Anda di halaman 1dari 2

1) Uji penetrasi standar (standard penetration test, SPT)

Uji penetrasi standar, selanjutnya disebut sebagai uji SPT bertujuan untuk menentukan
tahanan tanah pada dasar lubang bor terhadap penetrasi dinamis dari split barrel sampler
(atau konus padat) dan memperoleh contoh tanah terganggu untuk tujuan identifikasi tanah.
Uji SPT digunakan terutama untuk penentuan kekuatan dan sifat deformasi tanah berbutir
kasar. Uji SPT juga dapat digunakan memperoleh informasi bernilai untuk jenis tanah
lainnya. Pengujian ini harus dilakukan dengan mengikuti persyaratan yang diberikan di dalam
SNI 4153:2008.

2) Uji sondir (cone penetration test, CPT)


Uji penetrasi konus (CPT) atau umumnya dikenal sebagai uji sondir banyak digunakan di
Indonesia, disamping pengujian SPT, pengujian ini sangat berguna untuk memperoleh nilai
variasi kepadatan tanah pasir yang tidak padat. Pada tanah pasir yang padat dan tanah-
tanah berkerikil dan berbatu, penggunaan alat sondir menjadi tidak efektif, karena akan
banyak mengalami kesulitan dalam menembus tanah. Nilai-nilai tahanan kerucut statik (qc)
yang diperoleh dari pengujiannya dapat dikorelasikan secara langsung dengan nilai daya
dukung tanah dan penurunan pada fondasi. Pengujian ini harus dilakukan dengan mengikuti
persyaratan yang diberikan di dalam SNI 2827:2008.

Untuk jumlah minimum penyelidikan tanah khususnya uji penetrasi standar dan uji sondir
adalah:
a) Struktur memanjang (jalan raya, rel kereta, kanal, tanggul, runway dan taxiway):
 Satu titik per 50 sampai 200 meter, kecuali runway atau taxiway jarak maximum
dibatasi 100 m. Jarak yang besar dapat dipakai pada investigasi awal
 Tambah titik diantaranya apabila hasil investigasi awal menunjukan adanya variasi
tanah yang perlu diinvestigasi lebih detail
b) Jembatan
 Untuk jembatan konvensional dengan bentang < 50 meter, minimum 1 titik pada tiap
abutmen dan pilar per 2 jalur lalu lintas
 Untuk jembatan khusus dengan bentang ≥ 50 meter atau jembatan di laut, ditentukan
oleh tenaga ahli geoteknik
CATATAN: untuk jumlah titik bor, konsultan perencana diwajibkan menjamin jumlah
ketercukupan dan keakuratan data tanah yang digunakan dalam perencanaan.

3) Uji geser baling lapangan (Field Vane Shear Test, FVT)


Uji geser baling lapangan dilakukan untuk mengukur tahanan terhadap rotasi lapangan dari
baling-baling yang dipasang di tanah lunak berbutir halus untuk menentukan kuat geser tak
terdrainase dan sensitivitas. Pengujian ini harus dilakukan dengan mengikuti persyaratan-
persyaratan yang diberikan di dalam SNI 03-2487-1991 (ASTM D2573/D2573M-15).

4) Uji pembebanan pelat (Plate Loading Test, PLT)


Uji pembebanan pelat dilakukan untuk menentukan deformasi vertikal dan kekuatan dari
suatu massa tanah dan batuan di lapangan melalui pencatatan beban dan penurunan saat
pelat kaku yang dimodelkan sebagai fondasi membebani tanah. Pengujian ini harus
dilakukan dengan mengikuti persyaratan yang diberikan di dalam EN ISO 22476-13 (ASTM
D1195/D1196 dan AASHTO T221/T222)

Sedangkan penyelidikan tanah yang menjadi opsional untuk dilakukan antara lain :

1) Uji Pressuremeter, PMT, berupa silinder karet yang dimasukkan ke dalam lubang bor hingga
kedalaman uji dan kemudian dikembangkan pada arah radial. Sistem ini sering disebut juga
dengan istilah preboring pressuremeter. Keuntungan dari uji ini adalah karena modulus geser
tanah dapat diperoleh dilapangan (in-situ). Demikian pula besarnya koefisien tekanan tanah
lateral at rest atau Ko. Besaran-besaran lain seperti kuat geser tanah juga dapat diperoleh
dari uji ini.

Uji pressuremeter (PMT) harus dilakukan dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang


diberikan di dalam EN-ISO 22476 (ASTM D4719-00)
Ada empat jenis alat umumnya tersedia, dengan mengacu pada EN-ISO 22476:
a) Pre-bored pressuremeter (PBP), misalnya Tes Dilatometer Fleksibel (FDT), mengacu
pada EN ISO 22476-5.
b) Ménard pressuremeter (MPM), bentuk spesifik dari PBP, mengacu pada EN ISO 22476-
4.
c) Self-boring pressuremeter (SBP), mengacu pada EN ISO 22476-6.
d) Full-displacement pressuremeter (FDP), mengacu pada EN ISO 22476-8.

2) Uji dilatometer datar (Flat dilatometer test, DMT)


Uji dilatometer merupakan uji yang relatif sederhana untuk mengukur perlawanan tanah
dalam arah horizontal. Alat ini berupa suatu pisau atau blade khusus dengan lebar 95 mm,
panjang 240 mm dan tebal 15 mm. Di satu sisi blade terdapat sebuah membran logam
berbentuk lingkaran dengan diameter 60 mm yang dapat dikembangkan ke arah luar.
Pengujian ini harus dilakukan dengan mengikuti persyaratan yang diberikan di dalam ASTM
D6635-01.

3) Uji pendugaan dinamis (Dynamic probing test, DP)


Uji pendugaan dinamis dilakukan untuk menentukan tahanan tanah dan batuan lunak di
lapangan akibat penetrasi dinamis konus. Pengujian ini harus dilakukan dengan mengikuti
persyaratan yang diberikan di dalam EN ISO 22476-2.

Hasil uji harus digunakan terutama untuk penentuan profil tanah bersama-sama dengan hasil
dari pengambilan contoh menggunakan pengeboran dan penggalian atau sebagai
perbandingan relatif pengujian lapangan lainnya. Hasil uji ini juga dapat digunakan untuk
penentuan kekuatan dan deformasi sifat tanah, umumnya dari jenis tanah berbutir kasar
tetapi juga mungkin di tanah berbutir halus, melalui korelasi yang sesuai.

Selain itu juga dapat digunakan untuk menentukan kedalaman lapisan tanah yang sangat padat
yang menunjukkan, misalnya panjang tahanan ujung tiang.

Anda mungkin juga menyukai