PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Secara garis besar metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif dibagi
menjadi dua macam yaitu kimia analisis kuantitatif instrumental, yaitu metode
analisis bahan-bahan kimia menggunakan alat-alat instrumen, dan analisa kimia
konvensional. Metode dalam analisa kuantitatif dibedakan menjadi 2 bagian:
metode gravimeter, suatu metode penetapan kadar suatu unsur atau senyawa
berdasarkan berat, tetapnya dengan cara proses penimbangan. Analisis dilakukan
dengan unsur atau senyawa yang diselidiki dan bahan yang menyusunnya. Bagian
terbesar yang diamati dalam metode gravimetri adalah perubahan unsur berat
tetapnya. Berat senyawa selanjutnya dapat dianalisa berdasarkan jenis
senyawanya (Khopkhar, 1990). Yang kedua adalah Metode volumetri. metode
volumetri merupakan analisa kuantitatif yang dilakukan dengan cara
menambahkan sejumlah larutan baru yang lebih diketahui kadarnya. Dengan
mengetahui jumlah larutan baru yang ditambahkan dan reaksinya berjalan secara
kuantitatif sehingga senyawa yang dianalisis dapat dihitung jumlahnya (Sumardjo,
1997).
2.2 Titrasi
Dalam metode analisis kuantitatif Titrasi adalah suatu metode ilmiah untuk
menentukan suatu konsentrasi zat suatu larutan yang belum diketahui. titrasi
dilakukan dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang telah
diketahui konsentrasinya. reaksi titrasi dilakukan secara bertahap yaitu setetes
demi stetes hingga tercapai titik stokiometri atau titik setara. selain itu metode
analisis titrasi juga terdapat bebrapa metode yaitu titrasi penetralan, pengendapan ,
pengomplekan, dan oksidimetri (Sunarya, 2007).
- Metode Volhard
Metode volhard adalah suatu metode yang digunakan untuk menetapkan
kadar klorida, bromida dan iodida dalam suasana asam (Fatah, 1982).
- Metode Fajans
Pada percobaan metode Fajans terjadi dua tahap untuk mengetahui titik akhir
titrasi dengan indikator absorpsi (fluorescein). Hal awal yang terjadi adalah Endapan
perak klorida membentuk endapan yang bersifat koloid. Sebelum titik ekuivalen dicapai
maka endapan akan bermuatan negative disebakkan teradsorbsinya Cl- di seluruh
permukaan endapan. Dan terdapat counter ion bermuatan positif dari Ag+ yang
teradsorbsi dengan gaya elektrostatis pada endapan. Setelah titik ekuivalen dicapai maka
tidak terdapat lagi ion Cl- yang teradsorbsi pada endapan sehingga endapanya bersifat
netral (Mulyono,2005).
2.6 Indikator
pada percobaan kali ini menggunakan metode Metode Mohr dalam analisis
yang digunakan. metode mohr sendiridapat digunakan untuk menetapkan kadar
klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan
penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan menggunakan metode
mohr harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 –
9,0. karena Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat
dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida.hal tersebut
berdasakan persamaan reaksi :
cara kerja dari indikator K2CrO4 adalah Apabila ion klorida atau bromida
telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi
membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik
akhir titrasi.
NaCl (aq) + AgNO3 (aq) → AgCl ↓ (s) (endapan putih) + NaNO3 (aq)
(Svehla, 1985)
Dan Setelah mol NaCl yang telah habis bereaksi dengan mol AgNO3, maka
akan bereaksi antara AgNO3 dengan indikator K2CrO4 yang menghasilkan
endapan berwarna merah bata. Berdasarka reaksi :
K2CrO4 (aq) + AgNO3 (aq) → AgCrO4 (s) + KNO3 (aq)
(Svehla, 1985)
Setelah terbentuk endapan maka titrasi dapat dihentikan. dan juga untuk
menghasilkan hasil yang akurat maka titrasi menggunakan 3 kali pengulangan
dengan volume NaCl sehingga didapatkan konsentrasi AgNO3 Dengan
menggunakan persamaan :
V1 . N1 = V2 . N2
(Harjadi, 1990).
Salah satu contoh senyawa kimia adalah klorida. Klorida merupakan anion
yang mudah larut dalam sampel air dan merupakan anion anorganik utama yang
terdapat dalam sampel perairan. Banyaknya ion klorida yang terkandung di dalam
air minum yang dikonsumsi secara terus – menerus dapat merusak ginjal.
massaCl
% kadar Cl- = x faktor pengenceran x 100%
massa sampel
(Geuget, 2010)
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Alat
3.2 Bahan
3.3 Prosedur
a) Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 0,1N dengan NaCl p.a sebagai baku
Menitrasi larutan dengan larutan AgNO3 yang berada didalam buret dan
menghentikan titrasi ketika terjadi perubahan warna indikator yang ditandai
larutan berubah menjadi warna merah. mencatat volume larutan AgNO3 yang
diperlukan. Terakhir menghitung kadar Cl- yang ada pada air kran
4.2 Analisis dan Pembahasan
Standarisasi AgNO3
Tujuan dari praktikum titrasi pengendapan ini adalah untuk membuat
dan menetukan standarisasi AgNO3 , dan juga bertujuan untuk menentukan
konsentrasi larutan AgNO3 dengan natrium klorida (NaCl) sebagai larutan
baku. Dalam standarisasi ini larutan AgNO3 sebagai titran dan diletakan
didalam buret sebagai larutan standard , sedangkan untuk membuat latutan
NaCl sebagai larutan bakunya yang diletakkan didalam Erlenmeyer.
sehingga diketahi massa air kran adalah 10,001 mg. dan barualah
dapat mencari kadar Cl- yang terkandung dalam air kran menggunakan
persamaan kadar Cl:
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang berjudul titrasi penetralan dan aplikasinya pada air
kran disimpulkan bahwa normalitas standarisasi AgNO3 adalah 0 ,0107 N yang
sudah sesuai dengan teori prosedur yang sebesar ± 0,1 N dan untuk kadar asam
Cl- yang terdapat pada air kran yang diambil dari kecamatan taman kabupaten
sidoarjo didapatkan kadar sebesar 0,0118% yang disa dikonsumsi karena nilainya
kurang dari standar bahaya yang sudah ditentukan oleh pemerintah
5.2 Saran
- Dalam memasang buret harus tegak lurus agar tidak terjadi kesalahan
dalam membaca skala
- menggunakan pemilihan indikator yang tepat karena sangat mempengaruhi
proses titrasi
- tidak terburu – buru sehingga dapat mencapai TAT dengan akurat
DAFTAR PUSTAKA
a
hui : V NaCl = 25 mL
V AgNO3 = 25 mL
M AgNO3 = 0,2 M
V KSCN = 28 mL
M KSCN = 0,1 M
kelebihan larutan AgNO3 tepat bereaksi
habis dengan larutan
Ditanya : Konsentrasi NaCl ?
Jawab :
karena habis bereaksi dengan larutan KSCN berarti v1 = v2
Molek sisa AgNO3 = molek KSCN
Mol . 1 . sisa AgNO3 = 28 mL . 1 . 0,1 M
Mol sisa AgNO3 = 2,8 mmol
APLIKASI
1. Bagaimana cara memilih indikator pada titrasi argentometri?
2. Terangkan bagaimana suatu indikator adsorpsi bekerja. Apa
fungsi dekstrin? Mengapa pH harus dikendalikan?
Jawaban :
1. Dalam pemilihan indikator pada titrasi argentometri harus
disesuaikan dengan analit dan titran yang digunakan serta tujuan
percobaan. hasilkali kelarutan garam perak halida (pseudohalida)
sangat kecil. Metode mohr, untuk menentukan kadar halida atau
pseudohalida di dalam larutan Kromat (CrO42-) sbg indikator titik
ahir karena membentuk endapan Ag2CrO4 berwarna merah saat
bereaksi dengan ion perak. Titrasi Volhard merupakan teknik
titrasi balik, digunakan jika reaksi berjalan lambat atau jika tidak
ada indikator yang tepat utk pemastian TE. Indikator Fe(III) akan
membentuk senyawa larut berwarna merahhasil reaksi Fe3+ dg ion
tiosianat :
Fe3+ + SCN- [Fe(SCN)]2+
Reaksi harus suasana asam, karena jika basa akan mudah sekali
terbentuk endapan Fe(OH)3. Ksp Fe(OH)3 = 2.10-39 mol 3L3-
(dalam titrasi biasa digunakan [Fe3+] = 10-2 M)Dalam menerapkan
metode fajand Sebaiknya dipilih ion indikator yang muatannya
berlawanan dengan ion penitrasi. Adsorpsi indikator tidak terjadi
sebelum terjadi kelebihan titran. Pada titrasi Ag+ dengan Cl- dapat
digunakan metil violet (garam klorida dari suatu basa organik)
sebagai indikator adsorpsi. Kation tidak teradsorpsi sebelum
terjadi kelebihan Cl- dan koloid bermuatan negatif. Dalam hal
tersebut dapat digunakan indikator diklorofluoresein, tetapi harus
ditambahkan sesaat menjelang TE.
Padatan NaCl
Reaksi :
Air kran
Reaksi :
Konsentrasi NaCl
Ek =1
Jawab :
Gram 1000
N NaCl = x x ek
Mr v
N NaCl = 0,010 N
Volume AgNO3
V Titrasi 1 = 9,2mL
V Titrasi 2 = 9,2mL
V Titrasi 3 = 9,3mL
9,2mL+9,2mL+9,3mL
Vrata-rata AgNO3 =
3
Konsentrasi AgNO3
Titrasi 1
Diketahui : VNaCl = 20mL
VAgNO3 = 9,2mL
N NaCl = 0,005 N
Ditanya : Konsentrasi AgNO3 (N) ?
Jawab :
Titrasi 2
Diketahui : VNaCl = 20 mL
VAgNO3 = 9,2mL
N NaCl = 0,005 N
Ditanya : Konsentrasi AgNO3 (N) ?
Jawab :
Titrasi 3
Diketahui : VNaCl = 20 mL
VAgNO3 = 9,3mL
N NaCl = 0,005 N
Ditanya : Konsentrasi AgNO3 (N) ?
Jawab :
0,0108+0,0108+0,0107
N rata-rata AgNO3 =
3
N rata-rata AgNO3 = 0,01N
Jawab :
(40,2517gram) − (15,2490gram)
𝜌=
25mL
25,0027 gram
𝜌=
25mL
𝜌 = 1,0001 gram/mL
𝑚= 𝜌𝑥𝑣
𝑚 = 10,001gram
𝑚 = 10.001 mg
Titrasi 1
Diketahui : V AgNO3 = 3,3mL
N AgNO3 = 0,01N
Ar Cl = 35,5 gram/mol
Massa air kran = 10.001mg
Ditanya : % Cl dalam air kran ?
Jawab :
NAgNO3 x VAgNO3 x BE
% Cl = 𝑥 100%
m
%Cl = 0,0117%
Titrasi2
Diketahui : V AgNO3 = 3,2 mL
N AgNO3 = 0,01N
Ar Cl = 35,5 gram/mol
Massa air kran = 10.001mg
Ditanya : % Cl dalam air kran ?
Jawab :
NAgNO3 x VAgNO3 x BE
% Cl = 𝑥 100%
m
%Cl = 0,0113%
Titrasi3
Diketahui : V AgNO3 = 3,5mL
N AgNO3 = 0,01N
Ar Cl = 35,5 gram/mol
Massa air kran = 10.001mg
Ditanya : % Cl dalam air kran ?
Jawab :
NAgNO3 x VAgNO3 x BE
% Cl = 𝑥 100%
m
%Cl = 0,0124%