Anda di halaman 1dari 7

Hepatitis

PATOFISIOLOGI

Hepatitis, atau inflamasi hati disebabkan oleh agens virus. Virus hepatitis dapat digolongkan menjadi
enam jenis: hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), hepatitis D (HDV), hepatitis E
(HEV) dan hepatitis (HGV). Hepatosit (sel epitelial hati) dirusaksecara langsung oleh virus atau oleh
respons imun tubuh terhadap virus, pada penyakit ini terjadi perubahan fungsi sel yang menumbulkan
inflamasi, nekrosis dan autolisis hati. Regenerasi sel terjadi jika sel-sel yang rusak dibuang oleh
fagositosis. Biasanya penyembuhan terjadi dengan sedikit sekali meninggalkan kerusakan, meskipun
dapat juga berkembang menjadi hepatitis kronis dan sirosis.

1. Hepatitis A
Hepatitis A adalah bentuk hepatitis yang paling menular dan mempunyai karakteristik sebagai
penyakit yang dapat sembuh sendiri. Hepatitis ini ditularkan terutama melaluirute fekal-oral, dan dapat
juga ditularkan melalui pengolahan makanan yang kurang bersih, makanan yang terkontaminasi, dan
kerang-kerangan dari air yang telah terkontaminasi limbah. Penyakit ini jarang ditularkan melalui
tranfusi. Epidemi hepatitis A telah dilaporkan di institusi atau tempat perawatan anak, seperti penitipan
anak, sekolah dan asrama anak-anak yang mengalami retardasi mental. Periode inkubasinya kira-kira 1
bulan. Ikterus muncul 4 sampai 6 minggu setelah terpajan. Penyakit tersebut menular sampai 2 minggu
sebelum awitan ikterus karena konsentrasi virus yang tinggi didalam fases sebelum gejala definitif
mulai muncul. Keadaan menular ini berlangsung terus sampai1minggu setelah awitan ikterus. Hepatitis
A bermanifestasikan suatu gejala berspektrum luas atau gejala yang tidak mengarah pada hepatitis
kronis. Anak-anak meungkin menunjukkan sedikit gejala atau bahkan tidak bergejala. Anak penderita
hepatitis A jarang yang dihospitalisasi, dan tidak diketahui adaknya status karier.

2. Hepatitis B dan Hepatitis C


Kedua virus ini ditularkan melalui darah atau produk darah dan sekret tubuh (eksudat luka,semen,
liur, air susu ibu, urine). Hepatitis B paling banyak terjadi pada populasi anak-anak berikut ini:
a. Bayi dari ibu yang karier kronis dari antigen virus HBSAg
b. Anak-anak yang sering ditranfusi atau hemodialisis (dapat pula terkena hepatiis C)
c. Anak- anak yang terlibat penyalahgunaan obat IV (dapat pula terkena hepatitis C)
d. Anak-anak panti
e. Anak-anak yang mengalami kontak orang per orang dengan orang yang terinfeksi
Periode inkubasi untuk hepatitis B sekitar 90 hari, sedangkan untuk hepatitis C sekitar 45 hari.
Anak yang mengalami hepatitis C biasanya tidak bergejala. Di Amerika Serikat lebih dari 60% kasus
hepatitis C berhubungan dengan tranfusi darah atau produk darah. Namun, suatu peningkatan uji
penapisan darah telah secara bermakna menurunkan jumlah kasus baru. Keadaan karier dan
perkembangan penyakit hati yang kronis dapat terjadi pada hepatitis B dan C.

3. Hepatitis D
Virus ini hanya dapat menimbulkan infeksi dan manifestasi klinis jika terdapat infeksi hepatitis
B. Virus ini hidup sebagai parasit pada hepatitis B, perjalanan penyakitnya lebih membahayakan dan
meningkatkan potensi untuk menjadi penyakit hati kronis. Hepatitis D paling sering terjadi pada orang-
orang penderita hemofilia dan pecandu obat dengan suntikan (IV).

4. Hepatitis E
Hepatitis E adalah epidemik atau hepatitis non-A, non-B yang ditularkan secara enterik.
Penularan terjadi melalui rute fekal-air yang terkontaminasi dan sering terjadi setelah bencana alam di
negara-negara berkembang. Tidak ada uji diagnostik sehingga untuk mengetahui adanya penyakit ini
bentuk hepatitis yang lain harus disingkirkan.

5. Hepatitis G
Penyebab utama infeksi hepatitis G adalah melalui tranfusi dan transpalantasi organ. Dengan
ditularkannya melalui darah, virus ini telah terdeteksi sampai 2% dari donor darah orang Amerika.
Infeksi dapat tetap bertahan sampai 20 tahun hanya dengan peningkatan kadar enzim hati. Jenis
hepatitis ini biasanya benigna, tetapi riset lain diperlukan untuk menentukan efek jangka panjangnya.

INSIDENS
1. Sekitar 90% dari anak-anak yang masih kecil dan bayi dengan hepatitis tidak tampak ikterus.
2. Sampai 90% anak penderita hepatitis B yang berusia kurang dari 1 tahun, 30% anak 1-5 tahun,
dan 5% anak yang berusia lebih dari 5 tahun mengalami perkembangan menjadi hepatitis kronis.
3. Hepatitis A adalah jenis hepatitis yang paling serig terjadi pada anak
4. Sekitar 200.000 kasus hepatitis B dilaporkan setiap tahunnya, mayoritas dari mereka adalah
remaja dan dewasa muda.
5. Negara tropis dan yang sedang berkembang memilki insidens hepatitis A lebih tinggi dari negara
insdustri dan yang berada di daerah beriklim sedang.
6. Insidens hepatitis D sulit ditetapkan karena muncul bersamaan dengan hepatitis B dan tidak
mudah didiagnosis.

MANIFESTASI KLINIS
1. Hepatitis A
a. Penyakit demam
b. Ikterus (muncul saat demam mereda)
c. Anoreksia
d. Mual dan muntah
e. Malaise
f. Urine gelap (sebelum terjadi ikterus)
g. Hepatomegali
h. Splenomegali
i. Sebanyak 70% anak yang berusia kurang dari 7 tahun tidak menunjukkan gejala
2. Hepatitis B,C, D, E, dan G
a. Awitan tersembunyi dan berbahaya
b. Ikterus
c. Anoreksia
d. Malaise
e. Mual
f. Ketidaknormalan hasil uji fungsi hati
g. Gejala prodromal ; artralgia, arthritis, ruam makulopapular eritematosa
h. Poliarteritis nodosa
i. Glomerulonefritis
j. Hepatitis D ; memperhebat gejala hepatitis B dan meningkatkan kemungkinan terjadinya
kondisi kronis
k. Hepatitis C ; ditandai infeksi tidak bergejala yang ringan dengan awitan ikterus dan malaise
yang tersembunyi.

KOMPLIKASI
1. Hepatitis A
Berkembang menjadi penyakit fulminan (jarang)
2. Hepatitis B dan C
a. Kanker hepatoseluler
b. Gagal hati
c. Imunodefisiensi
d. Sirosis
e. Hepatitis fulminan
f. Nekrosis hepatik massif
g. Status karier (infeksi virus persisten tanpa gejala)
h. Penyakit hati kronis (pada 50% pasien dengan hepatitis C)

3. Hepatitis D
a. Hepatitis fulminan
b. Gagal hati
c. Status kanker

UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


A. Hepatitis A, B, dan C
1. Serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) – meningkat
2. Serum glutamic-pyruvic transaminase (SGPT) – meningkat
3. Bilirubin – meninggi
4. Antibodi IgM (antibodi virus hepatitis A dan IgM anti-hepatitis A) – diagnostik untuk hepatitis A
5. Antibodi IgM (antigen inti hepatitis B [HBcAg, IgM, anti-HBs])
6. Antibodi IgG (antibodi virus hepatitis A dan IgG antihepatitis A) – menunjukkan kerentanan atau
pernah terpajan hepatitis A
7. Titer HBsAg – diagnostik untuk hepatitis B, jika bertahan lebih dari 6 bulan, menunjukkan
hepatitis B kronis yang akut
8. Titer anti-HBcAg – diagnostik untuk hepatitis kronis
9. Antigen anti-HB – menunjukkan pemulihan dan imunitas terhadap hepatitis B
10. Anti-Hbe – bila ada menunjukkan titer rendah terhadap hepatitis B dan penularan penyakit yang
insufisien.
11. Anti-HCV (IgG,IgM) – diagnostik untuk hepatitis C, kira-kira dua pertiga orang dengan HCv
tidak akan membentuk antibodi selama 5 sampai 12 bulan setelah infeksi.
12. Recombinant immunoblot assay 2 –uji suplemental digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi
hepatitis C

B. Hepatitis D
1. Anti-HDV (antibodi terhadap HDV) – mengindikasikan adanya infeksi HDV pada masa lalu
atau saat ini, terlihat setelah gejala muncul dan mungkin jangka waktu hidupnya pendek.
2. Kadar aminotransferase aspartat (AST) – meningkat mengindikasikan hepatitis akut
3. Kadar aminotransferase alanin (ALT) – meningkat pada hepatitis akut

PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan yang dilakukan terutama bersifat suportif dan mencakup istirahat, hidrasi, dan asupan
makanan yang adekuat. Hospitalisasi diindikasikasikan bila terdapat muntah hebat, dehidrasi,kadar faktor
pembekuan abnormal, atau tanda-tanda gagal hati yang membahayakan (gelisah, perubahan kepribadian,
letargi, penurunan tingkat kesadaran, dan perdarahan). Terapi IV, studi laboratorium yang berulangkali,
dan pemeriksaan fisik terhadap perkembangan penyakit adalah tujuan utama penatalaksaan dirumah sakit.
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
1. Imunoglobin (Ig) – digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah terpajan hepatitis A
(diberikan dalam waktu 2 minggu setelah terpajan)
2. HBIG – diberikan sebagai profilaksis setelah terpajan.
3. Vaksin hepatitis B (Recombivax HB atau Engerix-B) - digunakan untuk mencegah munculnya
hepatitis B. Kedua vaksin tersebut diberikan dengan tiga dosis. Untuk anak-anak yang tidak
divaksinasi yang berusia 11 tahun atau lebih diberikan dua dosis. (Perhatikan bahwa anak yang
menjalankan hemodialisis jangka panjang dan anak dengan sindrom Down harus divaksinasi
secara rutin karena tingginya risiko memperoleh infeksi hepatitis B ini)

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Lihat bagian Pengkajian Gastrointestinal dalam Lampiran A


2. Kaji area-area ikterus-kulit dan sclera
3. Kaji status nutrisi

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
 Deficit volume cairan
 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
 Nyeri
 Gangguan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah
 Defisit pengetahuan

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Berikan dan pertahankan asuapan cairan dan makanan yang adekuat.
a. Pantau adanya tanda-tanda dehidrasi
b. Pantau dan catat asupan dan haluaran
c. Beri makanan sedikit tetapi sering, mungkin diperlukan obat antiemetik
d. Berikan makanan kesukaan anak

2. Cegah infeksi sekunder


a. Hindari kontak anak dengan sumber infeksi
b. Gunakan dan anjurkan teknik mencuci tangan yang baik
c. Pantau adanya tanda-tanda infeksi
d. Berikan waktu untuk istirahat

3. Cegah atau kendalikan penyebaran hepatitis


a. Lihat prosedur institusi tentang teknik isolasi
b. Suntikan orang-orang yang terpajan hepatitis selama masa inkubasi
 Imunoglobulin
 Vaksi HBIG
c. Berikan vaksinasi hepatitis B pada anak-anak dan orang-orang yang berisiko tinggi

4. Berikan obat pereda nyeri dan lakukan tindakan-tindakan yang memberikan rasa nyaman
a. Posisi yang nyaman
b. Menghindari palpasi abdomen yang tidak perlu (hepatomegali dan splenomegali)

5. Pantau adanya pendarahan


a. Pantau hasil studi koagulasi
b. Vitamin K IM mungkin juga diprogramkan

6. Pantau anak dengan cermat terhadap kemungkinan memburuknya keadaan menjadi hepatitis
fulminan
a. Perubahan perilaku
b. Letargi
c. Koma

Perencanaan Pulang dan Perawatan di Rumah


1. Pastikan bahwa semua anggota keluarga dan lainnya yang terpajan terhadap anak mendapat
suntikan Ig atau HBIG
2. Ajarkan kepada orang tua dan anak tentang tanda dan gejala hepatitis sehingga mereka dapat
memantau sendiri individu yang terpajan anak tersebut
3. Beri penjelasan kepada orang tua tentang cara-cara melakukan tindakan kesehatan di rumah
4. Rujuk ke perawat kesehatan masyarakat atau perawat komunitas untuk mengkaji penggunaan
tindakan pencegahan terhadap hepatitis

HASIL YANG DIHARAPKAN


1. Fungsi gastrointestinal dan hati anak kembali normal
2. Anak kembali ke tingkat aktivitas normal tanpa kekambuhan hepatitis
3. Anak dan kleuarga memahami penjelasan perawatab dirumah, perjalanan penyakitnya,penjelasan
untuk mencegah penyebaran atau kekambuhan penyakit, serta pentingnya pemeriksaan tindak
lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Betz,Cecily Lynn & Sowden,Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai