Rhinosinusitis Kronik & Deviasi Septum
Rhinosinusitis Kronik & Deviasi Septum
PENDAHULUAN
Herpes zoster merupakan salah satu penyakit kulit akibat infeksi virus,
yaitu reaktivasi virus varisela zoster. Insidennya meningkat seiring
bertambahnya usia, di mana lebih dari 2/3 kasus terjadi pada usia lebih dari
50 tahun dan kurang dari 10% di bawah 20 tahun.1 Meningkatnya insidensi
pada usia lanjut ini berkaitan dengan menurunnya respon imun dimediasi sel
yang dapat pula terjadi pada pasien imunokompromais seperti pasien
HIVAIDS, pasien dengan keganasan, dan pasien yang mendapat obat
imunosupresi. Namun, insidensinya pada pasien imunokompeten pun besar.
Herpes zoster merupakan penyakit kulit yang bercirikan timbulnya ruam
kulit dengan distribusi dermatomal dan disertai rasa nyeri yang hebat.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
2
Telah diketahui terdapat 80 jenis virus herpes, delapan diantaranya
dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Kedelapan virus tersebut ialah
virus herpes simpleks (VHS)1 dan 2, virus varicella zooster, cytomegalovirus,
virus epstein barr, human herpes virus (HHV6) A dan B, serta paramyxovirus.
VHS1, VHS2, dan varicella zooster adalah virus yang diketahui dapat
menimbulkan penyakit di rongga mulut.4
3
Gambar 1. Herpes Zoster Pada Bagian Bukal
4
2.3 Tanda dan Gejala
Tanda awal dari herpes zoster adalah nyeri beberapa hari, dan
bervariasi dari gatal, kesemutan, atau rasa terbakar, sampai yang berat, nyeri
yang sangat dalam, biasanya diikuti juga dengan gejala konstitusional seperti
nyeri kepala, malaise, demam, dan berkembang menjadi ruam dalam 5 hari.
Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang
berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini
berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi pustul dan
krusta. Kadang-kadang vesikel mengandung darah yang disebut dengan
herpes zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga
menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.4
Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul
berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan resolusi berlangsung kira-kira 1-2
minggu. Disamping gejala kulit dapat dijumpai pembesaran kelenjar getah
bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat
dermatomal sesuai dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang
timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih
sering karena struktur ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut.
Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan
pada muka sering disebabkan oleh gangguan Nervus V (trigeminus) atau
Nervus fasialis (VII) dan Nervus optikus (II).8,9,12
2.4 Patogenesis
5
virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, namun tetap
mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Setelah mencapai
kulit , virus ini menyebabkan nyeri dan vesikel. Kadang-kadang reaksi virus
zoster tanpa sebab yang jelas, sementara dapat juga karena akibat kondisi
yang lain. Kondisi yang dapat mengakibatkan reaktivasi dari virus herpes ini
termasuk , bertambahnya usia, AIDS, atau imunosupresi.10,8
Infeksi primer dari VZV ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring.
Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi
viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini
diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang
kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremia nya lebih luas dan
simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus
juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris
dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Virus berdiam diri di ganglion
posterior saraf tepi dan ganglion kranialis.
2.5 Komplikasi
6
timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya 10-15 % dengan
gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur penderita maka
semakin tinggi persentasenya. Pada HZO,kejadian PHN lebih sering
daripada manifestasi zoster yang lain.15
b. Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi
HIV, keganasan, atau berusia lanjut dapat disertaik omplikasi. Vesikel
sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.15
c. Kelainan pada mata
Keterlibatan mata dapat mengancam penglihatan jika tidak
terdeteksi dan diterapi dengan tepat. Adanya edem orbita adalah
emergensi ophtalmologi dan pasien harus dirujuk ke spesialis
mata.Iritis, iridocyclitis, glaucoma, dan ulkus kornea dapat terjadi pada
kasus ini. Keterlibatan hanya didaerah dibawah fisura palpebra inferior
tanpa disertai keterlibatan dari kelopak atas dan nasal menunjukkan
tidak adanya komplikasi pada mata karena daerah kelopak bawah
diinervasi oleh nervus maksillaris superior.15
d. Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus
fasialis dan otikus ganglion genikulatum, sehingga memberikan gejala
paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan
tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus,
nausea, dan gangguan pengecapan.15
e. Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem
saraf yang berdekatan.Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu
sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah,
diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.
Umumnya akan sembuh spontan.
Lesi mulut dan wajah diakibatkan oleh HZ Nervus trigeminal (V).
Pada saraf trigeminal divisi pertama V1 (ophthalmic) terdapat lesi pada
kelopak mata bagian atas, dahi dan kulit kepala sehingga menyebabkan
nekrosis retina akut , saraf trigeminal divisi kedua V2 (maxillary) terdapat
Lesi pada midface dan bibir atas menyebabkan pasien mengalami prodrom
7
rasa sakit, terbakar dan nyeri pada langit-langit atau gingiva , dan saraf
trigeminal divisi ketiga V3 (mandibula) terdapat lesi pada wajah bagian
bawah dan bibir bawah yang menyebabkan ulkus lidah dan gingiva daerah
mandibula.11
a. Herpes simpleks
Herpes simpleks ditandai dengan erupsi berupa vesikel yang
bergerombol, di atas dasar kulit yang kemerahan. Sebelum timbul vesikel,
biasanya didahului oleh rasa gatal atau seperti terbakar yang terlokalisasi,
dan kemerahan pada daerah kulit. Herpes simpleks terdiri atas 2, yaitu tipe
1 dan 2. Lesi yang disebabkan herpes simpleks tipe 1 biasanya ditemukan
pada bibir, rongga mulut, tenggorokan, dan jari tangan. Lokalisasi
penyakit yang disebabkan oleh herpes simpleks tipe2 umumnya adalah di
bawah pusat, terutama di sekitar alat genitalia eksterna.4
8
Terdapat lesi berupa vesikel dan bula yang mudah pecah dan menjadi
krusta. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung dan sering bersamaan
dengan miliaria. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada anak-anak.13
2.7 Pemeriksaan Penunjang
2.8 Penatalaksanaan
9
dalam 72 jam setelah onset ruam. Tiga agen antiviral yang umum
digunakan adalah Acyclovir, Valacyclovir dan Famciclovir. Obat ini
umumnya baik ditoleransi dengan beberapa efek samping yang umum
seperti mual, sakit perut, sakit kepala dan muntah. Dosis Acyclovir 800 mg
per oral lima kali sehari selama 7 sampai 10 hari, 10 mg per kg IV setiap 8
jam selama 7 sampai 10 hari; Famciclovir 500 mg per oral tiga kali sehari
selama 7 hari. Valacyclovir 1.000 mg per oral tiga kali sehari selama 7
hari.11,6,12
Kortikosteroid
Biasanya digunakan untuk manajemen nyeri di HZ, meskipun uji
klinis telah menunjukkan hasil yang tidak konsisten untuk mengurangi
perkembangan post herpetic neuralgia.11
Analgesik dan NSAIDS
Individu dengan nyeri ringan sampai sedang merasakan kelegaan yang
memuaskan dengan penggunaan topikal atau oral analgesik seperti aspirin,
acetaminophen atau ibuprofen. Penggunaan suntikan blok saraf adalah
pilihan lain. Anestesi lokal mungkin disuntikkan di sekitar saraf yang
terkena dapat menghilangkan rasa sakit yang biasanya berlangsung 12-24
jam.14
Trisiklik Antidepresan (TCA)
Dosis rendah TCA digunakan untuk post herpetic neuralgia tetapi
membutuhkan setidaknya 3 bulan untuk hasil positif.15
2.9 Prognosis
10
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12
15. Nico A. Lumenta, dkk. 2006. Kenali Jenis Penyakit dan cara
penyembuhannya: Manajemen Hidup Sehat. PT.Elex Media Komputindo.
Jakarta
13