Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN

“SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL”

Dosen Pengampu :

Disusun oleh :
Kelompok 5

Anggota : 1. Thalita Cicilia Panjaitan ( ACD 116 044 )


2. Apriliya Sari ( ACD 116 045 )
3. Raudatul Mahfud ( ACD 116 046 )
Kelas :B
Mata Kuliah : Pengantar Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat Nya-lah maka kami dapat menyusun karya ilmiah dengan judul : “Sistem

Pendidikan Nasional” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan karya ilmiah ini disusun sebagai tugas mandiri pada mata kuliah

Pengatar Pendidikan. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian proposal ini.

Akhir kata, kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari

semua pihak demi penulisan karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Palangkaraya, 12 April 2017

Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep pendidikan menurut undang-undang pasal 1945 ?

2. Bagaimana kontribusi undang-undang dalam pendidikan inasional ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mempelajari konsep pendidikan menurut undang-undang pasal

1945.

2. Untuk mempelajari keterkaitan sistem pendidikan nasional terhadap

ideologi negara.

1.4 MANFAAT
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP PENDIDIKAN MENURUT UNDANG-UNDANG PASAL 1945

2.1.1 PENDIDIKAN
GBHN 1988 (BP 7 Pusat, 1990:105) memberikan batasan tentang
pendidikan nasional sebagai berikut: Pendidikan nasional yang berakar
pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila serta
Undang Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan
serta hakekat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat
Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap TuhanYang Maha Esa,
berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan
masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan
nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. (Tirtarahardja:
2005: 37)
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana
pendididkan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang
dewasa dalam membimbing, memimpin, dan mengarahkan peserta didik
dengan berbagai problem atau persoalan dan pertanyaan yang mungkin
timbul dalam pelaksanaannya. (Tim penyusun: 2011: 10)
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun
2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara (Tim penyusun: 2011: 10). Pendidikan menyediakan kesempatan
bagi peserta didik untuk aktif mengembangkan dirinya sendiri; yang aktif
adalah peserta didik, sedangkan pendidik menyediakan kesempatan atau
kondisi optimal bagi terjadinya belajar dan proses pembelajaran.
Pendidikan adalah suatu kebutuhan pokok bagi semua makhluk yang
mempunyai alat berpikir, yaitu akal. Bagi semua orang devenisi dari
pendidikan adalah menyekolahkan anak mereka pada sebuah sekolahan
yang memberikan ilmu pengetahuan bagi anak mereka tesebut. Ringkasnya
bagi mereka pendidikan hanya disekolahan. Padahal sebenarnya pendidikan
bukan hanya di dalam sekolahan tetapi juga di luar sekolahan. Yang menjadi
guru bagi mereka adalah orang tuanya, teman-temannya, lingkungannya
dan juga televisi ataupun majalah-majalah adalah juga guru bagi mereka.
Bangsa kita adalah bangsa yang kaya, tetapi tidak semua rakyat
Indonesia adalah kaya karena juga banyak terdapat rakyat miskin disekitar
kita yang untuk memenuhi kebutuan makan saja belum tentu bisa, apalagi
untuk kebutuhan lain (sekolah). Maka untuk mengatasi masalah ini,
pemerintah sekarang ini telah mengambil sebuah keputusan yaitu sekolah
bebas biaya alias gratis selama sembilan tahun yang biasa kita dengar
dengan nama Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Permasalahan pendidikan bangsa Indonesia sendiri telah diatur dalam
UUD 1945 dan hal ini diperjelas dengan dirumuskannya norma-norma
pokok yang harus menjiwai usaha pendidikan dan pengembangan
kebudayaan yang akan dilaksanakan oleh penyelenggara negara. Norma-
norma itu tersirat dan tersurat dalam Bab XIII Pasal 31 dan 32 UUD 1945
sebagai berikut :
Pasal 31 :
1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang.
3. Pasal 32 :
4. Pemerintah memajukan kebudayaan Nasional Indonesia.
5. Walaupun telah ada norma yang mengatur permasalahan pendidikan
kita saat ini tetapi masih belum dapat menjangkau hingga kepelosok.
Banyak masyarakat yang belum dapat mencicipi bangkuh sekolahan
dengan alasan kemiskinan, padahal banyak Undang Undang yang telah
mengatur pendanaan pendidikan yang merata. Inilah salah satu potert
suram pendidikan di negeri kita tercinta.
2.1.2 Norma-Norma Dasar Pendidikan di Indonesia
Norma-norma dasar yang besifat fundamental mengenai berbagai
aspek kehidupan dalam suatu negara diatur di dalam Undang-Undang
Dasar, Undang-Undang Dasar itu merupakan hukum dasar tertulis yang
memuat aturan-aturan pokok dalam kehdupan berbangsa dan bernegara
secara menyeluruh. Di samping itu sulit untuk dibantah kenyataan bahwa
pada suatu negara berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, berupa
aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis. Dalam membahas aturan-
aturan dasar mengenai aspek kehidupan yang disebut pendidikan,
perhatian akan dipusatkan pada hukum dasar tertulis dengan tidak
bermaksud mengurangi arti hukum dasar yang tidak tertulis sekiranya ada.
Untuk memahami norma-norma di dalam Undang-Undang Dasar sebagai
hukum dasar, tidak cukup hanya dengan membaca pasal demi pasal, tetapi
harus dilihat juga dalam praktiknya dan suasana kebatinannya. Untuk itu
perlu dipelajari tentang bagaimana terjadinya teks yang tercantum di dalam
Undang-Undang Dasar tersebut. Dengan kata lain Undang-Undang Dasar
perlu dipejarai dari sudut hukum, sosiologis, bahasa dan sejarah
terbentuknya, lengakp dengan keterangan-keterangannya yang akan
memberikan gambaran tentang dalam suasana apa hukum dasar itu dibuat.
Undang-Undang Dasar sebagai ketentuan hukum hanya memuat aturan-
aturan dasar/pokok atau garis-garis besar norma-norma bagi setiap aspek
kehidupan yang diaturny. Aturan-aturan iu merupakan instruksi kepada
pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara negara dalam
menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial. Aturan-
aturan yang lebih terurai yang menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu,
diserahkan pada UU yang lebih membuat , mengubah dan mencabutnya.
Dengan kata lain hanya aturan-aturan pokok saja yang ditetapkan di dalam
UUD, termasuk juga mengenai bidang pendidikan dan pengajaran.
Sedangkan aturan-aturan untuk menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu
diserahkan pada undang-undang Organik tentang pokok-pokok Pendidikan
dan kebudayaan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
penyelenggaraan norma-norma dasar di bidang pendidikan sebagaimana
tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 yang berlaku sekarang ini, pada
dasarnya diinstruksikan kepada pemerintah sebagai penyelenggara negara
untuk :
1. Mendasarkan setiap usaha pendidikan dan pengembangan kebudayaan pada
pandangan hidup Pancasila yang terdiri dari kesatuan sila-sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Setiap usaha pendidikan harus diwujudkan untuk mencapai tujuan negara dengan
melakukan kegiatan pembentukan warga negara yang mampu ikut serta bersama
pemerintaha untuk :
 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Memajukan kesejahteraan umum.
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Berdasarkan norma-norma dasar itu jelas bahwa sejak kemerdekaan pada tahun
1945 pemerintah sebagai penyelenggara negara harus mewujudkan:
1. Memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia bagi tiap-tiap warga negara
Indonesia untuk mendapat pendidikan yang dinyatakan dalam perkataan
pengajaran. Perlindungan dan pengakuan itu ternyata lebih dahulu daripada
pengakuan dunia internasional yang dirumuskan oleh PBB di dalam Declaration of
Human Wright pada tahun 1949.
2. Perlindungan hukum terhadap hak asasi yang berarti juga penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia tidak membedakan warga negaranya berdasarkan warna
kulit, ras/keturunan, agama, kebudayaan, kebangsaan dan lain-lain.
3. Pendidikan harus diselenggarakan utnuk seluruh lapisan masyarakat guna
mewujudkan tujuan kemerdekaan atau tujuan negara seperti disebutkan di atas.
4. Penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang harus
dikendalikan dan diawasi pemerintah sebagai pihak yang berwenang menetapkan
suatu sistem pengajaran nasional.
5. Pemerintah sebagai penyelenggara negara berkewajiban menetapkan Undang-
Undang Organik tentang Pokok-pokok Pendidikan dan Kebudayaan yang menjadi
pedoman dalam mewujudkan sistem pengajaran nasional.
6. Penyelenggaraan pendidikan harus bertolak dari dan untuk memajukan kebudayaan
nasional atau kebudayaan bangsa sendiri. Dengan demikian berarti juga bahwa
pendidikan merupakan bagian daripada kebudayaan, dan sebaliknya kebudayaan
harus dipertahankan dan dikembangkan melalui proses pendidikan.
Norma-norma pokok lainnya yang langsung atau tidak langsung berkenaan
dengan penyelenggaraan pendidikan di dalam UUD 1945 antara lain adalah Pasal
27 yang berbunyi “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya”. Norma itu mengahruskan sistem dan penyelenggaraan pendidikan
nasional, untuk membimbing para calon warga negara agar mampu memahami dan
menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan hukum yang berlaku.
Pasal 29 yang berbunyi:
 Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
Norma-norma itu mengharuskan pendidikan menyelenggarakan usaha yang
memungkinkan setiap warga negara memiliki ketakwaan pada Tuhan Yang Maha
Esa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Usaha itu diwujudkan
melalui pendidikan agama yang memungkinkan pemeluknya menjadi taat dan
beribadat, bermoral dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan tuntutan agama dan
kepercayaan masing-masing. Pada gilirannya berarti juga bahwa pendidikan agama
harus diberikan menurut agama dan kepercayaan masing-masing, sebagai
perwujudan kebebasan beragama yang sekaligus memenuhi perlindungan terhadap
hak asasi manusia dalam memeluk agama dan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha
Esa.
Pasal 34 yang mengatakan: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
oleh negara”. Norma ini menunjukkan bahwa tidak ada warga negara yang
dibiarkan tanpa mendapat pendidikan. Warga negara yang tidak mampu karena
tergolong fakir miskin atau anak yang terlantar, melelui pemeliharaan negara harus
diberikan pendidikan agar dapat menjalani dan menjalankan kehidupan secara
wajar dan manusiawi sebagaimana warga negara yang lain. Wujud dari
pemeliharaan negara itu pada dasarnya merupakan usaha untuk mengantarkan para
fakir miskin dan anak yang terlantar menjadi warga negara yang memahami dan
mampu menjalankan hak dan kewajibannya.
Pasal 35 yang berbunyi: “Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.”
Dan pasal 36 yang mengatakan : “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Kedua
norma ini mengahruskan penyelenggaraan pendidikan diwujudkan juga sebagai
usaha untuk memupuk, mempertebal dan meningkatkan perasaan kebangsaan yang
memiliki kebanggaan menjadi bangsa Indonesia. Kebanggaan terhadap bendera
sang merah putih dan bahasa Indonesia sebagai alat berkomunikasi dan alat untuk
menyatakan perasaan dan buah pikiran/pendapat masing-masing. Pada gilirannya
berarti melalui usaha pendidikan setiap warga negara harus mampu
mempergunakan dan mengembangkan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Di samping norma-norma tersebut di atas masih terdapat lagi beberapa pasal di
dalam UUD 1945 yang menginstruksikan kepada pemerintah sebagai
penyelenggara negara, agar dalam usaha menyelenggarakan pendidikan
mengarahkan pelaksanaannya untuk membantu pertumbuhan pribadi anak didik
menjadi warga negara yang menyadari tentang:
 Bahwa negaranya merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik dengan
kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR (pasal
1 UUD). Selanjutnya untuk menyelenggarakan negara dimiliki berbagai perangkat
seperti Presiden dan wakil Presiden (pasal 4 dan 7 UUD) serta DPR (pasal 11 dan
pasal 19 s.d.22) dan lain-lain yang memiliki kekuasaan hukum masing-masing.
 Bahwa setiap warga negara bersama-sama penyelenggara negara berkewajiban
menyelenggarakan dan mewujudkan kesejahteraan sosial (pasal 23, 29, 31, 32, dan
33 UUD).
 Bahwa pembelaan negara merupakan kewajiban seluruh rakyat demi kelestarian
negara (pasal 30 UUD).
 Dan lain-lain yang merupakan tuntutan dalam pola tingkah laku dan perlindungan
hak bagi setiap warga negara yang tersurat dan tersirat dalam teks UUD 1945.
Norma-norma yang terdapat di dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD
1945 itu merupakan norma-norma dasar yang menjadi sumber hukum bagi berbagai
bentuk peraturan hukum yang lebih rendah tingkatannya. Peraturan hukum
tersebuit harus menyelenggarakan norma-norma dasar, tidak terkecuali dalam
pengaturan aspek kehidupan yang disebut pendidikan. Salah satu bentuknya
setingkat di bawah Undang-Undang Dasar adalah Undang-Undang Organik.
Sampai pertengahan tahun 1983 Undang-Undang Organik yang berlaku
sebagai hukum positif di Indonesia adalah:
1. Undang-Undang No. 12 tahun 1954 jo. Undang-Undang No. 4 tahun Tahun 1950
tentang Dasar-Dasar dan Tujuan Pengajaran di Sekolah.
2. Undang-Undang No. 22 Tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi

Anda mungkin juga menyukai