Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di


Indonesia masih sangat tinggi.menurut Survey Demografi Dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2002 – 2003 angka kematian bayi (AKB) adalah
20/1000 kelahiran hidup.
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan
untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan
dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika
ditinjau dari penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab
kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat
jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa
ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada
kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan
mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka
morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat (Sulistyawati,
2009).
Masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya.
Dimana masa nifas ini berlangsung ± 6 minggu setelah kelahiran placenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Bagi banyak wanita pemulihan adalah suatu yang berlangsung
terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal,
walauipun terkadang mengalami beberapa keluhan fisiologis seperti perut
mules akibat proses involusi uterus. Dengan tingginya persentase angka
kematian ibu pada masa nifas ditetapkan adanya program dan kebijakan
teknis yang menyebutkan bahwa paling sedikit kunjungan masa nifas

1
dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi dan
banyaknya diantara penyebab kematian ibu nifas juga dikarenakan
perdarahan infeksi pada luka bekas episiotomy yang ditandai dengan nyeri
pada luka perineum. Oleh karena itu, pengetahuan menyeluruh tentang
perubahan fisiologis dan psikologis pada masa Puerpurium adalah sangat
penting untuk dimiliki oleh bidan/ petugas kesehatan yang menilai
kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan sesuai
dengan standar yang diharapkan. (Sarwono, 2002).

B. Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan ini, penyusun membatasi dalam hal penerapan
asuhan kebidanan pada Ny. K usia 16 tahun P1A0Ah1 post partum 2 jam
di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Murjani Sampit pada tanggal 12
Februari 2017.

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
Fisiologis, terutama pada masalah nyeri perenium.
2. Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui pengertian masa nifas
b. untuk mengetahui penyebab nyeri jahitan perenium
c. untuk mengetahui patofisiologi nyeri jahitan perenium
d. untuk mengetahui tanda dan gejela nyeri perenium
e. untuk mengetahui komplikasi nyeri jahitan perenium
f. untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada nyeri jahitan
perenium.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerpurium (nifas) berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk
pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati
Wulandari, 2010)

Nyeri adalah kebutuhan fisiologis. Nyeri merupakan perasaan yang


tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya orang yang mengalaminya
yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Hierarki
Maslow, 2009)
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman baik ringan maupun berat.
Klasifikasi nyeri dibagi menjadi 2 yakni nyeri akut dan nyeri kronis yaitu :
1. Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang yang tidak memiliki atau melebihi 6 bulan dan ditandai
adanya peningkatan tegangan otot.
2. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung dalam waktu yang lama. Yang lebih dari 6 bulan, yang
termasuk nyeri psikomatis.
Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah
melahirkan, perineum akan sedikit bengkak atau oedema dan mungkin ada
luka jahitan bekas robekan atau episiotomy yaitu sayatan untuk
memperluas pengeluaran bayi (anik maryuyani.2008)
Episiotomy adalah insisi pada perineum yg menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin himen, jaringan septum

3
rektovaginal. Melebarkan jalan lahir sehingga mempermudah kelahiran
(Mansjoer Arif. 2001)
Jadi dapat disimpulkan bahwa nyeri jahitan perineum adalah perasaan
tidak nyaman yang di rasakan pasien post partum akibat jahitan dari
terpotongnya selaput lendir, vagina, cincin hymen, jaringan septum
rektovagina.

B. Etiologi / penyebab
Nyeri jahitan perineum sebagai manifestasi dari luka bekas
penjahitan yang dirasakan klien akibat ruptur perineum pada kala
pengeluaran, yaitu bagian terdepan dari anak telah berada di dasar
panggul.Ruptur perineum tidak selalu dihindarkan, tetapi dengan
pertolongan yang baik pada waktu lahirnya anak robekan itu dapat
dikurangi.Kalau terjadi robekan perineum, harus diperiksa dimana robekan
itu, bagaimana panjangnya, bagaimana dalamnya dan rata atau tidak.
Ruptur perineum harus secepat mungkin dijahit, sebab jika terlalu
lama, luka baru itu akan menjadi luka lama yang mempunyai potensi untuk
terkena infeksi. Dalam menjahitan harus dijaga kerapian dan kerapatannya,
sehingga perineum dapat rata kembali sebelum terjadi robekan. Adanya
cedara jaringan lunak yang direkontruksi dengan benar dengan cara
menjahit robekan perineum mempunyai resiko perdarahan dan infeksi
luka. Untuk itu dibutuhkan teknik perawatan yang benar dan hati-hati
untuk mencegah terjadinya infeksi dan luka jahitan perineum
(Mubarok,2007:2008)

C. Patofisiologi
Patofisiologi nyeri ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Reseptor nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung-ujung saraf
bebas yang berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan
mekanis, deformasi, suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan kimia. Pada
rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain misalnya badan Pacini dan

4
Meissner juga mengirim informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri. Zat-
zat kimia yang memperparah nyeri antara lain adalah histamin, bradikini,
serotonin, beberapa prostaglandin, ion kalium, dan ion hydrogen. Masing-
masing zat tersebut tertimbun di tempat cedera, hipoksia, atau kematian
sel. Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta,
nyeri lambat (slow pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat C lambat.
Serat-serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter substansi P
sewaktu bersinaps di korda spinalis. Setelah di korda spinalis, sebagian
besar serat nyeri bersinaps di neuron-neuron tanduk dorsal dari segmen.
Namun, sebagian serat berjalan ke atas atau ke bawah beberapa segmen di
korda spinalis sebelum bersinaps. Setelah mengaktifkan sel-sel di korda
spinalis, informasi mengenai rangsangan nyeri diikirim oleh satu dari dua
jaras ke otak- traktus neospinotalamikus atau traktus paleospinotalamikus
(Corwin, 2010).
Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam serat-serat A delta di
salurkan ke otak melalui serat-serat traktus neospinotalamikus. Sebagian
dari serat tersebut berakhir di reticular activating system dan menyiagakan
individu terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar berjalan ke thalamus.
Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks sensorik somatic tempat
lokasi nyeri ditentukan dengan pasti (Corwin, 2010).
Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat C, dan
sebagian oleh serat A delta, disalurkan ke otak melalui serat-serat traktus
paleospinotalamikus. Serat-serat ini berjalan ke daerah reticular dibatang
otak, dan ke daerah di mesensefalon yang disebut daerah grisea
periakuaduktus. Serat- serat paleospinotalamikus yang berjalan melalui
daerah reticular berlanjut untuk mengaktifkan hipotalamus dan system
limbik. Nyeri yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik memiliki
lokalisasi yang difus dan berperan menyebabkan distress emosi yang
berkaitan dengan nyeri (Corwin, 2010).

5
D. Tanda dan gejala
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup :
a. Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
b. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
c. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan
gerakan jari & tangan
d. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,
Menghindari kontak sosial
e. Penurunan rentang perhatian, Fokus pada aktivitas menghilangkan
nyeri)
f. Individu yang mengalami nyeri dengan jahitan mendadak dapat
bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama
beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan
keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau
menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat
tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam
mengalihkan perhatian terhadap nyeri (Mubarok,2007:2008)

E. Komplikasi
1. Infeksi
Infeksi yang terkena lochea dan lembab akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri dan dapat menyebabkan timbulnya infeksi
pada perenium.
2. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perenium dapat merambat pada saluran
kandung kemih ataupun mapun pada jalan lahir yang dapat berakibat
pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi
pada jalan lahir.

6
3. Kematian
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya
kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum
masih lemah.
F. Penatalaksanaan Medis
Meskipun melahirkan secara normal kadang memerlukan jahitan
antara vagina dan anus atau dikenal dengan episiotimi umumnya setiap
jahitan yang digunakan untuk episiotomy akan diserap sendiri , jika sayatan
atau robekannya luas maka rasa nyeri yang muncul akan lebih lama. Ada
beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mempercepat penyembuhan yaitu :

1. Gunakan kompres es atau membukus es dalam kain lap untuk


membantu penanganan luka.
2. Menjaga kebersihan luka misalnya dengan menggunakan botol
semprot air untuk membilas jaringan setelah menggunakan toilet.
3. Duduklah dengan hati-hati seperti merapatkan bokong saat duduk
untuk menjaga peregangan
4. Melakukan senam kegel yang bisa dimulai sekitar 1 hari setelah
melahirkan untuk membantu otot dasar panggul, cobalah selama 5
detik, lalu semakin lama semakin meningkat intensitasnya.
5. Mencegah nyeri dan peregangan selama peregakan usus dengan
menggunakan bantalan bersih seperti pembalut untuk membantu
meringankan tekanan pada luka

7
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS

NY. K UMUR 16 TAHUN P1A0AH1 POST PARTUM 2 JAM

DI RSUD dr. MURJANI SAMPIT RUANG PONEK

Hari/tanggal : Minggu, 12-02-2017 pukul : 20.28 WIB

A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Istri : Ny. K Nama Suami : Tn. D
Umur : 16 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Bagendang Alamat : Desa Bagendang
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan baru melahirkan anak pertama (aterm) 2 jam yang lalu
dan mengeluh peurtnya masih terasa mules.
3. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali, pertama kali umur 14 tahun, dengan suami sekarang sudah 2
tahun.

8
4. Riwayat Obstetri
P1A0AH1
Pen
No Tahun Kehamilan Persalinan Bayi yuli Ket
t
Uk Penyulit Uk cara Tempat BB PB Seks Keadaan
/penolo l lahir
ng
1 2017 Aterm Tidak Aterm SP RS/5555552800 ♂ Hidup -
. ada Bidan
5. Riwayat persalinan sekarang
a. Umur kehamilan saat persalinan : 39 minggu
b. Tanggal/ jam melahirkan : 12-02-2017/ 18:28 WIB
c. Tempat/penolong : RS dr. Murjani sampit / Bidan
d. Lama persalinan
Kala I : 15 jam
Kala II : 60 menit
Kala III : 15 menit
e. Jenis persalinan : pervaginam
f. Penyulit saat persalinan : tidak ada
g. Tindakan saat persalinan
Laserasi jalan lahir : Derajat 2 / dilakukan hacting
Penyulit luka jalan lahir : Tidak ada
h. Keadaan bayi yang dilahirkan : Hidup, segera menangis
PB : 50 cm
BB : 2800 gram
jenis kelamin : Laki-laki
6. Riwayat keluarga berencana
a. Jenis : KB pil
b. Lama : 1 tahun
c. Masalah : tidak ada

9
7. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti
TBC, Hepatitis dan penyakit menurun seperti DM, Jantung, Asma dan
Hipertensi.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak pernah menderita
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dan penyakit menurun seperti
DM, Jantung, Asma dan Hipertensi.
8. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Jenis yang dikonsumsi :nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah
Frekuensi/porsi : 3x sehari / 1 piring
Minum : 6-8 gelas sehari
Pantangan : tidak ada
b. Eliminasi

BAB BAK

Frekuensi : Belum BAB Frekuensi : 1-2 kali/hari


Konsistensi :- Bau : Pesing
Warna :- Warna : Kuning
Masalah : Takut Masalah : Tidak ada
c. Personal hygene
Frekuensi mandi : Belum ada
Frekuensi gosok gigi : Belum ada
Frekuensi pakaian : sesuai kebutuhan
d. Aktivitas
Setelah melahirkan 2 jam yang lalu ibu sudah bisa kanan dan
miring kiri.

10
e. Pola tidur dan istirahat
Siang hari : 1-2 jam
Malam hari : 7-8 jam
f. Pola seksual
Ibu belum melakukan hubungan seksual dan akan melakukan
hubungan seksual setelah pulih
g. Pemberian asi
Kapan mulai pemberian asi : Segera setelah lahir
Frekuensi menyusui : Sesuai kebutuhan bayi
Masalah : Tidak ada
9. Data psikososial dan spiritual
a. Tanggapan ibu dan keluarga mengenai kelahiran bayi : bahagia
b. Tanggapan ibu mengenai persalinan yang dialami : ibu merasa proses
persalinan yang telah dilalui sakit.
c. Tanggapan ibu terhadap perubahan fisiknya : baik
d. Pengetahuan ibu terhadap perawatan bayi baru lahir : ibu mengerti
e. Hubungan sosial ibu dengan keluarga dan mertua : baik
f. Pengambilan keputusan dalam keluarga : suami
g. Orang yang membantu ibu merawat bayinya : suami/keluarga
h. Adat istiadat mengenai kelahiran bayi : aqiqah/tasmiyah
i. Kegiatan spiritual ibu yang dilakukan pada masa nifas : berdoa

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
Keadaaun umum : baik
Kesadaran : composmentis
Berat badan : 54 kg
Tinggi badan : 150 cm
TTV : TD : 120/70 mmHg N : 80 x/m
R : 21 x/m S : 36 0 c

11
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
Kepala : Bersih, tidak ada ketombe, tidak benjolan abnormal
Muka : Tidak odema dan tidak pucat
Mata : Simetris, konjungtiva tidan anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Bersih, tidak ada secret , tidak ada polip
Telinga : Simetris, tidak ada pengluaran serumen
Leher : Tidak terlihat pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan vena
jugularis
Dada/mamae : Simetris, puting menonjonl tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : Tidak ada jaringan parut
Tungkai : Tidak odema dan tidak ada varises
Genetalia : Tidak odema dan tidak ada varises
b. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan vena
jugularis
Mamae :Tidak teraba massa, tidak ada benjolan dan ada pengluaran
asi
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat
Tungkai : tidak odema dan tidak ada varises
c. Pemeriksaan penunjang
HB : 12,3 gram%
Golongan darah :O
Pemeriksaan Lab : Normal

C. ASSASMENT
a. Diagnosa kebidanan : Ny. K umur 16 tahun P1A0AH1 post partum 6
jam.
b. Masalah : Perut mules
c. Kebutuhan : KIE pada ibu nifas

12
D. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu dan bayi
dalam keadaan normal.
TD : 120/70 mmHg N : 80 x/m R : 21 x/m S : 360 c
“ ibu mengerti penjelasan yang diberikan bidan”
2. Menjelaskan pada ibu penyebab mules pada perut yang dirasakan ibu
yaitu, karna adanya kontrasi uterus ke bentuk semula.
“ ibu sudah mengetahui penyebab mules”
3. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK karna itu dapat
menyebabkan kontraksi terganggu.
“ Ibu bersedia untuk tidak menahan BAK “
4. Menjelaskan pentingnya kebersihan genetalia dan menganjurkan pada
ibu untuk membersihkan alat genetalia dengan sabun sesudah Bak
ataupun BAB dari arah atas menuju anus.
“ ibu bersedia menjaga kebersihan genetalianya”
5. Memberitahu ibu cara perawatan tali pusat pada bayinya dengan tidak
memberikan rempah-rempah dan membiarkan tali pusat dibungkus
menggunakan kassa kering agar tidak terjadi infeksi.
“ ibu sudah mengetahui cara perawatan tali pusat”
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif selama 6 bulan
kepada anaknya tanpa memberi makanan tambahan dan sesering
mungkin menyusui agar terhindar dari bendungan asi.
“ Ibu bersedia untuk memberikan ASI Ekslusif”
7. Menjelaskan pada ibu untuk mempertahankan pemenuhan pola nutrisi
yang sudah baik dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi seimbang yaitu karbohidrat, nasi, kentang, roti,
protein, tahu, tempe, daging, ikan, telur, vitamin, sayur dan buah. Dan
memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung protein untuk
mempercepat penyembuhan luka episiotomi.
“ ibu bersedia untuk melakukan pola pemenuhan nutrisi untuk dirinya

13
8. Memberitahu ibu tanda bahaya pada masa nifas yaitu;
a. Pengeluaran lochea bercampur nanah
b. Sakit kepala hebat.
c. Nyeri hebat pada perut.
d. Badan panas serta menggigil
e. Lochea tidak lancar.
f. Pengeluaran darah yang banyak.
g. Bengkak pada wajah,tangan dan kaki.
h. Payudara merah dan panas.
“ Ibu sudah mengetahui tanda bahaya masa nifas”
9. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang yaitu 1 minggu
lagi atau jika ada keluhan.
“ Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang’
10. Melakukan dokumentasi
“dokumentasi sudah dilakukan”

14
BAB IV

PEMBAHASAN

nyeri jahitan

Laporan ini, akan dibahas tentang kendala atau hambatan melaksanakan


asuhan kebidanan pada Ny. K P1A0AH1 Post Partum 2 jam dengan keluhan
mules pada perut di RSUD dr. Murjani Sampit Ruang Ponek. Hambatan tersebut
mencakup kesenjangan antara latar belakang dengan kasus, dan antara teori yang
didapat selama kuliah dengan praktek langsung di lapangan. Berikut pemecahan
masalah yang penulis lakukan ,sehingga asuhan kebidanan yang diharapkan dapat
terselesaikan.
Untuk mempermudah penyusunan pembahasan ini akan dimulai dari latar
belakang pendahuluan, kemudian mengelompokkan permasalahan tahap-tahap
proses asuhan kebidanan,yaitu pengkajian Data subjektif dan Objektif ,
Assasment dan pelaksanaan.
A. Tahap pengkajian
Pada tahap pengkajian data subjective dan objective,tidak ditemukan
kesulitan baik melalui wawancara langsung maupun melalui pengamatan
dan terhadap keluarganya. Hal ini dikarenakan klien mudah di ajak
komunikasi dan kerja sama dengan baik
B. Assasment / diagnosa
Berdasarkan pengkajian dan analisa data dari kasus di atas didapatkan
hasil bahwa ditemukan masalah pada kasus Ny. K P1A0AH1 Post Partum
2 jam.
C. Pelaksanaan
Pada tahap ini dilaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
yang telah dibuat atau ditetapkan yaitu pada diagnose Ny. K P1A0AH1
Post Partum 2 jam dengan keluhan mules pada perut ,dalam
pelaksanaannya tidak ada hambatan. Hal ini dikarenakan adanya kerja
sama antara petugas,klien dan keluarga sehingga dapat melaksanakan
asuhan kebidanan sampai kondisi klien stabil.

15
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. K P1A0AH1 Post
Partum 2 jam dengan keluhan mules pada perut ,didapatkan kesimpulan
bahwa dalam pengkajian dilakukan pengumpulan data yang meliputi data
subjective dan objective. Dari pengkajian tersebut diambil suatu diagnosa
bahwa Ny K dalam nifas ,intervensi yang diberikan disesuaikan dengan
ketentuan yang ada, sedangkan penerapannya disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang ada.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa hendaknya dapat mengimplikasikan antara ilmu
pengetahuan logika dan ilmu dalam melaksanakan dan menerapkan
asuhan kebidanan yang baik dan benar.

2. Bagi Lahan Praktek


Dapat menyesuaikan antara teori dan praktek terutama dalam
asuhan kebidanan pada ibu post partum ,dapat meningkatkan layanan
terutama dalam pencegahan kematian ibu

16
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008.Asuhan KebidananNifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia

Corwin, 2010. Asuhan KebidananNifas. Yogyakarta: Medika Selemba

Prawirohardjo,S. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta :yayasan bina pustaka sarwono

http://missalone93.blogspot.com/2012/04/konsep-involusi-uteri-ppada-ibu-
nifas.html diakses pada hari jumat tanggal 10 februari 2017 jam 18.32

www.Depkes.Go.id).

Mubarok,2007:2008. Asuhan Masa Nifas. Jakarta. Mitra Cendekia

17

Anda mungkin juga menyukai