran aktif (active learning) dimana
guru membantu mahasiswa untuk belajar bagaimana belajar dari pada hanya
mempelajari isi (learn how to learn rather than just cover content).

3. SPICES Model

Hasil diskusi
a) SPICES model adalah suatu model yang digunakan sebagai strategi dalam model
pembelajaran Problem Basic Learning dalam kurikulum pendidikan kedokteran.

b) SPICES model terdiri dari student center learning, problem based learning,
integrated, community based learning, elective, dan systematic.
Menurut sumber :

a) Model SPICES (student centered learning, problem-based


learning,integrated,community-basedlearning,elective,systematic) adalah suatu
model yang dapat digunakan sebagai strategi/pendekatan dalam mengembangkan
kurikulum pendidikan kedokteran.1 Penerapan model ini diharapkan dapat
membentuk dokter yang memiliki kemampuan belajar mandiri, menyelesaikan
masalah yang dihadapi, dan membentuk dokter yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.

4. Evidence Based Medicine

Hasil Diskusi :

a) Evidence Based Medicine adalah suatu pembelajaran dengan menggunakan


bukti-bukti terkini sebagai pembelajaran di kedokteran disertai dengan referensi
yang menggunakan data-data ilmiah, seperti jurnal.
Menurut Sumber :
a) Evidence Based Medicine adalah proses meninjau secara sistematis, menilai dan
menggunakan temuan penelitian klinis untuk membantu pemberian perawatan klinis
yangoptimal bagi pasien.

5. Problem Based Learning

Hasil Diskusi :
a) Problem Based Learning adalah pembelajaran yang berdasarkan masalah dengan
menganalisa secara kritis dan logis.
b) Problem Based Learning juga dapat diartikan sebagai pembelajaran yang
menggunakan pendekatan pada masalah autentik sehingga dapat menyusun
pengetahuannya sendiri.

Menurut Sumber :

a) Delisle dalam Abidin (2014: 159) menyatakan bahwa model PBL merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu guru mengembangkan
kemampuan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah pada mahasiswa
selama mereka mempelajari materi pembelajaran.

b) Kemendikbud (2013b) dalam Abidin (2014: 159) memandang model PBL suatu
model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana
belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia
nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa
ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta
didik sebelum peserta didik sebelum mempelajari konsep atau materi yang
berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.

6. Literatur

Hasil diskusi :
a) Literatur adalah sumber belajar atau sumber referensi untuk berbagai aktivitas serta
digunakan sebagai bahan bacaan.

Menurut Sumber :
a) Menurut ALA Glosary of Library and Information Science (1983), Literatur adalah
bahan bacaan yang digunakan dalam berbagai aktivitas baik secara intelektual
maupun rekreasi.

7. Standar Kompetensi Dokter

Hasil diskusi :
a) Standar Kompetensi Dokter adalah kemampuan-kemampuan dasar yang harus
dicapai oleh seorang dokter agar mencapai kelulusan mencapai profesi dokter
dengan keahlian yang baik.

Menurut sumber :

a) Menurut SK Mendiknas No. 045/U/2002 kompetensi adalah 'seperangkat tindakan


cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu'. Elemen-elemen kompetensi terdiri dari :

 Landasan kepribadian

 Penguasaan ilmu dan keterampilan

 Kemampuan berkarya

 Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu
dan keterampilan yang dikuasai

 Pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dalam


berkarya.

Dengan dikuasainya standar kompetensi oleh seorang profesi dokter, maka yang
bersangkutan akan mampu :

1) Mengerjakan tugas atau pekerjaan profesinya

2) Mengorganisasikan tugasnya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan

3) Segera tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang
berbeda dengan rencana semula

4) Menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah di bidang


profesinya

5) Melaksanakan tugas dengan kondisi berbeda


C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana menjadi mahasiswa aktif dalam pembelajaran?
2. Bagaimana FK UNEJ menerapkan studi pembelajaran?
3. Mengapa sistem pendidikan menggunakan Problem Based Learning (PBL)?
4. Bagaimana strategi belajar menurut Evidence Best Medicine (EBM)?
5. Bagaimana permasalahan dalam belajar dan cara mengatasinya?
6. Bagaimana hubungan antara Problem Based Learning (PBL) dan Evidence
Best Medicine (EBM)?
7. Bagaimana tempat belajar yang efektif bagi mahasiswa?
8. Mengapa metode SPICE-model digunakan untuk paradigma kedokteran?
9. Apa beda paradigma lama dan baru pendidikan kedokteran?
10. Apa kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning (PBL)?
11. Apa saja literatur yang digunakan pada Problem Based Learning (PBL)?
12. Mengapa seorang dokter harus memenuhi mencapai Standar Kompetensi
Dokter Indonesia?

PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana menjadi mahasiswa yang aktif dalam pembelajaran?


Hasil Diskusi:

Menjadi mahasiswa yang aktif dalam yang sering datang dan belajar, harus
aktif beraktifitas, tidak hanya mengikuti perkuliahan saja melainkan juga ikut
serta dan aktif dalam berorganisasi, sehingga tidak hanya aktif dalam bidang
akademik, melainkan juga turut aktif dalam bidang non akademik.

Menurut Sumber:

Mahasiswa Aktif adalah mahasiswa yang terdaftar pada semester tertentu


sehingga berhak mengikuti kegiatan akademik serta mendapatkan layanan
administratif dan akademik.

2. Bagaimana FK UNEJ menerapkan studi pembelajaran?


Hasil Diskusi:
Fakultas Kedokteran Universitas Jember menerapkan sistem pembelajarannya
yaitu mengguakan metode pembelajaran Problem Based Learning atau biasa
dikenal PBL. Dimana sistem pembelajaran ini menggunakan topik
pembahasan suatu masalah yang akan dipecahkan atau diselesaikan dengan
menganalisa. Program ini bertujuan dan mengharapkan agar mahasiswa bisa
berfikir dengan kritis untuk menyelesaikan suatu masalah.

3. Mengapa sistem pendidikan menggunakan Problem Based Learning


(PBL)?
Hasil Diskusi:

Sistem pendidikan menggunakan Problem Based Learning ini dijalankan agar


mahasiswa dapat memecahkan masalah, lebih dapat berinteraksi dan
menyuarakan pendapat mereka. Kemudian mahasiswa juga dapat terbantu
untuk menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan yang bukan Teacher
Oriented tetapi menjadi Student Oriented.

Menurut Sumber:

Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) memiliki


beberapa keunggulan, diantaranya: (1) mahasiswa lebih memahami konsep
yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut; (2)
melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan
berpikir mahasiswa yang lebih tinggi; (3) pengetahuan tertanam berdasarkan
skemata yang dimiliki mahasiswa sehingga pembelajaran lebih bermakna; (4)
mahasiswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah
yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat
meningkatkan motivasi dan ketertarikan mahasiswa terhadap bahan yang
dipelajari; (5) menjadikan mahasiswa lebih mandiri dan dewasa, mampu
memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial
yang positif diantara mahasiswa; dan (6) pengkondisian mahasiswa dalam
belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya
sehingga pencapaian ketuntasan belajar mahasiswa dapat diharapkan.

Selain itu, Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based


Learning) diyakini pula dapat menumbuhkan-kembangkan kemampuan
kreatifitas mahasiswa, baik secara individual maupun secara kelompok karena
hampir di setiap langkah menuntut adanya keaktifan mahasiswa.

Keberhasilan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based


Learning)sangat tergantung pada ketersediaan sumber belajar bagi mahasiswa,
alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Menuntut adanya perlengkapan
praktikum, memerlukan waktu yang cukup apalagi data harus diperoleh dari
lapangan, serta kemampuan guru dalam mengangkat dan merumuskan
masalah.

Dalam model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based


Learning) ini, guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, pembimbing dan
motivator. Guru mengajukan masalah otentik/mengorientasikan mahasiswa
kepada permasalahan nyata (real world), memfasilitasi/membimbing
(scaffolding) dalam proses penyelidikan, memfasilitasi dialog antara
mahasiswa, menyediakan bahan ajar mahasiswa serta memberikan dukungan
dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan intektual mahasiswa.

4. Bagaimana strategi belajar menurut Evidence Best Medicine (EBM)?

Hasil Diskusi:

Dengan mengkaji literatur-literatur yang ada di buku atau internet yang


disesuaikan dengan medis dan kedokteran. Strategi belajar menurut EBM ini
juga menambah kesempatan kita untuk berbagi dengan teman mengenai
informasi yang tidak kita ketahui dan membagi informasi yang kita punya.

Menurut Sumber:
Dua strategi digunakan untuk merealisasi tujuan EBM. Pertama, EBM
mengembangkan sistem pengambilan keputusan klinis berbasis bukti terbaik,
yaitu bukti dari riset yang menggunakan metodologi yang benar. Metodologi
yang benar diperoleh dari penggunaan prinsip, konsep, dan metode kuantitatif
epidemiologi. Pengambilan keputusan klinis yang didukung oleh bukti ilmiah
yang kuat memberikan hasil yang lebih bisa diandalkan.

Kedua, EBM mengembalikan fokus perhatian dokter dari pelayanan medis


berorientasi penyakit ke pelayanan medis berorientasi pasien (patient-centered
medical care). Selama lebih dari 80 tahun sccara kasat mata terlihat
kecenderungan bahwa praktik kedokteran telah terjebak pada paradigma
reduksionis, yang memereteli pendekatan holistik menjadi pendekatan
fragmente dalam memandang dan mengatasi masalah klinis pasien. Dengan
pendekatan reduksionis, bukti-bukti yang dicari adalah bukti yang berorientasi
penyakit. Bukti klinis eksternal bisa memberikan informasi tentang pilihan
yang lebih baik untuk suatu terapi, tetapi tidak bisa menggantikan hak pasien,
sistem nilai pasien, preferensi pasien, dan harapan pasien, tentang cara yang
baik untuk mengatasi masalah klinis pasien. Alasan rasional, bukti eksternal
yang terbaik yang dihasilkan riset merupakan inferensi yang bersifat umum di
tingkat populasi. Karena bersifat umum maka bukti tersebut tidak bisa
mengabaikan keunikan masing-masing individu pasien ketika sebuah tes
diagnostik atau terapi akan diterapkan pada masing-masing individu pasien.

5. Bagaimana permasalahan dalam belajar dan cara mengatasinya?


Hasil diskusi:

Beberapa permasalahan dalam belajar yang sering kali dihadapi adalah waktu
dan tempat. Adapun beberapa cara untuk mengatasinya yaitu dengan mencari
suasana dan tempat yang cocok dengan diri masing masing. Manajemen atau
mengatur waktu dengan baik. Mencari mood booster atau motivasi
pengunggah rasa untuk belajar. Sering menjaga kesehatan sehingga kondisi
tubuh dapat terjaga. Miminta bantuan pada orang lain terkait dengan sarana
dan prasarana seperti meminjam atau menyewa jika tidak dapat membeli
sarana dan prasarana.
Menurut Sumber:

Untuk mengatasi permasalahan dalam belajar yaitu dapat menggunakan


beberapa metode yaitu seperti menggunakan e-learning. Menurut Arief S,
Sadiman (2017) media pembelajaran e-learning dapat menagatasi
permasalahan pembelajaran seperti ruang dan waktu.

6. Bagaimana hubungan antara Problem Based Learning (PBL) dan


Evidence Best Medicine (EBM)?
Hasil Diskusi:

Problem based learning mengarah pada bagaimana mahasiswa diberikan


masalah terlebih dahulu dan bagaimana mereka memecahkan masalah tersebut
sesuai dengan persepsi mereka masing –masing. Salah satu cara yang efektif
untuk menyelesaikan masalah yang ada di sistem Problem based learning
adalah dengan evidence best learning yang merupakan proses yang digunakan
secara sistematik untuk menemukan, menelaah, dan memanfaatkan hasil studi
sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.

Menurut sumber:

Evidence Based Medicine adalah proses meninjau secara sistematis, menilai


dan menggunakan temuan penelitian klinis untuk membantu pemberian
perawatan klinis yang optimal bagi pasien.1 EBM bertujuan untuk mengetahui
tingkat kepercayaan dari bukti yang adaserta keuntungan dan kerugian dari
suatu tindakan (dan tanpa suatu tindakan) dan diagnosa. Respon mahasiswa
dan fasilitator terhadap program early EBM yang dilaksanakan di berbagai
fakultas kedokteran di dunia pada umumnya positif. Mahasiswa menyatakan
bahwa mereka menyukai pembelajaran EBM dan tertarik untuk terus
mempelajari EBM serta mengaplikasikannya dalam pembelajaran di bidang
kedokteran.
PBL (Problem Based Learned) merupakan salah satu metode pembelajaran
yang dikembangkan berupa metode pembelajaran yang dihadapkan pada suatu
masalah dan mahasiswa mempelajari pengetahuan dan skills/ketrampilan dari
masalah dan lingkungan masalah tersebut (contextual knowledge/pengetahuan
dan keterampilan konteksual untuk diterapkan pada kondisi nyata).

Melihat ke Masa Lalu, 'evidence best medicine' berasal pada 1980-an sebagai
cara menggambarkan pendekatan problem based learning. David Sackett
dalam bukunya pada kedokteran berbasis bukti, cara berlatih dan mengajar
EBM mengatakan bahwa "salah satu solusi untuk keusangan pendidikan
profesional adalah 'problem based learning' atau 'learning by inquiry' yaitu kita
perlu mengembangkan kebiasaan mencari jawaban terbaik saat ini seefektif
mungkin. EBM dalam praktik keperawatan telah terbukti mencakup kurangnya
keterampilan dalam mengajukan pertanyaan, mencari bukti, menilai bukti, dan
mengintegrasikannya ke dalam pengambilan keputusan dan menyarankan agar
memasukkan pendekatan inovatif untuk mempelajari EBM dengan integrasi
EBM dengan metodoligi problem based learning (PBL).

Kedua pendekatan pembelajaran berpendapat bahwa pembelajaran terjadi


paling efisien ketika mengetuk dan menggunakan pembelajar sebelumnya
pengetahuan; pengetahuan itu diperluas dan dijabarkan melalui diskusi dan
debat aktif; dan itu asimilasi dan retensi pengetahuan paling baik terjadi ketika
belajar terjadi dalam konteks yang mirip dengan yang di mana mahasiswa pada
akhirnya akan menggunakan pengetahuan itu.

7. Bagaimana tempat belajar yang efektif bagi mahasiswa?


Hasil Diskusi:

Kenali cara belajar dan tipe belajar diri masing-masing kemudian sesuaikan
dengan tempat belajar yang dibutuhkan untuk mendukung keadaan belajar tiap
individu.

Menurut Sumber:

Tempat belajar yang efektif sebenarnya relatif untuk tiap-tiap individu.


Sebagai contoh, ada yang nyaman belajar indoor atau outdoor. Lebih detailnya
untuk indoor, bisa saja di kamar, di kelas, di perpustakaan, di rumah makan, di
café, dll. Untuk tempat outdoor bisa saja di taman, dll.

8. Mengapa metode SPICE-model digunakan untuk paradigma kedokteran?

Hasil Diskusi:

Karna dapat menjadikan mahasiswa siswi menjadi aktif secara


kompotensif,lebih bersemangat untuk menggali ilmu dengan mandiri tanpa
ada batas untuk mencari ilmu sehingga menjadi seorang yang mutakhir dan
inovatif

Menurut Sumber:

SPICES : Konsep Pembelajaran Mutakhir dan Inovatif

SPICES dapat dipandang sebagai sebuah konsep pembelajaran mutakhir dan


inovatif. Konsep pembelajaran yang digagas oleh Harden, dkk (1984) ini
telah banyak dipraktikkan dan dikembangkan dalam pendidikan
medis. SPICES merupakan akronim dari (1) Student-centered, (2) Problem-
based; (3) Integrated; (4) Community-based(Consummer-based);
(5) Elective; dan (6) Systematic. Akronim ini sekaligus menggambarkan
komponen-komponen utama dari konsep pembelajaran ini. Berikut ini
disajikan penjelasan singkat dari keenam akronim tersebut.

Student-centered. Student centered berarti mahasiswa secara aktif


mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari, aktif dalam
pengelolaan pengetahuan, belajar menentukan apa yang ingin mereka
ketahui, mampu mencari pengetahuan sendiri (mandiri) dan belajar
berkesinambungan, memanfaatkan banyak media, penekanan pada
pencapaian kompetensi bukan pada tuntasnya materi. Guru berfungsi sebagai
fasilitator dan pembimbing dan pendamping dalam mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan. Guru mempersiapkan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai, sumber belajar yang akan digunakan, serta materi dan
evaluasi yang akan dipakai sebagai penuntun bagi mahasiswa untuk
mengembangkan kompetensinya secara mandiri.
Problem-based. Problem based berarti mahasiswa diberikan trigger masalah
atau ilustrasi kasus yang akan digunakan untuk mencari, menggali dan
mengumpulkan informasi dan ilmu. Dengan cara ini mahasiswa dirangsang
untuk mengembangkan nalar dan daya analisanya, berpikir kritis dan mampu
menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Salah satu metode
pembelajaran yang bisa digunakan untuk memenuhi prinsip pembelajaran ini
adalah metode Problem Based Learning.

Integrated. Integrated berarti perencanaan dan kurikulum lajaran didesain


secara terintegrasi, baik secara horisontal maupun vertikal. Dalam hal ini,
sswa tidak diajak berpikir secara terkotak-kotak dalam masing-masing
disiplin ilmu, tetapi mereka dapat menghubungkan dan mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya secara utuh (lintas
disiplin).

Community-based (Consummer-based). Community based berarti


pembelajaran harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat atau pada
kepentingan konsumen. Proses pembelajaran mahasiswa tidak hanya dibatasi
oleh ruang kelas dengan bahan tekstual tetapi mereka mempelajari berbagai
aspek kehidupan masyarakat yang ada di lingkungan nyata mereka. Melalui
berbasis komunitas ini, secara langsung mahasiswa diajak untuk berlatih dan
belajar mengambil peran secara positif dalam lingkungan sosialnya.

Elective. Selain menyediakan mata pelajaran yang telah terstruktur dalam


kurikulum, sekolah seyogyanya menyediakan program-program pilihan yang
dapat diambil mahasiswa, disesuaikan dengan minat, tujuan, bakat, dan
keunikan karakteristik mereka masing-masing.

Systematic. Pembelajaran dikembangkan dengan tujuan, materi dan tahapan-


tahapan yang jelas, logis dan tertib, sehingga pada gilirannya para mahasiswa
dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan mencapai kompetensi
secara utuh.

Dilihat dari komponen-komponen yang terkandung dalam SPICES, konsep


pembelajaran ini tampak menawarkan berbagai keunggulan kepada kita,
diantaranya: (1) menjadikan mahasiswa lebih termotivasi dan aktif dalam
proses belajarnya (2) pengembangan keterampilan memecahkan masalah
secara komprehensif; (3) pengembangan kemampuan berfikir analistis secara
lebih tajam dan luas, (4) melatih keterampilan sosial yang benar-benar
aplikabel dalam lingkungan sosialnya; (5) memberikan kesempatan belajar
kepada mahasiswa yang sesuai dengan bakat, minat dan keunikan
karakteristik lainnya; dan (6) menjadikan proses pembelajaran lebih tertib
dan efektif.

9. Apa beda paradigma lama dan baru pendidikan kedokteran?


Hasil Diskusi:

Paradigma lama menggunakan teacher center dan pembelajaran berpusat serta


mengacu pada guru. Sedangkan paradigma baru menggunakan student center
dimana mahasiswa akan lebih aktif.

Meurut Sumber:

1. Apa Definisi Paradigma Baru Kedokteran ?


Paradigma merupakan cara pandang seseorang terhadap diri dan
lingkungannya sehingga mempengaruhi pola berpikir. Dalam proses
pendidikan dokter paradigma baru ini dikenal dengan SPICES-mode SPICES-
model merupakan akronim dari student centred, problem based learning,
integrated, community based, electives, dan systematic.
SPICES-model merupakan akronim dari student centred, problem based
learning, integrated, community based, electives, dan systematic.
a) Student centred
Proses pembelajaran menurut paradigma baru yaitu berpusat pada mahasiswa
sedangkan dosen hanya sebagai fasilitator. Mahasiswa mencari sendiri apa
yang akan dipelajari dan apa yang akan dibahas serta didiskusikan.tidak
bergantung pada dosen lagi.
b) Problem based learning
Untuk memulai mencari informasi, disediakan suatu masalah. Mahasiswa
harus menganalisis masalah apa yang terjadi dan bagaimana cara
menanggulanginya. Mahasiswa mengerjakan secara berkelompok tanpa
bantuan dosen.
c) Integrated
Pembelajaran pendidikan dokter ini berdasarkan pada kurikulum berbasis
kompetensi. Oleh karena itu mahasiswa harus mencapai target atau standar
yang telah ditentukan oleh kurikulum pendidikan dokter agar dapat mencapai
standar kompetensi dokter.
d) Community based
Dokter dididik untuk menjadi dokter yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.Tidak hanya bisa mengobati pasien namun dokter juga harus
mampu berkomunikasi efektif dengan pasien. Seorang dokter harus melayani
pasien dengan attitude yang baik.
e) Electives
Selain akademik, di dalam kampus mahasiswa juga diberi kebebasan untuk
memilih dan mengembangkan bakatnya dalam unit kegiatan mahasiswa
(UKM). Sehingga seorang dokter tidak hanya belajar akademik namun juga
belajar bersosial.
f)Systematic
Pendidikan dokter sudah sistematis artinya semua yang harus dipelajari dan
dikuasa sudah begabung menjadi satu dan siap untuk dipelajari.

2. Apa Perbedaan antara Paradigma Baru dan Paradigma Lama


Kedokteran ?
Paradigma lama yaitu meliputi teacher centred, information gathering,
discipline based, hospital based, standars program, dan
aprenticeship/opportunistic.

Sedangkan Paradigma baru lebih dikenal dengan SPICES-mode yang


merupakan akronim dari student centred, problem based learning, integrated,
community based, electives, dan systematic.

10. Apa kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning (PBL)?

Hasil diskusi :

Kelebihan : Dapat berpikir kritis dan aktif sehingga mahasiswa menjadi


mandiri dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.

Kekurangan : metode PBL membutuhkan waktu lebih lama dalam berdiskusi,


apabila mahasiswa kurang aktif maka akan sangat terlihat dan akan
ketinggalan.

Menurut Sumber :
Keunggulan model PBL juga ditambahkan oleh Abidin (2014: 162) yaitu
sebagai berikut :

a. Model PBL berhubungan dengan situasi kehidupan nyata sehingga


pelajaran menjadi bermakna.
b. Model PBL mendorong mahasiswa untuk belaajar aktif.
c. Model PBL mendorong lainnya sebgai pendekatan belajar secara
interdisipliner.
d. Model PBL memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
memilih apa yang akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.
e. Model PBL mendorong terciptanya pembelajaran kolaboratif.
f. Model PBL diyakini mampu meningkatkan kualitas pendidikan.

Kekurangan dalam model Problem Based Learning menurut Abidin (2014:


163) adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari guru


sebagai narasumber utama, akan merasa kurang nyaman dengan cara belajar
sendiri.
b. Jika mahasiswa tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba masalah.
c. Tanpa adanya pemahaman mahasiswa mengapa mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan
belajar apa yang ingin mereka pelajari

11. Apa saja literatur yang digunakan pada Problem Based Learning (PBL)?
Hasil diskusi :

Literatur yang digunakan dalam Problem Based Learning adalah buku-buku


referensi dan jurnal-jurnal penelitiaan.

Menurut sumber :
Mahasiswa dapat melakukan kajian secara independen dan dapat mencari
sumber di perpustakaan, database, internet, sumber personal, dan melakukan
observasi.

12. Mengapa seorang dokter harus memenuhi mencapai Standar Kompetensi


Dokter Indonesia?

Hasil Diskusi :
SKDI atau Standar Kompetensi Dokter Indonesia merupakan capaian
minimum yang harus dicapai oleh seorang dokter agar nantinya dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan sesuai dengan standar
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter, terutama di negara
Indonesia.

Menurut Sumber:

Sebagaimana disebutkan di dalam Peraturan Konsil Kedokteran


Indonesia Nomor 11 Tahun 2012, bahwa penyusunan SKDI dilakukan dengan
mempertimbangkan dua hal utama yakni:
a. Pendidikan kedokteran pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan dokter
yang profesional melalui proses yang terstandardisasi sesuai kebutuhan
pelayanan kesehatan masyarakat.
b. Standar kompetensi dokter yang diatur dalam Keputusan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 21A/KKI/KEP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar
Kompetensi Dokter perlu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran.
D. LEARNING OBJECTIVE

1. Sistem Problem Based Learning dengan 7 jumps

Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah


metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks
untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan
masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch, 1995). Finkle dan Torp (1995)
menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem
pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan
dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik
dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur
dengan baik. Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau PBM
merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan
sehari-hari. PBL sendiri memiliki 7 fase dalam pelaksanaannya yang biasa dikenal
dengan istilah 7 jumps. Macam macam 7 jumps sendiri yaitu:

1. Klarifikasi Istilah

Dalam fase ini mahasiswa dapat mencari mana kata kata sulit atau yang tidak
dimengerti oleh mahasiswa. Setelah mahasiswa mendapatkan kata kata sulit, dalam
kelompok tersebut berdiskusi untuk mencari arti atau makna dari kata sulit tersebut.

2. Menetapkan Permasalahan

Dalam fase ini mahasiswa dapat mencari suatu permasalah yang terdapat dalam
topik tersebut.

3. Menganalisis Masalah

Dalam fase ini mahasiswa dapat mencari tau penyebab dan solusi dalam
permasalahan yang sudah ditarik dalam topik pembahasan.

4. Menarik Kesimpulan

Moderator atau ketua diskusi dapat membacakan kesimpulan dari seluruh hasil dari
disusi sebelumnya.

5. Learning Objective
Dalam fase ini mahasiswa dapat mengusulkan metode atau tema pembelajaran yang
dapat menyelesaikan permasalahan yang sudah didapat, guna untuk memahaminya
lebih lanjut dan lebih konkrit.

6. Pengembangan Materi

Dalam fase ini guru akan mengembangkan materi yang akan dipelajari lebih lanjut
dan mendalam dan memfasilitasi pembelajaran berdasarkan konsep-konsep yang
diajukan oleh setiap kelompok dalam laporannya.

7. Menarik Kesimpulan

Dalam fase ini moderator atau pemimpin diskusi dapat membacakan atau menarik
kesimpulan dari seluruh informasi yang telah didapatkan.

2. Adaptasi dengan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi


Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah konsep kurikulum yang dikembangkan
Departemen Pendidikan Nasional RI untuk menggantikan Kurikulum 1994.
Kurikulum ini dirancang sejak tahun 2000 dan diterapkan pada tahun 2004.Dalam
tahap-tahap pengembangannya kurikulum ini dikenal dengan Kurikulum KBK atau
Kurikulum 2004.

Pada kurikulum berbasis kompetensi ini diarahkan untuk mengembangkan


pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik agar
dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan
dengan tanggungjawab.

Kemudian KBK juga memfokuskan pada penguasaan kompetensi-kompetensi


tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa,
sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan
sebagai suatu kriteria keberhasilan.

Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai


sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan
pengembangan bakat, setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai
tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.

Kurikulum Berbasis Kompetensi dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum


yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi)
tugastugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan
oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

Kurikulum berbasis Kompetensi berorientasi pada: pertama, hasil dan dampak yang
diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar
yang bermakna dan kedua, keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan
kebutuhan.

Menurut Depdiknas (2002) sebagaimana dikutip Sholeh Hidayat bahwa Kurikulum


Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi mahasiswa baik secara


individual maupun klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c. Penyampaian pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.

Prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Hal ini
berarti bahwa kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai
dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat yang
sedang membangun. Pendidikan berbasis kompetensi adalah bentuk pendidikan yang
diselenggarakan untuk menyiapkan lulusannya menguasai seperangkat kompetensi
yang bermanfaat bagi kehidupannya kelak.

Pembangunan kurikulum harus didasarkan pada prinsipprinsip pengembangan yang


berlaku. Hal ini dimaksud agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai
dengan minat, bakat, kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah
sehingga dapat memperlancar pelaksanaan proses pendidikan dalam rangka
perwujudan atau pencapaian tujuan pendidikan nasional.

KBK adalah pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang
seharusnya dimiliki oleh mahasiswa setelah menyelesaikan pendidikan, kompetensi
itu meliputi pengetahuan-pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Dalam pengembangannya KBK memperhatikan berbagai prinsip, yaitu:

1. Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur. Keimanan, nilainilai dan budi
pekerti luhur yang dianut dan dijunjung tinggi masyarakat sangat berpengaruh
terhadap sikap dan arti kehidupannya. Oleh karena itu hal tersebut perlu digali,
dipahami, dan diamalkan oleh peserta didik melalui pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi.

2. Pengetahuan Integritas Nasional. Pengembangan KBK harus memperhatikan


penguatan integritas nasional melalui pendidikan yang memberikan pemahaman
tentang masyarakat Indonesia yang majemuk dan kemajemukan peradaban dalam
tatanan kehidupan dunia yang multikultural dan multi bahasa.

3. Keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestetika Pengembangan.

4. KBK perlu memperhatikan keseimbangan pengalaman belajar peserta didik


antara etika, logika, estetika dan kinestetika.

5. Kesamaan memperoleh kesempatan. Pengembangan KBK harus


menyediakan tempat yang memberdayakan semua peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan ketrampilan dan sikap perlu diutamakan dalam pengembangan
kurikulum.

6. Abad pengetahuan dan teknologi Informasi. Kurikulum perlu


mengembangkan berfikir dan belajar dengan mengakses, memilih dan menilai
pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh ketidak pastian
yang merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi.

7. Pengembangan ketrampilan untuk hidup. Pengembangan KBK perlu


memasukkan unsure ketrampilan untuk hidup agar peserta didik memiliki
ketrampilan, sikap dan perilaku adaptif, kooperatif dan kompetitif dalam
menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif.

8. Belajar sepanjang hayat. Pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia


untuk mengembangkan, menambah kesadaran dan selalu belajar memahami dunia
yang selalu berubah dalam berbagai bidang.

9. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif.


Pengembangan KBK harus berupaya memandirikan peserta didik untuk belajar,
bekerja sama dan menilai diri sendiri agar mampu membangun pemahaman dan
pengetahuannya.

10. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan. Pengembangan KBK harus


mempertimbangkan semua pengalaman belajar yang dirancang secara
berkesinambungan mulai TK dan RA sampai dengan kelas XII.

Dalam mengembangkan kurikulum tentunya harus memperhatikan beberapa prinsip,


begitu juga dengan kurikulum berbasis kompetensi yang memiliki beberapa prinsip
sebagaimana tersebut diatas, hal itu dimaksud agar dalam pelaksanaan kurikulum
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Tujuan dari dibentuknya kurikulum yang berbasis kompetensi ini adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik untuk menghadapi perannya dimasa datang
dengan mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life skill).Yang dimaksud
dengan kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan
berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa tertekan,
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga
akhirnya mampu mengatasinya.

Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi

KBK merupakan kurikulum yang menggunakan pendekatan kompetensi yang


menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu di sekolah,
yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada dimasyarakat. Sehingga peserta didik
berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek
kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan
kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
Kurikulum yang berbasis kompetensi ini memberikan keleluasaan kepada lembaga
Sekolah untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga
dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik,
serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah. Dengan demikian sekolah diharapkan
dapat melakukan proses pembelajaran yang efektif, dapat mencapai tujuan yang
diharapkan, materi yang diajarkan relevan dengan kebutuhan masyarakat,
berorientasi pada hasil (Output), dan dampak (Outcome), serta melakukan penilaian,
pengawasan, dan pemantauan secara terus dan berkelanjutan.

Kurikulum tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Menekankan kompetensi mahasiswa, bukan tuntasnya materi

2. Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan potensi


mahasiswa.

3. Berpusat pada mahasiswa.

4. Orientasi pada proses dan hasil.

5. Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual.

6. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, (mahasiswa dapat


belajar dari apa saja).

7. Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar.

8. Belajar sepanjang hayat: (1) Belajar mengetahui (Learning how to know) (2)
Belajar melakukan (Learning how to do) (3) Belajar menjadi diri sendiri (Learning
how to be) (4) Belajar hidup dalam keberagaman (Learning how to live together)

Di samping itu, KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki tiga karakteristik


utama. Pertama, KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
mahasiswa. Artinya melalui KBK diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan
standar minimal yang harus dikuasai. Kedua, implementasi pembelajaran dalam
KBK menekankan pada proses pengalaman dengan memperhatikan keberagaman
setiap individu. Dalam pembelajaran tidak sekedar diarahkan untuk menguasai
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana materi itu dapat menunjang dan
mempengaruhi kemampuan berfikir dan kemampuan bertindak sehari-
hari. Ketiga, evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses
belajar. Kedua sisi evaluasi itu sama pentingnya sehingga pencapaian standar
kompetensi dilakukan secara utuh yang tidak hanya mengukur aspek pengetahuan
saja, tetapi sikap dan keterampilan.

3. Prinsip Evidence Best Medicine

Prinsip EBM

Menurut jurnal pendidikan kedokteran Indonesia oleh Kevin Yulianto dan Elisabeth
Rukmini, Prinsip EBM berguna untuk mendapatkan informasi yang terbaru, relevan
dan akurat mengenai topik yang dibahas, selain itu penulis juga perlu mengetahu
cara penulisan bibliografi atau penulisan daftar pustaka.

4. Mengembangkan teknologi dalam pembelajaran


Penggunaan teknologi dalam pembelajaran telah lama dimanfaatkan untuk
membantu peningkatan kualitas pembelajaran. Pemanfaatan teknologi dalam proses
pembelajaran terutama teknologi komputer memudahkan para pendidik untuk
menjelaskan materi pembelajaran yang bersifat abstrak dan jauh dari penalaran
peserta didik menjadi mudah dijangkau atau dipahami.
Melalui teknologi pembelajaran para pendidik akan mudah melakukan simulasi
pembelajaran mendekati kondisi nyata dari suatu materi pembelajaran yang abstrak,
misalnya penjelasan tentang gerakan lempeng tektonik yang menimbulkan banyak
korban mudah diuraikan dengan bantuan simulasi teknologi. Simulasi gerakan
lempeng tektonik melalui animasi akan memudahkan pemahaman dan penghayatan
peserta didik untuk materi pembelajaran tersebut.
Penggunaan internet dalam proses pembelajaran menjadikan proses pembelajaran
berbeda dengan pembelajaran yang dilakukan pendidik sebelum mengenal TIK
sehingga akan menarik perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran telah mengubah proses pembelajaran “dari
ruang kelas ke mana saja, dari waktu siklus ke waktu nyata, dari kertas ke online,
dan dari fasilitas fisik ke jaringan kerja” (Abdullah, 2009). Pembelajaran dapat
berlangsung di ruang sekolah atau di rumah atau dimana saja bergantung pada
kemauan peserta didik. Pemanfaatan TIK ini menyebabkan proses pembelajaran
dapat terlaksana tanpa ada pembatasan waktu sepanjang peserta didik mau
melakukannya. Hal itu akan mendorong peserta didik untuk meningkatkan
kompetensinya sesuai dengan kemampuan dan keinginan belajarnya.
Pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran dilakukan dalam berbagai bentuk
antara lain penyediaan bahan ajar secara online (bahan ajar tersimpan dalam bentuk
buku atau artikel di internet), program computer assisted learning, bahan alat peraga
atau simulasi, pembelajaran Moodle dan Facebook (Darmawan dan Siti, 2014), dan
pembelajaran jarak jauh (sekolah terbuka). Penyediaan bahan ajar secara online
memudahkan pendidik atau peserta didik untuk menemukan bahan ajar sehingga
proses pembelajaran tidak terkendala oleh materi bahan ajar yang tidak tersedia.
Ketersediaan bahan ajar secara tepat waktu akan memperlancar dan membantu
pendidik atau peserta didik untuk memahami materi pembelajaran secara
komprehensif sehingga pembelajaran terhindar kesalahan konsepsi (misconcept).
Pembelajaran dengan penggunaan alat peraga atau simulasi melalui TIK akan
memudahkan materi pelajaran dipahami oleh peserta didik serta akan berdampak
pada minat atau perhatian peserta didik pada pelajaran tersebut. Adanya alat peraga
dengan penerapan TIK akan membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan
menarik perhatian peserta didik. Dengan demikian, komputer berfungsi untuk
membantu peserta didik untuk memelajari materi pelajaran secara terprogram sesuai
dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum serta perkembangan
kemampuannya.

5. Mengetahui Standar Kompetensi Dokter Indonesia


Standar Kompetensi Dokter Indonesia merupakan daftar keahlian dan pengetahuan
yang diharapkan telah dikuasai dokter umum saat lulus dari pendidikan kedokteran.
1. Profesionalitas yang Luhur
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
3. Komunikasi Efektif
4. Pengelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
6. Keterampilan Klinis
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan

Area Profesionalitas yang Luhur


1. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa
2. Bermoral, beretika dan disiplin
3. Sadar dan taat hukum
4. Berwawasan sosial budaya
5. Berperilaku profesional
Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
1. Menerapkan mawas diri
2. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
3. Mengembangkan pengetahuan
Area Komunikasi Efektif
1. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga
2. Berkomunikasi dengan mitra kerja
3. Berkomunikasi dengan masyarakat
Area Pengelolaan Informasi
1. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
2. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada
profesional kesehatan, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk
peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
1. Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan
ilmu Kesehatan Masyarakat/ Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas yang terkini untuk mengelola masalah kesehatan secara holistik
dan komprehensif.
Area Keterampilan Klinis
1. Melakukan prosedur diagnosis
2. Melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif
Area Pengelolaan Masalah Kesehatan
1. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat
3. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan
pada individu, keluarga dan masyarakat
4. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat
4. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan
5. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam
penyelesaian masalah kesehatan
6. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan
spesifik yang merupakan prioritas daerah masing-masing di Indonesia

6. Penggunaan literatur
Definisi dan Pengertian Literatur
Literatur dapat diartikan sebagai sumber ataupun acuan yang digunakan dalam
berbagai macam aktivitas di dunia pendidikan ataupun aktivitas lainnya. Literatur
juga dapat diartikan sebagai rujukan yang digunakan untuk mendapatkan informasi
tertentu. Literatur dapat berupa buku ataupun berbagai macam tulisan lainnya.
ALA Glozary of Library and Information Science sendiri, pengertian literatur adalah
bahan bacaan yang dipakai dalam berbagai macam aktivitas baik secara intelektual
ataupun rekreasi.

Jenis – jenis Literatur


Pada dasarnya literatur dapat dibedakan berdasarkan beberapa kategori yaitu
menurut lokasi penempatan koleksinya, menurut tingkat kedalaman analisisnya, dan
menurut sifatnya.

Jenis Literatur Menurut Lokasi Penempatan Koleksinya :


1. Koleksi Umum
Literatur koleksi umum merupakan literatur yang terdiri dari berbagai macam buku
yang dibuat untuk tingkat pembaca dewasa. Jenis literatur ini biasanya diletakkan di
rak terbuka dan bebas untuk digunakan oleh siapa saja sebagai sumber bahan
bacaan. Beberapa contoh literatur ini yaitu buku populer yang membahas tentang
budi daya tanaman, serial komik, novel, dll.
2. Koleksi Referensi
Literatur koleksi referensi merupakan literatur yang berisi sekumpulan informasi
yang secara khusus dapat digunakan untuk menjawab berbagai macam pertanyaan
yang dimiliki oleh penggunanya. Literatur jenis ini biasanya berbentuk kamus, buku
pedoman, dan juga ensiklopedia.

Jenis Literatur Menurut Tingkat Kedalaman Analisisnya:


1. Literatur Primer
Literatur sekunder merupakan literatur yang dibuat dari hasil penelitian yang mana
hasilnya belum pernah diterbitkan sebelumnya. Literatur jenis ini biasanya berisi
berbagai macam gagasan ataupun teori-teori baru dai berbagai macam disiplin ilmu
pengetahuan.
2. Literatur Sekunder
Pengertian literatur sekunder merupakan literatur yang dibuat dengan merujuk
ataupun mengutip hasil yang ada dalam literatur primer. Literatur sekunder biasanya
berisi tentang teori-teori yang telah ditemukan sebelumnya dan cenderung tidak
menampilkan temuan-temuan baru.
3. Literatur Tersier
Literatur tersier merupakan literatur yang berisi berbagai macam informasi yang
berupa petunjuk untuk bisa mendapatkan literatur sekunder. Beberapa contoh
literatur ini yaitu bibliografi dari beberapa bibliografi, direktori dari direktori, dll.

Jenis Literatur Menurut Sifatnya:


1. Dokumen Tekstual
Literatur dokumen tekstual merupakan literatur yang berisi berbagai macam teks
tertulis yang dapat
dibaca oleh penggunanya.
2. Dokumen Nontekstual
Literatur dokumen nontekstual merupakan literatur yang berisi tentang informasi
yang tertuang dalam
bentuk selain teks seperti gambar, foto, suara, dll.
3. Dokumen Campuran
Literatur dokumen campuran merupakan literatur yang isinya merupakan gabungan
dari literatur tekstual dan literatur non tekstual. Jenis literatur yang satu ini biasanya
dibuat setelah literatur dokumen tekstual dan literatur dokumen non tekstual telah

5 CARA MENCARI LITERATUL


Jurus 1. Pakai kata kunci sebagai kompas.
Mencari literatur/referensi ibarat kita menjelajah hutan belantara tak dikenal. Nah,
pertama-tama supaya tidak kesasar, kita harus punya kompas. Kompas ini yang akan
menuntun kita supaya tidak kesasar di hutan belantara. Kompas itu adalah kata
kunci dalam Rumusan masalah, Tujuan penelitian atau hipotesis penelitian kita.

Jurus 2. Gunakan “peta” di dalam buku (Daftar Isi, Index dan Glossary).
Ini jurus “potong kompas” lain untuk mengefisienkan waktu dan tenaga anda dalam
mencari kata kunci. Setiap buku pasti punya daftar isi. Nah, daripada membaca dari
bab I, langsung saja anda lihat di daftar isi bab berapa yang membahas kata kunci itu
tadi. Misalnya kalau saya meneliti kecemasan dalam olahraga, saya akan membuka
halaman daftar isi, kemudian melihat bab yang berhubungan dengan kecemasan
halaman berapa, lalu segera buka halaman itu.

Jurus 3. Jadilah detektif; telusuri satu petunjuk ke petunjuk lainnya


Untuk memecahkan kasus, seorang detektif akan menelusuri satu petunjuk ke
petunjuk lainnya. Sama juga dengan mencari literatur. Kalau kita tidak tahu
bagaimana mencari literaturnya, kemana harus pergi dan ngapain, maka jadilah
seorang detektif.
Carilah skripsi atau jurnal penelitian yang berkaitan dengan penelitian anda,
kemudian selalu perhatikan kutipan. Misalnya, kalau penelitian kita tentang
Kecemasan dan sedang mencari literaturnya, kita cari kutipan yang berhubungan
dengan kecemasan.

Jurus 4. Jelajahi Wilayah Baru, lintas didiplin ilmu


Terkadangkala, kesulitan mencari literature ditemukan karena topic penelitian
kita jarang dilakukan, sehingga kita perlu untuk mencari di ilmu lain (lintas
bidang ilmu). Misalnya, ada kasus seorang mahasiswa olahraga meneliti
pengaruh latihan aerobic pada glikolisis darah dengan menggunakan mencit
(tikus) sebagai eksperimen. Ia kesulitan dengan literaturnya; kemudian ia mencari
literature di Fakultas lain, yaitu Fakultas MIPA, Farmasi atau Kedokteran dimana
eksperimen dengan tikus banyak dilakukan. Ternyata, di perpustakaan fakultas
MIPA ia menemukan banyak skripsi yang mirip yang Kajian Pustakanya bisa
digunakan sebagai literatur.
Contoh lain, seorang mahassiwa psikologi yang skripsinya meneliti aspek-aspek
psikologis yang berperan dalam memilih program acara TV. Untuk literatur
tentang media televisi, ia mencari litretaur di jurusan Ilmu Komunikasi dan
Diskomvis (Disain Komunikasi Visual); dan karena analisis statistikanya sangat
sulit, ia juga mencari literature di jurusan Statistik, bahkan berkonsultasi dengan
dosen statistik. Belum cukup, ia mengirim email ke seorang professor di Perguruan
Tinggi lain yang ahli media TV untuk berkonsultasi mengenai penelitiannya.

Jurus 5. Jika terpojok, gunakan sumber kedua


Menggunakan sumber kedua adalah menggunakan buku referensi atau tulisan
orang lain yang mengutip literature lain sebelumnya.
Cara ini menuntut kecermatan kita dalam memilah informasi, tetapi
kekurangannya adalah cara ini tidak memberikan kita gambaran jelas mengenai
teori yang ingin diulas. Namanya juga sumber kedua, kredibilitasnya masih harus
dipertanyakan. Selain itu, resiko hanya menggunakan literature sumber kedua
adalah membuat kita terlihat seperti “tidak membaca buku referensi yang
sesungguhnya”, alias cuma nunut tulisannya orang lain saja. Padahal, untuk
memahami penelitian, kita sebaiknya sangat memahami teori yang berkaitan
melalui referensi-referensi. Untuk penelitian S2 dan S3, serta karya yang
dipublikasikan ke jurnal, lebih baik menghindari cara ini, karena untuk level
penelitian yang lebih tinggi, anda diharuskan benar-benar menguasai konsep
melalui sumber pertama.

7. Kurikulum pendidikan di Fakultas Kedokteran UNEJ


Apa tujuan kurikulum.

Dalam suatu pembelajaran terdapat kurikulum sebagai acuan untuk menjalankan


proses pembelajaran. Tujuan adanya kurikulum adalah agar suatu proses belajar
dapat berjalan sesuai dengan apa yang harus dipelajari dan yang akan dihasilkan.
(Unruh dan Unruh: 1984).

Bagaimana perkembangan kurikulum pendidikan dokter.

Pendidikan dokter di Indonesia berawal dari masa penjajahan Belanda. Pada saat itu,
terdapat penyakit cacar yang mewabah sehingga pemerintah Belanda harus
memberikan pendidikan khusus untuk melatih juru cacar menanggulangi hal
tersebut. Pada awal kemerdekaan, kurikulum pendidikan yang digunakan di
Indonesia merupakan kurikulum Belanda. Mahasiswa dapat menyelesaikan
pendidikan kedokteran selama 10 tahun. Pada tahun 1981, mulai disusun kurikulum
inti untuk pendidikan dokter di Indonesia. Kurikulum tersebut adalah kurikulum
Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI) I berkembang menjadi KIPDI II, dan
berkembang menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah model kurikulum yang


menekankan pada kemampuan peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuan
secara optimal. KBK memuat standar kompetensi pada setiap mata pelajaran yang
harus dicapai. Standar Kompetensi merupakan suatu pencapaian minimum yang
harus dicapai oleh peserta didik pasa setiap mata pelajaran. Apabila peserta didik
mampu melewati standar kompetensi maka peserta didik mampu melewati standar
kompetensi maka peserta didik diharapkan mampu mengeksplor kemampuannya.
Terda[at tujuh kompetensi utama yaitu ketermpilan menerapkan dasar-dasar ilmu
biodemik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktek kedokteran
dasar, keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga maupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, bersinambungan, terkoordinir
dan bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan primer, memanfaatkan dan
menilai secara kritis teknologi informasi, mawas diri dan pengembangan diri dengan
belajar sepanjang hayat, serta etika, moral dan profesionalisme dalam praktik.

8. Paradigma Kedokteran

Paradigma merupakan cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya


sehingga mempengaruhi pola berpikir. Paradigma dalam pendidikan kedokteran
sebelumnya menggunakan paradigma lama. Paradigma lama yaitu meliputi teacher
centred, information gathering, discipline based, hospital based, standars program,
dan aprenticeship/opportunistic. Seiring berkembangnya zaman, paradigma lama
mulai tidak sesuai sehingga harus digantikan oleh paradigma baru. Dalam proses
pendidikan dokter paradigma baru ini dikenal dengan SPICES-model. SPICES-
model merupakan akronim dari student centred, problem based learning, integrated,
community based, electives, dan systematic.

a. Student centred

Proses pembelajaran menurut paradigma baru yaitu berpusat pada mahasiswa


sedangkan dosen hanya sebagai fasilitator. Mahasiswa mencari sendiri apa yang
akan dipelajari dan apa yang akan dibahas serta didiskusikan.tidak bergantung pada
dosen lagi.

b. Problem based learning

Untuk memulai mencari informasi, disediakan suatu masalah. Mahasiswa harus


menganalisis masalah apa yang terjadi dan bagaimana cara menanggulanginya.
Mahasiswa mengerjakan secara berkelompok tanpa bantuan dosen.
c. Integrated

Pembelajaran pendidikan dokter ini berdasarkan pada kurikulum berbasis


kompetensi. Oleh karena itu mahasiswa harus mencapai target atau standar yang
telah ditentukan oleh kurikulum pendidikan dokter agar dapat mencapai standar
kompetensi dokter.

d. Community based

Dokter dididik untuk menjadi dokter yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Tidak hanya bisa mengobati pasien namun dokter juga harus mampu berkomunikasi
efektif dengan pasien. Seorang dokter harus melayani pasien dengan attitude yang

baik.

e. Electives

Selain akademik, di dalam kampus mahasiswa juga diberi kebebasan untuk memilih
dan mengembangkan bakatnya dalam unit kegiatan mahasiswa (UKM). Sehingga
seorang dokter tidak hanya belajar akademik namun juga belajar bersosial.

f. Systematic

Pendidikan dokter sudah sistematis artinya semua yang harus dipelajari dan dikuasai
sudah begabung menjadi satu dan siap untuk dipelajari. Manfaat adanya paradigma
baru adalah dapat mengembangkan pola pikir mahasiswa dalam memecahkan
masalahnya sendiri. Selain itu, mahasiswa juga mampu untuk belajar mandiri sesuai
dengan kemampuannya masing-masing. Dengan paradigma baru ini, akan
menghasilkan dokter-dokter yang lebih berkualitas dan dapat diterima dengan baik
oleh masyarakat.

9. Strategi belajar

Strategi belajar adalah suatu garis besar haluan yang dijadikan pedoman dalam bertindak
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa diantaranya adalah :

1. Strategi pembelajaran kooperatif, yaitu dengan menggunakan sistem


pembagian kelompok dengan latar belakang yang heterogen, penilaian dilakukan
terhadap kelompok.
2. Strategi belajar yang lebih memfokuskan pada kemampuan mahasiswa,
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
3. Strategi pembelajaran interaktif, yaitu menekankan kemampuan komunikasi
antar mahasiswa atau dengan dosen melalui diskusi dalam pemecahan suatu
masalah.
4. Strategi pembelajaran empiric, yaitu menekankan kepada aktivitas
mahasiswa selama proses pembelajaran.

10. Cara mengatasi berbagai macam masalah dalam pembelajaran

Banyak tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran, tidak hanya pembelajaran


dalam konteks mahasiswa kedokteran namun pembelajaran secara umum. Berikut ini
beberapa masalah yang dihadapi dalam pembelajaran berikut upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut:

a. Banyaknya materi kuliah dan ujian namun sedikit waktu untuk bisa belajar
(Cahyaningrum, 2019) Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini
antara lain:

1) Belajar kelompok, mahasiswa kedokteran melakukan belajar kelompok dengan


tujuan untuk memperdalam pemahaman, menyamakan persepsi akan materi,
menghindari adanya materi yang terlewat, meningkatkan motivasi belajar, dan
menguatkan hasil belajar yang sudah didapat dari pembelajaran mandiri
(Cahyaningrum, 2019).

2) Membuat rangkuman atas setiap materi atau buku yang dipelajari, atau membuat
penanda pada poin-poin penting sehingga memudahkan saat belajar kembali atau
perlu review ulang

3) Pemahaman akan diri, setiap individu memiliki gaya belajar tersendiri yang bisa
efektif bagi individu tersebut, sehingga penerapan gaya belajar terbaik baik tiap
individu dapat mendorong efektivitas dalam belajar. Apabila seseorang belum
memahami gaya belajar yang tepat baginya, maka dia bisa menerapkan trial and
error, namun dibatasi waktunya untuk kemudian dievaluasi mana gaya belajar
terbaiknya.

b. Kelemahan dalam melakukan manajemen stress

Ketidakmampuan atau kelemahan dalam mengatasi stress atau permasalahan yang


datang kepada setiap individu akan memengaruhi kondisi mental dan emosional
individu tersebut. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi kemampuan belajar. Tingkat
stress yang tinggi baik dari tuntutan banyaknya pelajaran, ujian, tekanan lingkungan,
keluarga, dan tekanan permasalahan lainnya dapat menurunkan kemampuan belajar
atau bahkan menjadi sumber demotivasi. Untuk itu penting bagi individu memiliki
kemampuan manajemen stress yang baik sehingga tidak mempengaruhi kesehatan
mental dan emosionalnya. Rizky et al. (2014) menyebutkan bahwa efikasi diri
berpengaruh dalam mengatasi stress, untuk itu penting bagi mahasiswa Fakultas
Kedokteran untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan efikasi dirinya agar
dapat yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya sehingga bisa menyelesaikan
setiap masalah yang ada. Untuk itu, sesekali pelatihan atau internalisasi nilai efikasi
diri perlu untuk dilakukan dan disampaikan kepada Mahasiswa Kedokteran.

c. Learning Disorder atau kekacauan belajar

Kekacauan belajar merupakan keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu


karena timbulnya respons yang bertentangan (Haqiqi, 2011). Misalnya, bagi orang
yang suka menghitung dan membenci pelajaran yang membutuhkan hafalan, maka
proses belajarnya akan sedikit terhambat karena adanya respons-respons yang
bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang
dimilikinya. Permasalahan ini muncul karena adanya tantangan baru dalam belajar,
untuk itu penting bagi kita dalam memahami proses belajar atau strategi belajar
individual apa yang perlu kita lakukan. Kemudian penggunaan sistem belajar
kelompok, melalui mekanisme ini setiap individu akan didorong untuk bisa bekerja
sama dalam menyelesaikan penugasan dan memiliki rasa tanggung jawab atas tugas
tersebut. Selain itu melalui interaksi dengan teman ini juga dapat meningkatkan
motivasi belajar melalui rasa senasib sepenanggungan dan iklim persaingan juga.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah menguatkan motivasi, kita perlu mengingat apa
yang menjadi motivasi kita dalam belajar di Fakultas Kedokteran. Motivasi ini
kemudian terus kita ingat dan kuatkan untuk membantu mengatasi berbagai
permasalahan yang ada.

d. Slow Learner atau lambat belajar

Kondisi ini dihadapi mahasiswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok mahasiswa lain
yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama (Haqiqi, 2011; Khaira, 2017).
Bagi individu yang memang butuh waktu lama untuk mempelajari suatu hal, maka
hal yang bisa dilakukan tentu saja meluangkan lebih banyak waktu dalam belajar.
Namun, hal ini juga harus disertai dengan sistem belajar yang terarah. Pemanfaatan
problem based learning ini sebagai bagian model pembelajaran juga akan
memudahkan individu yang kesulitan dalam belajar jadi lebih fokus. Sebagai
seorang slow learner, ada baiknya sebelum saatnya pertemuan kuliah untuk
membaca materi sebelumnya dan membuat poin-poin mana yang belum dipahami,
saat kuliah selain mendengarkan dan mencatat atau merekam materi, kita bisa
menanyakan poin yang belum kita pahami tersebut. Apabila masih belum paham,
maka kita melakukan pencarian mandiri melalui studi literatur, bertanya pada teman,
atau jika masih kurang paham bisa memohon waktu untuk berdiskusi dengan dosen
diluar waktu pembelajaran. Intinya bagi slow learner ini memang perl
menginvestasikan waktu dan tenaga lebih banyak untuk bisa mengejar
ketertinggalannya.

e. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar

Kondisi ini mengacu pada gejala dimana mahasiswa tidak mampu belajar atau
menghindari belajar (Haqiqi, 2011), atau memiliki kebiasaan buruk dalam belajar
dengan bersikap antagonistik dari seharusnya misal dengan menunda tugas (Khaira,
2017) sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Pada dasarnya kondisi
ini didasari oleh permasalahan akan kurangnya motivasi untuk belajar, rasa malas,
maupun stress yang menumpuk sehingga mengganggu kondisi mental dan emosional
individu. Hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah tentunya
menumbuhkan motivasi diri. Kemudian perlunya dukungan baik dari orang tua,
teman, dosen, dan lingkungan untuk memberikan dorongan positif guna mengubah
pola belajar yang negatif dari individu tersebut.

f. Under Achiever

Kondisi ini mengacu kepada mahasiswa yang sesungguhnya memiliki tingkat


potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong
rendah (Haqiqi, 2011). Salah satu hal yang mendasari permasalahan ini adalah
kurangnya motivasi dalam belajar. Motivasi dalam belajar menjadi penting karena
hal ini adalah faktor atau kondisi yang mampu untuk mendorong semangat belajar.
Motivasi ini tidak hanya untuk mengatasi permasalahan under achiever tetapi
berbagai permasalahan dalam belajar seperti lerning disfunction, slow learner,
learning disabilities, dan permasalahan lainnya. Dorongan motivasi baik dari internal
dan eksternal diri dapat mendorong kita untuk memiliki semangat belajar dalam
berbagai kondisi atau tantangan yang muncul. Berikut ini beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan motivasi dalam belajar, sebagaimana diungkapkan
oleh Khaira (2017):

1) Penetapan angka atau nilai sebagai simbol pencapaian nilai

minimal capaian pembelajaran.

2) Menumbuhkan kesadaran kepada mahasiswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai

salah satu bentuk motivasi yang cukup tinggi.

3) Adanya pujian, hadiah, dan hukuman

4) Menghadirkan iklim kompetisi dalam belajar

5) Menumbuhkan minat dan hasrat untuk belajar


Daftar Pustaka

Rosenberg W, Donald A. Evidence based medicine: an approach to clinical problem-


solving. Brit Med J. 1995;310:1122-1126.

Wadland WC, Barry HC, Farquhar L, Holzman C, White A. Training medical students in
evidence-based medicine: a community campus approach. Fam Med. 1999;31(10):703–8.

Jarmila P, Vladimir M, Dagmar K. Teaching EvidenceBased Medicine to undergraduate


medical students: Information Specialists as Multi-Professional Team Members. European
Social Fund. 2007;3 (4):49-51.

Josephson SA, Whelan AJ. A new first-year course designed and taught by a senior medical
student. Acad Med. 2002;77(12 Pt 1):1207–11.

Hung, Woei. 2008. The 9-step problem design process for problem-based learning:
Application of the 3C3R model. Dakota, US : elsevier

Karram MM,. 2009. Evidence-based Medicine to Support The Surgical Procedures We


Perform on Patients with Pelvic Organ Prolapse. Int Urogynecol J. 20 : 763-64.

L.A. Branda. 1986. Changes in Education for National Health Manpower for the Twenty-
first Century.

Pronovost Peter J,. 2001. Evidence- Based Medicine in Anesthesiology. Anesth Analg. 92 :
787 -94.

Rahayu, Gandes Retno. 2005. Pembelajaran Berpusat Mahasiswa. Yogyakarta : Pusat


pengembangan pendidikan Universitas Gadjah Mada

Royal Society Medicine,. 2009. Purpose and Procedure. Evidence-Based Medicine. 14 :


129.

Wiryo Hananto,. 2002. Kajian Kritis Makalah Ilmiah Kedokteran Klinik


menurutKedokteran Berbasis Bukti (KBB). Jakarta, Sagung Seto.

Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta : Quantum
Teaching.
Sastroasmara Sudigdo et all,. 2006. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta,
Sagung Seto.

Haqiqi, R. 2011. Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya.Malang:


Universitas Islam Malang.

Khaira, R. 2017. Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya. Aceh:


Universitas Samudra Langsa.

Cahyaningrum, M.S. 2019. Strategi Belajar Mahasiswa Tingkat Satu Program Studi
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.

Rizky, E., Zulharman, & Risma, D. 2014. Hubungan Efikasi Diri dengan Coping Stress
pada Mahasiswa Angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Vol.2

Anda mungkin juga menyukai