Dosen Pembimbing :
Enung Mardiyana H., S.Kep.Ns., M.Kes.
Penyusun :
1. Agung Purwaningsih (P27820118086)
2. Rika Fatmawati (P27820118089)
3. Diya Laily Fitriana (P27820118090)
4. Ayu Novita Febriyanti (P27820118091)
1.5. Patofisiologi
Proses terjadinya Gastroenteritis/yang sering kita sebut dengan diare dapat
disebabkan oleh berbagaikemungkinan faktor diantaranya, antara lain sebagai berikut.
a. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime (kuman)yang masuk
ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak
sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya terjadi
perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam
absorbsi cairan danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan
menyebabkansystem transport aktif dalam usus halus, sel di dalam mukosa
intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya cairan dan elekrtolit.Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinalsehingga menurunkan area
permukaan intestinal, perubahan kapasitasintestinal dan terjadi gangguan absorbsi
cairan dan elektrolit.
b. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air dan
eletrolit ke ronga usus yang dapat meningkatkan isirongga usus sehingga terjadilah
Gastroenteritis.
c. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampudiserap dengan
baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yangmengakibatkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan yangkemudian menyebabkan Gastroenteritis.
d. Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristalticusus yang
akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yangdapat mnyebabkan
Gastroenteritis.
1.6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu sebagai berikut.
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
b. Suhu tubuh meninggi
c. Feces encer, berlendir atau berdarah
d. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
e. Anus lecet
f. Muntah sebelum dan sesudah diare
g. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
h. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.
1.7. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi, seperti berikut.
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein
1.8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium :
1) Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
2) Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
3) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3
menurun)
4) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumonia
1.9. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus,
penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk
memperoleh hasil yang baik pengobatan harus rasional.
a. Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni
1) Jenis cairan
a) Cairan rehidrasi oral
1. Formula lengkap, mengandung NaCl, NaHCO3, KCl, dan Glukosa
2. Formula sederhana, hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau
karbohidrat lain.
b) Cairan parenteral
2) Jalan pemberian cairan
a) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau
minum serta kesadaran baik.
b) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak
tidak mau minum, atau kesadaran menurun.
c) Intravena untuk dehidrasi berat.
3) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang didasarkan pada berat badan dan usia anak
4) Jadwal pemberian cairan
a) Belum ada dehidrasi
1. Oral : 1 gelas setiap kali anak buang air besar
2. Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b) Dehidrasi ringan
1. 1 jam pertama : 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
2. Selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari
c) Dehidrasi sedang
1. 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
2. Selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari
d) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak
b. Pengobatan dietetic
1) Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7kg, jenis makanannya adalah sebagai berikut.
a) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam
lemak tak jenuh)
b) Makanan setengah padat ( bubur susu) atau makanan padat (nasi tim)
c) Susu khusus, sesuai indikasi kelainan yang ditemukan
2) Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg. Jenis makanannya
adalah makanan padat atau makanan cair/ susu sesuai dengan kebiasaan makan di
rumah.
c. Obat – obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa
atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll)
1) Obat antisekres
2) Obat antispasmolitik
3) Obat pengeras tinja
4) Antibiotika, kapan perlu
d. Pencegahan
Pada umumnya, anak buang air besar sesering - seringnya 3 kali sehari dan
sejarang-jarangnya sekali tiap 3 hari. Bentuk tinja tergantung pada kandungan air
dalam tinja. Pada keadaan normal, tinja berbentuk seperti pisang. Dilihat dari
kandungan airnya bentuk tinja bervariasi mulai dari “cair” (kadar airnya paling tinggi,
biasanya terjadi pada diare akut), “lembek” (seperti bubur), “berbentuk” (tinja
normal, seperti pisang), dan “keras” (kandungan air sedikit seperti pada keadaan
sembelit). Pada bayi berusia 0-2 bulan, apalagi yang minum ASI, frekuensi buang air
besarnya lebih sering lagi, yaitu bisa 8-10 kali sehari dengan tinja yang encer, berbuih
dan berbau asam. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak
tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum
sempurnanya perkembangan saluran cerna.
Warna tinja yang normal adalah kuning kehijauan, tetapi dapat bervariasi
tergantung makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu diperhatikan adalah bila tinja
berwarna merah (mungkin darah) atau hitam (mungkin darah lama/beku) atau putih
seperti dempul (pada penyakit hati).
e. Prinsip pengobatan diare
Penyakit diare dapat mengakibatkan kematian bila dehidrasi tidak diatasi
dengan baik dan dapat mencetuskan gangguan pertumbuhan (kurang gizi) bila tidak
diberikan terapi gizi yang adekuat. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh
sendiri (self limiting disease) asalkan dicegah terjadinya dehidrasi yang merupakan
penyebab kematian. Oleh karena itu, prinsip pengobatan diare adalah sebagai berikut.
1) Rehidrasi : mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun
melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
2) Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak, pemberian
makanan seperti yang diberikan sebelum sakit harus dilanjutkan, termasuk
pemberian ASI. Pada diare yang ringan tidak diperlukan penggantian susu
formula.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE
A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman
enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya.
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari dengan frekuensi encer.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi
encer. Frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari
7 hari (diare berkepanjangan). Lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian antibiotik atau kortokosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat nutrisi
Pada anak usia todler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa. Porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. Kekurangan gizi pada anak
usia todler sangat rentan. Cara pengelolaan makan yang baik misalnya kebersihan dan
sanitasi makanan, kebiasaan mencuci tangan.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Ada salah satu keluarga yang pernah mengalami diare
7. Riwayat kesehatan lingkungan
Penyimpanan makanan pada satu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal
8. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
1. Kenaikan BB karena umur 1-3 tahun bekisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata
2kg ), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
2. Kenaikan lingkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya
3. Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu : geraham pertama dan gigi
taring seluruhnya berjumlah 14-16 buah.
4. Erupsi gigi : geraham pertama menyusul gigi taring.
b. Perkembangan
Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud :
1. Fase anal : pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai
menunujukan kekuatannya, citra diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanya adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicara dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana hubungan interpersonal, bermain).
B. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan defekasi lebih dari
tiga kali dalam 24 jam, feses lembek atau cair, dan frekuensi peristaltic
meningkat.
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
membran mukosa kering, volume urin menurun dan merasa lemah.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi ditandai
dengan kerusakan jaringan atau lapisan kulit.
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan menunjukan presepsi yang keliru terhadap masalah.
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan, kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
E. Evaluasi Keperawatan
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus pada
kriteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman pembuatan SOAP. Tahap
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dilakukan dengan cara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dapat berupa masalah
teratasi, masalah teratasi sebagian, dan masalah tidak teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kyle, Terri. (2012). Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
(EGC).
Speer, Kathleen Morgan. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinical
Pathways (Edisi 3). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1 ed.). Jakarta Selatan:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1 ed.). Jakarta Selatan:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.