Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

GLIKOGENOLISIS

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5:

1. Aldo Basiwa Putra (P27820319051)


2. Anisa Rahmawati (P27820319062)
3. Ines Ananda Amelia (P27820319070)
4. Miftaqul Huda (P27820319077)
5. Putri Laila Isroiyah (P27820319084)
6. Sellah Junitah Maulidiah (P27820319091)
7. Yana Alfiana Putri S (P27820319098)

TINGKAT 1 REGULER B
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
PRODI DIII KEPERAWATAN SUTOPO
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, SWT. Yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya dan dengan seizin serta pertolongan-Nya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.

Makalah ini berjudul tentang “Glikogenolisis” dimana dimaksud untuk membantu dalam
proses pembelajaran khususnya dalam perkuliahan Ilmu Biomedik Dasar ini dan dapat di jadikan
referensi untuk lebih mengembangkan cakrawala berpikir.

Dalam penyusunan makalah ini Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritikan maupun sumbang saran yang sifatnya membangun isi
pembahasan makalah ini sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan
selanjutnya.Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
khususnya bagi para mahasiswa.

Surabaya, 13 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………....................

DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………...................

BAB I

PENDAHULUAN……………………….............................………………………………………

1.1 LATAR BELAKANG……………...................……………………………………………

1.2 RUMUSAN MASALAH………………………...................………………………………

1.3 TUJUAN PENULISAN…………………………………….....................


………………….

BAB II

PEMBAHASAN………………………………................................
……………………………….

2.1 DEFINISI
GLIKOGENOLISIS..............................................................................................
2.1.1 Kapan Glikogenolisis
terjadi.......................................................................................
2.1.2 Proses terjadinya
Glikogenolis...................................................................................
2.2 DAMPAK
GLEKOGENILISI................................................................................................
2.2.1 Hipoglikemia Penderita
Diabetes...............................................................................
2.2.2 Hipoglikemia karena Penggunaan Obat – obatan
lainnya..........................................
2.2.3 Hipoglikemia yang tidak Berhubungan Dengan Obat –
obatan...............................
2.2.4 Hipoglikemia
Reaktif...........................................................................................
......
2.2.5 Mekanisme
Hipoglikemia.................................................................................
..........
2.2.6 Gejala
Hipoglikemia.................................................................................
.................
2.2.7 Prinsip
Pengobatan....................................................................................
.................
2.2.8 Kesadaran Mengontrol Gula
Darah............................................................................
BAB III

PENUTUP……………………………………………………………….................................….....

3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………..................
.

3.2 SARAN………..
………………………………………………………………….................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Glikogenolisis adalah lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain


glukoneogenosis, untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah
untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada glikogenolisis, glikogen digradasi
berturut-turut dengan 3 enzim, glikogen fosforilase, glukosidase, fosfoglukomutase,
menjadi glukosa. Hormon yang berperan pada lintasan ini adalah glukagon dan adrenalin.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan glikogenolisis?

2. Kapan glikogenolisis terjadi?

3. Bagaimana proses terjadinya glikogenolisis?

4. Apa dampak dari glikogenolisis?


1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar manusia secara umum dan
khususnya kita sebagai mahasiswa dapat mengetahui dan mengembangkan cakrawala
berpikir dalam kehidupan sehari-hari agar dapat terealisasikan dengan baik.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gliogenolisis

Kata "Glikogenolisis" di jabarkan menjadi Glikogen yaitu glikogen dan lisis yaitu
pemecahan atau penguraian. Sehingga Glikogenolisis merupakan proses pengubahan dari
polisakarida yaitu glikogen menjadi monosakarida yaitu glukosa. Proses glikogenolisis
ini terjadi dalam tubuh karena kadar glukosa dalam tubuh sudah mulai kekurangan akan
kandungan glukosa akibat berbagai aktivitas baik dalam maupun luar tubuh. Aktivitas
dari luar tubuh seperti berlari, berjalan, bersepeda, berenang, dll. Sedangkan aktivitas dari
dalam tubuh sendiri meliputi proses respirasi, pencernaan, sistem kerja syaraf, dll. Tujuan
dari glikogenolisis ini terbagi menjadi dua yaitu:

a. Di otot : proses ini digunakan untuk keperluan menghasilkan energy

b. Di hati : proses ini dilakukan untuk mempertahankan kadar gula dalam darah
pada saat jeda waktu makan.
Glikogenesis adalah proses pemecahan glikogen. Glikogen adalah bentuk karbohidrat
yang tersimpan dalam sel hewan. Glikogenolisis terjadi jika asupan makanan tidak cukup
memenuhi energi yang dibutuhkan tubuh sehinggah untuk mendapatkan energi tubuh
mengambil alternatif lain yaitu dengan menggunakan simpanan glikogen yang terdapat
dalam hati atau otot.

Glikogenolisis merupakan reaksi hidrolisis glikogen menjadi glukosa, perubahan


glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan sumber energi.
Enzim utama yang berperan dalam glikogenolisis ini adalah glikogen fosforilase. Proses
glikogenolisis terkadang menyebabkan meningkatnya kadar gula dalam darah yang dapat
menyebabkan penyakit diabetes. Glikogen dalam hati akan di glikogenolisis setelah 12-
18 jam puasa. Glikogen dalam otot hanya akan mengalami glikogenolisis setelah
seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama. Proses glikogenolisis yang terjadi
secara terus- menerus akan dapat menyebabkan kerusakan pada liver. Kerusakan pada
fungsi liver akan menyebabkan penyakit yang sebagian besar tidak dapat diobati dan
berakhir dengan kematian.

Penyakit liver merupakan penyakit yang sering timbul pada mereka yang pekerja
keras tetapi tidak mempunyai sumber energi yang banyak. Kekurangan sumber energi
terjadi karena para pekerja yang work alkoholik itu terkadang lupa makan tepat waktu
sehingga kebutuhan tenaga untuk melakukan kerja sangat banyak tetapi asupan energi
kurang dan tidak dapat memenuhi kebutuhan. Akhirnya untuk dapat memenuhi
kebutuhan energi tersebut, tubuh terpaksa harus merubah glikogen menjadi glukosa
sehingga terjadilah peristiwa glikogenolisis.

Suatu proses hidrolisa glikogen sel posporolitik di dalam saluran gastrointestinal (di
sitosol). Proses ini dikontrol oleh hormon, enzym, kation dan nukleotida. Pada otot
skeletal ada 2 macam posporilase glikogen yaitu posporilase glikogen A (yang aktif) dan
B (yang non aktif). Posporilase glikogen B di otot dapat aktif bila konsentrasi AMP
tinggi.

Calsium yang berikatan dengan calmodulin (disitosol) menyebabkan meningkatnya


aktivitas perubahan posporilase b ke a dan kondisi ini juga menyebabkan kontruksi otot.
Jadi perombakan glikogen dan proses kontraksi otot sangat berhubungan dengan kondisi
meningkatnya konsentrasi Ca.

Proses glikogenolisis di hati sama dengan di otot, yang berbeda adalah hormon yang
terlibat yaitu glucagon. Di hati bila terjadi konsentrasi gula darah menurun, maka
glucagon di produksi tinggi di sel, maka glikogen hati akan di degradasi akibatnya
glucosa darah normal kembali.

1.1.2 Kapan glikogenolisis terjadi


Pada saat seseorang berpuasa atau sedang melakukan aktivitas berat
(latihan, olahraga, bekerja) yang berlebihan akan menyebabkan turunnya kadar
gula darah dalam darah menjadi 60 mg /100 ml darah keadaan ini (kadar gula
darah turun) akan memacu hati untuk membebaskan glukosa dari pemecahan
glikogen yang disebut proses glikogenolisis. Glikogenolisis dirangsang oleh
hormon glukagon dan aderenalin. Glukagon (glucagon) adalah suatu hormon yang
dikeluarkan oleh pankreas yang berguna untuk meningkatkan kadar glukosa
darah. Sedangkan hormon adrenalin adalah hormon yang merangsang glukagon
untuk bekerja

2.1.2 Proses terjadinya glikogenolisis

Glikogenolisis berlangsung dengan jalur yang berlainan. Dengan adanya


enzim fosforilase, fosfat anorganik melepaskan sisa glukosa non reduksi pada
bagian ujung satu persatu untuk menghasilkan D-glukose fosfat 1-fosfat. Proses
glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen yang berlangsung lewat
jalan yang berbeda, tergantung pada proses yang mempengaruhinya. Molekul
glikogen menjadi lebih kecil atau lebih besar, tetapi jarang apabila ada molekul
tersebut dipecah secara sempurna. Meskipun pada hewan, glikogen tidak pernah
kosong sama sekali. Inti glikogen tetap ada untuk bertindak sebagai aseptor bagi
glikogen baru yang akan disintesis bila diperoleh cukup persediaan karbohidrat.
Sekitar 85% D-glukose 1-fosfat, sedang 15% dalam bentuk glukosa bebas
(Montgomery et al., 1983).

Proses pada saat makan, hati dapat menarik simpanan glikogennya untuk
memulihkan glukosa di dalam darah (glikogenolisis) atau dengan bekerja bersama
ginjal, mengkonversi metabolit non karbohidrat seperti laktat, gliserol dan asam
amino menjadi glukosa. Upaya untuk mempertahankan glukosa dalam konsentrasi
yang memadai di dalam darah sangat penting bagi beberapa jaringan tertentu,
glukosa merupakan bahan bakar yang wajib tersedia, misalnya otak dan eritrosit
(Murray et al., 2000).

Proses dimulai dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya


asam laktat. Serangkaian reaksi-reaksi dalam proses glikolisis tersebut dinamakan
jalur Embeden-Meyerhof. Reaksi-reaksi yang berlangsung pada proses glikolisis
dapat dibagi dalam dua fase. Pada fase pertama glukosa diubah menjadi
triosafosfat dengan proses fosforilasi. Fase kedua dimulai dari proses oksidasi
triosafosfat hingga terbentuk asam laktat. Perbedaan antara kedua fase ini terletak
pada aspek energi yang berkaitan dengan reaksi-reaksi dalam kedua fase tersebut
(Poedjiadi, 1994).
Terdapat tiga jalur penting yang dapat dilalui piruvat setelah glikolisis.
Pada organisme aerobik, glikolisis menyusun hanya tahap pertama dari
keseluruhan degradasi aerobik glukosa menjadi CO2 dan H2O. Piruvat yang
terbentuk kemudian dioksidasi dengan melepaskan gugus karboksilnya sebagai
CO2, untuk membentuk gugus asetil pada asetil koenzim A. Lalu gugus asetil
dioksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O oleh siklus asam sitrat, dengan
melibatkan molekul oksigen. Lintas inilah yang dilalui piruvat pada hewan
aerobik sel dan tumbuhan (Lehninger, 1991).

Glukosa dimetabolisasi menjadi piruvat dan laktat di dalam semua sel


mamalia melalui lintasan glikolisis. Glukosa merupakan substrat yang unik karena
glikolisis bisa terjadi dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob), ketika produk akhir
glukosa tersebut berupa laktat. Meskipun demikian, jaringan yang dapat
menggunakan oksigen (aerob) mampu memetabolisasi piruvat menjadi asetil
koenzim A, yang dapat memasuki siklus asam sitrat untuk menjalani proses
oksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O dengan melepasan energi bebas dalam
bentuk ATP, pada proses fosforilasi oksidatif (Murray et al., 2000).

2.2 Dampak glikogenolisis

Penyakit yang ditmbulkan akibat glikogenolisis adalah Hipoglikemia (Kadar Gula


Darah Rendah). Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga
dibawah 60 mg/dl. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah
antara 70-110 mg/dL. Sementara pada penderita diabetes (diabetes memiliki beberapa
type, jadi silahkan merujuk kepada jenis diabetes yang ada), kadar gula darahnya tersebut
berada pada tingkat terlalu tinggi dan pada penderita hipoglikemia, kadar gula darahnya
berada pada tingkat terlalu rendah.

Hal ini sangat membahayakan bagi tubuh, terutama otak dan sistem syaraf, yang
membutuhkan glukosa dalam darah yang berasal dari makanan berkarbohidrat dalam
kadar yang cukup. Kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dl pada kondisi puasa,
atau 100-180 mg/dl pada kondisi setelah makan

Kadar gula darah yang rendah menyebabkan berbagai sistem organ tubuh
mengalami kelainan fungsi. Otak sebagai organ yang sangat peka terhadap kadar gula
darah yang rendah, akan memberikan respon melalui sistem saraf, merangsang kelenjar
adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal ini akan selanjutnya merangsang hati
untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga. Dan parahnya jika kadar
gula turun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak.

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas


2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Secara umum, hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan


dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus
hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat.
Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi menjadi:

1. Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa

2. Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap makan,


biasanya karbohidrat.

2.2.1 HIPOGLIKEMIA PENDERITA DIABETES

Hipoglikemia paling sering terjadi disebabkan oleh insulin atau obat lain
(sulfonilurea) yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar
gula darahnya. Jika dosis obat ini lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka
obat ini bisa bereaksi menurunkan kadar gula darah terlalu banyak.

Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia


berat. Hal ini terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon
secara normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara
normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk
mengatasi kadar gula darah yang rendah.

2.2.2 HIPOGLIKEMIA KARENA PENGGUNAAN OBAT OBATAN LAINNYA

Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibat AIDS


juga bisa menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita
kelainan psikis yang secara diam-diam menggunakan insulin atau obat
hipoglikemik untuk dirinya.

2.2.3 HIPOGLIKEMIA YANG TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN OBAT


OBATAN

Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang
lama bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan
stupor. Olah raga berat dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang
menyebabkan hipoglikemia.
Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia, hanya jika terdapat
penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau
mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa
menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula
darah yang cukup. Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam
berpuasa bisa menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki
kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia
diantara jam-jam makannya.

2.2.4 HIPOGLIKEMIA REAKTIF

Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami


hipoglikemia diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu
jenis hipoglikemia reaktif). Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap
sehingga merangsang pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang
tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat.

Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang tidak


menjalani pembedahan. Keadaan ini disebut hipoglikemia alimentari idiopatik.
Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena
memakan makanan yang mengandung gula fruktosa dan galaktosa atau asam
amino leusin. Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati;
leusin merangsang pembentukan insulin yang berlebihan oleh pankreas.
Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah memakan
makanan yang mengandung zat-zat tersebut. Hipoglikemia reaktif pada dewasa
bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang dicampur dengan gula (misalnya
gin dan tonik). Pembentukan insulin yang berlebihan juga bisa menyebakan
hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin di pankreas
(insulinoma). Kadang tumor diluar pankreas yang menghasilkan hormon yang
menyerupai insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.

Penyebab lainnya adalah penyakti autoimun, dimana tubuh membentuk


antibodi yang menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara
abnormal karena pankreas menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan
antibodi tersebut. Hal ini bisa terjadi pada penderita atau bukan penderita
diabetes. Hipoglikemia juga bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung,
kanker, kekurangan gizi, kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi
yang berat. Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker)
juga bisa menyebabkan hipoglikemia.

2.2.5 MEKANISME HIPOGLIKEMIA


Mekanisme respon hipoglikemia, pada awalnya, tubuh secara otomatis
memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepaskan
epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
akan merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan
gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan,
gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar).

Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke


otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang
tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan
koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak
yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi
otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering
terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral.

Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada


pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis
karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi
serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering
terjadi dan lebih berat. Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula
darah mencapai 50 mg/dL. Maka dari itu diagnosis hipoglikemia baru bisa
ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil pemeriksaan kadar gula darah.
Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan penderita,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana. Jika dicurigai suatu
hipoglikemia autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui
adanya antibodi terhadap insulin. Untuk mengetahui adanya tumor penghasil
insulin, dilakukan pengukuran kadar insulin dalam darah selama berpuasa
(kadang sampai 72 jam). Pemeriksaan CT scan, MRI atau USG sebelum
pembedahan, dilakukan untuk menentukan lokasi tumor

2.2.6 GEJALA HIPOGLIKEMIA

Gejala hipoglikemia memang tidak mudah dikenali karena hampir sama


dengan gejala penyakit lain, seperti diabetes dan kekurangan darah (anemia).
Gejala-gejala hipoglikemia antara lain gelisah, gemetar, banyak berkeringat, lapar,
pucat, sering menguap karena merasa ngantuk, lemas, sakit kepala, jantung
berdeba-debar, rasa kesemutan pada lidah, jari-jari tangan dan bibir, penglihatan
kabur atau ganda serta tidak dapat berkonsentrasi.

Hipoglikemia dapat menyebabkan penderita mendadak pingsan dan harus


segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan suntikan serta infus glukosa.
Jika dibiarkan terlalu lama, penderita akan kejang-kejang dan kesadaran menurun.
Apabila terlambat mendapatkan pertolongan dapat mengakibatkan kematian.
Hipoglikemia berbahaya dibandingkan kelebihan kadar gula darah
(hiperglikemia) karena kadar gula darah yang terlalu rendah selama lebih dari
enam jam dapat menyebabkan kerusakan tak terpulihkan (irreversible) pada
jaringan otak dan saraf. Tidak jarang hal ini menyebabkan kemunduran
kemampuan otak.

2.2.7 PRINSIP PENGOBATAN

Prinsip dari pengobatan hipoglikemia adalah menaikan kembali kadar gula


darah yang rendah itu sehingga mencapai kadar normalnya. Makanya gejala
hipoglikemia ini dapat menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum
jus buah, air gula atau segelas susu. Namun untuk seseorang yang sering
mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu
membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah
gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah
makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan
lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung
lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka
diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius.

Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat


sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan
oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa
dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk
suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit.

Jika hipoglikemia yang terjadi itu akibat adanya tumor penghasil insulin, maka
cara penyembuhannya adalah harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum
pembedahan, biasanya diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh
tumor (misalnya diazoksid). Untuk seseorang yang sering mengalami
hipoglikemia, tapi bukan penderita diabetes, dapat menghindari serangan
hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

2.2.8 KESADARAN MENGONTROL GULA DARAH

Hipoglikemia memang kurang di sadari oleh masyarakat luas yang lebih


mengenal penyakit diabetes sebagai akibat tingginya kadar gula darah
(hiperglikemia). Padahal, hipoglikemia menjadi akibat yang paling sering terjadi
jika penderita diabetes tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai diet
rendah gula yang benar, kadar gula darah yang dibutuhkan oleh tubuh haruslah
seimbang tidak terlalu tinggi atau rendah. Cara yang paling mudah untuk
mengetahui kadar gula darah dalam tubuh dengan cara mengecek kadar gula
secara rutin.

Untuk menjaga agar kadar gula selalu normal, perhatikan pola makan,
olah raga ringan secara teratur untuk membantu pembakaran glukosa menjadi
energi dan merangsang produksi insulin, hindarkan stress atau gangguan
emosional lainnya dan disiplin minum obat sesuai anjuran dokter. Bagi yang jelas
terkena hipoglikemia dapat menaikkan kembali kadar gula darahnya dengan
mengonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa), jus buah, air gula,
atau segelas susu. Atau bisa juga mengkonsumsi HD Clover Honey. Madu ini
mengandung fruktosa dan glukosa alami yang mudah diubah menjadi energi oleh
tubuh. Kandungan fruktosanya bisa menjadi sumber energi dan aman bagi
penderita diabetes sehingga tetap dapat diet tanpa terkena resiko hipoglikemia.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Glikogenolisis merupakan reaksi hidrolisis glikogen menjadi glukosa, perubahan


glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan sumber energi.
Proses glikogenolisis ini terjadi dalam tubuh karena kadar glukosa dalam tubuh sudah
mulai kekurangan akan kandungan glukosa akibat berbagai aktivitas baik dalam maupun
luar tubuh. Aktivitas dari luar tubuh seperti berlari, berjalan, bersepeda, berenang, dll.
Sedangkan aktivitas dari dalam tubuh sendiri meliputi proses respirasi, pencernaan,
sistem kerja syaraf, dll. Penyakit yang ditimbulkan akibat glikogenolisis adalah
Hipoglikemia (Kadar Gula Darah Rendah). Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana
kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl.

Hal ini sangat membahayakan bagi tubuh, terutama otak dan sistem syaraf, yang
membutuhkan glukosa dalam darah yang berasal dari makanan berkarbohidrat dalam
kadar yang cukup. Kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dl pada kondisi puasa,
atau 100-180 mg/dl pada kondisi setelah makan

3.2 Saran
Pada saat pembuatan makalah penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kata sempurna.Dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan
dari banyaknya sumber penulis akan memperbaiki makalah tersebut.Oleh sebab itu
penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
diatas.

Anda mungkin juga menyukai