Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“ Program P2M (Pengendalian Dan Pemberantasan Penyakit Menular


Dan Tidak Menular) ”

Dosen :

Ns. Marini Agustin S.kep.M.Pd.

Disusun Oleh :

Dea Novi Yanti (1720170057)


Sandra Agustiawan (1720170058)
Inne Nurfajriah (1720170059)
Dwi Alwi Wulandari (1720170062)
Aisyah Saputri (1720170063)
Putri Yulianti (1720170064)
Ratu Maydita (1720170065)
Syifa Fauzia (1720170066)

PRODI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Program P2M (Pengendalian Dan Pemberantasan
Penyakit Menular Dan Tidak Menular) ”

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Komunikasi


Keperawatan di Akper As-Syafi’iyah. Selanjutnya penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Ns. Marini Agustin, S.Kep.M.Pd selaku dosen pembimbing mata
kuliah Gizi Dan Diet.

Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan


makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, November 2019

Kelompok
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 2

1.3. Tujuan..................................................................................................... 2

1.4. Manfaat................................................................................................... 2

BAB II ISI...................................................................................................... 3

2.1. Definisi Puskesmas ................................................................................ 3

2.2. Macam-macam dan Penularan Penyakit Menular.................................. 3

2.3. Program Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas..................... 5

2.4. Implementasi Pemberantasan Penyakit Menular Pada Puskesmas......... 16

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 19

3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 19

3.2. Saran ...................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Untuk menciptakan bangsa yang memiliki kesadaran, kemauan, dan


kemampuan hidup sehat dibutuhkan kerjasama masyarakat dalam menciptakan
pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan di Indonesia berfungsi untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
sehingga setiap orang dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Pembangunan kesehatan di Indonesia masih perlu pembenahan yang terkonsentrasi
guna mewujudkan pembangunan kesehatan yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap tingkat kesehatan masyarakat Indonesia yang optimal. Di sini, peran
masyarakat dan perangkat-perangkat kesehatan memiliki peran yang sangat penting,
salah satu perangkat kesehatan tersebut adalah Puskesmas. Puskesmas merupakan
sebuah institusi pelayanan kesehatan yang berbasiskan masyarakat yang ikut
berperan sebagai perangkat pembangunan kesehatan milik pemerintah. Upaya
kesehatan puskesmas meliputi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan. Di sini, puskesmas difungsikan sebagai ujung tombak penentu
kinerja Kabupaten atau kota untuk mewujudkan masyarakat yang sehat di wilayah
kerjanya karena Puskermas merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang
paling dekat dengan masyarakat. Puskesmas juga merupakan ujung tombak
penyelenggaraan UKM maupun UKP di srata pertama pelayanan kesehatan, dan
merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan di
Kabupaten atau Kota.

Di dalam pembangunan kesehatan, Indonesia memiliki masalah kesehatan


yang cukup kompleks, dibuktikan dengan meningkatnya kasus penyakit menular,
banyaknya jumlah kematian yang terjadi, serta meningkatnya penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, didukung dengan perolehan Indonesia dengan peringkat
4 sedunia untuk kasus tuberculosis, selain itu Indonesia juga memperoleh peringkat
1 untuk penularan HIV tercepat. Hal ini merupakan masalah kesehatan yang sangat
1
membutuhkan perhatian dan pembenahan. Namun dalam pembenahan dan
pembangunan kesehatan tidaklah mudah karena dipersulit dengan adanya
keterbatasan sumber daya manusia baik dalam aspek kualitas maupun kuantitas.
Dengan adanya Puskesmas sebagai upaya keperawatan kesehatan masyarakat yang
terdiri dari upaya wajib dan upaya pengembangan, diharapkan pemberian
pelayanan kesehatannya dapat mencegah dan memberantas penyakit menular
melalui upaya wajibnya yaitu P2M.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan Puskemas?

1.2.2. Apa saja macam-macam dan penularan penyakit menular?

1.2.3.Apa itu program pemberantasan penyakit menular yang ada pada Puskesmas
beserta ruang lingkup dan kegiatan pokoknya?

1.2.4. Bagaimana implementasi program pemberantasan penyakit menularpada


puskesmas?

1.3. Tujuan

1.3.1. Untuk mengetahui definisi Puskesmas.

1.3.2. Untuk mengetahui macam-macam dan penularan penyakit menular

1.3.3. Untuk mengetahui program pemberantasan penyakit menular yang ada pada
Puskesmas beserta ruang lingkup dan kegiatan pokoknya.

1.3.4. Untuk mengetahui implementasi program p2m pada puskesmas

1.4. Manfaat

Agar pembaca dapat mengetahui pengertian puskesmas, macam-macam penyakit


menular beserta program pemberantasannya, ruang lingkup dan kegiatan pokoknya.
Serta dapat mengetahui implementasinya terhadap pemberantasan penyakit
menular sehingga pembaca mendapatkan banyak informasi tentang p2m di
Puskesmas

BAB II
2
ISI

2.1. Definisi Puskesmas

Definisi Puskesmas dalam KEPMENKES RI Nomor 279/MENKES/SK/IV/2006,


Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Puskemas merupakan ujung tombak penyelenggaraan UKM maupun UKP di
strata pertama pelayanan kesehatan, dan merupakan unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehtana Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian
tugas pembangunan kesehatan di Kabupaten/Kota. Upaya kesehatan yang
dilakukan oleh Puskesmas ini meliputi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari Promosi kesehatan, Kesehatan
lingkungan, KIA/KB, P2M, Gizi dan Pengobatan.

2.2. Macam-macam dan Penularan Penyakit Menular

2.2.1. Penularan langsung dari manusia ke manusia

Ini dapat terjadi karena tetesan-tetesan halus yang terhambur dari batuk, berludah,
atau bersin, misalnya tuberkulose ; bersentuh (persetubuhan), misalnya pada
penyakit kelamin.

2.2.2. Penularan tidak langsung

A. Dengan perantara benda atau barang yang kotor (ada kumannya), biasanya air,
makanan dan susu segar. Sebagai contoh adalah perjalanan najis ke mulut. Manusia
makan bahan makanan dan minum air yang telah dikotori dengan kuman penyebab
penyakit. Penyakit-penyakit yang ditularkan dengan cara ini antara lain ialah kolera
dan disentri.

B. Dengan perantara serangga atau gigitan binatang. Orang digigit serangga atau
binatang yang membawa kuman penyakit dalam saluran pencernaannya atau dalam
ludahnya. Sebagai contoh: Malaria, Filariasis, Dengue demam berdarah dan Rabies.

2.2.3. Jika diketahui cara bagaimana penyakit itu menular, maka dapat dijalankan
usaha-usaha yang jitu untuk menghilangkan sumber infeksi, dan memutuskan rantai
3
penularan penyakit. Dengan demikian Puskesmas dapat banyak sekali mengurangi
kejadian (incidence) penyakit menular. Didalam pembatasan penyakit sering
dipakai istilah wabah dan kejadian luar biasa (KLB) yang artinya sebagai berikut :

A. Wabah
Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang telah meluas
secara cepat baik jumlah kasus maupun luas daerah terjangkit.
B. Kejadian Luar Biasa
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian
dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Kriteria
KLB (kriteria kerja) antara lain:
1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal di
suatu daerah
2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali atau lebih
dibandingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun
waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) tergantung dari jenis penyakitnya.
3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu
(jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya
4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikkan dua kali lipat
atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya
5) Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata perbulan dari tahun
sebelumnya
6) Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode
sebelumnya
7) Proposional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih periode yang sama dalam kurun waktu/tahun
sebelumnya.
4
8) Beberapa penyakit khusus: kolera, DBD/DSS: Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah endemis), terdapat satu atau lebih penderita
baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan
bebas dari penyakit yang bersangkutan.
C. Penyakit-penyakit menular yang dilaporkan
Penyakit-penyakit menular yang dilaporkan adalah penyakit-penyakit yang
memerlukan kewaspadaan ketat yaitu penyakit-penyakit wabah atau yang
berpotensi wabah/atau yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)
Penyakit-penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut:
1) Penyakit karantina atau penyakit wabah penting: Kholera Poliomylitis, Pes,
Difteri.
2) Penyakit potensial wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau
mempunyai mortalitas tinggi, dan memerlukan tindakan segera: DHF, Campak,
Rabies, Diare, Pertusis.
3) Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting: Malaria,
Hepatitis, Enchephalitis, Frambosia, Typhus Abdominalis,Tetanus, Influenza,
Meningitis, Tetanus Neonatorum, Antrax, Keracunan.
4) Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah, tetapi diprogramkan,
di tingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui RR terpadu Puskesmas
ke kabupaten, dan seterusnya. Penyakit-penyakit tersebut meliputi: Cacing,
Lepra, Tuberculosa, Syphilis, Gonorhoea dan filariasis, dan lain-lain.
Dari penyakit-penyakit diatas, pada keadaan tidak ada wabah secara rutin hanya
yang termasuk kelompok 1 dan kelompok 2 yang perlu dilaporkan secara mingguan,
sementaara bagi penyakit kelompok 3 dan 4 secara rutin dilaporkan bulanan.

2.3. Program Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular merupakan program pelayanan


kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit
menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). Tujuan dari program P2M ini yaitu
untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit
5
menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria,
demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS,
pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Uraian
tugas umum untuk koordinator unit pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular yaitu menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit p2m,
mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya, dan kut serta aktif
mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan kasus penyakit menular serta
menindaklanjuti terjadinya KLB. Banyak sekali upaya yang dilakukan oleh
puskesmas untuk memberantas penyakit menular, setelah puskemas bekerja,
kinerja p2m puskesmas langsung dilaporkan kepada kepala dinas kesehatan daerah
tingkat II.

2.3.1. Ruang Lingkup Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

A. Surveilans epidemiologi
B. Imunisasi
C. TBC
D. Malaria
E. Kusta
F. DBD
G. Penanggulangan KLB
H. ISPA/Pnemonia
I. Filariasis
J. AFP
K. Diare
L. Rabies/Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR)
M. Kesehatan Matra (Haji dan P. Bencana)
N. Frambusia
O. Leptospirosis
P. HIV/AIDS
Q. Penyakit tidak menular (DM, hipertensi, dll).
2.3.2. Kegiatan Pokok P2M
Secara umum, untuk pemberantasan penyakit
6 menular, puskesmas memiliki tugas-
tugas yang terbagi dalam lima hal. Terdapat banyak sekali macam penyakit menular,
berikut ini jenis penyakit menular yang bersumber data dari puskesmas berdasarkan
KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit
Tidak Menular Terpadu:
NO. Penyakit NO. Penyakit
1. Kolera 14. Malaria Klinis
2. Diare 15. Malaria Vivax
3. Diare berdarah 16. Malaria falsifarum
4. Tifus perut klinis 17. Malaria mix
5. TBC paru BTA (+) 18. Demam berdarah dengue
6. Tersangka TBC paru 19. Demam dengue
7. Kusta PB 20. Pneumonia
8. Kusta MB 21. Sifilis
9. Campak 22. Gonrrhea
10. Difteri 23. Frambusia
11. Batuk rejan 24. Filariasis
12. Tetanus 25. Influensa
13. Hepatitis klinis

Kegiatan pokok pemberantasan penyakit menular oleh puskesmas terdiri dari


pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, peningkatan imunisasi, penemuan
dan tatalaksana penderita, Peningkatan surveilens epidemiologi dan
penanggulangan wabah, serta Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
A. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko
Selain pasien yang telah terinfeksi penyakit menular, masyarakat yang memiliki
risiko tinggi juga perlu diperhatikan, karena masyarakat yang memiliki risiko tinggi
bisa memiliki risiko kapan saja terkena penyakit menular. Pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko terdiri atas:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
7 penanggulangan faktor risiko dan
undangan, dan kebijakan pencegahan dan
diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan dan
penanggulangan faktor resiko
3) Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko sebagai
stimulam
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
6) Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
8) Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan penanggulangan
faktor risiko.
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan pencegahan
dan pemberantasan penyakit.
B. Peningkatan imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi seseorang terjangkit
penyakit menular, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas dalam hal
peningkatan imunisasi yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
imunisasi
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang ditujukan
terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai dengan skala
prioritas
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancagan juklak juklak/juknis/protap
program imunisasi
5) Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
8
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan
program imunisasi
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan imunisasi
9) Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan imunisasi
C. Penemuan dan tatalaksana penderita
Selain kunjungan penderita ke puskesmas, puskesmas harus berperan aktif dalam
penemuan dan kunjungan terhadap penderita. Penemuan dan tatalaksana penderita
terdiri atas upaya bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan
tatalaksana penderita, serta meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian
penyakit untuk melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita. Di
dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita dibutuhkan kerjasama antara
masyarakat dan puskesmas untuk saling bekerjasama sehingga dapat memabangun
status kesehatan pada masyarakat yang optimal dengan pemberantasan penyakit
menular, sebagai contoh seperti kasus TBC yang membutuhkan peran penting
puskesmas. Apabila pasien berhenti dalam masa pengobatan akibat halangan
tertentu atau lalainya pasien dalam kunjungan ke puskesmas untuk kontrol, maka
puskesmas harus aktif mengunjungi rumah penderita, sebab apabila pasien tersebut
berhenti minum obat, maka upaya pemberantasan TBC dikatakan gagal dan pasien
harus mengulang tahap pengobatan mulai dari awal. Serta apabila pasien terus-
terusan memberhentikan pengobatan di tengah-tangah masa pengobatan, maka
akan terjadi resistensi dan hal ini dapat menyebabkan kemungkinan penyebaran
penyakit semakin besar. Itulah sebabnya, puskesmas terdekat harus mengunjungi
rumah pasien agar dapat menjangkau pasien dan menyukseskan upaya p2m.
Kegiatan pokok dalam upaya ini yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita dan
diseminasinya
9
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan dan
tatalaksana penderita
3) Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai
stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program penemuan dan tatalaksana penderita
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan
tatalaksana penderita
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita
8) Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan tatalaksana
penderita
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
penemuan dan tatalaksana penderita.
D. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah
Surveilans epidemilogi penyakit menular juga merupakan salah satu upaya
pemberantasan penyakit menular yang penting, karena dengan surveilans
epidemiologi penyakit menular, puskesmas dapat mengetahui penyebaran dan
hubungannya dengan faktor risiko, surveilans epidemiologi ini dapat mendukung
pemberantasan penyakit menular dari data yang didapat oleh puskesmas itu sendiri.
Kegiatan pokok:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah sebagai stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
5) Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/Wabah,
termasuk dampak bencana
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah
9) Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
Surveilans merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-
masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara
efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggara program. Jadi, surveilans
epidemiologi penyakit menular merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan
terus-menerus terhadao penyakit menular yang terjadi di suatu wilayah tertentu agar
dapat melakukan tindakan penanggulangaan penyakit menular secara efektif dan
efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Tujuan surveilans
epidemiologi penyakit menular yaitu:
1) Terkumpulnya data kesakitan, data laboratorium dan data KLB
penyakit menular di Puskesmas
11 sebagai sumber data Surveilans Terpadu
Penyakit Menular.
2) Terdistribusikannya data kesakitan, data laboratorium serta data KLB
penyakit menular kepada unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
3) Terlaksananya pengolahan dan penyajian data penyakit menular dalam
bentuk tabel, grafik, peta dan analisis epidemiologi lebih lanjut oleh Unit
surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan
Ditjen PPM &PL Depkes
4) Terdistribusinya hasil pengolahan dan penyajian data penyakit menular
beserta hasil analisis epidemiologi lebih lanjut dan rekomendasi kepada
program terkait di Puskesmas, Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, pusat-
pusat riset, pusat-pusat kajian dan perguruan tinggi serta sektor terkait lainnya
Di dalam KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan
Penyakit Tidak Menular Terpadu, dinyatakan bahwa prioritas surveilans penyakit
yang perlu dikembangkan adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
penyakit yang potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa, penyakit
menular dan keracunan, demam berdarah dan demam berdarah dengue, malaria,
penyakit-penyakit zoonosis antara lain antraks, rabies, leptospirosis, filariasis serta
tuberkulosis, diare, tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya, kusta,
frambusia, penyakit HIV/AIDS, penyakit menular seksual, pneumonia, termasuk
penyakit pneumonia akut berat (severe acute respiratory syndrome), hipertensi,
stroke dan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, neoplasma, penyakit paru
obstuksi menahun, gangguan mental dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan.
Salah satu ruang lingkup penyelenggaran surveilans terpadu penyakit yaitu
surveilans terpadu penyakit bersumber data Puskesmas, jenis penyakit menular
yang termasuk di dalam surveilans terpadu penyakit berbasis puskesmas meliputi
kolera, tifus perut klinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC paru, kusta PB, Kusta
MB, campak, difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis klinis, malaria klinis, malaria
vivax, malaria falsifarum, malaria mix, demam berdarah dengue, pneumonia, sifilis,
12
gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza. Data-data surveilans terpadu
penyakit didapatkan dari data harian pelayanan yang disusun dalam sistem
perekaman data puskesmas. Masing-masing unit surveilans di Puskemas memiliki
peran khusus dalam penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit Peran tersebut
diformulasikan sebagai kegiatan teknis surveilans yang saling mempengaruhi
kinerja antara yang satu dengan unit surveilans yang lain dalam jejaring surveilans.
Peran puskesmas dalam STP penyakit menular yaitu:
1) Pengumpulan dan pengolahan data
Unit surveilans puskesmas Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan
mengolah data STP Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan &
register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak
termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan.
Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan
analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data.
2) Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut
Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit
potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan
grafik kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan
hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan
wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial
KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan
jumlah penderita penyakit potensial KLB tertentu. maka Kepala Puskesmas
melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan
analisis tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan
faktor risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan
program. Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan,
bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

3) Umpan Balik
Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan
dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya.
4) Laporan
Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Setiap bulan, puskesmas mengirim data
STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit
dan variabelnya.
E. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit
Setelah upaya-upaya yang telah dijelaskan di atas tadi, Puskesmas juga memiliki
upaya untuk meningkatkan komunikasi, informasi, dan Edukasi untuk oencegan
dan pemberantasan penyakit menular di suatu wilayah kerjanya. Upaya ini bisa
dilakukan dengan pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE); pengembangan upaya kesehatan
bersumber masyarakat, (seperti pos pelayanan terpadu, pondok bersalin desa, usaha
kesehatan sekolah dan generasi muda, Saka Bhakti Husada; serta peningkatan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Media promosi kesehatan terhadap
masyarakat perlu ditingkatkan terutama promosi tentang penyakit menular, cara
penularan dan cara pencegahan agar masyarakat bisa mengerti secara luas apa saja
penyakit menular itu, bagaimana cara mencegahnya dan bagaimana cara
mengobatinya. Selain itu puskesmas juga bertugas untuk mengajak masyarakat
berperan aktif dalam pengembangan upaya kesehatan misalnya pos pelayanan
terpadu dan usaha kesehatan lain. Selain promosi kesehatan, komunikasi dan
informasi seputar penyakit menular untuk masyarakat juga merupakan upaya
puskesmas dalam pemberantasan penyakit menular. Informasi yang diberikan
terhadap puskesmas seperti penyuluhan harus dibuat semenarik mungkin agar
masyarakat tertarik terhadap acara yang diadakan. Semisal, penyuluhan HIV/AIDS
pada siswa SMP/SMA untuk pencegahan penyakit menular seksual pada kalangan
muda yang sekarang sedang marak terjadi. Banyak siswa SMP yang masih belum
mengerti apa itu penyakit HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya sehingga
di Indonesia penyebaran HIV/AIDS sangatlah cepat. Selain pemberian informasi,
pembentukan karakter dan moral terhadap kalangan muda juga sangat penting
untuk membentuk moral dan karakter yang baik sebagai dasar pembentukan negara
14
untuk berkembang. Meskipun moral merupakan faktor tidak langsung terhadap
penyebaran penyakit menular terutama penyakit menular melalui hubungan seksual,
namun pembentukan moral sangat penting diberikan kepada generasi muda untuk
tujuan pencegahan penularan penyakit menular hubungan seksual. Selain itu,
pembentukan moral dan karakter bisa mendukung pembangunan negara yang
berimbas kepada tingkat dan status kesehatan bangsa. Upaya selain promosi yaitu
pemberdayaan masyarakat melalui pos kesehatan pada puskesmas yang
bersumberdayakan masyarakat. Pos kesehatan ini tetap dikelola oleh puskesmas
meskipun yang melaksanakan orang-orang yang ingin berpartisipasi di dalamnya
dengan dibimbing oleh dokter atau bidan setempat. Dengan adanya pos kesehatan
yang bersumberdayakan masyarakat, maka secara otomatis pengetahuan
masyakarakat akan bertambah. Kegiatan pokok dari peningkatan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan
dan pemberantasan penyakit
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan komunikasi
15 informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit
8) Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit.
2.4. Implementasi Pemberantasan Penyakit Menular Pada Puskesmas
2.4.1. Sifilis
Penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh Treponema palillidum,penularan
terutama melalui hubungan kelamin.
A. Ciri khas:
1) Masa inkubasi mulai 10 hari-4bulan
2) Mula ditandai dengan permulaan biasanya di kemaluan, kedua: ruam
menyeluruh di kulit dan selaput lendir,masa terpendam/laten yang lama
3) Kelainan di kulit,tulang,ssp,dan sistem peredaran darah
B. Tujuan: menurunkan kesakitan serendah mungkin dan mencegah terjadinya
penyebaran kecacatan akibat penyakit.
C. Kegiatan:
1) Pengamatan epidemiologi dan tindakan pemberantasan
2) Penyuluhan kesehatan
2.4.2. Demam berdarah(dengue haemorrhagic fever=DHF)
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengan dan ditularkan melalui
nyamuk aedes aegepti,terutama menyerang anak-anak dan dapat menyebabkan
kematian
A. Tanda tanda dan gejala:
1) Hari ke1: timbul panas mendadak(suhu badan 38-40),badan lemah dan lesu
2) Hari ke2: petechie pada kulit,muka,lengan,paha
3) Kadang terjadi perdarahan hidung
4) Hari ke4-7 Bila keadaan parah penderita gelisah,keringat banyak,ujung
ujung kaki dan tangan dingin 16

5) Trombocytopenia (100.000/mm atau kurang)


B. Tujuan: mengusahakan penurunan angka kematian dan insidensi demam
berdarah serendah mungkin
C. Kegiatan:
1) Pengamatan Epidemiologi dan tindakan pemberantasan
2) Surveilance epidemilogi
3) Surveilance vektor
4) Pemberantasan vektor
5) Pertolongan terhadap penderita
6) Penyuluhan dan pengarahn masyarakat untuk PSN
7) Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan
2.4.3. TB paru
Penyakit menular yang bersifat menahun oleh kuman Mycobacterium
tubercolosis,penyakit ini menyerang paru paru.
A. Ciri khas:
1) Biasanya ditemukan melalui pemeriksaan tubekculine test (hal yang penting
bagi anak dibawah 5 tahun) dan dengan sinar tembusan x
2) Tingkat lanjut ditemukan mycobacterium dalam dahak,gejala klinis: batuk,
terkadang darah dalam dahak, demam, BB menurun
3) Mengganas pada bayi dan anak kecil
B. Tujuan: mengurangi kesakitan tuberculosis paru serendah mungkin dan
mencegah penyebaran penyakit dengan BTA positif
C. Kegiatan:
1) Pengamatan epidemiologi dan tindakan pemberantasan
2) Penderita TB paru yang ditemukan baik pada kunjungan dalam gedung
maupun luar gedung puskesmas harus dicatat dan dialporkan
3) Penderita tersangka TB paru yang berumur 15 tahun ke atas harus diperiksa
dahaknya sebanyak tiga kali berturut- turutal
4) Bila dalam dahaknya ditemukan BTA, berikan penjelasan tentang pengobatan
yang harus dijalani.
5) Penyuluhan kesehatan
6) Vaksinasi B.C.G dengan sasaran
17
- Anak anak:3-14 tahun
- Anak anak:6-7 tahun(usia masuk sekolah)
- Anak anak: 13- 14 tahun (usia keluar SD)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan strata pertama yang memiliki upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Di dalam upaya kesehatan
wajib, terdapat upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit menular yang biasa
disingkat P2M. Di dalam pelaksanaan upaya-upaya pokok pemberantasan dan
pencegahan penyakit menular yang dilaksanakan oleh puskemas ini, banyak sekali
rangkaian kegiatan yang telah dispesialisasikan menurut penyakitnya. Rangkaian
kegiatan tersebut merupakan pengembangan upaya kegiatan-kegiatan yang berada
dalam upaya pokok p2m. Dalam implementasi pelaksanaan upaya-upaya tersebut,
kerjasama antara masyarakat dan puskesmas sangatlah dibutuhkan untuk bersama-
sama membangun kesehatan bangsa Indonesia agar teraihnya status kesehatan yang
optimal.
3.2. Saran
Makalah ini sungguh tidak luput dari ketidaksempurnaan, maka saran yang
diberikan oleh penulis ialah:
3.2.1. Penguraian yang lebih rinci tentang puskesmas serta upaya kesehatan wajib
dan upaya kesehatan pengembangannya
3.2.2. Penguraian yang lebih rinci tentang implementasi p2m terhadap penyakit-
penyakit menular yang lain

19
DAFTAR PUSTAKA
Menkes, 2006 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
279/MENKES/SK/IV/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, Jakarta

Menkes, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

MENKES, 2003, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jakarta

Jaya, AD, P2M, viewed 10 november 2013,


<http://www.scribd.com/doc/165526531/P2M>

Dinas Kesehatan, viewed 10 november 2013,


<http://kalbarprov.go.id/file/dokumen/profil/RPJMD_msopddinkes.pdf>

20

Anda mungkin juga menyukai